Beberapa hari yang lalu di atas pohon milik Nay, kembar 4 yang merupakan Ratu dari kota Danirmala sedang bersantai di sana. Mereka sedang membicarakan tentang Al yang sudah direinkarnasi berdasarkan informasi dari Dewi cahaya.
"Ayo segera temui Al!" rengek Noe sambil menarik lengan baju dari Noa dan Nia.
"Kita mau bagaimana saat menemuinya!?" Nia terlihat gelisah dan menepis tangan Noe.
"Sudah puluhan ribu, ahh malah mungkin ratusan ribu nyawa yang sudah aku renggut dengan tanganku ini," ujar Noa dengan panik sambil mengangkat tangannya dan ditatapnya dengan serius.
"Gelar yang kita miliki juga apa Al bisa menerimanya?" ucap Nia dengan matanya yang mulai sembab.
"Kalian tau sendiri kan bagaimana sifat Al? Dia itu tidak pernah mempermasalahkan apapun selain sifat posesif dan cemburunya!" ujar Noe sambil mengusap air mata yang sudah menetes di pipi Nia.
"Iya ay
Karena terlalu marah dengan kelakuan Al yang melindungi cewek lain, mereka kemudian kembali ke kota Danirmala. Sekarang kemarahan mereka bertambah, karena tidak hanya cewek biasa saja yang berada di sisi Al, tapi malah seorang vampir. Makhluk yang selama ini mereka benci karena selalu haus akan darah, terutama kelakuan licik dari Victor sang Raja Vampir."Sudahlah Nia, jangan kau tangisi lagi," ujar Noe sambil memeluk kakaknya dan ia usap usap kepalanya. Bukannya mereda, tangisan Nia malah semakin menjadi-jadi.Wushhh... Angin tiba-tiba berhembus di dalam kamar mereka yang tertutup, tidak lama kemudian muncullah secercah cahaya. Kembar empat tidak terlihat terkejut sama sekali, mereka masih duduk seperti sebelumnya."Apa yang kalian lakukan? Aku sudah memberikan kalian petunjuk tapi malah kalian perburuk!" ujar sesosok yang yang ternyata adalah Dewi Cahaya."Kau tidak bilang kalau Al berselingkuh!" teriak Noa samb
Karena tidak ada kelanjutan informasi dari quest yang aku taruh di guild, aku putuskan untuk berkeliling benua ini. Awalnya aku ingin berkeliling sendirian, tapi Violet dan Erin memaksa untuk tetap ikut denganku."Karena kau tuan kami," ujar Erin ketika aku tanya kenapa ikut denganku."Lalu, mulai dari mana ini?" tanyaku karena tidak mengetahui peta wilayah benua ini."Tuan kalau ke timur tidak ada kerajaan lagi, sampai ujung benua hanya ada hutan saja," ujar Violet."Kan memang kerajaan mereka tidak diketahui lokasinya," jawabku karena Danirmala kota tersembunyi, mungkin saja di antara hutan yang luas itu."Tidak ada tuan, saya sudah menjelah di semua tempat," ujar Violet yang saat awal ketemu memang di wilayah timur."Oh ok baiklah, kita ke barat!" seruku."Menaiki saya saja tuan," ujar Violet yang berjalan menuju ke luar rumah.
"Tidak ada orang sama sekali!" Noe kaget saat melihat keadaan di dalam rumah Al, ia tidak menemukan seorangpun di sana."Aku juga tidak merasakan hawa keberadaan," ujar Nia yang sedang memasuki rumah."Mungkin Al sedang mencari kita," ujar Nay yang terlihat cukup gelisah."Tunggu dulu, dia putra mahkota kerajaan Lamris 'kan!? Apa mungkin?" ujar Noa yang menbuat mereka mendapatkan secercah harapan."Tidak mungkin dia kembali, memangnya Al tipe orang yang suka dengan harta dan kekuasaan?" Noe mematahkan harapan mereka, semua saudarinya terlihat murung kembali karena ucapannya."Lalu apa yang akan kita lakukan!?" Nia kembali bersedih, ia sangat menyesal karena kemarin tidak membiarkan laki-laki yang ia cintai berbicara."Noa, coba pasang quest di guild untuk memancing Al, kemungkinan besar dia menjadi petualang," ujar Nay kepada Noa."Plate
Di kota Danirmala, Ratu Elf dan Ratu Peri bersantai di atas pohon milik Nay, mereka menunggu Noa dan Nay yang sedang menuju kota Araves. Karena pohon yang sangat tinggi, mereka rebahan sambil memandangi lautan luas yang ada tepat di pinggir kota.Kota Danirmala yang pada reinkarnasi Al yang kedua sudah berganti nama menjadi kota Danir. Kota kuno yang terkenal dengan akademi sihirnya, namun tidak ada yang mengetahui pasti lokasinya."Bagaimana kalau Al memang benar tidak ada hubungannya dengan dua gadis kemarin? Bagaimana kalau Al kecewa dengan kita?" Nia mendekatkan posisi duduknya kepada Noe."Jangan khawatir, Al tidak mungkin semarah itu kepada kita," ujar Noe yang masih terlihat jelas raut gelisah di wajahnya."Jangan khawatir bagaimana!? Kamu saja masih bingung harus bagaimana kan!?" teriak Nia yang membuat Noe menjadi murung.Di sela-sela heningnya keadaan, tiba-tiba saja No
Hanya dengan sekali getakan sayap yang memutar, Violet bisa memotong kedua sayap ular terbang itu. Amphiptere itu terjatuh ke rawa-rawa dan ternyata masih bisa bergerak, ia berenang melewati akar pohon yang tergenang oleh air rawa menuju pemukiman ini."Violet!" teriakku yang berada di depan salah satu rumah pohon.Violet segera melesat, ia mampu melewati sela-sela pepohonan dengan menekuk sayapnya ke belakang. Dia terkam ular tadi di badannya dan kemudian terbang lagi membawanya. Hembusan angin sangat kencang saay Violet mengepakkan sayapnya untuk terbang."Cepat masuk ke dalam!" teriak seorang pria yang berpakaian minim, pakaian yang masih ditenun secara kasar. Dia menyuruh seorang perempuan yang masih berlari di jembatan kayu. Jembatan kayu yang menghubungkan antar rumah pohon itu ikut terhempas karena angin yang ditimbulkan oleh Violet.Erin dengan sihir gravitasinya membuat kayu-kayu yang beterb
Di salah satu sisi gunung berapi itu, terdapat lubang berbentuk segitiga seperti dinding gunung yang sobek. Di antara dinding itu terdapat jalan batu yang cukup lebar, tapi di sisi kanan dan kirinya merupakan kolam lava. Jade berjalan di depan kami dengan masih didampingi oleh Wyvern miliknya."Kok tidak terasa panas?" Aku bingung karena udara di sini terasa dingin, namun kadang ada hembusan angin yang cukup hangat."Posisi kita di dunia bagian selatan, sehari perjalanan udara bisa sampai kutub selatan," ujar Jade sambil tetap berjalan terlebih dahulu di depanku."Erin, tidak sekalian kau pulang ke benuamu sendiri?" sindirku kepada Erin yang dibuang oleh kakaknya sendiri demi tahta penguasa ras Vampir.Benua Cora yang merupakan wilayah Vampir berada di sisi barat gunung ini dan hanya berjarak beberapa puluh kilometer saja."Memangnya kau sudah cukup kuat untuk melawan kakak
"Hahaha kau cukup naif juga ternyata!" teriak Ignis sambil mengangkat salah satu tangannya dan terpancar energi di genggaman tangan itu.Aliran lava yang ada di sekitar aula ini bergerak, lava dari berbagai arah itu menuju kepadaku."Guru!" teriak Jade yang sudah kembali melalui atas gunung ini."Oh." Ignis membatalkan serangannya dan dengan perlahan, lava tadi bergerak kembali ke tempat semula."Ehh!?" Aku cukup terkejut dan tentu saja bersyukur karena Ignis tidak jadi menyerangku."Hahaha aku hanya bercanda, aku tidak ingin terlibat konflik dengan sesama Naga," ujar Ignis yang berjalan mendekati Jade.Setelah itu, kami menikmati buah-buahan yang dibawa oleh Jade dan berbincang-bincang. Aku benar-benar melupakan tujuan awalku ke tempat ini karena itu.Jade yang merupakan satu-satunya murid dari Naga Magma, ia dimanfaatkan untuk men
Ternyata, di dalam pohon besar itu ada ruangan-ruangan yang digunakan untuk tempat tinggal kembar 4 dan kantor untuk mengurusi kota Danirmala. Ruangan yang cukup mewah, seperti hotel dengan sofa dan tempat tidur yang sangat luas."Kenapa sayang?" Noe melihatku dengan tatapan menggoda saat aku duduk sambil melihati mereka secara terus-menerus."Ahh tidak, hanya saja kalian cantik banget," jawabku sambil tersipu malu. Muka kembar empat yang sekarang berbeda dengan di dunia sebelumnya, tapi kecantikannya tetap saja terpancar. Semuanya memiliki rambut yang berwarna putih dan telinga panjang yang hanya dimiliki oleh Nia dan Noe."Jadi, cantikan kami apa mereka berdua!?" Noe mendekatiku, dia terus melihat mataku dengan tatapan tajamnya."Perlukah aku menjawabnya?" Aku menatapnya balik karena kesal dengan pertanyaan yang ia lontarkan itu. "Hahaha ini baru cowokku, tidak cengeng seperti tadi," "Tadi aku tidak menangis lah!"Nia yang dari tadi melihat kami perlahan mendekatiku dan duduk di
Author rekap aja langsung end.Arlom akhirnya setuju membantu, namun ia hanya terima beres saja. Semua sudah diselesaikan oleh pasukan Elf dan dia hanya menggantikan tahta saja. Saat melihat-lihat para korban perbudakan, ada yang menarik perhatian kami. Seorang gadis kecil ras serigala, ia adalah senjata pembunuh yang mereka ciptakan. Anak dari kedua serigala hybrid. Instingnya sangat mengerikan, bahkan hanya didekati saja langsung melesat bagaikan petir. Bukan melesat menjauh, namun langsung menyerang tanpa pandang bulu.Akhirnya ia kami besarkan dan diberi nama Selen, ada juga ayahnya yang diberi nama Fenrir. Mereka semua kami rehabilitasi, namun Sania aku urus sendiri. Sifatnya yang masih ganas, tidak mungkin orang biasa yang menanganinya. Kalaupun para Elf, mereka tetap terpaksa menggunakan kekerasan untuk menghentikannya. Jadi lebih baik bersama kami dan ternlyata malah dekat denganku, bahkan Fenrir sebagai ayah Selen, mereka tidak pernah bertemu satu sama lain. Emosinya tidak b
"Baiklah! Aku hargai kepedulianmu kepada makhluk lain, tapi kau urus sendiri mereka. Latihlah dengan benar!" Aku menyetujuinya sambil memberikan syarat."Deal!" Ignis langsung menyetujuinya dan mengulurkan jabat tangan, aku diam sejenak karena sedikit terkejut sebelum menjabat tangannya."Oi kamu yang paling besar, siapa namamu!?" Ignis meneriaki serigala terbesar yang memiliki 5 ekor, serigala itu langsung berubah wujud menjadi manusia dan berlutut di depan Ignis."Saya pemimpin kawanan ini, nama saya serigala petir ekor lima tuan," jawabnya membuat Ignis menepuk jidat."Kamu, tuanku ini ingin menjadikanmu bawahannya. Bersyukurlah dan patuhi dia!" Ignis menunjuknya sambil menepuk pundakku cukup kuat hingga membuatku terhuyung ke depan, sedangkan si serigala petir ekor lima bingung akan apa yang dikatakan Ignis."Kalian serigala petir merupakan makhluk tingkat tinggi, tapi kehidupan kalian terlalu bebas hingga lalai melatih bakat asli kalian. Aku Aldho Alfina akan membuat kalian menja
Pada lokasi kedua, kami menemukan 4 bangsawan yang telah berkumpul. Banyak sekali pasukannya yang sedang berjaga di halaman kediamannya membuat Erin san Noe harus turun tangan.Di dalam ruang utama, para bangsawan terkejut mendengar suara ledakan dari energi listik milik Erin. Semuanya langsung mendekat ke jendela dan melihat ke halaman depan. Saat mereka baru mengecek dari jendela, ada satu penjaga yang berlari hingga tersandung-sandung masuk ruangan."Tuan, tuan!""Ada apa!?" teriak salah satu bangsawan."Elf menyerang, ada vampir, juga yang ikut!" teriaknya terbata-bata karena kehabisan napas."Bagaimana bisa ada Elf di sini? Apalagi vampir." Para bangsawan tidak percaya, namun mereka berfikir ulang karena penyerangan ini."Tidak mungkin juga pasukan kerajaan, sebagian besarnya merupakan orang-orang kita," ujar bangsawan lain."Hallo semuanya!" Noe mengagetkan para bangsawan dengan muncul tiba-tiba bersama kami semua."Topeng dan jubah itu!" Salah satu bangsawan menunjuk Noe, lalu
"Mereka keluar dari pegunungan Goromo, baru saja aku rasakan dari penghalangku," ucapku kepada Noe dan Erin setelah merasakan ada yang melewati penghalangku."Mungkin mencari kita," ujar Erin cuek."Iya, paling hanya kembali ke kota Danirmala," ujar Noe, ia lalu berdiri dari singgasana, mendekati para bangsawan kerajaan Lamris...Beberapa saat yang lalu"Yang Mulia! Para pemberontak di sekitar istana telah di singkirkan. Tidak ada korban jiwa dari pasukan kami, hanya beberapa saja yang mengalami luka dan sedang proses pengobatan." Tim melapor kepada Noe dengan tubuh yang dilumuri oleh darah, keadaanya terluka ataupun sehat tidak bisa diketahui karena tertutup oleh darah.Erin mengulurkan tangannya ke depan, ia membuka telapak tangannya dan tersorot mata vampirnya yang merah menyala. Darah di sekujur tubuh Tim tiba-tiba melayang ke arah telapak tangan Erin dan berkumpul membentuk bola. Gumpalan darah itu tiba-tiba menghilang seakan diserap olehnya."Bagaimana kondisimu?" Noe bertanya
Rumah di pegunungan GoromoNay bangun dan tidak menemukan Al di sisinya, ia kemudian dikejutkan oleh sesuatu dan bergegas keluar rumah."Darah?" ujarnya, lalu melihat Noa dan Violet yang sedang berlatih bersama Ignis.Ignis berdiri di tengah padang rumput, area sekitarnya sudah menjadi seperti kawah gunung berapi. Lava panas bergerak mengikuti alunan gerakan Ignis yang menari-nari untuk menyerang dan bertahan dari serangan Noa dan Violet.Violet seakan menggunakan teleportasi, ia selalu berpindah ke area sekitar Ignis untuk melakukan serangan. Menendang dan ditangkis oleh Ignis, berpindah lagi ke sisi lain dan mengayunkan lengannya yang ada satu cakar berbentuk bilah pedang menempel sejajar dengan lengan dan jari kelingking. Serangannya terus ditangkis, namun Violet juga terus menyerang, bahkan dirinya tidak pernah menapak di tahan karena selalu berpindah dengan sangat cepat."Ignis, lepaskan penguasaan areamu!" Noa tidak bisa menyerang dengan jarak dekat, ia dari jarak jauh hanya mel
"Tidak ada yang tidak mungkin, lihatlah dia." Aku menunjuk ke arah Erin yang masih berdiri di samping Downer dan Harnes, mereka berdua masih berada di bawah tekanan Erin."Dia vampir yang membantuku pergi, dia juga yang membuat tubuhku seperti ini. Untuk kematian kakek tua itu, dia patut mendapatkan. Kelakuan bejat dan semena-menanya sungguh membuatku muak." Aku membantu paman Ronald jalan menuju singgasananya, lalu melambaikan tangan ke arah Erin. Dia mengerti dan melepaskan Downer serta Harnes dari tekanan gravitasinya."Jadi kamu beneran pangeran Aldho?" ujar Harnes sambil berjalan mendekat."Iya, tidak ada waktu buat bercerita tentangku. Sekarang jelaskan apa yang terjadi pada kerajaan Lamris!" ucapku sambil berjalan menuju tempat duduk di sisi samping singgasana."Baik pangeran." Downer dan Harnes menunduk sambil terus menurunkan pandangan karena ada Erin di sampingku."Para bangsawan mengerahkan anak buahnya dan menyewa beberapa petualang untuk melengserkan posisi Raja Lamris,"
"Memangnya tidak ada Raja Elf sebelumnya? Mungkin dialah ayahmu kalau ras Elf susah hamil dengan ras manusia." Aku sontak diam telat menyadari, lalu kemudian bangun dan duduk di samping Noe."Aku manusia, kamu Elf, lalu bagaimana?" tanyaku khawatir dan bingung, Noe mengelus pipiku, lalu menyuruhku untuk rebahan kembali."Mungkin kalau sering-sering bikin ada kemungkinan jadi," "Sudah pernah ada half Elf?" "Kalau ayahnya Elf dan ibunya manusia banyak, tapi kalau sebaliknya belum pernah ada," jawabnya membuat hatiku semakin sakit."Memangnya kenapa? Kan ada kakak-kakakku, mereka." Noe terdiam dan tidak melanjutkan bicaranya."Mereka kenapa?""Tidak apa-apa," ujarnya, walau terlihat tenang tapi jelas sekali menutupi sesuatu."Nay roh dari tanaman, Nia juga seorang peri, tubuh mereka hanya sebuah energi yang menyerupai tubuh manusia. Sedangkan Noa dulunya roh yang menempati tubuh naga sejati. Mereka bisa hamil?" Aku bertanya dengan ragu-ragu, takut akan jawaban yang sesuai dengan perkir
"Noa bagus!" seruku sambil tersenyum lebar dan mendekatkan mukanya kepadaku."Bagus kepalamu!" Nia spontan berteriak dan menamparku. Aku terjungkal ke belakang dan menatapnya bingung, ia kemudian berjalan mendekatiku."Kalau mau menenangkan orang, jangan begitu juga caranya!" teriaknya sambil menarik kerah bajuku dan menatapku dengan sinis. Aku hanya tersenyum, kemudian melepaskan tangannya dari kerah bajuku dan merangkulnya."Nia marah-marah mulu," ujarku secara halus sambil mendorongnya perlahan mendekati Noa. Aku duduk di antara mereka berdua dan merangkulnya secara bersamaan. Kepala mereka aku sandarkan di dadaku sambil aku usap perlahan rambutnya."Kenapa sih!? Ishh!" Nia menepis tanganku, sedangkan Noa masih menangis."Ei kalian diem dulu, perhatikan," ucapku secara halus sambil menatap ke arah Violet, kemudian aku buat penghalang di depan Violet."Violet, tolong serang penghalang itu dengan sekuat tenaga," ucapku sambil tersenyum."Jangan aneh-aneh!" Nia menatapku dengan geram
"Kontrak darah denganku, kau menjadi tuanku dan harus melindungi apa yang aku lindungi!" ucap Ignis dengan serius."Aku lebih lemah darimu, bukannya malah terbalik?""Kau saat ini memang lemah, tapi para Ratu di sekelilingmu tidak bisa dikatakan lemah. Belum lagi kalau kau meningkatkan kekuatan rua..""Stop!" Erin bersama Noe serempak menghentikan Ignis berbicara. "Al, akan aku jelaskan semuanya nanti," ujar Erin saat mengetahui kegelisahanku."Ok baiklah, tapi apa tugasku? Apa yang harus aku lindungi?" tanyaku lagi untuk memastikan agar lebih jelas."Menjaga benua Kalenex dan juga menjaga dunia Roh dari semua ancaman!" ucap Ignis dengan serius."Dunia Roh!?" tanyaku sambil menengok ke arah Noa."Al, lakukan kontraknya dulu, nanti aku jelaskan." Erin meyakinkanku, aku segera melihat ke arah kembar 4 dan Violet. Mereka semua mengangguk menyetujuinya, setelah itu aku segera mengulurkan jariku kepada Erin. Dengan kukunya yang tajam, ia dengan mudah menggores jariku. Setelah menggabungka