Mata merah menyala itu menatap Danny dan Luna. Keduanya masih terpaku di tempat masing-masing. Tidak sampai di sana, mahkluk itupun menunjukan gigi taringnya yang besar dan panjang. Badannya besar dan berbulu. Ditambah suasana malam yang sepi di pemakaman menambah suasana mencekam bagi mereka berdua.
"Lu...! Luna...!" Bibir Danny bergetar saat menyebutkan nama juniornya tersebut. "A...! Apa...! Yang harus kita lakukan?"
Luna sendiri tidak merespon. Kakinya terasa berat. Bukan hanya rasa takut dan ngeri yang dia rasakan, namun seakan-akan ada hantaman energi besar yang menekan dirinya. Rasa itu menjadi mual seketika dan membuat kepala Luna berat. Biasanya dia hanya merasakan hawa dingin dan beberapa energi dari mahkluk tersebut. Namun Genderuo di depannya serasa berbeda, dialah pemilik tempat ini. Kesalahan yang Luna dan Danny lakukan adalah memasuki tempat sakral ini tanpa izin.
"SIAPA KALIAN!!!!"
Suara genderuo itu terdengar ber
"Luna!" Danny melihat wanita tersebut dengan takjub. "Dia cantik, benar-benar tidak terlihat seperti hantu!""Kakak bisa melihatnya juga?" tanya Luna. Karena terpaku dengan para mahkluk di pemakaman membuat Luna baru menyadari bahwa senior kampusnya itu bisa melihat mereka. "Kakak indigo?"Danny menggeleng. "Boro-boro Luna. Baru sekarang aku bisa melihat mereka. Entah mengapa."Muncul berbagai pertanyaan dalam benak Luna. Namun sekarang bukanlah saatnya, dia harus fokus kepada wanita cantik ini. Dia menyapa Luna, seakan-akan dia mengenalnya. "Siapa kamu?"Belum sempat wanita cantik itu menjawab terdengar tawa dari arah genderuo."HAHAHAHAHA! PANTAS SAJA GADIS INI BERANI, DIA MEMILIKI QADAM YANG MENGIKUTINYA."'Qadam?" tanya Luna dalam hati. Dia baru mendengar perkataan seperti ini. 'Apa itu qadam? Kenapa genderuo itu bilang aku memiliki qadam?'"Jadi kamu punya qadam Luna?" Danny pun ikut berbicara. "Pantas saj
"Akhirnya sampai juga!" ucap Danny. Mereka berdua telah sampai di depan rumah Galang, setelah sekian lama perjalanan. Mereka saling pandang satu sama lain, kemudian mulai menengok ke sekeliling. "Kok aneh ya Lun! Rasanya sepi. Bener-bener kaya ga ada apa-apa," ucap Danny. Luna melihat lagi ke arah sekeliling. Wajar saja sepi karena sudah tengah malam. Namun memang ada sesuatu yang berbeda dari dalam rumah. Seakan-akan ada sesuatu yang membuat mereka berfikir bahwa segala sesuatu di sini normal dan baik-baik saja. "Justru ka, aku merasa aneh karena terlalu sepi. Kaya suasananya benar-benar aneh." "Lebih baik kita ke dalam buat memastikan!" Danny berjalan ke depan. Luna mengikutinya, hingga akhirnya mereka sampai ke pintu depan. "Kita ketuk dulu kah?" tanya Luna. "Iya dong!" ucap Danny. "Jangan pernah lupakan tata krama dimanapun berada." Tok.. tok... tok... Danny mengetuk pintu. Tidak ada jawaban. Dia mencoba untuk kedua
"Eh?" Luna melirik ke salah satu jendela di atas. Entah mengapa pandangannya teralihkan ke sana. Seakan-akan ada sesuatu yang memanggilnya. "Kenapa Lun?" tanya Danny. "Kaya ada yang manggil aku," ucapnya. Danny terlihat heran. Dia kemudian menggeleng-gelengkan kepala. "Jangan nakutin deh Lun! Liat suasana sepi gini kaya kuburan." Mata Luna menerawang ke jalanan dan halaman. Benar kata Danny suasana di sini sepi. Bahkan tidak terdengar suara sama sekali. "Ga tahu ya ka, rasanya malah aneh ga sih?" "Kita nyamperin hantu boneka aja udah termasuk aneh Lun!" ucap Danny. "Yaudah sekarang gimana? Kita langsung masuk aja?" tanya Luna. "Dikira maling ga ya?" Danny menimbang-nimbang. Luna juga ikut berfikir. "Gimana kalau kita ngintip dulu dari jendela? Terus keliling kalau dirasa ada hal yang aneh kita langsung mendobrak masuk." "Boleh!" Danny mengangguk. Dia setuju dengan ide Luna, daripada mereka diteriaki maling karen
"Halo?"Luna melangkah masuk ke dalam rumah. Angin dingin mulai menerka wajahnya. Suasana rumah sangat berbeda dengan saat dia mampir ke sini dahulu. Padahal jelas Luna belum lama mampir ke kediaman Galang."Ka Galang?" tanya Luna.Gadis itu menengok ke kanan dan kiri. Tidak ada jawaban apapun. Suasananya benar-benar aneh. Keadaan saat itu gelap gulita. Lampu tidak menyala. Luna pun melihat beberapa pecahan kaca. Pikirannya langsung menerawang. 'Ada apa sebenarnya di sini? Kenapa keadaan sangatlah kacau?'Luna masuk lebih jauh lagi ke dalam. Dia harus mencari tahu apa yang sebenarnya ada di sini. "Ka Galang? Renatta? Tante Bella?"Semua penghuni rumah disebutkannya satu persatu. Sayangnya tidak ada seorang pun yang membalas panggilannya. Hal itu membuatnya semakin ragu. Di dalam hatinya dia bertanya, 'apa aku menunggu ka Danny saja? Apa aku masuk bersama dia saja?'Setelah masuk beberapa langkah. Dia merasa tubuhnya aga berat. Seolah-olah ba
Di kosan belanda sesuatu terjadi. Tepat di makam Anastasia sudah berdiri dua orang. Mereka mengenakan tudung hitam. Membuat wajah mereka benar-benar tidak bisa dikenali oleh orang lain."Luna baru saja dari sini," ucap salah satu dari mereka. Dia melihat sekeliling. Tangannya juga menyentuh lantai dan dinding. Seakan-akan mencari jejak tertentu."Sekarang dia berada di kediaman Galang. Haruskah kita melakukannya?" tanya seorang lagi.Orang itu hanya tersenyum. Dia membawa lilin di tangannya. Kemudian berjongkok di lantai. Dia mengeluarkan pisau kecil dari salah satu kantong bajunya. Tanpa aba-aba dia menusukan pisau tersebut ke kulit tangannya. Darah mulai menetes. Tidak sampai di sana, dia membentuk hexagram dari darahnya yang mengucur tadi. Setelah selesai dia memberikan perintah, "jejerkan lilin-lilin di sekeliling sigil!"Temannya mengangguk. Kemudian mulai menjejerkan lilin yang dibawanya. Lilin tersebut dijejerkan mengelilingi hexagram. Setelah itu
Luna masih berdiri mematung. Dia hanya bisa berteriak. Sementara Bella bersiap untuk menerkam dirinya. Gadis itu menutup matanya. Dia terlihat pasrah. Sampai sebuah tangan menariknya ke samping. Menyebabkan lompatan Bella gagal mengenainya.Siapa sangka, Luna berada di dalam pelukan seseorang. Sosok ini adalah, sosok yang sangat dikenalnya. Dia adalah penyelamat Luna. Entah berapa kali lamanya, gadis itu terus menerus diselamatkan olehnya."Ka Galang?" Luna menengok ke atas. Gelap, wajah Galang tidak terlihat. Namun Luna menyadari, dia benar-benar Galang. Tidak salah lagi."Hosh... hosh... hosh..!"Bunyi nafas Galang terdengar tepat di telinga Luna. Membuat jantung gadis itu menjadi berdebar-debar dengan kencangnya. Di dalam hati, dia hanya bisa berdoa, 'Ya Tuhan, semoga ka Galang tidak mendengar suara jantungku yang berdebar dengan kencang ini!'"Kamu ga apa-apa Lun?" tanya Galang. Tangan kanannya merangkul bahu Luna. Membuat gadis itu benar-benar
Brak.. brak... brak...Mereka berdua terkejut mendengar suara gebrakan pintu. Luna bahkan melangkah mundur. Keringat mengalir di pelipisnya. Dia tahu siapa yang ada di balik pintu. Hantu Anastasia yang merasuki Bella sedang berusaha untuk menangkap mereka."Apa yang harus kita lakukan?" tanya Luna. Jika lampu tidak gelap, mungkin Galang bisa melihat wajah Luna yang panik saat ini."Kita tahan pintunya!" Galang langsung mengambil beberapa perabotan dan meletakannya di depan pintu. Mulai dari kursi tua, buku, lampu, pokoknya benda apapun yang mereka temukan langsung dijejerkan di sana. Luna pun membantu, dia ikut mencari beberapa barang.Sampai beberapa menit kemudian, gebrakan di pintu berhenti. Tanpa sadar, Luna dan Galang saling berpegangan satu sama lain. Mereka menunggu sampai Anastasia benar-benar pergi. Ketika mereka tersadar, dengan wajah malu-malu genggaman itu dilepaskan."Maaf!" ucap Galang. Luna hanya mengangguk sambil membuang muka. Enta
"Lunaaaa...! Galang....!" teriak Danny. Brakkk... Tiba-tiba saja pintu yang semula terbuka mendadak tertutup. Danny terkejut. Namun dia tetap mencoba untuk menguatkan hatinya. "Angin itu angin, udah positif thinking aja Dan okeh!" Mahasiswa itu mulai melangkah menelusuri ruang tamu. Dengan berbekal flashlight dari handphone miliknya, dia mencoba mencari petunjuk apa yang terjadi di sini. Krang, suara pecahan kaca yang terinjak mengagetkan Danny. Segera dia mengarahkan senter ke sana. "Apaan nih! Banyak pecahan kaca kaya abis perang aja deh!" ucapnya spontan. "Galang abis nonton MMA kali ya sampai kaya begini. Mana lampunya mati lagi!" Danny mengarahkan handphonenya untuk mencari saklar terdekat. Dia berjalan mendekat ke arah sofa. "Kalau tidak salah ada di sini deh! Gelap banget rumahnya. Bikin serem aja." Setelah beberapa menit mencari akhirnya saklar itu ketemu. Segera dia mendekatkan tangannya untuk menyalakan lampu. Pik..., pik...,
"Christie!" sambil berteriak, Bayu langsung berlari menuju dua orang mencurigakan tersebut. Tanpa berbasa basi, dia segera mendorong salah satu diantara mereka yang menggenggam pisau.Mencegah Bayu, satu orang lainnya langsung menarik lengan mahasiswa tersebut. Sempat Bayu terhuyung dan kehilangan keseimbangan sebentar hingga akhirnya dia terjatuh. Beruntungnya pisau yang berada di tangan salah satu dari mereka langsung terhempas.Bruk!Salah satu tudung hitam memukul pipi Bayu. Erangan kesakitan keluar dari mulut mahasiswa tersebut. Sementara Chriestie masih tertidur pulas. Entah apa yang menyebabkan gadis itu sama sekali tidak terganggu dengan suara berisik dari sekelilingnya. Seakan-akan Chriestie dibuat mimpi indah yang membuatnya tidak akan pernah bangun."Christie bangun!"Bayu telah berteriak sekuat tenaga. Namun sayangnya semua percuma. Gadis itu tidak bergerak sedikit pun. Mambuat Bayu sempat berfikir jika memang Chriestie jangan-jangan sudah meninggal. Tudung hitam itu kemb
"Firasatku berkata ada yang tidak beres Nanny!" ucap Bayu.Nanny masih berkeliling di dalam bangunan tua. Tidak hanya Bayu sebetulnya, dia pun merasakan hal yang sama. Ada sesuatu yang tidak beres di sini."Bukankah Galang berkata bahwa dia benar-benar melihat Chriestie?" Nanny mencoba untuk mengkonfirmasi kembali."Benar Nanny, dia bilang sendiri kalau Chriestie ke sini. Tapi aku benar-benar tidak melihatnya. Yang membuat aku merasakan ada hal yang tidak beres adalah ini!" Bayu menunjuk atas makam yang basah oleh darah. "Ini benar-benar tidak beres!""Karena itulah nak, aku melarang kalian untuk ke sini!" ungkap Nanny. "Inilah hal yang berbahaya. Makam ini adalah makam incaran sekelompok tertentu. Sebelum belanda datang, ada yang bilang tempat ini adalah tempat sakral untuk upacara tertentu! Setiap tahunnya, akan diadakan tumbal. Kemudian tidak lama kerabatku membeli tanah ini. Dan di sinilah dia pun mengakhiri nyawanya!"Bayu tercegang mendengar perkataan Nanny. Jadi tanah yang dia
"Nanny, apakah nanny masih kuat?"Bayu menggopong badan Nanny yang mulai menggigil. Perempuan itu mulai menunjukan tanda-tanda tidak sehat. Dia sedang benar-benar kedinginan. Kabut di luar sangatlah tebal, selain itu kabutnya juga menusuk kulit. "Tenang saja nak, badanku tetap bugar seperti saat aku masih muda!" Nanny berbicara sambil tersenyum. Sayangnya itu tidak bisa menutupi fakta bahwa perempuan tua itu kedinginan. Bayu berhenti sebentar, kemudian dia membuka jaketnya. Dia menyipirkannya ke punggung Nanny. "Semoga jaket ini bisa membuat Nanny terhindar dari dingin sebentar.""Bukankah kamu juga kedinginan nak?" tanya Nanny. Dia memegang tangan Bayu yang juga sedang kedinginan."Aku masih muda Nanny, aku masih bisa tahan!" ucap Bayu.Mereka berdua kemudian melanjutkan perjalanan. Meski sudah tertutup kabut, bayang-bayang bangunan sudah cukup terlihat."Sebentar lagi sampai nak! Kita harus memutar ke arah belakang. Di sanalah pintu masuk bangunan tersebut!" Nanny menerangkan kepa
"Danny?! Sob?! Where are u ganteng?" Galang berteriak memanggil sahabatnya tersebut. Namun nihil tidak ada suara jawaban."Bayu?! Kamu masih di sini?" Galang kembali berteriak untuk memastikan sahabatnya satu lagi."Ya bung!" jawab Bayu.Nanny yang sedari tadi diam akhirnya mulai bersuara. "Apakah Danny terpisah dari kita nak?""Ya Nanny!" kedua mahasiswa itu menjawab bersamaan.Galang menggigit bibirnya. Dia khawatir dengan sahabatnya. Tapi tidak hanya Danny yang sedang dalam bahaya, keberadaan Chriestie juga belum terlihat. Dia mengambil nafas dalam-dalam. Apa yang harus dia lakukan sekarang?Bayu kemudian menepuk pundak Galang. "Mungkinkah kita harus berpencar?""Tapi-!" Galang terdengar ragu. Bagaimana jika ini terakhir kalinya mereka bertemu. Bagaimana jika sahabatnya hilang selamanya. Lagipula jika mereka berpencar lagi, bukankah kejadian ini akan lebih parah?"Kamu mencari Danny, aku mencari Chriestie!" ucap Bayu. Belum sempat Galang memprotes, Bayu sudah melanjutkan perkataann
Kukk.. kuk... kuk...Suara burung hantu terdengar di telinga. Danny berkali-kali melihat tangannya. Meskipun gelap dia melihat bulu kuduknya berdiri. Dia pun merasa ada yang tidak beres di kebun ini."Karena kabutnya tebal. Jangan saling terpisah ya!" pinta Nanny.Kebun belakang memang tergolong luas. Nanny sempat bercerita kalau pada zaman Belanda, kebun ini adalah area perkebunan karet yang luas. Ada juga beberapa tanaman lain. Orang Belanda yang mendiaminya adalah kepala perkebunan. Karena itu areanya lumayan cukup luas.Galang sendiri melihat ke kanan dan kiri. Di sana tidak hanya manusia yang berjalan. Ada keanehan di sini, terutama karena ini bertepatan dengan bulan purnama. "Aneh sekali bulan purnama bersinar terang tapi kabut muncul tebal sekali.""Memangnya itu aneh bro?" tanya Danny."Entah. Rasanya aneh saja sih!" ungkap Galang.Bayu sedari tadi hanya diam. Dia memikirkan Chriestie. Namun ada hal yang menjanggal. Dia merasa tujuan yang mereka tuju salah."Teman-teman. Aku m
"Kamu yakin?" Wajah Bayu langsung berubah menjadi pucat. Sebagai pacarnya tentu saja keselamatan orang yang dia sayang adalah segalanya. "Apakah kita tidak sepatutnya memeriksa kamar Chriestie terlebih dahulu? Siapa tahu kamu salah lihat Lang!""Tapi dia masuk ke hutan Bay!" ungkap Galang. Sama seperti Bayu wajah Galang pun panik. Tadinya dia berniat untuk menyusul Chriestie sendiri ke kebun. Tapi dia memikirkan Bayu. Sehingga akhirnya mahasiswa itulah yang pertama kali dia kabari.Saat sedang terjadi keributan. Danny keluar dari kamarnya. "Kalian ngapain bro? Jam dua pagi astaga! Tidur woy tidur. Besok ada mata kuliah pak Herman. Galak betul dia. Takut aku!"Bayu dan Galang akhirnya saling tatap. Mereka kemudian berteriak secara bersamaan. "Chriestie berjalan ke kebun sendirian!"Danny langsung membuka mulutnya lebar. Dia langsung berlari. "Kalau gitu tunggu apa lagi kalian! Cepat kejar bodoh!"Mereka bertiga lari dengan tergesa-gesa. Sampai akhirnya mereka sadar pintu terkunci."Duh
"Jangan marah-marah dulu lah bung! Kamu bantu aku untuk membawa dia kembali ke kamarnya. Setelah itu aku akan menceritakan semuanya!" ucap Galang."Kalau gitu biar aku aja yang gendong dia!" pinta Bayu.Galang mengangguk. Dia memperhatikan sahabatnya. Ternyata Bayu yang dia kenal bucin kepada Chriestie. Sebetulnya sih ingin mengejek tapi dia tahan dulu.Satu menit berlalu sampai akhirnya Bayu menengok Galang."Apa?" tanya Galang."Bantu sob, berat ternyata dia!" ucap Bayu."Dibilang juga apa! Makanya gak usah sok menjadi seorang pangeran dong!" Galang tidak bisa menolak untuk mengejek Bayu.Akhirnya mereka berdua membopong Chriestie kembali ke kamarnya. Seolah-olah tidak ada apapun yang terjadi tadi malam."Jadi ceritakan semuanya!" pinta Bayu."Sebaiknya di luar Bay! Jangan sampai dia terbangun!" ucap Galang.Mereka akhirnya menuju kamar Galang. Namun ternyata yang terbangun pada saat itu bukan hanya Bayu dan Galang. Ada satu orang lagi yang berada di sana."Sarah, sebaiknya kamu tid
"Gengs aku merinding ya!" Danny mendekap tubuhnya sendiri. sembari berkata "hiyy" dia pun merasakan kengerian dan hal aneh."Rasanya kaya rumah ini diincar ga sih?" tanya Bayu.Mereka saling berpandangan satu dengan yang lain. Ketiganya merasakan hal yang sama. Seperti nyawa mereka sedang dalam bahaya."Apa kita harus bilang ke Nanny dan yang lain?" Bayu bertanya kembali."Jangan dulu kayanya! Takut mereka khawatir. Kita lihat dulu aja situasinya," ucap Galang."Benar. Apalagi di sini ada cewe sekarang. Kalau mereka khawatir dan panik ga asik!" ucap Danny."Yasudah kita bertiga sepakat ya buat nyembunyiin hal ini, tapi kalau nanti ada sesuatu buat kedepannya. kita langsung susun rencana lagi!" Galang berkata dengan penuh tenaga. Dua sahabatnya yang lain langsung menggangguk. Mereka hanya bisa berharap bahwa kedepannya akan baik-baik saja.***Kriing....Telepon di rumah berbunyi. Nanny yang kala itu berada di ruangan yang sama langsung mengangkatn
"Hah? Megang tangan?!"Dari mereka bertiga justru Danny yang terlihat panik. Padahal sebelumnya dia adalah orang yang seakan paling berani dan tidak percaya dengan hal mistik."Ja-jangan bercanda!?" ucapnya.Dari sela-sela pandangan dibalik kabut. Mata mereka langsung menerawang ke arah lengan Bayu. Benar saja, sebuah tangan panjang dan berkeriput terlihat di sana. Ketiganya langsung bergetar. Sementara Bayu hanya bisa diam dengan muka yang pucat.Tidak lama kemudian seseorang muncul dari balik kabut. Rambutnya putih beruban dengan lengan yang sudah berkeriput. Mereka bertiga terkejut melihatnya."Na-nanny!?" ucap mereka bertiga serempak."Anak-anak nakal! Sudah kubilang tidak usah mencari tahu lebih jauh. Ayo semuanya kalian kembali!" ucap Nanny. Dibandingkan kaget, mereka bertiga malah terlihat bergembira ketika melihat kedatangan Nanny. "Syukurlah itu hanya Nanny!" ucap Galang. "Aku pikir hantu!" sergah Bayu. "Kalian cepat kem