Share

Candu

Penulis: R. Angela
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-02 03:38:38

“Dari mana saja kamu? Lagi-lagi kamu memancing amarah saya, ya?” Salak Dewa begitu mendapati wajah Dinda di balik daun pintu. Sejak tadi dia dilingkupi rasa kesal yang luar biasa pada gadis itu. Janjinya pergi hanya sebentar, tapi ditunggu, tak kunjung datang.

Dewa juga sudah berusaha menghubungi ponselnya, tapi tidak aktif.

“Ya, Maaf, Pak. Saya juga gak tahu kan, bakal lama ngobrol nya,” jawab Dinda menerobos masuk, melewati lengan kekar pria arogan itu. Memilih kursi single lalu mengempaskan bokongnya di sana. Pandangannya kini menatap lekat ke arah Dewa, ketika pria itu melihatnya, dia buang muka.

Tubuh Dinda sangat lelah, sepanjang hari menemani pria itu bermain peluh di ranjang, kini rasa lelahnya bertambah dengan misi penuh beban yang diberikan Helen padanya.

“Tampaknya malam ini kau harus kembali di hukum, seolah hukuman siang tadi tidak cukup.” Dewa sudah mendekat dan menarik tangan Dinda masuk ke dalam kamar. Wanita itu pasrah, dia terlalu lelah untuk mendebat.

***

“Ada apa? Kenapa melihat ku seperti itu? Apa ada yang ingin kau sampaikan padaku?” Dewa yang tengah mengancing kemejanya menoleh pada Dinda yang sudah selesai berpakaian dan kini duduk di tepi ranjang tempatnya baru saja mendapatkan hukuman. Anehnya, saat ‘dihukum’ oleh Dewa, justru erangan nikmat yang keluar dari bibirnya, meski kecil dan malu-malu.

Dinda tidak bisa menampik, meski melakukannya dengan setengah hati dan merasa terpaksa di awal, di tengah permainan, dia jadi tersesat oleh gairah itu sendiri hingga melebur bersama kenikmatan yang diciptakan Dewa.

Hanya tarikan napas panjang yang Dinda lakukan saat mendengar pertanyaan Dewa. Belum menyampaikan isi pikirannya saja, dia sudah yakin kalau pria itu akan membantah perkataannya.

“Aku paling gak suka melihat kerutan di keningmu itu. Aku gak ingin kau cepat menjadi tua dan jelek, karena aku tidak ingin tidur dengan wanita menyeramkan. Katakan!”

“Lusa ulang tahun pernikahan Bu Reni dan Pak Bima.”

Dinda diam sejenak. Dia bingung harus memilih kata yang tepat.

Naiknya satu alis Dewa ke atas menunjukkan dia menunggu dan seperti biasa dengan tidak sabar.

“Mereka akan pergi ke Bali, dan Bapak diminta untuk ikut.”

“Katakan aku akan ke Singapura, jadi gak bisa ikut.”

Nah, benarkan, pasti ditolak. Terdengar Dinda kembali menarik napas. Dia harus berhasil. Hanya ini yang bisa dia lakukan agar hubungan Dewa dan Helen membaik. Kalau mereka mempunya waktu berdua yang cukup lama, Dinda percaya, pertengkaran diantara mereka pasti mereda.

Sebelum pulang dari pertemuan tadi, Helen juga memohon pada dirinya, agar mau membujuk bahkan jika ada jadwal di tanggal itu, sebaiknya re-schedule aja.

Bukan hanya Helen, saat di perjalanan menuju apartemen, Bu Reni juga menghubunginya menanyakan perihal agenda Dewa di hari itu, dan Dinda sudah terlanjur mengatakan kosong.

“Pak, sesekali menyenangkan hati orang tua kenapa, sih? Ini ulang tahun pernikahan mereka, kehadiran Bapak pasti akan menjadi kado indah buat mereka,” jawab Dinda. Kali ini dia tidak mau tahu, terserah kalau Dewa akan membentaknya lagi, mengatakan kalau dirinya tidak punya hak ikut campur urusan keluarga. Dinda akan terima hal itu, asal Dewa mau ikut ke Bali.

Bukan tanpa tujuan Dinda berupaya mendamaikan Helen dan Dewa. Selain karena kasihan, Dinda juga ingin menebus rasa bersalahnya atas apa yang sudah dia lakukan bersama Dewa. Dan yang paling penting, kalau mereka sudah kembali baikkan, Dewa akan lebih cepat memutus kerja sama mereka hingga Dinda bisa bebas.

“Aku udah bilang, kamu gak usah ikut campur urusan keluargaku. Tugas kamu hanya mengurus keperluanku di kantor dan mengangkang setiap aku minta!”

Dinda memejamkan mata mendengar hinaan itu. Sakit. Harga dirinya benar-benar diinjak oleh pria itu. Kepalan tangan Dinda semakin kuat hingga kukunya menggores telapak tangannya.

“Saya tahu posisi saya, Pak. Hanya saja meski Bapak menganggap saya pelacur, tapi setidaknya saya bisa melakukan sesuatu yang bisa menyenangkan hati orang tua saya!” Dinda bangkit, lalu berlalu dari kamar itu, melewati tubuh Dewa yang mematung di sana.

Dinda melipir ke toilet sebelum memilih duduk di ruang tamu. Dia ingin menangis tanpa dilihat siapapun.

Tampaknya dia sudah salah memilih jalan ini. Hinaan Dewa membawa ingatannya pada hari dimana dia mengutuk dirinya dilahirkan. Malam itu, dia tidak punya pilihan lain. Dia mendatangi satu-satunya teman yang dia kenal di kota ini, bermaksud meminjam uang, tapi tidak ada. Feby, temannya justru menawarkannya satu pekerjaan.

“Sorry, Din, kalau uang, aku gak punya. Tapi, kalau kamu benar-benar butuh uang dan harus mendapatkan secepatnya, kenapa kamu gak bekerja aja?” Feby menepuk punggung tangan Dinda. Keduanya duduk di salah satu warung di dekat kos Feby.

Dinda mengenal dan berteman akrab dengannya karena mereka satu kampung dan juga sempat magang di kota ini.

“Kerja? Kerja apa yang bisa menghasil uang banyak dalam waktu singkat, Feb?”

“Asal kamu mau kerja, pasti bisa. Anggap saja ini semua pengorbanan mu untuk Leon. Saat ini yang terpenting Leon bisa segera operasi.”

Ucapan Feby membuatnya tertampar. Tidak ada waktu memilih pekerjaan yang diinginkan atau tidak. Pekerjaan apapun asal bisa menyelamatkan Leon, pasti dia lakukan. Bukankah itu tanggung jawab seorang ibu?

“Aku mau, Feb. Kerja apa?”

Tubuh Dinda lemas, bahkan kakinya tidak bisa menopang berat tubuhnya lagi. Wajah Dinda pucat mendengar pekerjaan apa yang ditawarkan Feby.

“Tapi Feb...”

“Kamu mau menolong Leon atau gak? Kamu pikir aku kerja seperti ini buat siapa? Buat anak-anak ku di kampung, karena itulah tugas seorang ibu, melindungi dan menyelamatkan anaknya dari rasa lapar dan haus. Dan kau harus menyelamatkan Leon dari kematian!”

“Bagaimana ini? Kenapa harus jalan ini? Tapi kata dokter, kalau Leon semakin lama tidak ditangani, keadaannya akan semakin parah dan kemungkinan akan... gak... aku gak bisa membiarkan anakku meninggal!” batin Dinda berperang melawan nuraninya. Logika tidak ingin melakukan pekerjaan itu, tapi membayangkan keadaan Leon yang saat ini terbaring lemah dan kesakitan di rumah sakit membuat Dinda tidak punya pilihan lain selain menerima usul Feby.

Dosa tetaplah Dosa. Jika karena takut dosa dia tidak mengambil pekerjaan itu, maka anaknya akan meninggal, dan membiarkan anak meninggal juga dosa seorang ibu.

“Baiklah, Feb, aku mau. Kau bisa mencarikan untuk ku?”

“Kamu tenang aja. Sekarang kamu dandan. Aku pinjami pakaian dan bantu merias wajahmu. Ada bos kelas kakap yang ingin ditemani malam ini. Teman yang booking aku. Harusnya aku ajak teman aku yang lain, tapi saat ini kamu lebih butuh uang itu,” ujar Feby mengajak Dinda ikut ke kosannya.

Dinda sudah menunggu di sebuah kamar yang gelap. Sebelum Feby pergi, dia berpesan agar Dinda jangan menyalakan lampu, karena pria yang harus dia layani malam ini tidak ingin dikenali.

Dinda sungguh tidak nyaman, tapi bisikan Feby sebelum keluar dari kamar itu membuat Dinda sedikit mengalah pada keadaan. Pria itu akan membayarnya 25 juta. Uangnya sudah ditransfer ke rekening Feby, dan tugasnya tinggal memuaskan pria itu.

Dinda tidak pernah tahu tentang dunia malam, berapa tarif seorang kupu-kupu malam sekali melayani, tapi menurutnya harga 25 juta termasuk fantastis. Apa mulai malam ini dia sudah sah menjadi wanita penghibur?

Seketika terbayang wajah ibunya yang akan sangat sedih dan kecewa mengetahui dirinya mengambil jalan yang salah. Buru-buru ditepisnya semua pemikiran itu.

Tepat saat hitungan dalam hati Dinda masuk ke angka 20, telinganya menangkap suara handle pintu yang diputar dan tak lama derap sepatu masuk dan mendekatinya.

Ruangan itu benar-benar gelap. Dinda hanya menunduk seperti arahan Feby, jangan memandang wajah pria itu.

“Masuk ke kamar mandi, bersihkan setiap jengkal tubuhmu. Aku gak mau terkena penyakit! Ingat, aku membayar mahal untuk jasamu. Meski temanmu mengatakan kau baru malam ini terjun di dunia seperti ini, tapi aku gak mau ambil risiko!”

Lamunan Dinda tersentak, mendapati tubuh tinggi atletis sudah berdiri di depannya. Pintu kamar mandi dibuka paksa oleh monster berwajah rupawan. Pria itu tetap sama arogannya seperti pertama kali menyewa jasanya malam itu.

“Kau sedang apa di sini?”

“Maaf, Pak. Saya hanya ingin bersih-bersih sebentar.”

Bola mata Dewa tampak mengamati lekuk tubuh Dinda. Percikan air dari keran membasahi dadanya hingga isi di balik kemeja putih itu menerawang. Dewa menyeringai. Gadis itu seperti ekstasi, buatnya ketagihan.

“Bapak mau apa?” Wajah Dinda pucat, tangan Dewa sudah menutup daun pintu kamar mandi.

“Kita belum mencoba di sini. Mungkin akan terasa lebih asyik dari pada bermain di atas ranjang!”

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Zea Shareefa
pernah baca persis begini. tp lupa. di aplikasi apa
goodnovel comment avatar
Erna Pandi Nurhidayati
Menariik dan sangat membuat penasaran
goodnovel comment avatar
Nofa Afriandika
sangat penasaran ,dan terharu dg dinda
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Kedatangan Helen

    Dering bel yang tiba-tiba terdengar dan terus berulang-ulang menyelamatkan Dinda dari terkaman Dewa kali ini. Keduanya saling tatap seolah dalam diam bertanya siapa yang datang malam ini."Ada yang datang, Pak."Dewa masih mengunci tatapan matanya pada wajah ketakutan Dinda. Bagaimana tidak, dia masih ada di apartemen milik bosnya, pada malam hari, terlebih saat ini dalam keadaan tanpa sehelai pakaian pun! Habislah dia kali ini.Tanpa kata, Dewa meninggalkan kamar mandi dan berjalan menuju ruang depan guna melihat siapa yang datang bertamu malam-malam begini. Di dalam kamar mandi, Dinda yang ketakutan menebak kalau orang yang menekan bel kemungkinan adalah pengurus apartemen ini. Bulan lalu, saat dia juga berada di apartemen ini, pria itu datang untuk menanyakan perihal keamanan dan kebersihan apartemen apakah sudah memuaskan Dewa.Dinda terus berdoa, jangan sampai ada yang tahu dia bersembunyi di kamar mandi ini, siapapun yang datang kali ini.Rasa penasaran membuatnya menempelkan t

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-04
  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Menghilang

    "Keluarlah!"Mendengar Instruksi dari Dewa, barulah Dinda berani memutar kunci. Perlahan dia keluar dari kamar mandi. Tubuhnya kembali menegang, Dewa menutup aksesnya untuk keluar dengan tangan kekarnya melintang di kusen pintu."Saya mau pulang, Pak. Tolong!" Pinta Dinda dengan suara bergetar. Kedatangan Helena nyaris membuatnya pingsan, jadi kalau Dewa masih menyimpan hasrat padanya malam ini, sebaiknya lupakan saja, dia tidak akan mau.Dewa masih bergeming, meski dia jelas melihat ketakutan di mata gadis itu, dan Dinda sudah bersiap untuk berdebat kalau pria itu masih saja mempertahankan egonya.Apa dia pikir Dinda bukan manusia yang punya perasaan? Bagaimana mungkin dia bisa berhubungan dengan Dewa sementara pikirannya masih shock memikirkan Helen.Nuraninya semakin tersiksa, tapi mau marah, pada siapa? Dia tidak bisa berbuat apa-apa.Tebakannya salah. Dewa tidak mengatakan apapun, dia menarik tangannya dan memberi jalan pada Dinda yang sudah berpakaian."Ini sudah jam 11 malam, t

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-05
  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Pertemuan Pertama

    "Jadi begitu rencananya, Pak. Apa bapak setuju?" Pertanyaan Ferdi, utusan dari PT Global Jaya hanya mengambang di udara. Meeting yang mereka lakukan selama satu jam itu terasa hanya berjalan searah.Fokus Dewa justru tertuju pada pemandangan menggugah hatinya di depan sana. Seorang anak yang tampak dikeroyok oleh tiga orang anak seumurannya. Anak itu dikelilingi, dan seperti diintrogasi. Anehnya, dia merasa tertarik untuk mengetahui pembicaraan mereka."Pak Sadewa," ulang Ferdi, kali ini lebih keras agar Dewa memberikan perhatian padanya. Kalau saja sekretaris Dewa ikut, Ferdi pasti tidak sekesal ini mengurus mau pria itu yang sangat banyak. Bahkan rapat sepenting ini dia hanya datang dengan tangan kosong dan ogah-ogahan menanggapi tawaran kerja sama yang diajukan oleh perusahaan itu."Mmm?""Ini gimana, Pak? Saya harap Bapak mau membaca draft nya terlebih dulu." Ferdi menyerahkan dokumen dalam amplop coklat besar yang masih terikat rapi."Aku akan membacanya. Kirimkan saja lewat emai

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-07
  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Kembali pada Raja Iblis

    "Akhirnya kamu muncul. Apa kamu benar-benar sudah sembuh? Jangan membawa virus ke kantor ini!"Baru saja melangkah masuk ke dalam ruangan pria menyebalkan yang sudah mendapat julukan dari Dinda- raja iblis- , Dinda sudah kembali dibuat berwajah masam. Kalau bukan memikirkan kontrak, memangnya Dinda mau kembali?"Iya, Pak. Saya sudah sembuh.""Bagus! Ini!" Dewa seenak udelnya melempar berkas yang sudah dua hari ini menumpuk di mejanya yang diletakkan Anita setelah diantar setiap kepala divisi. Mereka membutuhkan tanda tangan Dewa, tapi alih-alih menandatangani, membaca apa isinya saja belum.Selama Dinda tidak ada, Dewa uring-uringan. Dia tidak bisa berpikir jernih. Seperti meeting kemarin, sedikitpun hasil negosiasi itu tidak menempel di kepalanya.Dinda memunguti berkas yang tercecer di lantai. Pagi-pagi sudah membuat mood Dinda berubah jelek. "Ini mau diapain, Pak?""Bakar!""Baik, Pak!""Heh!"Dinda berhenti. Dia hanya berusaha melakukan apa yang diperintahkan pria gila itu. Kata

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-08
  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Wangi Parfum

    Wajah Dinda seketika pucat pasi. Berlari ke arah cermin untuk melihat penampakannya. Pakaian sudah dirapikan, tapi rambut sedikit acak-acakan. Beruntung lipstiknya mate hingga masih melekat nyata di bibirnya.Dewa bangkit, masih dengan ketenangan yang dia punya. Ekor matanya melirik ke arah Dinda, gadis itu sudah rapi, lalu mulai memberi perintah pada Anita."Suruh masuk!" Dewa sudah menempati kursi kerajaan, dengan menyandarkan punggung melihat ke arah Dinda yang masih gugup. Gadis itu memberanikan diri melihat ke arah Dewa, bertanya dia harus apa. Jangan sampai Helen curiga pada mereka. Tapi, bukan menenangkan, pria itu justru mengulum senyum menggelitik yang berhasil membuat Dinda semakin jengkel."Sayang, kok, lama banget, sih, buka pintunya?" Helen memasang wajah kesal, tapi tetap mendekat pada Dewa. Dia merentangkan tangan memeluk leher pria itu tanpa menyadari kalau Dinda ada di sana."Kamu mau apa ke sini?" jawaban Dewa masih sama, jutek dan tidak peduli."Dewa, kenapa kamu pe

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-09
  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Laporan Helen

    "Ada apa dengan Bu Helen, Pak? Tadi saya sempat berpapasan dengan beliau di lift. Ibu menangis terisak," tanya Dinda memberanikan diri. Dinda memutuskan menanyakan hal itu karena takut kalau sampai Helen ternyata sudah tahu soal hubungan gelap mereka. Pasalnya, wanita yang selalu ramah padanya itu, sama sekali tidak mengatakan apapun, menekan tombol lift untuk turun.Selama waktu berputar, Dinda gelisah di kursinya, berharap Dewa memanggilnya agar bisa bertanya soal Helen. Setelah tiga jam berlalu, Dewa pada akhirnya menyerukan namanya dari dalam ruangan."Tidak ada apa-apa. Sudah jangan dibahas. Kepalaku pusing. Temani aku pulang."Dinda masih mematung di tempatnya. Apa pria itu gila, seharusnya dia pulang ke rumah, kenapa justru mengajak ke apartemen."Maaf, Pak. Sebaiknya Bapak pulang ke rumah. Tadi, Naka menelpon. Keadaan Bu Reni drop."Dewa yang tadi coba membuka dasinya, berhenti dan menoleh pada Dinda. "Mama? Sakit apa?""Gak tahu, Pak. Naka hanya meminta saya menyampaikan hal

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-10
  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Jaga Jarak

    "Makasih, Naka, udah nganterin aku pulang," ulang Dinda untuk kedua kalinya sembari membuka seatbelt."Iya. Kamu itu udah dua kali ngucapin terima kasih. Perasaan kalau di dekat aku kamu kaku banget. Gak nyaman, ya?"Dinda hanya bisa meringis. Benar sih, gak nyaman, tapi bukan karena dia benci sama Naka, hanya saja rasa nyamannya karena takut Naka bisa mengendus hubungan terlarangnya bersama Dewa."Bukan gitu. A-aku... hanya segan padamu. Bisa dibilang minder juga. Jujur, aku hanya lulusan SMA, dan bergaul dengan seorang dokter hebat membuatku gak percaya diri."Alasan yang terakhir juga benar adanya. Naka begitu baik dan bersikap lembut padanya, berbeda Dewa. Dia bukan tidak ingat pesan almarhum ayahnya, pria yang bersikap baik pada seorang wanita pasti karena ada niatnya. Jadi, apa boleh Dinda menyimpulkan Naka juga punya niat lain padanya? Ah, jangan terlalu percaya diri Dinda!"Jangan bodoh, sikap baik pada orang gak ditentukan oleh jabatan atau pendidikannya. Sekarang aku tanya,

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-12
  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Pendekatan Naka

    Perkataan Helen benar adanya. Setiap hari wanita itu datang mengantar makan siang Dewa, dan yang membuat Dinda sedikit kebingungan, selama itu pula Dewa tidak pernah lagi mengajaknya ke apartemen, atau menyentuhnya di ruang kerja seperti pria buas itu lakukan dulu.Kini keadaan selayaknya seperti kantor pada umumnya. Bawahan dan bos yang hanya berhubungan dengan pekerjaan. Dinda akan datang mengantar pekerjaan disuruh Dewa, meminta tanda tangan. Hanya itu. Selebihnya Dinda hanya akan berada di ruangannya sendiri. Kalaupun dia dipanggil oleh Dewa pasti hanya diminta membuat surat atau paling jauh menyuruhnya membuat kopi."Kalau begini 'kan aku benar-benar sekretaris, kayak di kantor-kantor pada umumnya. Gak ada tuh, sekertaris yang ngurusin ranjang bosnya," cibir Dinda saat sendiri. Jam makan siangnya pun dihabiskan bersama Anita dan karyawan dari beberapa divisi. Ada gunanya juga, Dinda jadi kenal beberapa orang dan menjalin pertemanan.Meski semua itu membuat Dinda senang, di sudu

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-13

Bab terbaru

  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Sambut Kebahagiaan

    Dewa hampir saja melompat, tapi yang bisa dilakukan hanya mengusap wajahnya. Dia menatap Dinda yang masih berbaring atas ranjang."Sayang, kita akan punya anak lagi?" Mata Dewa bahkan hampir berkaca-kaca. Masih seperti mimpi.Dinda tidak kalau terharunya dengan Dewa. dia bahkan memeluk suaminya dengan sangat erat membiarkan kemeja Dewa bahasa oleh air matanya.Baik dokter dan juga perawat yang ada di ruangan itu ikut tersenyum bisa merasakan kebahagiaan mereka.Setelah pulang dari rumah sakit, Dia memutuskan untuk tidak pergi ke kantor hari itu. Dia ingin menjaga cinta menghabiskan waktu bersama istrinya."Kamu ke kantor aja. Masa iya, jadi gak kerja," ucap Dinda yang masih geli melihat sikap overprotektif suaminya."Besok. kerjaan gampang ada John yang mengurusnya." Dinda tak lagi berani mendebat, mengikuti apa yang dikatakan Dewa.Sesampainya di rumah, Dewa tidak ingin segera memberikan kabar itu kepada Reni. Jangan karena histeria dan rasa gembira mereka membuat Dinda kelelahan. C

  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Cemburu Salah Alamat

    Laura masih merasakan debar jantungnya yang berdegup semakin cepat. Tubuhnya masih bersandar di balik pintu kamarnya.Setelah mendengar perbincangan para asisten rumah tangga itu, dia merasa tidak kuat untuk berdiri lebih lama di sana. Laura memutuskan untuk meninggalkan pintu dapur berjalan menuju kamarnya."Jadi, Mas Naka dan Mbak Dinda dulu pernah bertunangan dan Mas Naka sangat mencintainya?" batin Laura menghapus air matanya yang mulai deras menetes di pipi. Tubuhnya perlahan merosot dan terduduk di pintu.Laura begitu minder jadinya. Dibandingkan Dinda, dia hanya bocah yang sedang dimabuk cinta. Tidak punya pengalaman, dan terlihat seperti gadis kampung yang tidak bisa berdandan. Naka pasti malu jika membawanya nanti ke pertemuan."Oh, Tuhan. Apa yang harus aku lakukan? Kenapa begitu sakit mengetahui kenyataan ini?" cicitnya menunduk dan meletakkan kepala di dengkulnya yang dilipat menyatu ke dada.Sampai Naka pulang, Laura hanya diam. Naka sudah bertanya, ada apa, tapi Laura ha

  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Minta Maaf

    Dinda mengabaikan keberadaan Dewa yang menunggunya keluar dari kamar mandi. Tidak hanya pengantin baru, semua keluarga ikut menginap di hotel tempat Naka dan Laura beristirahat sekaligus malam pertama."Sayang," panggil Dewa lembut. Dinda melirik, di tangan suaminya sudah ada sisir dan juga hair dryer. Dia menebak Dinda pasti keramas, jadi demi mendapatkan perhatian wanita itu, Dewa segera mengambil alat-alat itu."Apa?""Sini aku keringkan rambutmu," ucapnya sembari mengangkat kedua tangan. Dinda mendekat ke arah Dewa tapi bukan untuk menerima tawaran pria itu, melainkan mengambil alat itu dan mengerjakannya sendiri.Tidak akan mudah untuk mendapatkan maaf dari Dinda, terlebih Dewa sudah sengaja mendiamkan masalah itu hingga pesta selesai. Kalau memang tidak ada apa-apa antara dirinya dan Helen kenapa tidak langsung dijelaskan saja pada saat itu.Dia tentu tahu bahwa diamnya Dinda adalah karena kesal dengan sikap Dewa yang merangkul Helen."Sayang, udah, dong. Jangan diamin aku terus

  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Husband and Wife

    Syukurlah, acara pernikahan Laura dan Naka berjalan dengan lancar. Baik acara akad ataupun saat ini resepsi berjalan.Semakin banyak para tamu undangan yang menghadiri pernikahan keduanya, hingga Dewa memasang pengamanan berlapis. Dia tidak mau ambil resiko ada penyusup yang mengacak-acak pesta adiknya.Jhon sudah memberi kabar kalau Rey tidak tertangkap, berhasil kabur dari kejaran polisi lagi meski keadaan fisiknya sudah parah."Kamu cantik sekali," bisik Naka di telinga Laura. Keduanya duduk di pelaminan, jadi raja dan ratu sehari."Kamu juga tampan, Mas" jawab Laura malu-malu. Membuat Naka jadi gemas."Hari ini kita sudah jadi satu. Husband and wife selamanya," bisik Naka membawa tangan Laura ke bibirnya, mencium penuh cinta."Kenapa masih cemberut, sih? Sayang banget wajah cantiknya. Udah dari subuh dandan, masak manyun, sih?" rayu Dewa kesekian kali.Dinda masih diam, masih marah. Kalau bukan karena Reni memaksa Dinda untuk berdansa dengan Dewa, saat ini pasti wanita itu memilih

  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Hai, Mantan!

    "Kamu cantik sekali," ucap Dinda ikut menatap wajah Laura di cermin. Perias pengantin sudah selesai merias Laura hingga gadis cantik itu semakin tambah cantik.Hari ini adalah hari besar bagi Laura dan Naka. Mereka akan menikah. Setelah melewatkan beberapa Minggu masa pemulihan Naka, kini pria itu siap mempersunting wanita idamannya."Terima kasih, Kak," jawab Laura menggenggam tangan Dinda yang bertengger di atas pundaknya. Beruntung bisa memiliki ipar seperti Dinda, yang baik hatinya serta selalu bisa menjadi tempatnya bertanya.Laura masih belum percaya, seakan mimpi kalau pada akhirnya dia jadi menikah dengan pria yang dulu tanpa sengaja dia kenal karena bersembunyi di kamarnya.Takdir memang tidak ada yang tahu, dan dia bersyukur dengan takdir yang dilalui sekarang ini.Belum waktunya Laura keluar, jadi Dinda menemani di dalam kamar Naka yang nantinya akan menjadi kamar mereka berdua. Sementara Reni dan Dewa menyambut para tamu yang sudah mulai berdatangan.Acara digelar di rumah

  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Mandi Lagi

    "Papa pulang," teriak Leon berlari kecil menyongsong langkah Dewa masuk ke dalam rumah. Dari balkon kamarnya dia mendengar suara mobil Dewa memasuki halaman rumah.Dari tadi Leon menunggu kedatangan Dewa, ayahnya berjanji untuk menemaninya bermain game online yang sedang viral karena besok Leon tidak sekolah karena murid kelas enam ujian, maka anak-anak kelas satu hingga kelas lima diliburkan selama tiga hari.Harusnya Dewa memang sudah sampai di rumah tiga jam lalu, tapi karena menjalankan misinya memberi pelajaran pada Rey, pria itu jadi terlambat sampai di rumah.Kabar terakhir dari Jhon, mereka sudah melemparkan Rey tidak jauh dari kantor polisi. Bisa dipastikan pihak berwajib akan dengan mudah menemukannya.Kaki sebelah kanan Rey sudah dipatahkan oleh Dewa. Lengkingan kesakitan keluar dari mulut Rey. Beruntung, lokasi penyekapan itu jauh dari pemukiman warga.Tangan kanan Rey juga dibuat cacat dengan mematahkan dua tulang jari Rey. Sebenarnya, Dewa ingin menyayat perut Rey guna m

  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Rey Tertangkap

    "Kenapa jadi cemberut? Katanya tadi rindu." Naka menggoyangkan tangan Laura yang sejak pintu ditutup Dinda hanya diam.Padahal hanya ada mereka berdua, tapi gadis itu masih menjaga lidah."Hey, Cantik, kok, aku dicuekin?" Naka masih mencoba membujuk Laura dengan menggoyang tangannya, terus menerus sampai gadis itu pun mau buka suara."Aku gak suka kamu dirawat gadis itu," ucap Laura buka suara. Tapi sedetik kemudian, dia menyesali perkataannya. Kata-kata itu hanya ada dalam benaknya tadi tanpa berniat mengatakan segera langsung. Tapi tanpa sadar justru kata-kata itu terucap begitu saja."Siapa? Mira? Dia 'kan memang pelayan di sini, dan ditugaskan Mama untuk membantu ku," jawab Naka dengan kening berkerut, bingung kenapa Laura mempermasalahkan pelayan di rumahnya."Tapi kenapa firasat ku bilang dia suka sama kamu."Naka lantas tersenyum. Dia paham, ternyata Laura cemburu pada Mira. Naka padahal bersikap biasa saja pada pelayannya itu, tapi dia tidak mungkin mengatakan hal itu pada Lau

  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Pelayan Baru

    "Bagaimana, apa kau sudah menemukan bedebah itu?" Dewa menyingkirkan berkas dari pandangannya kala Jhon masuk menghadap. Sampai ke lobang semut pun Dewa harus menemukan Rey."Belum, Bos. Tampaknya Nona Sisil menyembunyikan Rey. Kami sempat mengikutinya ke sebuah kontrakan dan sangat yakin kalau Rey ada di sana, tapi begitu tiba, Rey sudah pergi, bahkan tidak memberitahukan pada Sisil. Terlihat wanita itu juga menanyakan pada tetangga sekitar," terang Jhon menyiapkan mentalnya untuk kena semprot Dewa. Sangat mengenal baik karakter pria itu.Dewa mengepal tinjunya, menahan amarah hingga gigi gemeretak. Dia tidak bisa berdiam diri saja, sementara pria yang sudah menyakiti istrinya masih berkeliaran di luar sana."Bagaimana dengan istrinya?""Nihil, Bos. Istrinya juga membencinya, jadi tidak mungkin bersembunyi di sana.""Lantas, apa rencanamu?""Kami masih terus mengikuti Sisil. Saya yakin, cepat atau lambat Rey akan menghubungi Sisil sebagai penyuplai dana."Dewa tidak berkata apapun la

  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Harus menikah Denganku

    "Gimana keadaan kamu?" Laura sedikit malu-malu bertanya. Sejak tadi dia hanya duduk di sofa, mendengar pembicaraan Naka, Dewa dan Hansa. Sesekali dia melirik ke arah Naka. Hatinya harap-harap cemas dengan keadaan pria itu.Setelah mendapat kabar dari Dewa, Laura dan Hansa memutuskan untuk melihat Naka di rumah sakit. Gelisah dalam hati Laura bisa dibaca oleh sang ayah hingga memutuskan mengajak putrinya ikut bersamanya.Bukan mudah, di tengah mereka akan keluar rumah, keduanya berpapasan dengan Sisil yang entah baru pulang dari mana. Ini Sabtu, tidak ada agenda ke kantor."Kalian mau kemana?" Tatapan menyelidik dilayangkan pada Laura, lalu berpindah pada Hansa. Dalam hati bertanya cemas, apa mereka berniat ke kantor polisi. Sisil belum bisa menyimpulkan apakah Hansa sudah tahu sepak terjangnya, atau belum. Beberapa hari terakhir ini, mereka jarang bertemu. Setelah jatuh sakit waktu itu, Hansa memang tidur di kamar yang berbeda dengan Sisil. Meninggalkan wanita itu di kamar pribadi me

DMCA.com Protection Status