Pagi hari Ruth tengah bersiap-siap di dalam kamar. Pakaian kerja Hizkia pun masih dipersiapkan olehnya. Tidak banyak bicara, ia melakukan saja apa yang menjadi tugasnya sebagai seorang istri.Hizkia memerhatikan apa yang dikerjakan oleh istrinya sesaat setelah keluar dari kamar kecil."Makasih ya Mama El, sudah siapkan pakaian kerjaku," ujar Hizkia."Emm," sahut Ruth sembari berlalu-lalang di dalam kamar."Apa... tidak dipikirkan kembali rencana ke Medan? Dua minggu rasanya terlalu lama bila berjauhan," ucap Hizkia menaruh handuk di senderan sofa."Setelah mandi, biasakan taruh handuk di gantungan kamar kecil. Handuk ini bikin sofanya lembab," kata Ruth tidak menanggapi perkataan Hizkia melainkan mengingatkan kebiasaan lama Hizkia yang suka menaruh handuk sembarangan. Sewaktu Hizkia akan mengambil handuk kembali, Ruth telah terlebih dulu menyambarnya lalu menaruh ke dalam kamar kecil."Kamu bisa ambil keputusan terbaik untuk pernikahan ini menjelang dua pekan mendatang." Ruth menangga
Sebuah notifikasi masuk kembali ke ponsel Ruth, ia mengira suaminya masih berusaha menjahilinya, ternyata yang masuk adalah pesan dari Kris.Setelah berbasa-basi menanyakan kabar, Kris mengajak Ruth untuk bertemu. Ini belum ada seminggu dari mereka jumpa di supermarket tempo hari.Ruth menyampaikan bahwa ia sedang tidak berada di Jakarta. [Kamu sedang di Medan 'kan?] begitu tebakan pesan dari Kris.[Dari mana kamu tahu?] Ruth agak terkejut sebab Kris mengetahui posisinya kini.[Dari mananya tidaklah penting, Ruth. Aku juga sedang ada di Medan.] respon Kris enteng.Ruth mengerjap. Beberapa kali pertemuan tidak sengaja membuat kedekatan diantara mereka terjalin baik. Ruth mengabaikan perasaan aneh yang terbit dalam hatinya.[Mau ketemu di mana? Tapi aku bawa Elkana dan pengasuh ya. Tidak bisa aku tinggal sendiri karena Medan ini suasana yang baru] pesan Ruth. Ia menerima tawaran dari Kris.[Mall di Medan saja, ada arena bermain anak. Nanti aku kirim alamatnya ya.] balas Kris.Setelah p
Endang tengah dalam tugas kunjungan ke kabupaten beberapa hari. Ruth bersama Elkana dan Ratmi tinggal di rumah dilayani oleh asisten rumah tangga. Siang nanti Ruth ada janji bertemu dengan Kris. Elkana dan Ratmi akan ikut bersama. Elkana perlu juga bermain mengenal dunia permainan luar.Notifikasi masuk ke ponsel Ruth sewaktu ia sedang menemani Elkana bermain balok. Sementara Ratmi sedang merapikan kamar Elkana.Ruth mengambil ponsel dan membaca pesan yang berasal dari suaminya.[Halo Mama El... apa kabar? Aku rindu...] pesan Hizkia disertai emoji wajah bersemu. Ruth bukannya senang malahan terlihat sewot dengan pesan singkat suaminya. Sejak malam Ruth memutuskan ikut ke Medan, Hizkia kerap melontarkan banyak diksi yang mampu membuat dada Ruth ketar-ketir. Menurut Ruth, Hizkia mungkin sedang tidak ada kerjaan lain sehingga iseng mengerjainya.Syukur saja mereka sekarang berjauhan sehingga Hizkia tidak dapat melihat ekspresi sewot Ruth disertai pipi memerah.[Pesan nyasar!] demikian
Sebelum makan, Kris mencoba menyapa anak yang digendong Ratmi. Ia berusaha berekspresi seramah mungkin pada Elkana secara langsung, "Halo jagoan, namanya siapa?" tanya Kris sambil melambaikan tangan dan tersenyum.Tidak lupa pria itu menunjukkan robot-robotan yang baru saja dibeli setelah tiba di mal tadi. Elkana hanya menatap dalam diam secara bergantian wajah Kris dan robot di tangannya. Pria itu menyentuh tangan Elkana, tetapi tiba-tiba saja ia menangis kencang lalu mengelurkan bahasa bayinya pa..pa..pa.. Elkana bahkan menjerit seolah-olah tidak senang pada Kris.Ratmi tidak berhasil menenangkannya, Elkana beralih dalam gendongan Ruth. Bocah kecil itu perlahan dapat ditenangkan. Ia terlihat takut dengan Kris, Elkana mengalihkan pandangannya ke dada Ruth agar tidak melihat Kris, mungkin karena asing baginya."Halo Om, nama aku Elkana." Ruth menirukan suara anak kecil sambil mengusap punggung putranya. Elkana sesenggukan, ia mencari posisi nyaman dengan memeluk leher Ruth serta mere
Hizkia menggebrak meja kerjanya sendiri, ia tidak mampu mengendalikan gemuruh di dadanya. Begini rasanya tersakiti, batin Hizkia. Meskipun Hizkia tahu, sakit hati di antara mereka berbeda. Hizkia teringat pengandaian istrinya bila ia dekat dengan lelaki lain seperti yang Naomi lakukan. Melihat foto saja Hizkia terpancing amarah, apalagi bila melihat lebih dari itu. Meskipun sulit, ia berusaha berpikir positif bahwa itu hanya sekedar perjumpaan antara teman lama. Namun, siapa yang tahu bila Kris mengambil kesempatan dalam masa introspeksi suami istri itu. Pria itu memutuskan tidak menghubungi istrinya, ia menyimpan informasi yang diterima dengan berat hati. Di sisi lain hatinya, ada desakan untuk menuntaskan rasa geramnya melihat foto tersebut. Dasi Hizkia yang tadinya rapi, kini tidak terpasang dengan semestinya. Ia melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya. Ruangan terasa gerah, perasaan hatinya kacau balau. Masalah perusahaan dan rumah tangga membelit Hizkia. Ia merasa tid
Hizkia kembali ke rumah dalam keadaan pikiran kacau. Ia bahkan melewatkan makan siang tadi, sewaktu gambar Ruth dan Kris terkirim ke ponselnya. Dirinya kurang fokus berkendara, sehingga meminta jasa Danu untuk mengantarnya pulang.Setelah membasuh diri, Hizkia merebahkan diri di ranjang seorang diri. Sebagian makan malam yang telah disediakan Riyem pun terbuang begitu saja.Pria itu menghukum dirinya sendiri akibat rasa bersalah dan kesal yang berkecamuk dalam dirinya. Ia menutup kedua matanya dengan lengan, dirinya sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun.Berkelebat dalam ingatannya peristiwa saat Ruth menginginkan perpisahan darinya. Ia masih saja merasa kedekatan dengan Naomi sebenarnya adalah hal yang wajar karena telah saling mengenal lama. Namun, bila telah menikah ternyata ia perlu membatasi gerak-geriknya sebab statusnya bukan lagi lajang.Helaan nafas panjang terdengar oleh dirinya sendiri."Ruth... kamu merasa tersakiti olehku, tapi untuk apa kamu bertemu dengan pria itu l
Kembali bekerja dan terus bekerja, begitulah Hizkia menjalani harinya. Seminggu telah lewat semenjak rapat bersama Naomi dan Jonathan. Hari ini mereka akan melaksanakan rapat kembali dengan materi tanggapan dari Naomi selaku pimpinan perusahaan terkait pembangunan resort.Keputusan telah dirapatkan oleh pihak perusahaan Naomi. "Perusahaan kami, PT. Ryu Megatama, tidak berkeberatan atas pengalihan kerjasama dari perusahaan milik Bapak Hizkia kepada perusahaan milik Bapak Jonathan, PT. Diganasa Rumi, dengan jaminan kepastian perusahaan yang Bapak Jonathan pimpin memang layak sebagai mitra dalam pembangunan resort," putus Naomi dalam rapat.Sebelumnya, pihak Naomi dalam rapat internal direksi perusahaannya mempertimbangkan bila mengajukan gugatan terhadap perusahaan Hizkia akan ada biaya tambahan yang akan keluar serta waktu yang akan dibutuhkan untuk bolak-balik menangani kasus tersebut ke meja hijau. Sementara, bila menerima tawaran pengalihan proyek, tidak ada kerugian bagi perusahaan
Ruth tidak dapat tidur nyenyak saat Elkana mengalami demam seperti saat ini. Ia harus rutin memberi obat, mengukur suhu, serta mengompres Elkana. Sesekali ia tertidur, tetapi sebentar kemudian ia tersentak.Suhu tubuh Elkana masih berkisar di angka 39. Ruth duduk dan tanpa disadarinya ia menangis menunggu Elkana."Maafkan Mama ya, Nak," isaknya. "Apa Elkana merindukan Papa Hizkia?" gumamnya berbisik mengelus perut Elkana yang tidur telentang di ranjang.Elkana menggeliat, matanya terbuka. Ia terbangun lalu menangis. Ruth kembali menggendongnya sembari terisak juga. "Tidur lagi ya, Nak," lirihnya. Mereka berdua menangis bersama.Endang terbangun mendengar suara tangis kencang Elkana, begitu pula dengan Ratmi."Kenapa Elkana?" tanya Endang agak panik tiba di dalam kamar. Ruth diam saja yang tersisa isakan dari dirinya. Endang mencoba memahami situasi."Bu Ratmi, em... boleh istirahat ya. Biar saya sama Mama Elkana saja di sini," perintah Endang.Ratmi menoleh pada Ruth, perempuan itu me
Lima bulan berlalu. Sepanjang periode itu ada kabar mengejutkan dari Lidya. Perempuan itu membuat pengakuan melalui video yang dipublikasi pada media sosial miliknya.Sembari menangis perempuan itu berkata, "Saya Lidya Prameswardjo memohon maaf telah membuat masalah, keributan dengan pengusaha muda Hizkia Perkasa Alamsyah. Saya telah menuduhnya melakukan kejahatan penganiayaan dan asusila yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Adapun motivasi saya tidak lain karena memiliki kekaguman pada yang bersangkutan. Tidak ada pihak lain di belakang saya, seperti yang diberitakan beberapa media. Besar harapan saya, Hizkia berkenan memaafkan saya."Video itu telah sampai pada Hizkia, dikirim oleh Hidayat. Penasihat hukum Hizkia tahu bahwa kliennya tidak begitu aktif mengikuti pemberitaan di media sosial."Dasar Lidya! Malah melindungi orang-orang yang di belakangnya!" seru Hizkia tidak habis pikir. Pengakuan itu tidak mendapat maaf dari Hizkia, sebab bukan seperti itu yang dimaksud oleh Hizkia.
"Mama Elkana...," bisik Hizkia.Tidak ada sahutan dari Ruth, tadi dirinya langsung bertudung selimut dengan posisi membelakangi Hizkia. Perempuan itu tidak bersedia bicara padanya, maka Hizkia berusaha merayu dengan ucapan penjelasan."Aku bukannya tidak percaya sama kamu. Hanya antisipasi kalau-kalau ada yang masuk rumah tanpa izin," ucapnya perlahan sembari sedikit mengguncang tubuh Ruth. "Aku memang sudah menyediakan tenaga pengamanan untuk di rumah, tetapi aku tetap perlu waspada dengan CCTV tersembunyi itu, Ma," terangnya detail.Ruth masih bergeming, tidak menyahut sama sekali. Hizkia menyusun kembali kalimatnya. "Kamu jangan ngambek. Ini tandanya aku sayang kamu dan anak-anak. Tidak ingin terjadi hal buruk pada kalian," imbuhnya lagi. "Sini loh, bicara sama aku," tambahnya.Mama Elkana masih tidak bersedia membuka selimut yang membungkusnya. Lantas, Hizkia perlahan menyingkap dari arah kepala Ruth. Sebenarnya, ia agak ragu melakukannya, khawatir Ruth akan mengamuk.Saat Hizkia
Sorenya, Hizkia pulang ke rumah setelah berdiskusi di kantor bersama tim kuasa hukum yang dikoordinatori oleh Hidayat. Sementara, Ruth dan Elkana telah menanti kedatangan dirinya."Sepertinya kamu lelah sekali," ujar Ruth di depan teras."Sangat," sahutnya pendek. Hizkia berjongkok menyapa Elkana yang sangat senang melihat papanya pulang dari kantor."Papa punya hadiah buat kamu, El," ucap Hizkia menyerahkan bungkusan dalam tas jinjing."Hore...," respon Elkana. Ia melonjak senang mendapat bingkisan dari papanya. "Apa ini, Papa?" tanyanya."Yang waktu itu pernah kamu bisikin ke Papa," sahut Hizkia, "buka di dalam ya, Nak," imbuhnya."Siap, Papa." Lantas, Elkana masuk ke dalam rumah menuju ruang keluarga untuk membuka hadiah dari papanya.Kini, tinggal Ruth dan Hizkia di teras. "Aku senang kasus kamu tidak terbukti, tadi aku sempet nonton berita," jelas Ruth.Mereka bergerak masuk ke dalam rumah. "Ya, pihak berwajib menghentikan kasus ini karena tidak ada unsur tindak pidana. Dan... ya
Setelah menunggu proses yang cukup alot dari pihak berwajib, hari ini ditetapkan bahwa dugaan penganiayaan dan kekerasan seksual yang dialami oleh Lidya tidak terbukti dilakukan oleh Hizkia."Kita telah memeriksa saksi dan bukti CCTV tidak ada bukti pendukung ke arah sana." Begitu berita yang diliput oleh salah satu media televisi. Ruth sedang duduk menonton berita di televisi setelah suaminya pergi ke kantor. Ia mengelus dada menandakan kelegaan.Ruth sebenarnya tidak diperbolehkan oleh Hizkia untuk mengonsumsi berita terkait dirinya yang berkonflik dengan Lidya. Pria itu tidak menginginkan sang istri banyak pikiran dan berimbas pada kehamilannya."Syukurlah, kebenaran yang menang," ujar Ruth mengusap air mata yang jatuh di pipinya. Ia pun merasa lebih lega karena apa yang dilihatnya di apartemen bukanlah seperti yang dipikirkannya saat memergoki Lidya dan Hizkia.Nama Hizkia telah kadung buruk di tengah masyarakat, pria itu pernah menyatakan rencana pada Ruth untuk melaporkan Lidya.
Ruth mendengar suara kendaraan suaminya memasuki halaman rumah. Ia sedang duduk di ruang tamu sambil mengecek ponsel, ada banyak berita terkait suaminya.Perempuan itu menyambut kepulangan suaminya. Dengan wajah kurang semangat, Hizkia memasuki rumah."Papa El, sudah pulang. Tidak jadi ke kantor?" tanya Ruth heran.Hizkia mendesah sembari menjatuhkan bokongnya di sofa ruang tamu. "Aku dikejar-kejar pemburu berita. Nama baikku jatuh, susah payah aku membangunnya," sesalnya.Ruth hanya diam menatap suaminya. "Mau bagaimana... harus kamu hadapi," sahut Ruth.Hizkia menoleh pada istrinya, "Ini salah aku sama kamu... dari awal harusnya aku dengerin kamu untuk waspada terhadap suster itu," sesalnya lagi. Ia menyentuh tangan istrinya. "Menyesal aku tidak gubris intuisi kamu, Mama El," tambahnya lagi.Ruth tersenyum mendengar penuturan suaminya. Belum pernah ia mendengar suaminya mengakui kebenaran nalurinya sebagai istri. Perkataan itu membuat satu rasa yang istimewa dalam diri Ruth. Darahny
Pagi ini Ruth telah berada di dapur untuk menyiapkan sarapan. Setelah semua beres, ia kembali ke dalam kamar untuk membangunkan suaminya.Hizkia semalam berpesan untuk dibangunkan pagi hari, ia ada janji bertemu dengan kuasa hukumnya setelah beberapa hari lalu mengalami kondisi badan yang kurang fit. Saat Ruth akan membangunkan suaminya, mendadak perut perempuan itu bergejolak hebat. Lantas, ia beralih ke kamar kecil untuk menuntaskannya.Hizkia terbangun saat mendengar suara Ruth yang asing dari kamar kecil. Segera saja ia menyingkap selimut dan gegas menuju sumber suara."Heh, kamu kenapa?" tanya Hizkia khawatir, ia hanya bisa menyentuh punggung istrinya tanpa tahu harus berbuat apa. Ruth tidak menjawab karena tenggorokannya terasa penuh dan harus dikeluarkan.Huek...Ruth kembali memuntahkan isi perutnya yang kosong. "Ya ampun, apakah mualku tempo hari menular?" ucap Hizkia begitu saja, menatap ke cermin menatap istrinya.Ruth membersihkan sisa cairan muntah di bibirnya."Atau k
Gegas Hizkia turun dari ranjang menuju kamar kecil. Pria itu kembali memuntahkan isi perutnya, tetapi yang keluar cairan sedikit saja. Hanya saja, ia perlu mengerahkan tenaga yang besar agar puas untuk tidak mual lagi. Rasa kaki Hizkia seperti jeli yang kenyal dan lemas. Kepalanya bahkan sampai menyentuh pinggiran wastafel agar tidak menumpu pada tubuhnya yang terasa goyah. "Aduh... mual terus, kapan berhentinya ini," gerutu Hizkia merasa tidak nyaman. Beberapa saat menunggu, mualnya terasa mulai mereda. Hizkia mendudukkan diri di lantai kamar mandi. Punggungnya menyender ke dinding, kepalanya ditumpu di lutut. Terasa oleh Hizkia, seseorang menyentuh punggungnya, lebih tepatnya mengusap-usap. Dengan sisa tenaga, diangkatnya kepala untuk mengetahui siapa gerangan pelakunya. "Mama El...," lirihnya. "Kamu nasih mual terus ya," ucap Ruth khawatir. "Coba lebih rileks nafasnya," saran Ruth. Perempuan itu masih setia mengusap tengkuk suaminya. "Tidak lagi," ucap Hizkia. Lagi-lagi Ruth
Makan siang telah disediakan oleh Ruth. Elkana dan Magdalena di meja makan, sementara hidangan untuk Hizkia dibawa Ruth ke kamar.Bersamaan Ruth masuk, Hizkia terlihat sedang bangun dari tidurnya. "Kamu sudah bangun," ujar Ruth basa-basi. Hanya deheman dari Hizkia yang terdengar. "Aku bawakan makan siang kamu," tunjuk Ruth di nakas. "Setelah ini, kamu minum obat sesuai saran dokter," imbuhnya.Hizkia menerima nampan yang diambil Ruth dari nakas. Ia tidak banyak bicara. Saat Ruth menawarkan diri menyuapi makanan untuknya, Hizkia menolak."Tidak perlu, aku sendiri saja," sanggahnya.Ruth membiarkan suaminya untuk menyuapkan sendok demi sendok makanan. "Sudah cukup," ucapnya setelah enam sendok hitungan Ruth."Kenapa? Makanannya tidak enak? Ini makanan kesukaan kamu," kata Ruth menunjukkan rasa heran."Entahlah... kurang nafsu makan," sahut Hizkia."Ya sudah, kalau begitu obatnya diminum." Ruth meletakkan kembali nampan dan mengambil obat yang dibelinya dari apotek tadi.Pria itu meneri
Hizkia dan Ruth tertegun mendengar pertanyaan dokter Ridwan. Ruth menjawab, "Tidak, Dokter.""Oh... maaf Ibu untuk pertanyaan saya," ucap Ridwan. Setelahnya dokter berpamitan, Ruth mengantarkan hingga keluar pintu.Perempuan itu kembali ke ruangan, dilihatnya Hizkia sedang berusaha duduk dari posisi rebah. Gegas ia membantu suaminya.Saat duduk kembali pusing melanda, pria itu memejamkan matanya sembari punggungnya menyender di sofa."Masih pusing ya," ucap Ruth menyimpulkan. Hizkia hanya mengangguk dan berdehem."Tolong ambilkan handphone-ku," pintanya menjulurkan tangan.Ruth mengambil dan menyerahkan ponsel milik Hizkia. Pria itu mencari nomor kontak seseorang, lalu menghubunginya. "Halo Pak Danu, tolong ke ruangan ya, bantu saya. Saya mau pulang," suruh Hizkia. Pria itu kembali memejamkan matanya dan menarik nafas panjang."Kenapa harus Pak Danu, aku bisa bantu kamu turun ke mobil," resah Ruth merasa seperti tidak dianggap kehadirannya.Hizkia menoleh dengan kepalanya menyender d