Home / Urban / SANG MAFIA PENGUASA / 2. Rahasia yang Terungkap

Share

2. Rahasia yang Terungkap

Author: MinZimi
last update Last Updated: 2023-09-19 17:13:12

“Ka... kau! Siapa kau sebenarnya?” teriak kepala staff dengan wajah penuh ketakutan.

            Namun, sebelum kepala staff itu bisa mendapatkan jawaban, tiba-tiba segerombolan orang berbaju hitam muncul dari belakang, menyusul Alden yang berjalan melewati orang-orang.

            Dalam sekejap, restoran yang riuh menjadi sunyi. Kehadiran orang-orang berbaju hitam dan deretan mobil mewah membuat semua orang terkejut, terutama kepala staff. Orang-orang itu berbaris, membentuk pagar betis pada sosok laki-laki dengan pakaian pelayan yang kotor akibat tumpahan jus dan minuman lainnya.

            Alden berjalan dengan tegas mendekati kepala staff yang sedang ketakutan. “Kau takkan pernah menghalangiku lagi. Jika itu terjadi lagi, aku kupatahkan kaki dan tanganmu!” ancam Alden dengan suara dingin.

            Dengan wajah memucat kepala staff mencoba berdiri untuk lari, tetapi malah terpeleset air kencingnya sendiri yang mengalir. Alden tidak ingin meladeni pria itu, dia langsung pergi meninggalkan restoran menuju ke tempat persembunyiannya, safe house.

            Setelah sampai di dalam mobilnya yang nyaman, Alden meminta penjelasan pada Frey yang selalu setia berada di sisinya. Frey pun mengungkapkan rahasia besar yang selama ini tersembunyi.

            “Semua ini adalah akibat dari pengkhianatan Vivian, istrimu Tuan. Dia bekerja sama dengan David Durant untuk menghancurkan kelompok kita. Semua informasi tentang kelompok kita, dia membocorkannya pada David selama menjadi istrimu. Bahkan markas tersembunyi dibagian wilayah timur telah diketahui oleh David. Setelah itu, Vivian memalsukan kematiannya agar bisa kembali ke sisi David tanpa ada kecurigaan,” jelas Frey.

            Alden terdiam, hatinya campur aduk antara marah, kesal dan tidak percaya. Ia begitu mencintai Vivian dengan sepenuh hati, dan mendengar bahwa istrinya itu bisa mengkhianatinya menjadi sesuatu yang sulit untuk dipercaya.

            “Aku tidak percaya itu benar. Vivian bukanlah tipe orang yang akan melakukan semua itu!” Alden mencoba menolak kenyataannya.

            “Awalnya, aku juga tidak percaya, Tuan. Tapi buktinya ada! Semua infomrasi rahasia kita jatuh ke tangan David karena Vivian,” sahut Frey.

            “Bagaimana kau bisa seyakin itu?” tanya Alden yang masih tidak percaya.

            Frey menghela napas pelan sebelum menjawab. “Dari seorang detektif kepolisian yang menawarkan kerjasama untuk menangkap David,” jawabnya.

            Alden mengangkat alis dengan heran, saat mendengar pernyataan Frey tentang kerja sama mereka dengan seorang dektektif polisi. Dia menggelengkan kepala dengan tegas menolak gagasan itu.

            “Kau tahu betul bahwa dalam dunia kita, mafia tidak pernah bekerja sama dengan polisi. Itu hanya akan merusak reputasi dan integritas kita!” ujar Alden dengan suara tegas.

            Frey menunduk merasa malu. Ia menghela napas sejenak sebelum berbicara dengan suara pelan, mengungkapkan kenyataan pahit yang sedang mereka hadapi.

            “Tuan, sesuatu yang buruk telah terjadi setelah kau pergi. Kelompok kita telah terpecah belah dan para elder memiliki pandangan yang berbeda tentang bagaimana kita seharusnya beroperasi,” kata Frey dengan nada sedih.

            Kening Alden semakin mengkerut. Ia ingin tahu lebih lanjut tentang perpecahan kelompoknya itu. Frey kembali melanjutkan dan menceritakan bahwa setelah Alden mengundurkan diri dari posisi ketua, para elder tidak lagi memiliki pempimpin yang kuat untuk mempersatukan mereka.

             “Ketua yang baru mencoba menggantikan posisimu, tapi dia tidak mampu menjaga kestabilan dan tidak memiliki pengaruh yang kuat. Mr. Willian dan Mr. Johnson mulai berseteru, dan Jessica semakin egois dengan sikap keras kepalanya!” jelas Frey dengan wajah yang penuh keprihatinan, namun nada suaranya terdengar penuh tekanan.

            Alden mengernyit, ia merenung tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Frey. Kelompoknya yang ia tinggali mulai runtuh secara perlahan. Ia tidak menyangka sejauh ini akan terjadi.

            “Tuan, kita tidak punya pilihan lagi. Kita butuh bantuan dari luar, dan detektif itu menawarkan kerja sama untuk menangkap David Durant. Meskipun melanggar prinsip kita, aku yakin bahwa langkah ini adalah salah satunya cara untuk menyelamatkan kelompok kita dari kemusnahan total!” ucap Frey dengan matanya yang menyorot penuh keyakinan.

            Alden masih terdiam, mempertimbangakan segala hal yang dikatakan oleh Frey. Ia menghela napas panjang, dan mengangguk perlahan.

            “Dengan informasi yang diberikan oleh detektif itu, kami bisa menghindari serangan-serangan dari kelompok saingan dan menjaga kelompok kita tetap berjalan. Aku tahu, ini bukan pilihan yang kau inginkan, Tuan,” tambah Frey dengan nada rendah hati.

            Melihat reaksi Alden yang masih ragu, Frey mencoba meyakinkannya.

            “Meski ini sulit dipercaya, tapi kita harus beritndak cepat. Vivian masih hidup, dan kelompok kita berada dalam bahaya,” jelas Frey sedikit mendesak.

            “Aku butuh waktu untuk memikirkan semuanya. Aku harus mencari tahu kebenarannya sendiri,” sahut Alden.

***

Setibanya di safe house, Alden membersihkan dirinya. Dia membiarkan air mengalir di kepalanya, membuatnya sedikit tenang dari kabar yang terlalu mengejutkannya baginya ini. Matanya terpejam, membayangkan bagaimana seorang wanita yang dicintainya bisa mengkhianatinya dengan mudah.

Ia benar-benar tidak pernah menyangka hal itu. Semua yang terjadi padanya ternyata telah direncanakan oleh  seseorang, dan parahnya lagi orang itu adalah wanita yang dicintainya.

Alden menggelengkan kepalanya. Ia tidak  boleh bertindak gegabah, sebelum mendapatkan bukti dengan matanya sendiri. Meski di dalam hatinya tidak begitu yakin, tapi ia masih memegang teguh jika sang istri bukanlah orang seperti yang dikatakan oleh Frey. Pasti ada yang ingin menjatuhkannya dengan mengungkit masalah Vivian.

Setelah membersihkan dirinya, Alden bersiap-siap untuk pergi ke sebuah perusahaan impor mobil. Tempat itu bukanlah tempat biasa, melainkan kedok kelompok mafia mereka untuk menyembunyikan bank data aset berharga. Ia berkata pada Frey jika ingin pergi sendiri agar tidak menarik perhatian kelompok mafia lain yang bisa merugikan mereka.

Namun, lagi-lagi Alden mendapat perlakuan tidak enak di tempatnya sendiri. Ia dicegat oleh seorang manajer yang berbicara sinis padanya.

“Hei, kau tidak boleh masuk ke sini!” cegar manajer tersebut.

“Aku punya urusan penting di dalam,” sahut Alden dengan tenang.

“Cih, sepertinya kau bukan tipe orang yang bisa membeli mobil mewah di sini. Kau justru terlihat seperi seorang tunawisma,” kata manajer itu berdecih melihat penampilan Alden yang lusuh karena datang ke tempatnya hanya menggunakan kaus biasa.

Alden mengerutkan keningnya. Ia memperhatikan penampilannya sendiri, dan tidak merasa ada yang salah dengan itu.

"Aku benar-benar punya urusan penting di dalam, percayalah," kata Alden dengan suara tegas, mencoba untuk bernegosiasi pada manajer itu.

Namun, sang manajer hanya tersenyum sinis. "Jelas-jelas kau tak pantas berada di sini. Perusahaan ini bukan tempat untuk tunawisma seperti kau. Pergi dari sini!"

Emosi Alden yang sudah sejak tadi berkecamuk, hampir tidak bisa menahannya lagi. Tapi, lagi-lagi dia memperhatikan sekitarnya dan tak ingin ada keributan di sekitarnya.

Dia jelas merasa terhina oleh perlakuan ini, tetapi dia tahu bahwa harus mempertahankan identitasnya yang tersembunyi. Dengan kepalanya yang tegak,  dia mencoba membujuk sang manajer kembali.

“Tidak! Aku bilang kau tidak boleh masuk. Apa kau tuli, hah?” bentak manajer itu.

Alden mengepalkan tangannya dengan kuat. Pria itu sama sekali tidak tahu siapa dirinya, dan tidak ada yang memberitahukannya.

Alden tidak bisa lagi menahan dirinya. “Panggil Mr. Kendrick!” pinta Alden yang sudah mulai emosi.

Mr. Kendrick? Mendengar nama itu, wajah sang manajer seketika berubah menjadi ketakutan.

Related chapters

  • SANG MAFIA PENGUASA   3. Pengungkapan

    Meski terkejut, wajah manajer itu dengan cepat berubah. Dia tetap berusaha mengusir Alden, dan tidak memberikan izin untuk bertemu dengan Mr. Kendrick.Tidak sembarang orang bisa bertemu dengan Mr. Kendrick, terutama seseorang yang tampil seperti Alden.Dengan cepat sang manajer mengambil sikap defensif. “Kau pikir bisa saja datang ke sini dan bertemu dengan pimpinan kami? Kau seharusnya tahu posisimu yang seperti apa. Bahkan kau tidak layak menjadi pelanggan kami, apalagi bertemu dengan Mr. Kendrick!”“Jika kau tidak mau memanggilnya, maka aku akan masuk sendiri!” sahut Alden dengan suara tenang dan tegas.Tanpa menunggu tanggapan lebih lanjut dari sang manajer, Alden bergerak maju melangkah menuju pintu masuk perusahaan. Namun, tiba-tiba dua orang penjaga muncul, berdiri di antara Alden dan pintu masuk.Manajer itu berlari mendekatinya, meminta penjaga untuk menggelandang Alden pergi. Ia tidak ingin hari pertamanya sebagai manajer perusahaan terbesar di negara itu tercoreng oleh sos

    Last Updated : 2023-09-19
  • SANG MAFIA PENGUASA   4. Milikku Harus Kembali!

    Suasana di dalam ruangan terasa begitu tegang. Suara ketukan jari-jari Alden di atas meja mejadi irama tak terduga dalam pertemuan tersebut. Mr. Kendrick, sang manajer pengelola dana kelompok mafia itu duduk di samping Alden sambil menatapnya dengan serius. Ini pertama kalinya lagi ia melihat wajah serius Alden, setelah sekian lama berada dalam kondisi terpuruknya. Sialnya, ia malah melihat sendiri pegawainya memperlakukan Alden dengan buruk dan secara berani memakinya. “Beritahu aku apa yang masih tersisa!” pinta Alden tanpa basa-basi dan langsung ke inti pembicaraannya. Mr. Kendrick akhirnya memulai permbicaraan. Dia melaporkan dengan jelas segala kerugian yang diderita oleh kelompok mereka akibat serangan kelompok David Durant. Mr. Kendrick menarik napasnya dalam-salam sebelum melanjutkan paparannya. “Situasi semakin parah, Sir. Kelompok David benar-benar telah menghancurkan sebagian besar aset kita. Beberapa gudang yang kita miliki

    Last Updated : 2023-09-19
  • SANG MAFIA PENGUASA   5. Sang Mafia Kembali

    Ketenangan Alden sebenarnya mempengaruhi perasaan ketua pasukan yang bernama Mark itu. Dia sedikit tertegun melihat bagaimana wajah Alden yang tak ada tersirat kepanikan atau ketakutan sama sekali. Justru Alden terlihat seperti orang yang sangat sombong dengan keyakinannya. “Kalian semua bukanlah tandinganku. Aku tidak butuh bantuan hanya untuk menghadapi kalian,” ujar Alden dengan suara yang tenang namun penuh dengan kepercayaan diri. Tatapan tajamnya terfokus pada Mark, ketua pasukan penyerang itu. Mark bergeming dengan gertakan di giginya. Sorot mata tajam Alden seolah menembus kegelapan, dan pada saat yang sama, ketegangan semakin terasa di udara. Kelompok orang di hadapan Alden merasa tersulut amarahnya hanya dengan perkataan Alden. Salah satu di antara mereka mengepalkan tinjunya dengan penuh emosi. “Siapa kau, hah? Berani sekali bicara seperti itu pada kami!” Alden tetap tenang, “Siapa aku bukanlah hal yang

    Last Updated : 2023-09-19
  • SANG MAFIA PENGUASA   6. Wanita-Wanita Menyebalkan

    Alden menatap tajam wanita yang sejak tadi tidak berhenti bicara itu. Meski dirinya tidak digubris, tapi dia tak juga berhenti. Alden merasa sedikit muak, tapi dia memilih untuk diam. Sepanjang perjalanan menuju ke markasnya, hanya ada suara wanita berambut merah itu bersama Frey. Mereka sudah seperti sepasang kekasih, dan mengabaikan keberadaan Alden di sana. Brak! Wanita berambut merah dan Frey terkejut saat Alden menutup pintu mobil dengan keras. Keduanya saling berpandangan dalam diam, dan Frey mengendikkan bahunya acuh. Dia sungguh tahu bagaimana seorang Alden ketika marah. Meskipun sudah berlalu lama, tapi tetap saja ketua mafianya yang gila itu akan menakutkan ketika marah. Tak ingin ambil pusing, kedua orang itu menyusul Alden yang sudah lebih dulu masuk. Di dalam markas Alden disambut oleh seorang perempuan dengan pakaian seksinya. Dia melangkah mendekati Alden yang dalam mood tidak baik. Sen

    Last Updated : 2023-09-23
  • SANG MAFIA PENGUASA   7. Sekutu Sejati

    Alden sedikit geram dengan Frey yang tidak mau mendengarkannya. Malam ini dia kehilangan sosok detektif wanita yang katanya pembawa informasi penting untuknya itu. Bukannya mengejar Alana, Frey dan Jessica malah meninggalkannya. Sekarang ia hanya sendiri di dalam ruangan kebesarannya itu. Alden duduk di sana sendirian dengan wajahnya yang serius. Perkataan musuhnya terus terngiang-ngiang di dalam otaknya. Penghinaan dan pengkhianatan yang diterimanya, semakin membuat hatinya berdenyut sakit. Ia tidak terima semua itu terjadi padanya. Kesetiaannya selama ini hanya dianggap angin lalu oleh sang istri. Alden bangkit dari kursinya, melangkah menuju jendela yang memperlihatkan kota yang tak pernah tidur. Cahaya gemerlap memantul di matanya, menginggatkannya pada masa-masa ketika kekuasaan dan kehormatannya tidak pernah dipertanyakan. Namun, kini segalanya telah berubah. Keputusaasaan melilitnya, dan tidak bisa membiark

    Last Updated : 2023-09-25
  • SANG MAFIA PENGUASA   8. Ledakan Tiba-Tiba

    Matahari terasa semakin terik di atas langit, mencerminkan kepanikan yang melanda hati kepala staff. Raut wajahnya berubah menjadi pucat dan keringat dingin membasahi dahinya. Sementara itu, suasana restoran yang sebelumnya riuh menjadi hening. Para karyawaran dan pengunjung saling berbisik, mencoba mencerna berita mengejutkan ini. Alden memandang situasi ini dengan eskpresi tak bergerak. Sementara Alana berdiri di belakangnya, memancarkan aura tegas yang membuat semua orang terdiam. Kepala staff yang sekarang terlihat seperti ikan di luar air, mencoba mencari dukungan dari manajer restorana. Namun, wajah sang manajer pun sudah berubah tampak lebih lembut namun tak kalah tegas. “Maafkan atas ketidaknyaman ini, Mr. Alden. Kami akan segera menyelesaikan prosesnya,” ucap sang manajer dengan suara yang terdengar penuh penyesalan. Alden hanya mengangguk singkat sebagai tanggapannya. Tidak ada ekspresi berlebih, tapi ke

    Last Updated : 2023-10-02
  • SANG MAFIA PENGUASA   9. Dia Begitu Seksi

    Setelah perdebatan kecil di antara Alden dan juga Alan terjadi, mereka berdua kahirnya memutuskan untuk menuju ke markas Alden. Perjalanan pulang terasa hening, dan hanya diisi oleh ketegangan serta pertanyaan tanpa jawaban yang berkeliaran di pikiran Alden. Alana hanya dududk diam, merasakan rasa bersalah yang mendalam. Sebagai seorang detektif, dia seharusnya lebih waspada terhadap potensi ancaman. Sesampainya di markas, suasana terasa berbeda. Ketegangan terasa di udara, dan para agen terlihat sibuk memerikan sistem keamanam. Alden dan Alana menuju ruang komando. “Ada apa, Jessica?”tanya Alden dengan serius pada seorang wanita yang sedang sibuk mengutak-atik monitor di hadapannya. Jessica mengangkat pandagan dari layar komputernya. “Aku sudah melacak sumber ledakannya. Sepertinya ini adalah pekerjaan dari organisasi rahasia yang tidak memiliki nama. Mereka memiliki motif yang belum aku ketahui,” jawabnya. “Tid

    Last Updated : 2023-10-03
  • SANG MAFIA PENGUASA   10. Memulai Penyerangan

    Hati Alana berdebar-debar dalam situasi yang begitu mendadak ini. Matanya menatap tajam ke arah Alden, mencari petunjuk di dalam mata pria itu. Ada sesuatu yang menggetarkan antara mereka berdua. “Alden,” bisik Alana dengan suara yang serak. Tangannya tanpa sadar meraih lengan Alden, mencoba menahan kebingungannya sendiri. Namun, seolah mendengar panggilan hati Alana, Alden tiba-tiba menahan gerakannya. Matanya terkunci, pada mata Alana, memancarkan intensitas yang sulit diartikan. Hening menyelimuti ruang kamar itu. Hanya terdengar napas mereka yang berhambutan. Detik-detik terasa seperti jam, seolah alam semesta memperlambat waktu untuk menyaksikan momen ini. Lelaki mana yang tidak tergoda dengan tubuh seksi detektif wanita itu? Sial sekali, Alden terpana melihatnya! Lalu, dengan perlahan namun pasti, Alden mengangkat dirinya dari atas Alana. Tatapannya masih terkunci pada wajah gadis itu, seolah men

    Last Updated : 2023-10-04

Latest chapter

  • SANG MAFIA PENGUASA   112. Kesalahan Orang Lain

    Alden terdiam sejenak, meresapi kata-kata Zane dengan serius. Tidak hanya Zane yang mengingatkannya pada tanggung jawabnya terhadap Alana, tetapi juga hatinya yang penuh dengan keraguan dan kebingungan."Aku tidak akan mengecewakannya," ujar Alden dengan mantap, meskipun terasa seperti dia lebih mencoba meyakinkan dirinya sendiri daripada Zane.Zane hanya mengangguk sekali lagi, ekspresinya tetap serius dan agak ragu. Keduanya saling bertukar pandang sebentar, sebelum akhirnya Zane berbalik dan meninggalkan ruangan.Alden duduk kembali di tempatnya, membiarkan kata-kata Zane meresap dalam pikirannya. Dia merasa bertanggung jawab atas keselamatan dan kesejahteraan Alana saat ini.Dengan perasaan yang membara, Alden bangkit dari kursinya dengan langkah-langkah mantap. Wajahnya memancarkan kemarahan yang mendalam. Dia tidak bisa membiarkan orang yang telah menyentuh Alana dengan kasar itu lepas begitu saja.Langkah Alden yang cepat menuntunnya keluar dari ruangan. Dengan pandangan tajam,

  • SANG MAFIA PENGUASA   111. Balas Dendam Terbaik

    Frey mengangguk patuh pada perintah Alden, menyeret pria tua itu menjauh dari kerumunan. Sedangkan Alden, dengan Alana yang masih tidak berdaya di pelukannya, bergerak cepat menuju kendaraannya.Saat mereka menjauhi tempat itu, Alden merasa beban yang mengendap di dadanya semakin berat. Dia tak bisa menerima bahwa Alana telah menjadi target musuh-musuhnya. Namun, dalam keadaan genting seperti ini, dia harus memprioritaskan keselamatan Alana di atas segalanya.Setelah meletakkan Alana di dalam mobilnya, Alden segera memacu kendaraannya menjauh dari tempat itu. Pikirannya dipenuhi dengan kekhawatiran dan pertanyaan tentang siapa di balik serangan itu, dan bagaimana mereka bisa menemukan solusinya.Sementara itu, Frey beserta orang-orangnya mulai melakukan penyerangan balik. Dia memang sudah mendapatkan informasi terkait mobil Alden yang dikejar oleh orang hingga berakhir di sebuah desa itu.Suara pukulan dan tembakan salih sahut di tengah kesunyian malam. Entah sudah berapa banyak korba

  • SANG MAFIA PENGUASA   110. Kembalikan Wanitaku!

    Namun, sebelum Alden bisa bereaksi, seseorang menarik tangannya dari belakang. Frey telah tiba di tempat kejadian dengan ekspresi serius di wajahnya."Tuan, kita harus pergi sekarang!" seru Frey sambil menarik Alden menjauh dari kerumunan. Alden mengangguk singkat, masih terkejut dengan kejadian yang baru saja terjadi.Dia segera mengikuti Frey, meninggalkan keributan di belakang. "Ada apa, Frey? Siapa mereka semua?" tanya Alden begitu mereka jauh dari kerumunan.Frey menghela napas. "Aku akan jelaskan semuanya di perjalanan. Tapi sekarang, kita harus cepat pergi dari sini."“Baiklah, kita jemput Alana dulu,” ucap Alden yang kemudian berlari menuju ke gubuk tua tempat mereka singgah di sana.Frey juga mengikutinya dari belakang sambil sesekali dia memerhatikan sekitarnya, memastikan tidak ada yang mengikuti mereka. Dia juga menatap kepergian pria bertopeng itu mulai menjauh dari keributan yang telah terjadi.“Sial!”Frey sedikit terkejut saat Alden keluar dengan marah-marah. Raut waja

  • SANG MAFIA PENGUASA   109. Orang yang Dikenalnya Muncul

    Alana berbaring di atas tempat tidur yang beralaskan tikar. Sementara Alden tidur di lantai yang juga beralaskan tikar.Dibandingkan kata rumah, ini lebih disebut sebagai gubuk yang sudah terbengkalai. Tapi, apa boleh buat. Mereka berdua tidak punya pilihan selain beristirahat di sana.Hari semakin gelap, dan mereka belum bisa menghubungi orang lain termasuk Frey. Alden masih memikirkan cara untuk segera keluar dari desa itu, agar tidak mengganggu warga jika mereka ketahuan berada di sana.“Alden,” panggil Alana dengan suara yang pelan.Gadis itu sama sekali tidak bisa menutup matanya. Dia memandangi langit-langit kamar yang sudah reyot itu.“Ada apa?” tanya Alden.“Aku penasaran dengan temanmu itu. Kenapa dia memakai topeng aneh?” tanya Alana tanpa basa-basi.Ya, sejak tadi Alana terus kepikiran tentang teman Alden itu. Terlihat pria itu tak berbicara dengannya, dia juga memakai topeng yang membuatnya terlihat mencurigakan.“Kenapa kau bertanya tentang dia, hem?” Alden kembali bertan

  • SANG MAFIA PENGUASA   108. Teman Baru

    Alden merasakan adrenalinnya meningkat saat situasi semakin tegang. Meskipun ia cemas dengan tindakan Alana yang terlalu berani, namun juga mengagumi keberaniannya.“Baiklah, tapi sebaiknya kau cepat,” ujar Alden sambil menekan tombol untuk membuka atap mobilnya. Suara peluru semakin keras saat menembus bodi mobil.Alana tidak membuang waktu. Begitu atap mobil terbuka, ia segera menarik pelatuk senjata api yang dipegangnya.Dor!“Cepat, kita harus keluar dari sini!” seru Alana, mata Alden memandanginya dengan campuran kekaguman dan ketegangan. Tanpa ragu, Alden menuruti perintahnya, memacu mobil dengan cepat meninggalkan tempat kejadian.Mobil mereka melaju dengan cepat, melewati jalanan yang semakin sepi dan sunyi. Sementara Alana masih berpegang teguh pada senjatanya, siap menghadapi segala kemungkinan di sepanjang perjalanan.Alden, sementara itu, berusaha mempertahankan ketenangannya meskipun hatinya berdegup kencang. Dia merenung tentang keberanian Alana, bagaimana wanita itu tib

  • SANG MAFIA PENGUASA   107. Penyerangan di Jalan

    Dia melangkah keluar dari ruangannya dengan langkah yang tegas. Pikirannya dipenuhi dengan keputusan untuk menegaskan batas-batas pribadinya, tanpa campur tangan dari siapapun, termasuk Sophia.Dalam perjalanan keluar dari kantor, Alden memikirkan rencana untuk menyelesaikan masalah ini. Dia tidak akan membiarkan campur tangan dari luar mengganggu hubungannya dengan Alana. Kepercayaan dan kebebasan adalah harga yang mahal baginya, dan dia tidak akan membiarkan siapapun mengambilnya.Alden pergi ingin menemui Alana. Dia juga tak sempat memberitahu gadis itu karena perasaannya yang benar-benar dibuat kesal oleh ucapan Sophia.Saat Alden tiba di kafe, dia melihat Alana masih duduk di sana dengan Zane. Dia menemui mereka dengan langkah mantap, wajahnya terlihat serius namun terkontrol."Alana," panggil Alden, membuat Alana dan Zane menoleh ke arahnya.Alana merasa kaget melihat Alden datang, terutama setelah percakapan singkat dengan Sophia yang masih membekas di pikirannya. Namun, dia me

  • SANG MAFIA PENGUASA   106. Cara Kami Berhubungan

    Dalam hati, Alana merasa frustrasi dengan pertemuan tersebut. Meskipun dia yakin dengan keputusannya untuk mempertahankan kemandiriannya, namun sikap Sophia membuatnya merasa kesal. Dia tidak suka jika ada orang yang berusaha mengatur hidupnya atau meragukan kemampuannya untuk membuat keputusan sendiri."Sialan! Dia pikir aku tidak tahu siapa dirinya, heh? Menyebalkan!" desis Alana dalam hati, menyesali percakapan yang baru saja terjadi. Meskipun dia berusaha memaklumi kekhawatiran Sophia, tapi cara Sophia menyampaikan pesannya membuatnya merasa tersinggung.Dengan wajah yang tegang, Alana mengambil tegukan panjang dari kopi hangatnya, berusaha menenangkan diri. Dia tahu bahwa dia harus tetap tenang dan tegar menghadapi situasi ini.Dering ponselnya, menglihkan perhatian Alana. Dia menghela napas panjang, sebelum menjawab telepon tersebut. “Aku sedang di kafe,” jawab Alana singkat.Namun, belum selesai dia berbicara, telepon itu lebih dulu terputus. Alana berdecak sebal, t

  • SANG MAFIA PENGUASA   105. Konflik Baru yang Menyebalkan

    “Apa yang sebenarnya kalian ributkan?” Alden bertanya disaat dia sedang berdua dengan Frey. Mendengar alasan kedua eldernya itu tak membuat sepenuhnya percaya. Alden tahu betul bagaimana sosok Frey selama bekerja dengannya.Frey menatap Alden dengan tatapan yang penuh pertanggungjawaban. Dia merasa tegang menyadari bahwa dia harus memberikan penjelasan yang meyakinkan kepada Alden.“Tuan, ini bukanlah masalah besar. Kami hanya memiliki perbedaan pendapat kecil yang berujung pada pertengkaran. Itu sudah selesai dan tidak akan mengganggu kinerja kami di masa mendatang,” jawab Frey dengan suara yang berusaha tenang.Alden menyimak penjelasan Frey dengan cermat, tetapi ada keraguan yang masih menghantui pikirannya. Dia tahu betul bagaimana dinamika kerja di dalam organisasinya, dan dia tidak akan percaya begitu saja tanpa memastikan semuanya benar-benar terselesaikan.“Apa sekarang kau menutupi sesuatu dariku, Frey?” Alden kembali mendesak.Frey menelan sal

  • SANG MAFIA PENGUASA   104. Masalah yang Tidak Ada Habisnya

    Alana menatap pria paruh baya itu dengan sikap tegas, tidak gentar meski dihadapkan pada intimidasi."Rasa terima kasih? Bagi apa? Bagi apa kamu memaksaku masuk ke dalam situasi yang bahaya? Kau harusnya tahu,aku tidak akan membiarkan siapapun memperlakukan diriku dengan semena-mena, termasuk kamu!"Pria paruh baya itu menahan kemarahannya, menyadari bahwa Alana tidak akan mundur begitu saja. Namun, ekspresi wajahnya masih penuh dengan ketidaksenangan."Ini bukan masalah terima kasih, Alana. Ini tentang keselamatanmu juga. Alden tidak akan selalu ada untuk melindungimu."Alana menahan napasnya sejenak, menimbang kata-kata pria itu dengan hati-hati. "Aku tahu bagaimana mengurus diriku sendiri, dan aku juga tahu kapan harus meminta bantuan. Jadi, jangan membuat kamu menjadi alasan mengapa aku harus bersyukur."Dengan tatapan tajam, Alana meninggalkan pria paruh baya itu sendirian dengan pikirannya. Dia tidak akan membiarkan dirinya dipermainkan atau dikuasai oleh siapapun, bahkan dalam

DMCA.com Protection Status