Share

46. Resah 2

last update Last Updated: 2024-12-16 14:56:38

Hendy berusaha memusatkan seluruh perhatiannya pada tugas. Pekerjaan sebagai dokter anestesi membutuhkan ketelitian dan konsentrasi tinggi. Ia harus memastikan pasien tetap stabil selama prosedur. Namun, setiap kali ia berusaha fokus, pikiran tentang Elvira dan Rizal kembali mengganggu.

Tidak jarang, perselingkuhan terjadi karena kehadiran cinta lama yang belum selesai.

Suara monitor detak jantung dan deru alat bantu pernapasan memenuhi ruangan operasi. Hendy berdiri di dekat kepala pasien, fokus pada peralatan anestesi yang mengontrol kondisi pasien selama operasi berlangsung. Di seberang, dokter Zani sedang bersiap bersama asisten bedahnya.

"Dok, pasien stabil?" tanya dokter Zani dibalik maskernya.

Hendy mengangguk mengacungkan jempolnya sambil memeriksa monitor. "Tekanan darah 110/70, oksigenasi baik. Sedasi dalam batas optimal."

Dokter Zani melanjutkan arahan pada tim bedahnya untuk memulai operasi. Seperti biasa, mereka menadahkan tangan sejenak untuk berdoa.

Hendy menghela nafas
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Nur Hidayah
dr lancang byk maunya
goodnovel comment avatar
Nisra Icha
aduh jangan sampai Hendy kecolongan dengan si ulat bulu Thor...
goodnovel comment avatar
Ayu Cla
iiiiiish.... gedeg sm uler keket
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SEBELUM BERPISAH   47. Resah 3

    Namun Herlina tahu bahwa Hendy tidak sepenuhnya jujur. Pasti ada sesuatu antara lelaki itu dan istrinya."Baiklah kalau gitu, aku mau ke poli. Semoga operasi nanti sukses, Dok.""Thank's." Hendy menjawab tanpa memandang pada wanita yang beranjak pergi. Diambilnya kembali ponsel dan mengetik pesan untuk Elvira.[Kita makan malam di rumah. Aku akan menunggumu nanti.] Kirim dan tetap abu-abu hingga ia kembali bersiap ke ruang operasi.***L***Rizal memperhatikan Elvira yang tengah merapikan berkasnya di atas meja. Mereka baru saja selesai meeting sore itu. Big bos juga sudah pamitan di antar oleh Angel ke luar ruangan. Desir luka dan kehilangan itu, selalu ada tiap kali ia mengingat atau bertemu seperti ini. Dikala dirinya sudah pantas untuk perempuan yang sangat dicintainya, tapi jarak yang terbentang sudah tak terbatas. "Jaga diri, Zal. El itu istri orang. Bersikaplah sebagai lelaki sejati yang tahu tempatmu di mana. Bekerjalah secara profesional," pesan sang ibu tadi malam."Tujuank

    Last Updated : 2024-12-16
  • SEBELUM BERPISAH   48. Di Sebuah Pesta 1

    SEBELUM BERPISAH - Di Sebuah Pesta Diberi kabar kalau ayahnya sakit, dada Elvira berdebar-debar. Khawatir, cemas, dan takut. Ayahnya ini tipe orang yang tidak pernah mengeluh. Apalagi setelah ibunya Elvira tiada. Sakit kalau masih bisa ditahan, Pak Azman akan diam saja. Minum obat, istirahat sejenak, kemudian beraktivitas kembali. Dia tidak suka merepotkan anak-anaknya.Paling ayahnya akan cerita pada Mak Imah. Anak-anak tahunya dari perempuan yang seharusnya mereka panggil budhe itu.Elvira melihat jarum jam di pergelangan tangan. Pukul setengah empat. Niat hendak berbincang dengan Angel dan Ranty ditunda saja. Ke butik juga bisa besok. Dia harus segera pulang.Namun harus memberitahu Hendy lebih dulu. Di teleponnya sang suami. Semoga tidak mengganggunya. Namun panggilan tidak segera dijawab. Elvira mengetik pesan. [Barusan Mbak Hasna ngabari kalau ayah sakit, Mas. Aku mau langsung ke sana sekarang mumpung masih belum hujan.]Setelah mengirim pesan, Elvira berkemas-kemas. Kemudian

    Last Updated : 2024-12-17
  • SEBELUM BERPISAH   49. Di Sebuah Pesta 2

    "Apa kabarmu? Dah isi apa belum?" Isti menyentuh perut rata adik iparnya. Elvira tersenyum. "Belum.""Mbak lagi program anak kedua nih.""Oh ya?""Hu um. Tara udah umur lima tahun. Biar jaraknya nanti nggak kejauhan.""Oke, semoga disegerakan.""Kamu yang harus disegerakan."Elvira tersenyum tipis. "Aku mau mandi dulu, Mbak.""Iya."Masuk kamar, Elvira langsung menjatuhkan diri di ranjang queen size. Ah, kangen sekali dengan kamarnya. Aroma vanila masih pekat. Sepertinya Mak Imah baru mengganti pengharum ruangan. Semenjak ikut pindah sang suami, dia belum pernah menginap di kamar itu. Elvira nyaris terlelap, kemudian buru-buru bangkit dan membuka lemari. Bajunya masih banyak tertinggal di sana.Selesai mandi, keluar kamar dan langsung ke balkon yang berada diujung ruang santai. Suasana sepi karena anak-anak sudah pindah ke bawah.Dihirupnya udara menjelang senja. Rintik hujan membuat suasana kian sejuk.Tiba-tiba kakak keduanya sudah berdiri di sebelahnya. "Kerjaanmu bagaimana?""Alh

    Last Updated : 2024-12-17
  • SEBELUM BERPISAH   50 Di Sebuah Pesta 3

    Setelah istrinya pergi, Hendy memperhatikan foto yang berbingkai besar di dinding. Foto Elvira zaman masih remaja. Tak sengaja ia memandang album foto di rak buku pojok kamar. Hendy mengambilnya. Dadanya berdegup kencang saat melihat banyak foto sang istri dan seorang pemuda. Rizal dengan versinya yang dulu. Cowok tinggi, berwajah manis dengan kulit agak kecoklatan. Foto yang diambil saat acara di kampus, saat mereka di duduk perpustakaan, waktu makan di kantin, dan foto candid mereka yang diambil secara terpisah. Sedekat itu mereka dulu. Dan rekam jejak masih disimpan Elvira dengan rapi.Rizal yang sekarang, bukan Rizal yang dulu.Hendy mengembalikan album ke tempat semula sebelum ketahuan oleh istrinya. Memang itu hanya masa lalu. Namun masa lalu yang mungkin masih dibawa sampai sekarang. Menambah rasa nyeri di dada yang tidak bisa diungkapkan. Rizal baginya adalah sebuah ancaman. ***L***Satu bulan kemudian ....Pernikahan sepupu Hendy berlangsung meriah di aula hotel berbintang.

    Last Updated : 2024-12-17
  • SEBELUM BERPISAH   51. Melawan 1

    SEBELUM BERPISAH- MelawanHendy menyusupkan jarinya disela jemari sang istri, setelah Elvira meletakkan piring kecil di meja sebelah. Naluri seorang pria, juga seorang suami, langsung memunculkan hasrat untuk menunjukkan bahwa Elvira adalah miliknya. Mereka saling pandang sejenak. Hendy tersenyum yang dibalas tatapan lembut oleh sang istri. Hendy tidak memberitahu ada Rizal di sana. Biar Elvira nanti tahu dengan sendirinya. Ia pegang ucapan Elvira, bahwa mereka akan profesional. Dari sini, Hendy akan tahu bagaimana mereka berinteraksi selama menjalin kerjasama. Yang membuat Hendy setiap hari tidak tenang selama sebulan lebih ini.Di belakangnya, Herlina memperhatikan siapa yang datang. Kemudian menoleh ke arah Elvira yang memunggunginya. Ada senyum sinis di sudut bibir. Dulu ia tidak berpikir melakukan ini semua. Namun jiwanya tidak terima, setelah menunggu sekian lama, berusaha melakukan pendekatan, dan ternyata Hendy menerima perjodohan yang diatur oleh keluarga, membuatnya terlu

    Last Updated : 2024-12-18
  • SEBELUM BERPISAH   52. Melawan 2

    Namun Elvira tetap diam tidak menunjukkan reaksi apa pun. Senyumnya tetap menghiasi wajah, seperti perisai yang tak bisa ditembus. Hendy yang berbicara dengan papa dan Pak Bahtiar pun mendengarnya. Meski fokus pada lawan bicara, tangannya tidak lepas menggenggam erat jemari Elvira.Bagaimanapun juga Hendy punya attitude. Sekalipun ingin menunjukkan kalau Elvira miliknya, ia tetap menjaga sikap untuk tidak berlebihan. Karena sadar sedang ada di mana. Sementara Rizal pun tetap tenang, ia tahu batasannya dan tidak berniat membuat situasi semakin rumit. Tapi tatapannya sedikit mengeras saat memandang wanita cantik yang memakai gaun warna salem. Oh, dia sekarang tahu perempuan yang bernama Herlina. Yang disebut Ranty sebagai wanita yang sedang mengincar Hendy.Pembahasan mereka semakin jauh. Rizal tahu Herlina sedang mencoba memancing sesuatu. Rizal merasa, wanita itu sudah tahu siapa dirinya. Ternyata Elvira, berada di antara orang-orang yang tentu saja tidak membuatnya nyaman. Sekilas i

    Last Updated : 2024-12-18
  • SEBELUM BERPISAH   53. Melawan 3

    Tidak lama kemudian, Herlina menyusul. Wajahnya sudah kembali ceria. Seolah tidak terjadi apa-apa di belakang tadi. Elvira juga kembali tidak peduli. "Hendy, apa kabarmu, Le. Udah lama kamu nggak pernah mampir ke rumah budhe." Seorang wanita tua menghampiri dan tiba-tiba memeluk Hendy. Dia saudara sepupu papanya. Elvira menyapa dengan senyum lalu mencium tangan wanita itu."Maaf, Budhe. Sibuk banget saya belakangan ini. Budhe, sehat kan?""Alhamdulillah, sehat. Udah isi istrimu?" Budhe memandang Elvira. Pertanyaan sensitif, tapi selalu ada di setiap pertemuan. Kapan nikah? Kenapa belum punya anak? Eh, kapan si ini mau dikasih adik?"Belum. Doain saja, Budhe.""Iya, budhe doain. Kalian udah empat bulan nikah. Jangan sampai nanti keduluan Ivan. Kamu kan dokter, banyak kenalan dokter kandungan untuk program kehamilan."Hendy tersenyum. Itulah kenapa dia tidak pernah datang ke rumah budhenya. Karena wanita itu terlalu banyak ikut campur dan cerewet. Makin dibantah, makin panjang pembahas

    Last Updated : 2024-12-18
  • SEBELUM BERPISAH   54. Cemburu 1

    SEBELUM BERPISAH - Cemburu Darah Hendy mulai berdesir. Pikirannya melompat-lompat pada dugaan terburuk. Apa mungkin Elvira pergi meninggalkannya? Apakah kejadian di pesta pernikahan sepupunya tadi membuat istrinya merasa lelah dan marah? Ketika langkahnya tiba di ruang tamu, ia berhenti sejenak. Dari balik jendela yang mengarah ke teras samping, Hendy melihat Elvira. Tampak sibuk dengan tanaman bunga. Tangannya menggenggam sekop kecil, menekan tanah dengan hati-hati di sekitar tanaman bunga yang baru dipindahkan ke pot baru. Lega. Ternyata Elvira tidak ke mana-mana. Hendy melangkah keluar dengan tenang, menghampiri Elvira yang begitu fokus. Senyum kecil muncul di wajahnya. Ia berdehem dan membuat istrinya kaget. "Mas, ini ngagetin aja sih." Elvira menoleh pada Hendy yang melangkah menghampiri. "Kamu tidak capek?" Hendy duduk di kursi tidak jauh dari istrinya. Memperhatikan gerakan tangan yang hati-hati merapikan tanah di sekitar bunga-bunga itu dan menatanya menjadi bari

    Last Updated : 2024-12-19

Latest chapter

  • SEBELUM BERPISAH   125. Suami yang Keren 3

    Hendy mengerti dengan perasaan istrinya. Apalagi Elvira begitu dekat dengan Ranty. Diraihnya jemari sang istri untuk digenggam. "Tidak usah sedih. Lakukan apa yang membuatmu nyaman untuk sekarang ini. Mas selalu ada buatmu.""Ya. Makasih banyak, Mas." Elvira tersenyum di antara mata yang berkaca-kaca."Apa Rizal sekarang menjalin hubungan dengan putri Pak Bahtiar?""Aku nggak tahu. Aku nggak mencari tahu."Mereka saling pandang. "Hari jadwal periksa, kan?" Hendy mengalihkan pembicaraan. "Hu um. Mas, nanti pulang jam berapa? Kalau pulang terlalu malam, biar aku periksa di rumah sakit saja. Hari Kamis ini ada dokter Nely, kan?""Ada. Kamu nggak apa-apa ke rumah sakit?"Elvira menggeleng. Sudah waktunya ia melawan trauma terhadap rumah sakit. Selama bertahun-tahun, aroma obat dan suasana steril rumah sakit menjadi bayang-bayang menakutkan yang sulit ia hapus. Tentang ibunya, tentang ayahnya juga yang dirawat di tempat itu. Tetapi ia sadar, ini tidak bisa dibiarkan selamanya. Sebab sebe

  • SEBELUM BERPISAH   124. Suami yang Keren 2

    Pagi itu langit terlihat begitu cerah. Memasuki bulan Mei, hujan sudah mulai jarang. Sebentar lagi musim kemarau tiba.Elvira berdiri di depan meja dapur, tangannya sibuk memotong buah alpukat. Untuk dibuat jus kesukaan Hendy. Wajahnya terlihat ceria, seolah kenangan akan ayahnya telah tersimpan dengan damai di sudut hati. Kehilangan yang sempat merenggut warna hidupnya, kini tergantikan oleh kehangatan yang diberikan sang suami.Suara langkah kaki Hendy terdengar mendekat. Bersamaan dengan terciumnya aroma parfum maskulin yang menjadi favorit suaminya.Hendy sudah rapi dan siap berangkat ke rumah sakit. Tadi malam ada panggilan darurat jam dua pagi. Inilah yang membuatnya gelisah belakangan ini. Elvira sedang hamil sedangkan kesibukannya di rumah sakit membuatnya tidak tega meninggalkan sang istri sendirian di rumah.Memang Elvira tidak setiap hari sendirian. Mamanya sering mengunjungi dan menemani hingga Hendy pulang dari rumah sakit.Dipeluknya pinggang Elvira dari belakang. Sekara

  • SEBELUM BERPISAH   123. Suami yang Keren 1

    SEBELUM BERPISAH - Suami yang KerenSetelah beberapa kali mencoba memulihkan rekaman yang telah terhapus, akhirnya mereka menemukan rekaman tanggal 29 Desember.Rizal tampak tegang, jantung Ranty berdegup kencang. Layar menampilkan, Elvira melangkah menuju ruang meeting membawa map di tangannya. Ketika hendak masuk, wanita itu berhenti dan merapatkan telinga ke pintu yang sedikit terbuka. Beberapa lama berdiri dan menunduk di sana. Kemudian berbalik arah, kembali ke belakang. Tidak lama kemudian, Elvira pergi membawa tasnya.Ranty menahan napas melihat rekaman itu. Tangannya juga gemetar. Sedangkan Rizal menghela nafas pelan, seraya menyandarkan tubuh ke punggung kursi. Meski saat itu dia tidak ikut bicara, tapi Elvira pasti mendengar ucapan Ranty. "El mendengar semuanya, Ran. Saat kamu membandingkan sikap keluarganya dan keluarga Pak Bahtiar."Mata Ranty berkaca-kaca. Seolah dia diingatkan kembali dengan gamblang, apa yang diucapkan waktu itu. "Apa ini yang membuat El memutuskan un

  • SEBELUM BERPISAH   122. Hari yang Berat 3

    Hari keenam langit mendung seakan mencerminkan apa yang akan terjadi. Hendy baru saja selesai operasi dan ingin menemui istrinya di ruang ICU. Saat mendekati tempat itu, ia mendengar tangisan dari arah depan ruang ICU. Pria itu segera berlari cepat saat melihat Elvira terjatuh di lantai, menangis histeris."Ayah!" jerit Elvira. Suaranya penuh dengan kesedihan yang tidak bisa dilukiskan. Hendy meraih tubuh Elvira yang ditahan oleh Hasna. Dipeluknya tubuh sang istri yang menggigil dan terguncang. Ia tahu tidak ada kata-kata yang bisa menghapus rasa sakit itu. Yang bisa ia lakukan hanyalah menjadi pelindung bagi Elvira dalam momen kehilangan ini.Sejak tadi malam, Hendy sebenarnya sudah tahu kalau kondisi mertuanya semakin menurun. Namun ia hanya bicara pada Arman dan Amar.***L***Rumah Pak Azman dipenuhi para pelayat. Mulai dari kerabat, tetangga perumahan, hingga rekan bisnis, dan para pelanggan. Para dosen rekan Amar, rekan kerja Isti juga. Ranty dan Angel juga datang. Ranty hanya

  • SEBELUM BERPISAH   121. Hari yang Berat 2

    Elvira menepis ketakutan yang teramat sangat. Sedangkan Hendy lebih khawatir lagi karena istrinya sedang hamil. Lelaki itu mengusap pelan perut yang membulat disaat Elvira sibuk menghapus air mata dengan tisu. Semoga bayi mereka selalu baik-baik saja. Sejak awal kehamilan, Elvira mengalami banyak tekanan."Ayo, Mas. Kita pergi sekarang." Elvira tidak ingin terlambat."Oke." Hendy bangkit dari duduknya. Meraih ponselnya di nakas. Elvira mengambil tas dan mengenakan masker dobel. Dalam perjalanan, Elvira hanya diam. Rasa khawatir membuncah tidak bisa dibendung meski Hendy mengatakan kalau ayahnya pasti baik-baik saja.Sampai di rumah sakit, Elvira disambut oleh dua kakak lelaki dan juga iparnya. "Ayah bagaimana, Mas?" tanya Elvira pada Arman."Ayah masih di pantau oleh dokter," jawab Arman."Kita doakan ayah segera sadar." Amar mengusap bahu sang adik."Mas, aku ingin bertemu ayah!" Elvira memandang suaminya. Hendy mengangguk, lalu merangkul bahu sang istri dan membawanya masuk ruang

  • SEBELUM BERPISAH   120. Hari yang Berat 1

    SEBELUM BERPISAH - Hari yang BeratUsai mandi, Hendy tidak langsung keluar. Dia mengirimkan pesan pada asistennya yang masih di rumah sakit untuk menanyakan kondisi sang mertua. Ketika sudah mendapatkan balasan, Hendy baru keluar menemui istrinya."Sudah selesai?" Hendy menghampiri Elvira yang baru mematikan kompor."Hu um. Mas, mau makan sekarang?""Kita makan sama-sama.""Aku belum mandi.""Makan dulu baru mandi. Karena mas mau ngajak kamu ke luar.""Ke mana?" Elvira heran."Makan dulu, mandi, baru mas kasih tahu." Hendy tersenyum seraya mengambil dua piring di rak. Elvira yang bingung manut saja. Mau diajak ke mana? Biasanya sang suami langsung saja bicara tanpa berteka-teki.Dikarenakan dirinya juga lapar, Elvira pun duduk dan makan. Tapi entah kenapa perasaannya tidak enak. Namun ia tidak banyak bertanya. "Mau tambah lagi nasinya?""Nggak, Mas. Aku dah kenyang. Oh ya, kita mau ke mana?" Tidak sabar juga, akhirnya Elvira bertanya lagi. Perasaannya pun tak enak.Hendy tersenyum,

  • SEBELUM BERPISAH   119. Ketahuan 3

    Lima belas menit kemudian, Herlina baru menyusul. Hendy langsung memesan minum dan mix plater yang berisi kentang goreng dan nugget."Jadi Rizal itu akunmu?" tanpa basa-basi, Hendy langsung bertanya setelah Herlina duduk."Ya. Akhirnya kamu tahu." Tidak ada pilihan selain mengakui. Dia sudah tertangkap basah."Kenapa membuat email dengan nama pria itu? Dia lelaki yang baik. Tega kamu memfitnahnya. Aku kenal Rizal lebih dari yang kamu tahu."Dahi Herlina mengernyit heran. "Dia mantan kekasih istrimu yang sekarang masih terikat hubungan pekerjaan atau bisa juga lebih dari itu."Hendy tidak menanggapi. Sepertinya Herlina belum tahu kalau sudah tiga hari ini Elvira berhenti kerja. "Dari mana kamu mendapatkan foto-foto mereka?""Apa susahnya mendapatkan semua itu. Akun lama Facebook Rizal selalu mengunggah kebersamaan mereka." Herlina kembali penuh percaya diri untuk menutupi ketakutan karena sudah kepergok tadi."Siapa yang kamu bayar untuk mengambil video pertemuan mereka tiga hari yang

  • SEBELUM BERPISAH   118. Ketahuan 2

    Sudah tiga hari ini Elvira menjalani perannya sebagai ibu rumah tangga. Ada yang aneh dan ia merasa kesepian. Biasa aktif dengan pekerjaan, sekarang menjadi pengangguran. Ah, tidak juga. Di rumah dia masih mendesain setelah Hendy berangkat ke rumah sakit dan selesai beres-beres.Elvira memasak pagi dan sore. Siang sambil mendesain ia menonton televisi. Tidak lagi sibuk dengan media sosialnya. Sudah tiga hari ini ia tidak melihat acara 'live' akunnya Nirvana Elegance. Sebab jujur saja hatinya masih sedih dan merasa kehilangan.[Sepi tanpamu, El.] Ranty mengirimkan pesan. Mungkin meluangkan waktu di sela jam kerjanya. Saat itu baru menunjukkan pukul 10.00.[Nanti kamu akan terbiasa juga, Ran. Tetap semangat, ya. Raih mimpimu.][Bagaimana denganmu?][Aku sedang bahagia menikmati hari-hariku. Awalnya sepi. Tapi kalau ingat calon bayiku, aku kembali bersemangat. Ini keputusanku dan aku nggak akan menyesalinya.][Semua kehilangan karena kamu resign.][Hanya beberapa hari saja dan setelah i

  • SEBELUM BERPISAH   117. Ketahuan 1

    SEBELUM BERPISAH- Ketahuan Hendy menghubungi seseorang usai menerima email, yang mengirim video pertemuan Elvira, Rizal, dan Ranty di sebuah kafe. Ini tidak bisa dibiarkan. Siapa sebenarnya pemilik akun dengan atas nama Rizal itu. Sampai bisa mengambil video saat mereka melakukan pertemuan sore tadi di kafe."Kasih saya waktu dua hari sampai seminggu, Dok. Saya akan menemukan pemiliknya," jawab Ndaru di seberang."Oke, Pak Ndaru. Saya tunggu."Untuk melakukan pencarian seperti ini, Hendy tidak punya waktu untuk mengerjakannya. Dia membayar kembali Ndaru. Sebenarnya ia pun tahu, kalau untuk mengetahui identitas seseorang dari hanya dari email saja, belum tentu akan berhasil. Tapi ia yakin, Ndaru yang sudah berpengalaman mungkin punya cara untuk menemukan siapa pemilik akun itu.Lelaki itu menghela nafas panjang. Elvira memang sudah meminta izin menemui Rizal, Ranty, dan Angel untuk perpisahan mereka. Tapi di video itu Angel tidak ada. Apa yang ditampilkan di video mengusik jiwa Hend

DMCA.com Protection Status