"Sayang, aku berangkat dulu ya, assalamuaikum."
"Iya mas, walaikum salam. mas hati hati ya," jawab Zahra yang kini mencium tangan sauaminya, sebuah kebiasaan yang tak pernah tertinggal sebelum meninggalkan rumah mencium tangan suami dan mengecup kening istri.Kini Roni pun meninggalkan rumah, ia melaju menuju PT Zahni Group, perusahaan yang berdiri dibidang properti yang dikelola Roni mulai dari nol, dan sekarang perusahaan itu berdiri dengan kokoh dan mempunyai banyak pemasukan."Buat apa kerja mati-matian kalau ngga punya anak? Hartanya kelak siapa yang akan mewarisi?"Tiba tiba terdengar suara itu yang membuat ekspresi wajah Zahra seketika berubah, senyumnya menghilang setelah apa yang ia rasa saat ini tak lagi sama."Seharusnya kamu mikir Zahra, Roni itu butuh penerus, kelak dia akan butuh seseorang yang bisa meneruskan usahanya saat ini. Kamu jangan egois dong, yang ngga mau pergi dari Roni, karna ngga mau menderita diluar sana. Jangan mentang mentang dia selalu membelamu, kamu juga harus mikirin perasaan suamimu dong, asal kamu tau ya, ngga ada suami yang ngga kecewa dan ngga sedih kalau tau kenyataan istrinya mandul, begitu juga sama Roni walaupun dia bilang ngga sedih, tapi itu ngga mungkin, dia juga rindu kehadiran seorang anak kali," cerocos Fatimah yang membuat Zahra terdiam."Tapi ini kamu malah ngga tau diri, dan ngga mau berfikir bagaimana caranya membuat suamimu bahagia."Mendengar semua ucapan itu, Zahra hanya menghela nafas dan melangkah satu langkah lebih dekat dari Fatimah."Ibu fikir aku mau ada diposisi ini? Ngga bu, ibu fikir aku juga ngga sedih? Sedih. Aku juga rindu seorang anak, bukan cuma ibu dan mas Roni yang kecewa tapi aku juga kecewa bu.""Ya itu tau, kamu aja kecewa sama diri kamu sendiri gimana ibu dan suamimu?""Kalau bukan karena mas Roni aku ngga akan melakukan ini bu," ucap Zahra yang membuat Fatimah mengerutkan dahi ia berfikir apa maksut dibalik ucapan itu."Apa maksudmu Zahra?" Tanya Fatimah yang membuat Zahra terdiam, ia tak akan memberitahu masalah ini pada siapapun termasuk Fatimah ibu mertuanya.Tanpa berkata Zahra kini meninggalkan tempat, dari pada ia harus menahan emosi tingkat tinggi yang hampir tak dapat terbendung. Sementara di kantor, Roni yang kini telah memasuki ruangan kerjanya, ia kembali memulai aktifitasnya setelah dua hari ia tak datang.Tok tok tok"Masuk," ucap Roni setelah mendengar suara ketukan pintu itu.Kini pintupun perlahan terbuka, seorang wanita yang tampak memasuki ruangan berAC ini."Roni," panggil wanita itu yang membuat Roni kini menegakan pandangannya, seketika matanya melebar setelah ia tau siapa wanita yang kini berada dihadapannya itu."Kamu," ucap Roni pada wanita yang ternyata adalah Jesika, wanita yang dijodohkan Fatimah untuknya."Hay," sapa Jesika dengan senyuman manis."Ngapain kamu kesini? Disuruh ibu lagi?" Tanya Roni yang pandangannya kembali tertuju pada beberapa berkas yang ada dihadapannya."Ngga kok, aku kesini atas kemauanku sendiri.""Lalu kamu mau apa? Kalau kamu mau bahas soal perjodohan itu, maaf saya ngga bisa.""Kenapa Ron? Kenapa kamu menolak perjodohan itu?" Tanya Jesika yang kali ini membuat Roni memandangnya dengan tajam."Apa sih maksut kamu? Kamu kan tau saya udah punya istri, kenapa kamu masih berharap untuk saya menerima perjodohan itu?""Tapi istri kamu itu mandul Ron, emang ada yang bisa kamu harapin lagi dari dia?""Jaga mulutmu Jesika, kamu ini orang lain jangan ikut campur masalah rumah tangga saya," jawab Roni dengan nada sedikit tinggi.Ia tak terima jika istrinya dibicarakan tidak baik pada orang lain, termasuk Jesika. Jika ibunya pun bisa ia tentang mengapa Jesika tidak? Jangan harap bisa menjelek-jelekan Zahra dihadapannya, karena itu tidak akan mungkin ia biarkan."Bukannya itu kenyataannya Ron? Tante Fatimah sendiri loh yang cerita sama aku. Udahlah Ron dari pada kamu berharap yang ngga pasti dari istri kamu itu, mendingan kita nikah kita akan segera punya anak, karena aku bisa kasih keturunan buat kamu.""Tidak, saya tidak akan meninggalkan istri saya dalam kondisi apapun, sekalipun sekarang dia mandul, saya tetap mencintainya," jawab Roni yang membuat Jesika menggelengkan kepala.Tak dapat berkata apa apa lagi dihadapan Roni, kini Jesika pun dengan cepat meninggalkan tempat, dan membuat Roni menggelengkan kepala lalu kembali dengan aktifitasnya."Susah ya bicara sama orang yang buta karena cinta, Roni Roni masih aja kamu perjuangin istri yang udah jelas jelas ngga ibu kamu suka," gumam Jesika setelah kini berada didalam mobilnya.Ia sedikit kecewa dan malu dihadapan Roni karena apa yang ia katakan ditepis mentah mentah olehnya."Kamu lihat aja, aku ngga akan tinggal diam kamu tolak aku kaya gini, aku akan manfaatin tante Fatimah untuk bisa dapetin kamu," tambah Jesika dengan tersenyum sinis.••••"Zahra, Zahra," panggil Fatimah yang membuat Zahra kini berlari mendekat."Ia bu, kenapa?""Ini, tolong kamu antar tas ini kerumah teman ibu ya," ucap Fatimah seraya mengulurkan sebuah tas berwarna coklat kehadapan Zahra."Rumahnya dimana bu? Aku ngga tau.""Ini alamatnya udah ibu tulis kok, buruan ya keburu dia nunggu," jawabnya yang membuat Zahra mengangguk.Kini ia pun meninggalankan tempat dan melaju menuju sebuah alamat yang dimaksut Fatimah, kepergian Zahra membuat Fatimah tersenyum entah apa yang sedang ia rencanakan kali ini."Aneh banget, biasanya ibu selalu berangkat sendiri, kenapa ini suruh anter aku?" Gumam Zahra kala kini berada didalam taxy online yang akan mengantarnya ke alamat tersebut.Sesampainya ditempat, kini Zahra mengetuk pintu yang sesuai dengan alamat yang di berikan Fatimah padanya. Tak lama kemudian, seorang laki laki yang kini muncul dihadapannya."Maaf, apa ini rumah bu Erni?""Iya itu ibu saya, ada apa ya?""Oh, ini saya disuruh ibu anter tas ini untuk bu Erni," ucap Zahra yang mengulurkan tas itu pada laki laki yang kini ada dihadapannya.Namun saat laki laki itu hendak menerimanya tiba tiba ia seperti ingin terjatuh dan membuat Zahra spontan menolongnya, dari kejauhan tampak sebuah kamera kini mengabadikan pemandangan itu, posisi dimana Zahra dan laki laki itu tampak seperti berpelukan. Ternyata ini adalah rencana licik yang dilakukan oleh Fatimah, dan ia akan memberikan gambar itu pada Roni anaknya, tujuannya sudah pasti agar mereka bermasalah dan akhirnya berpisah.Tidak menyangka jika Fatimah akan tega melakukan hal ini pada Zahra, kebencian memang mengubah segalanya, karena kebenciannya membuat Fatimah kini menutup mata akan tindakan yang benar atau salah. Baginya membuat Zahra hancur adalah kebahagiannya saat ini, membuat Zahra ditinggalkan Roni adalah tujuannya saat ini, dan menikahkan Roni dengan Jesika adalah keinginannya saat ini.••••"Roni, kamu harus lihat ini, ibu ngga nyangka kalau ternyata istri kamu itu ada main sama laki laki lain dibelakang kamu, keliatannya aja baik tapi ternyata..." ucap Fatimah seraya memberikan beberapa lembar foto pada Roni. Kali ini Fatimah yakin jika Roni akan marah dengan Zahra.Perlahan Roni meraih foto itu dan matanya melebar setelah ia melihat gambar apa yang ada dihadapannya saat ini. Namun Roni masih berusaha menahan amarahnya karena ia belum mendengar jawaban dari Zahra sendiri. Sebagai suami Roni mencoba untuk selalu percaya dengan Zahra, dan selalu ingin mendengar jawaban langsung setiap masalah yang ada diantaranya."Jadi ibu nyuruh aku pulang cuma buat ini? ibu ibu, mungkin ini cuma salah faham bu, atau mungkin cuma foto editan, aku percaya kok sama istriku, dia ngga mungkin berbuat hal seperti ini," jawab Roni yang membuat Fatimah terbelalak, karena jawaban Roni ternyata tak sesuai harapannya."Roni Roni udah jelas jelas dia selingkuh, ada buk
"Jadi Jesika mau kamu yang pegang pembangunan hotelnya di Surabaya?""Iya sayang, aku terima kerjaan itu bukan karena apa apa, aku hanya ingin provesional aja dalam bekerja, jadi aku harap kamu ngerti ya, karena aku ngga akan mecem macem dan ngga akan aneh aneh. Makanya sebelum kerjaan ini berjalan aku ngomong dulu sama kamu, karena nantinya mungkin aku akan lebih banyak buat keluar bareng dia ke Surabaya, ya untuk urusan proyek itu," jawab Roni yang membuat Zahra terdiam.Langkahnya sedikit menjauh, ia berfikir dan mencoba meyakinkan hatinya jika tidak akan terjadi hal yang tidak diinginkan setelah ini."Iya mas, aku percaya sama kamu, aku cuma pesen hati hati ya mas, hati hati untuk semuanya, termasuk hati hati juga dalam menghadapi Jesika.""Iya sayang aku ngerti, makasih ya, yang terpenting kamu bisa percaya sama aku, itu udah buat aku tenang," jawab Roni yang membuat istri mungilnya itu tersenyum bahagia.Belum selesai Roni dam Zahra
"Sayang, tadi aku ketemu sama Aliya, ngga nyangka banget setelah sekian lama aku ngga ketemu dia, akhirnya aku bisa ketemu sama dia lagi," ucap Roni yang membuat Zahra mengerutkan dahi dan seketika terdiam.Ia berusaha untuk mengingat siapa wanita dibalik nama Aliya itu, namanya terdengar tak asing, bahkan gambaran wajahnya pun masih ia ingat sampai sekarang."Aliya?""Iya, Aliya itu sahabat SMA aku," jawab Roni tersenyum.Namun kabar itu justru tak membuat Zahra bahagia, entah apa yang kali ini ada difikirannya, rasanya ke khawatiran mulai melanda saat ia kembali mendengar nama Aliya ditelinganya."Kenapa dia harus kembali?" Batin Zahra dengan pandangan merenung.Kini ingatannya kembali pada beberapa belas tahun yang lalu, saat dimana masa SMA yang sedang mereka jalani.Kala itu Zahra tidaklah satu sekolah dengan Roni dan Aliya. Namun antara Zahra dan Aliya berhubungan sahabat sangat dekat, saat itu banyak sekali cerita
Pagi ini, Zahra memulai aktifitasnya didapur, karna hari ini ART nya sedang cuti pulang kampung. Namun bukan hal baru bagi Zahra jika harus memasak untuk sarapan pagi suaminya, pasalnya ada ART sekali pun selalu ia yang menyiapkan sarapan khusus untuk Roni. Dengan gerak lincah dan luwes kini Zahra beradu dengan alat alat memasaknya, memasak dengan sepenuh hati, karena baginya selain bumbu yang melezatkan makanan, tapi juga perasaan iklas dan bahagianya yang akan membuat masakan itu lebih terasa nikmat."Kamu lebih pantas seperti ini."Tiba tiba terdengar suara itu di dekatnya, yang membuat aktifitas tangan Zahra seketika terhenti dan dengan cepat menoleh, ia terkejut setelah ia dapati Fatimah yang saat ini sedang terfokus memperhatikannya."Ibu.""Ibu lebih suka lihat kamu seperti ini, dari pada kamu yang jadi istri Roni tapi ngga berguna," celetuk Fatimah yang membuat nafas Zahra hampir terhenti.Dipagi buta ini, ia sudah mendapat serang
Disebuah cafe, dibawah gemericik air hujan, kini Fatimah dan Jesika mengatur rencana untuk kembali menjauhkan Roni dengan Zahra. Tak pernah jera dan tak pernah bosan untuk melakukan hal itu, karna bagi mereka berpisahnya suami istri tersebut akan membuatnya bahagia."Jadi, mungkin kamu bisa percepat proyek kamu dengan Roni di Surabaya, dan disana kamu bisa jalani rencana kita ini," ucap Fatimah yang membuat Jesika kini tersenyum."Oke, aku akan jalani rencana ini dengan cantik, makasih ya tante, tante udah izinin Roni buat aku.""Iya sayang, tante seneng kalau nanti kalian menikah."Begitulah sepenggal kalimat yang diucapkan Jesika dan Fatimah.••••"Mas, kamu cobain deh kue buatan aku," ucap Zahra yang kini menaruh sepiring kue berwarna hijau dihadapan Roni."Oke, aku cobain ya.""Hem, ini enak banget sayang," ujar Roni setelah merasakan rasa dari kue tersebut."Beneran mas?""Iya beneran. Kam
"Wah, kamu hebat ya Ron, bisa punya perusahaan sebesar ini, dan ini ruangan kamu? gede banget, bagus lagi," ucap Aliya kala kini ia memasuki sebuah gedung bertingkat bersama Roni.Pandangannya tak terhenti memandang tiap sudut ruangan megah ini. Ini adalah pertama kalinya Aliya saksikan tempat yang sama seperti tempat dimana para aktris atau aktor bersyuting ftv."Tapi maaf ya Al, aku cuma bisa bantu ini ke kamu.""Ngga papa Ron, ini udah lebih dari cukup kok, kan kamu udah bantu aku banyak."Ditengah tengah percakapannya, tiba tiba terdengar seseorang mengetuk pintu."Masuk," ucap Roni yang membuat pintu kini perlahan terbuka.Tampak seorang wanita berjalan bak model memasuki ruangan, ternyata dia adalah Jesika. Pandangan Aliya tak terhenti memperhatikan betapa cantiknya wanita bertubuh ideal ini berpenampilan."Hem, Al kamu silahkan mulai kerja ya, kalau ada yang perlu ditanyain kamu temui Dian, dia senior kamu."
"Aku minta maaf ya mas, tadi malem aku udah buat mood kamu berantakan. Sebenernya aku ngga ada maksut apa apa, aku cuma...""Udahlah Ra, aku lagi ngga mau bahas hal itu sekarang. Hari ini dan beberapa hari kedepan, aku berangkat ke Surabaya, kamu hati hati ya dirumah.""Iya mas, kamu juga hati hati ya mas disana, aku akan selalu doain kamu, semoga kerjaan kamu lancar. Jaga diri baik baik ya mas, jangan lupa sholat dan jangan telat makan.""Iya sayang makasih ya, yaudah aku berangkat dulu, assalamualaikum.""Walaikum salam.""Hati hati ya Ron, semoga kamu senang disana," sambar Fatimah dengan sumringah.Ya, wajahnya tampak bahagia karena ia kembali teringat akan rencananya, dan ia memastikan jika rencananya kali ini akan berjalan dengan indah.Setelah kepergian Roni pagi ini, suasana seketika menjadi sunyi, hening dan seperti ada yang hilang. Ya mungkin karena Roni pergi untuk beberapa hari kedepan."Sepi banget
"Assalamualikum mas, kamu udah makan belum? Jangan lupa makan ya mas, aku ngga mau kamu sakit.""Iya sayang, udah kok aku udah makan, kamu sendiri udah makan?""Udah kok.""Zahra, kamu yang sabar ya. Saat aku ngga ada mungkin ibu lebih leluasa buat marahin kamu, tapi aku minta kamu harus sabar, teruslah berbuat baik dan terus lah peduli sama ibu, lama lama hati ibu pasti luluh kok," ucap Roni yang membuat ekspresi wajah Zahra seketika berubah.Pasalnya baru saja ia kembali mendengar sebuah kata kata menyayat hati yang kembali terlontar dari bibirnya."Istri ngga berguna, mandul dan selalu buat susah, kenapa sih Roni selalu membela mu? Memang ya, cinta itu benar benar membuat sesorang menjadi bodoh."Sekiranya begitulah sepatah kalimat yang telah membuat hati Zahra terluka."Sayang, kamu kenapa? Kamu ngga papa kan?" Tanya Roni yang membuat lamunan Zahra kini terbuyar."Ngga papa kok mas, iya aku pasti sabar kok m
Hari ini adalah hari bahagia yang dinanti Rina dan Rizki tiba, hari pernikahan yang hendak mengubah status mereka menjadi menikah.Pagi ini, Zahra yang telah bersiap dengan penampilan elegannya, penampilannya cantik namun wajahnya tak berhias senyuman.Matanya meremang, penuh air mata yang seketika dapat menghapus make up di wajahnya."Kalau ini memang takdir kita, aku akan terima mas," ucap Zahra yang berusaha tegar.Sementara Rina dan Roni yang kini telah bersiap dengan penampilannya masing masing, sebuah gaun berwarna putih menghiasi tubuh mungilnya dengan sangat cantik.Bibir nya tersenyum, dan merona. Ekspresi wajah bahagia itu tak hilang dari wajah ayu gadis mungil yang akan segera mendapat gelas istri tersebut.Masalah akan Zahra, sementara terlupakan. Belum lagi memikirkan kemana pergi nya Zahra setelah kembali ke Jakarta?Dan Roni yang kini sudah siap menyambut kedatangan calon menantu yang tidak lain adalah sahabatn
"Gimana Jes, udah jadi kan? undangannya juga udah disiapkan?""Udah Ron, ini udah aku siapin semuanya," ucap Jesika seraya memberikan sejumlah undangan pada Roni.Lagi lagi perkara sakit hati, Zahra tak dapat menahan air mata kala melihat keakraban yang terjadi kepada Jesika dan suaminya.Meski mulut sudah mencoba mengucap iklas namun hati rasanya masih belum bisa. Berat dan sulit adalah rasa untuk mengikhlaskan cintanya."Lusa hari pernikahannya, akan kah aku sanggup?" batin Zahra dengan air mata yang kembali menetes."Jes, setelah ini kita cek gaun nya ya, kalau sudah siap langsung saja dibawa pulang, waktunya kan udah ngga lama lagi.""Iya Ron, mungkin lebih baik begitu. biar kita jadi lebih santai nantinya," jawab Jesika yang membuat Roni mengangguk.Entahlah, pemandangan yang terjadi rasanya mengarahkan pikiran Zahra pada pernikahan mereka, meski sebenarnya tidak ada hubungannya.Ditengah tengah perbincanga
Rina gadis mungil yang kini tersadar paska operasi, perlahan matanya terbuka. Penglihatannya tampak buram, orang pertama kali yang ia lihat tampak tersenyum padanya, namun entah siapa pemilik senyum manis itu.Berulang kali Rina mengerjap ngerjapkan matanya, agar penglihatannya tak lagi buram, setelah cukup jelas memandang, ternyata wajah manis itu milik Rizki.Laki laki yang tidak lain adalah calon suaminya. laki laki itu tersenyum membuat hati Rina tenang, dengan pandangan mata yang tertuju tajam menatapnya."Abang," ucapnya lemah.Alih alih menjawab, laki laki berkaca mata itu justru meneteskan air mata. Tanda bahagia karena melihat orang tersayangnya membuka mata.Tak berkata apa pun, Rizki yang seketika mendekap tubuh Rina, dengan sangat erat, berharap tak akan terjadi hal sama diantara mereka."Abang kenapa nangis?" tanya Rina setelah dekapan Rizki terlepas.Perlahan jari jari lentik itu mengusap air mata yang tamp
Kembali dengan aksi pengintaian nya, Zahra yang kembali ke rumah Roni untuk mengintai Roni yang sedang mengurus pernikahan. Pagi ini kembali ia melihat Roni memasuki mobilnya, Namun pandangan nya seketika tertuju pada Fatimah yang kini keluar dengan sebuah kursi roda. Matanya terbelalak, kala ia melihat sang mertua."Loh ibu kenapa? kenapa dia pake kursi Roda?" gumam Zahra dengan pandangan tak berkedip.Pandangannya terputus setelah melihat mobil Roni melaju, dengan cepat Zahra pun mengikutinya."Ikuti mobil didepan ya pak," ucap Zahra pada sopir taxy.Setelah diikuti, ternyata mobil Roni terhenti dihalaman perusahaan tempat nya bekerja."Ternyata mas Roni mau kerja," batinnya dengan pandangan tak berkedip memperhatikan tubuh Roni yang kini sudah memasuki gedung.Sementara Roni yang kini melangkah menuju ruangan Jesika. Mengetuk pintunya, dan lalu masuk."Ron, ada apa?""Jes, aku minta bantuan boleh?"
Keesokan harinya, Zahra yang kini sudah berpenampilan rapi, hendak kembali ke Jakarta dan bersua dengan keluarganya."Nek, nenek yakin mau disini sendiri? ikut aku aja yuk, biar aku rawat nenek dirumah ku.""Ngga usah nak, nenek lebih nyaman tinggal disini."Terdiam mendengar jawaban yang nenek Misni beri. Tak tega jika akan meninggalkan wanita tua itu sendiri, sementara sang suami yang sudah tak lagi ada disampingnya."Yaudah kalau gitu aku pamit ya nek. Makasih untuk semuanya atas kebaikan nenek dan almarhum kakek, nenek disini hati hati ya, jaga diri baik baik, dan jangan lupa jaga kesehatan," ucap Zahra menggenggam tangan keriput wanita tua dihadapannya tersebut."Iya nak, kamu juga hati hati ya, semoga sampai tujuan dengan selamat, sering sering main kesini ya, ke gubuk nenek ini.""Pasti nek, pasti, kebaikan nenek ngga akan pernah aku lupain. Yaudah kalau gitu aku berangkat ya, assalamualaikum.""Walaikum salam."
Hari demi hari berlalu, Zahra yang masih menanti kedatangan Roni kembali, ia selalu menunggu kedatangan Roni atau pun orang suruhan suaminya itu, diwarung sate, mau pun dirumahnya.Bahkan ia mewanti wanti nenek Misni, jika bertemu beberapa orang tersebut ia harus menjawabnya dan memberi tahu dimana Zahra saat ini.Namun setelah beberapa hari menunggu, Roni, Rina, Rizki atau pun anak buah Roni tak lagi datang, hingga membuat Zahra kembali bersedih, rasa penantiannya seakan tak berujung."Apa kamu mulai lelah mencari aku mas? kenapa kamu ngga datang lagi? aku disini mas, datang lah," batin Zahra dengan aktifitas mencuci piringnya.Sementara Roni, yang saat ini belum ada waktu untuk mencari sang istri kembali, karena sibuk dengan Fatimah yang saat ini juga sedang sakit.Sebenarnya, Roni ingin kembali ke Desa itu, desa dimana Zahra berada. Namun, fikirannya terlalu penuh dengan masalah masalah yang datang silih berganti.Kali ini Ron
"Aaa..."Suara teriakan itu terdengar ditelinga Rina, suara yang berasal dari kamar Fatimah itu dengan cepat ia hampiri. Setelah membuka pintu kamarnya, Rina tak menemukan Fatimah disana, namun kini pandangannya tertuju pada pintu kamar mandi yang tak tertutup rapat.Dengan cepat Rina pun masuk, seketika mata nya terbelalak kala ia dapati Fatimah yang telah tergeletak tak sadarkan diri disana. "Astagfirullah oma, oma bangun oma," ucap Rina menggoyang goyangkan lengan Fatimah.Melihat Fatimah yang sudah tak berdaya, dengan cepat Rina meraih ponselnya, menghubungi Rizki karena siapa lagi dapat membantunya saat ini kalau bukan dia?"Iya Rin, ada apa?""Bang, tolong dong. Ini oma pingsan bang, jatuh dari kamar mandi," ucap Rina yang membuat Rizki terbelalak."Yaudah saya kesana sekarang, jaga oma sebentar," ucap Rizki yang lalu dengan cepat beranjak meninggalkan cahaya resto.Setelah beberapa menit kemudian, kini R
"Ada apa Jes?""Ron, ada kerjaan ke luar kota, kamu bisa kan hadir?" ucap Jesika yang membuat Roni sejenak terdiam.Lalu bagaimana dengan pencarian Zahra selanjutnya? jika Roni harus pergi keluar kota."Ron aku tau kamu sedang sibuk mencari istrimu, tapi klien ini sangat penting Ron, demi nama perusahaan," tambah Jesika yang membuat Roni terdiam.Ia tampak berfikir keras, ingin menolak namun itu artinya ia tak bertanggung jawab akan pekerjaannya."Bagaimana Ron, bisa kan?"Perlahan Roni pun mengangguk."Ya saya bisa."Tersenyum dan menghela nafas lega setelah mendapat anggukan dari Roni."Di kota mana Jes?""Di Malang Ron, kamu ngga sendiri, Seto akan menemani mu," jawab Jesika yang membuat Roni mengangguk.Tak menunggu lama, dengan cepat Roni mempersiapkan semua berkas nya dan semua materi yang akan ia sampaikan di Malang nanti.Seakan tak ingin membuang waktu, lebih cepat le
"Apa, ayah merestui?""Ya, saya sudah bilang semuanya, kalau saya menyukai kamu," jawab Rizki yang membuat Rina mengerjap ngerjapkan matanya.Tak menyangka akan seserius ini."Itu tandanya sekarang kamu udah resmi," ucap Rizki terpotong, dengan pandangan tajam memperhatikan wajah gadis mungil dihadapannya ini."Resmi apa?""Resmi jadi pacar saya, dan saya akan sesegera mungkin menikahi kamu."Deg!Ucapan itu membuat jantung Rina seakan ingin terlepas, membuatnya bergidik ngeri, tak menyangka akan semengerikan ini. Namun, bagaimana pun Rina harus menyadari bahwa lawan nya saat ini memanglah laki laki matang, yang sudah jelas akan membawanya kearah sana.Ia tidak akan lagi bermain main atau mengulur ngulur sebuah hubungan, karena bagi laki laki berusia matang, lebih cepat lebih baik.Bibir Rina tersenyum, namun senyumnya tak sedap, rasa bahagia bercampur tak menyangka, Rina membutuhkan sedikit waktu lagi