Home / Thriller / Red Shoes Murderer / Bab 15, Nyanyian Neraka

Share

Bab 15, Nyanyian Neraka

Author: Cathalea
last update Last Updated: 2021-08-23 19:29:02

Naomi ...

Valencia ...

dan segera menyusul Charlotte.

Mereka adalah para malaikat suci yang telah ternoda oleh sepatu penghuni neraka itu.

Saat ini seisi kota sibuk membicarakanku. Mereka bilang aku biadap, kejam, dan sadis.

Hei! Coba kalian pikir, lebih sadis mana aku, atau gadis-gadis yang telah menjadi budak iblis ini?

Saat ini mereka tersenyum manis di depan kalian, tapi tahukah kalian jika tak lama lagi senyumnya akan berubah menjadi seringaian licik menakutkan

?Suara polos mereka bahkan akan terdengar seperti nyanyian neraka yang menyeramkan. Bahkan langkah kaki mereka akan berubah menjadi irama yang memacu mereka untuk berbuat sesat.

Seperti orang itu. Iya, orang itu yang telah membuatku begini. Dia yang memulai neraka dunia ini, dan aku bersyukur karena dia yang sekarang telah jadi abu.

Kalian masih menganggap yang aku lakukan k

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Red Shoes Murderer   Bab 16, Rahasia Adam Hawkins

    Suasana di ruangan berukuran sembilan meter persegi itu tampak tegang mencekam. Dua pria dengan postur tubuh berbeda duduk berhadapan dengan meja berbentuk segi empat di tengah-tengah mereka. Keduanya terdiam, hanya sorot mata yang saling menatap, terlihat menyuarakan apa yang ada di dalam hati dan pikiran masing-masing. Adam Hawkins, pemuda berwajah polos itu menunggu Kent bersuara terlebih dahulu. Ia berusaha untuk tampak tenang meski di dalam hati berkata sebaliknya. Ia mengutuk Olivia, Naomi, dan Valencia berkali-kali karena telah menyeretnya ke dalam kasus ini. "Jadi kau memacari Naomi Heitcher, tapi di belakangnya juga mengencani Valencia Gonzalez?" Kent mengulangi pertanyaannya. Pemuda itu mendebas kasar. Ia menghirup udara sepuasnya, lalu menghempaskannya dengan kuat. Sepertinya ia ingin sekali memaki pria besar di depannya itu, tapi ia sadar berurusan dengan Kent Bigael tentu saja hal nomor satu yang harus ia hindari. Ia kembali menga

    Last Updated : 2021-08-26
  • Red Shoes Murderer   Bab 17, Kejutan dari Adam Hawkins

    Adam Hawkins berjalan gontai ke luar dari gedung NYPD. Ia akhirnya dibebaskan setelah menjalani interogasi maraton dua puluh jam. Mulai dari detektif Endrico, Angela, sampai Kent Bigael.Tubuhnya terasa lelah dia ingin segera pulang lalu beristirahat total hingga keesokan harinya.Namun, hatinya gelisah. Rasa bersalah hadir di sudut hatinya yang paling dalam. Ia ingin menghubungi seseorang tapi ia tahu ponselnya telah disadap dan dirinya pun telah diikuti seseorang. Adam Hawkins sadar dirinya tidak akan pernah lagi memiliki kebebasan, tapi kegelisahan ini harus segera ia tuntaskan jika bisa ia ingin meluapkan semua kekesalannya pada seseorang.Ia bersyukur Tuhan mendengar doanya, dan memahami kegelisahan yang dirasakannya. Tepat di sudut jalan mendekati rumahnya Adam Hawkins melihat boks telepon umum. Ia pun memutuskan untuk mampir ke sana.Ia sempat memperhatikan kiri dan kanan sebelum memutuskan menekan nomor, menghubungi seseorang yang saat ini sangat

    Last Updated : 2021-08-27
  • Red Shoes Murderer   Bab 18, Wasiat Kematian

    Suasana duka menyelimuti keluarga Hawkins. Marry Hawkins terlihat sangat terpukul, ia menjerit histeris di samping tubuh anaknya yang sudah tak bernyawa.Kent dan Angela datang, tepat jasad Adam Hawkins diturunkan dari tali yang membelit lehernya. Melihat kedatangan Kent dan Angela, Ny. Hawkins semakin histeris. Dia menghampiri Kent dan Angela lalu memuntahkan semua amarah yang terpendam di dalam dadanya."Ini semua salah kalian! Kalian telah membunuh anakku. Kalian libatkan anakku yang tak bersalah ke dalam kasus pembunuhan. Kalian jahat! Kalian sudah membunuh Adam-ku!"Ny. Hawkins terus berteriak dengan histeris, menuding Kent dan Angela sebagai penyebab kematian anaknya.Angela ingin menjawab, tapi Kent terlebih dahulu menggamit lengannya, memberi isyarat agar Angela menahan diri.Seorang petugas datang, memberi hormat pada Kent dan Angela, lalu menyodorkan sebuah kertas yang terlipat rapi."Apa ini?" tanya Kent penasaran."Surat w

    Last Updated : 2021-08-29
  • Red Shoes Murderer   Bab 19, Double Strike

    "Oh, ini kunci locker area wanita, Pak. Ruang lockernya di sebelah sini," jawab petugas itu, menunjukkan jalan menuju ruang locker wanita.Alis Kent bertaut. Pertanyaan besar muncul di kepalanya."Mengapa Adam Hawkins memegang kunci locker khusus wanita?" tanya Kent di dalam hati.Kent dan Angela segera pergi ke ruang locker khusus untuk wanita, kali ini didampingi oleh petugas itu."Apakah di area ini dipasang CCTV?" tanya Kent lagi."Hanya di depan pintu masuk ruangan saja, Pak. Kami tidak memasang di dalam ruangan demi menjaga privasi anggota klub dan pelanggan tidak tetap yang berganti pakaian di ruangan ini," jawab si petugas.Kent mengangguk. Tatapannya yang tajam tampak memindai ke seluruh ruangan. Setelah puas berkeliling, ia kembali menatap petugas itu."Boleh saya lihat rekaman CCTV di area ini?""Silakan, Pak."Kent memberi isyarat pada Angela untuk lanjut memeriksa locker nomor 15, sementara dirinya memeriksa r

    Last Updated : 2021-08-29
  • Red Shoes Murderer   Bab 20, Hasrat Menyimpang

    Inwood Hill Park terletak di punggung bukit sekis di ketinggian dua ratus kaki di atas Sungai Hudson, diujung utara pulau Manhattan. Penampakan Inwood Hill Park sendiri jauh berbeda dengan Central Park dan Sakura Park, karena merupakan hutan tua yang dikenal sebagai cagar alam Shorakapok. Kondisinya masih alami, sebagian besar terdiri dari bukit-bukit yang tidak memiliki landskap.Makanya Kent merasa heran dengan pemilihan tempat pembuangan mayat korban oleh pelaku kali ini."Mengapa pelaku mau bersusah payah membuang mayat korban ke Inwood Hill Park yang tidak hanya jauh, tapi juga sulit untuk diakses?" tanya Kent dalam hati."Mengingat lokasi pembuangan korban kali ini, aku yakin pelaku tidak beraksi sendiri, Pak," ujar Angela memecah kesunyian."Inwood Hill Park jelas berbeda dengan taman-taman kota sebelumnya. Taman ini lebih condong ke cagar alam. Hutan tua yang masih alami. Rasanya mustahil jika dia melakukannya sendiri. Pasti ada kaki tangan," lanj

    Last Updated : 2021-09-01
  • Red Shoes Murderer   Bab 21, Tiga Pilihan

    "Namun, hasil pemeriksaan menunjukkan tidak ada aktivitas seksual baru pada gadis-gadis ini. Bahkan Naomi, yang merupakan korban pertama, masih dalam keadaan virgin.""Pertanyaannya, mengapa pelaku tidak melakukannya?"Pertanyaan Kent menggantung di udara. Untuk beberapa saat anggota tim gugus tugas itu kembali terdiam, larut dalam pikiran mereka masing-masing."Tiga kemungkinan, Pak," jawab David, memecah kesunyian."Pertama, pelaku memiliki orientasi seksual yang menyimpang. Kedua, pelaku mengalami disfungsi seksual. Ketiga, pelaku adalah seorang wanita," lanjutnya kemudian."Untuk opsi yang terakhir sepertinya tidak mungkin," Mac menyela. "Dibutuhkan energi yang besar untuk melakukan kejahatan sebesar ini, wanita tidak mungkin sanggup melakukannya," tambah Mac.Angela pun menyahut dengan semangat."Aku setuju dengan Mac. Sebagai seorang petarung MMA, kalian pasti tahu aku memiliki kekuatan di atas wanita pada umumnya. Namun, kekuat

    Last Updated : 2021-09-02
  • Red Shoes Murderer   Bab 22, Malam Eksekusi

    Bagi sebagian orang masa lalu hanyalah suatu masa yang telah berlalu dalam hidupnya. Mereka bisa memanggil kenangan indahnya dengan mudah, dan bisa juga mengubur kenangan buruknya tanpa masalah. Lalu hidup damai dengan semua yang ada di hadapannya saat ini. Mereka bisa tertawa tanpa beban. Menikmati indahnya rasa jatuh cinta, bercumbu hingga napas tersengal, lalu menikmati malam-malam panas penuh gairah.Namun, bagiku. Masa lalu adalah neraka yang tidak pernah bisa lepas dari ingatan. Bahkan di saat tidur pun bayangannya semakin jelas terlihat. Itu bukan mimpi buruk, melainkan kenyataan yang kejadiannya terasa nyata berulang setiap kali aku memejamkan mata.Derap langkah sepatu berwarna merah itu selalu berhasil membuka semua kunci ruang kenangan yang susah payah aku tutup. Pintu-pintu kenangan itu terbuka, menghamburkan semua serpihan kisah sadis, menggerus hatiku untuk kembali berontak memberi perlawanan.Jiwaku berteriak dalam s

    Last Updated : 2021-09-03
  • Red Shoes Murderer   Bab 23, Fakta yang Menyakitkan

    Lionel Garcia sedang serius mengamati berkas-berkas di tangannya ketika David masuk ke ruangan itu. "Selamat sore, Dokter Garcia," sapa David. Dokter berwajah tampan itu menoleh, sedikit menyipitkan matanya, berusaha mengenali pria bertubuh tegap yang berjalan mendekatinya. "Detektif Kent Bigael meminta saya untuk menggantikannya," ucap David saat jarak mereka semakin dekat. "Oh ... Detektif David? Yah, Bigael sudah memberitahuku tentang kedatanganmu. Hanya saja dalam bayanganku kau orang yang berbeda," sahutnya, sambil tertawa. "Apakah aku terlalu menyeramkan?" tanya David sambil mengelus pipinya yang sudah dipenuhi rambut. Lionel tertawa. "Aku yakin, setelah bercukur kau akan kembali ke usia 20-an," kelakarnya. David turut tertawa mendengar kata-kata Lionel Garcia. "Baiklah, sesampai di rumah nanti aku akan segera bercukur," jawabnya. "Jadi, apa yang kita dapat kali ini, Dok?" tanyanya, mengalihkan top

    Last Updated : 2021-09-11

Latest chapter

  • Red Shoes Murderer   Bab 32, Identitas Pelaku

    Kent menyimpan pertanyaan itu untuk dirinya sendiri, sekarang ia kembali fokus pada penjelasan wanita yang ada di hadapannya itu. Ia tak sabar ingin mendengar informasi yang busa dijadikan petunjuk untuk menangkap pelaku."Oh, panti asuhan yang pernah terbakar sekitar sepuluh tahun yang lalu itu, bukan?" jawab Kent."Benar," jawab Madam Smith."Saat itu saya bertugas sebagai pemimpin panti, dibantu oleh beberapa pekerja yang bertugas sebagai tukang masak, supir, dan pesuruh. Ada dua belas orang anak yang kami asuh saat itu. Empat orang perempuan, sisanya laki-laki. Suatu hari, seorang anak perempuan yang paling besar mengamuk tanpa alasan yang jelas. Dia membakar panti sehingga menyebabkan banyak korban meninggal, tewas terbakar tanpa bisa menyelamatkan diri."Sampai di situ ia berhenti sejenak untuk mengatur napas. Namun, sebelum ia melanjutkan cerita, Kent terlebih dahulu menyela."Anda bilang seorang anak perempuan membakar panti tanpa alasan ya

  • Red Shoes Murderer   Bab 31, Pengakuan Penyintas

    "Penyintas?" gumam Kent, dengan tatapan nyaris tak percaya.Sungguh ia sangat mengharapkan munculnya tokoh penyintas ini untuk membuka identitas pelaku. Informasi dari penyintas bisa dikatakan sembilan puluh sembilan benar. Mengantongi informasi itu ibarat menemukan jalan tol yang mulus dan bebas hambatan untuk menangkap pelaku."Berikan alamat Anda, Nyonya. Saya akan segera ke sana," pinta Kent dengan penuh semangat.Wanita itu menyebutkan alamatnya, dan Kent mencatat alamat itu di dalam kepalanya. Ia bergegas memasukkan ponsel itu ke sakunya lalu pamit pada Angela yang sejak tadi penasaran dengan sosok yang menelepon Kent."Telepon dari siapa, Pak?" tanya Angela."Aku belum bisa katakan, sebaiknya kamu tidak penasaran tentang itu. Aku pergi dulu, Joey. Ada sesuatu yang harus segera kuperiksa. Kamu tidak apa 'kan aku tinggal sendiri?"Angela tertawa, merasa aneh dengan sikap Kent yang tiba-tiba sangat protektif pada dirinya.

  • Red Shoes Murderer   Bab 30, Penyintas

    "Hasil tes DNA menunjukkan 99,75% identik dengan korban kedua," lanjut David."Yes!" sorak Kent dengan suara tertahan."Kalau boleh tahu, di mana Anda dapat gantungan kunci ini, Pak?" tanya David penasaran.Kent mengambil semua barang bukti itu dari tangan David, lalu menyimpannya di dalam laci di bawah mejanya. Tak lupa, ia menguncinya agar aman."Nanti aku akan katakan padamu. Sekarang aku ingin kamu merahasiakan hal ini dari siapa pun. Aku akan menjebak pelaku itu untuk menyerahkan diri," kata Kent.Malam itu Kent tidak pulang ke rumah. Ia mematikan semua lampu, lalu bersembunyi di ruang rapat. Ia yakin sekali, pelaku pasti berusaha menemukan gantungan kuncinya yang hilang itu. Namun, sampai pagi menjelang tidak ada satu pun yang datang ke kantor malam itu.Keesokan paginya, Kent dikejutkan oleh Keira yang mulai bertugas membersihkan ruangan."Ya, Tuhan. Pak Kent?! Bapak tidur di sini?" seru Keira kaget.Kent menguap lebar,

  • Red Shoes Murderer   Bab 29, Petunjuk Penting

    Sementara David pergi, Kent lanjut memimpin rapat tim gugus tugas."Pak, bagaimana kondisi Angela? Apakah ... dia baik-baik saja?" tanya Endrico khawatir."Luka bakarnya cukup parah, tetapi secara keseluruhan dia baik-baik saja. Dia bisa mengenaliku meski kesulitan untuk bicara," jawab Kent.Pria bertubuh besar itu sebenarnya jarang menunjukkan ekspresi atas apa pun yang terjadi di hadapannya, tetapi kali ini berbeda. Musibah yang dialami Angela cukup telak mengenai hatinya. Saat ini dia dalam keadaan sangat marah sebenarnya. Akan tetapi, dirinya juga seorang profesional yang harus bisa memisahkan masalah pribadi dengan perkerjaan. Meski jantungnya terasa ingin meledak, Kent berusaha untuk tampak tenang agar bisa menyelidiki kasus pembakaran apartemen Angela dengan baik. Di samping itu, kasus pembunuhan berantai ini juga tetap harus jadi prioritas agar tidak ada lagi korban berjatuhan."Sial! Siapa pelaku ini sebenarnya? Berani sekali menyerang rumah petu

  • Red Shoes Murderer   Bab 28, Darah Kering di Gantungan Kunci

    Kilatan cahaya dari mobil polisi menyilaukan mata dini hari itu. Seorang tunawisma memberitahu patroli tentang penemuannya di taman kecil yang selalu gelap tanpa ada lampu taman seperti taman kota pada umumnya.Saat ditelusuri, benar kata tunawisma itu. Mayat gadis itu di letakkan begitu saja tepat di jalan masuk menuju taman. Seperti korban-korban sebelumnya, korban kali ini juga memiliki ciri-ciri yang sama.Sambil berkacak pinggang, Kent menghela napas panjang."Pelaku semakin percaya diri," komentar Lionel. Ternyata dokter forensik itu sudah berdiri di sampingnya sejak beberapa saat lalu."Benar. Seolah menantang dan mengejek kita karena masih belum mampu menangkapnya," sahut Kent.Seorang petugas mendekat."Seperti korban sebelumnya, tidak ada tanda pengenal, Pak. Tapi, bisa dipastikan dia adalah jemaat gereja X," lapor petugas bernama Jimmy itu."Bagaimana kau tahu? Apakah dari pakaiannya?" tanya Kent."Benar. Setiap ming

  • Red Shoes Murderer   Bab 27, Tanpa Jeda

    Jam sudah menunjukkan waktu pukul 3 dini hari ketika Kent Bigael menapakkan kaki di halaman rumah sakit. Sepasang kakinya yang panjang bergerak cepat menuju instalasi gawat darurat tempat dimana Angela sedang dirawat saat ini.Beberapa menit yang lalu ia mendapat kabar, Angela kritis karena ledakan di apartemennya. Kent yang baru saja hendak memejamkan mata langsung melompat dari tempat tidur, kemudian melarikan mobilnya dalam kecepatan penuh menuju rumah sakit.Rasa cemas dan was-was terpancar jelas di wajahnya."Joey!"Kent berseru dengan suara kuat begitu dirinya telah berada di dalam ruang IGD. Ia terus meneriakkan nama belakang Angela sambil menyibak satu persatu gorden yang menutupi ranjang."Maaf, Pak. Anda mencari siapa? Biar saya bantu," tawar seorang paramedis.Tangannya membentang di hadapan Kent, menghalangi pria bertubuh besar itu untuk menyibak gorden lebih banyak. Ia mengerti pria itu dalam keadaan panik, tapi sikapnya telah m

  • Red Shoes Murderer   Bab 26, Ledakan di Tengah Malam

    "Sebelumnya saya minta maaf. Apakah sesuatu terjadi pada Charlotte?"Wanita itu akhirnya mengajukan pertanyaan yang sejak awal mengusik pikirannya. Selama tinggal di komplek perumahan itu, ia belum pernah sekalipun melihat ataupun mendengar petugas kepolisian datang mengunjungi dan menanyai warga. Apalagi polisi dari unit pembunuhan. Wanita itu yakin, sesuatu hal yang tidak wajar pasti telah terjadi.Suasana hening sejenak, karena Kent tidak langsung menjawab. Namun Angela yang tidak sabaran, langsung menjawab pertanyaan itu dengan cepat."Ya, kemarin sore, dia ditemukan tewas di Inwood Hill Park."Wanita itu kaget dan spontan membentuk salib dengan jari di dadanya."Ya, Tuhan. Berarti itukah alasan mereka bertanya-tanya tentang Charlotte sebelum pindah?" tanyanya pada diri sendiri dengan suara samar, nyaris berbisik.Namun, ternyata masih cukup nyaring di telinga Kent Bigael. Pria bertubuh besar itu pun langsung balik bertanya dengan cepat.

  • Red Shoes Murderer   Bab 25, Kesaksian

    Alan Parkhust berperawakan sedang. Kulitnya putih pucat, dengan beberapa tatto di lengan kanan dan kirinya. Dilihat dari sudut mana pun, tidak ada hal yang menarik dari pria itu. Sorot matanya licik, dan dia juga sering menunjukkan senyum sinis. Satu-satunya pesona pria itu hanyalah suaranya yang merdu. Saat ia berbicara, nadanya tenang, kata-kata yang keluar dari mulutnya terdengar manis dan hangat. Mungkin itu yang membuat para gadis dengan mudah termakan rayuannya.Saat ini, dia terpaksa menunda semua hasrat gombalnya itu, karena sekarang dia harus berurusan dengan para penyidik. Terkait atau tidak, keterangannya dibutuhkan untuk mengungkap kematian Charlotte."Haruskah kau berbuat sejauh ini?" serangnya pada David yang baru saja memasuki ruangan itu."Ini masih kurang, Bung. Seharusnya aku mematahkan kakimu sejak lama," jawab David dingin.Bukannya diam, Alan justru mengeluarkan suara tawa yang penuh dengan ejekan."Lalu apa yang kau tunggu? La

  • Red Shoes Murderer   Bab 24, Muslihat Keji

    Jam di dinding baru saja menunjukkan pukul enam pagi, tapi David sudah berada di ruang rapat kantor Unit Pembunuhan NYPD. Wajahnya yang tampan terlihat pucat, ia duduk gelisah dengan jari yang tidak berhenti mengetuk meja. Sesekali helaan napas panjang disertai hembusan yang kuat terdengar dari mulutnya. Suara langkah kaki di luar ruangan terdengar semakin jelas. David menoleh, memindai lewat dinding kaca untuk melihat pemilik langkah kaki itu, tapi belum sempat ia melihat sosok itu dengan jelas, Kent Bigael muncul dari pintu. "Ada apa sampai kau memintaku datang sepagi ini?" tanyanya langsung, begitu melangkah masuk, lalu bergabung bersama David, duduk berhadapan di depan meja rapat. David tidak langsung menjawab, ia mengeluarkan amplop besar dari tas, lalu memberikannya kepada pimpinan gugus tugas itu. "Ini laporan forensik dari dokter Garcia, Pak," ujarnya. Kent menerima amplop itu, tanpa melepaskan pandangan dari wajah David. Pengalaman se

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status