Walaupun Rani bodohnya sampai ke ubun-ubun, tapi semenjak ia menikah dengan Saka, ia jadi paham tata bahasa menerjemahkan perkataan singkat Saka.
Bukannya selama ini Rani tidak tahu arti dehaman Saka.Pria itu berdeham ketika ia tidak ingin sesuatu yang ribet dan merepotkan dirinya terlalu banyak.Melalui sudut mata pria itu, wajah kakunya dan bahasa tubuh saja sudah cukup bagi Rani.Masih teringat di pikiran Rani, terakhir kali ia melihat Saka tersenyum dengan ikhlas tanpa tekanan apapun itu lama sekali. Kini hanya ada pria yang kaku dan jarang tersenyum yang ada di hadapannya.
Nama mereka bukan berjodoh dari Raysaka dan Rani. Tapi dari nama Maharani dan Mahendra.Maharani berarti permaisuri kerajaan atau ratu yang agung dan besar, sedangkan Mahendra adalah raja yang agung dan sabar.
Raja dan Ratu? Lucu sekali bukan?Anggap saja Rani konyol, tapi memang benar ia mencari semua hal-hal kecil yang tak pernah terpikirkan oleh orang lain.Padahal sudah memakai blazer, tapi angin yang masuk melalui bawah pakaian Rani membuatnya merasa kedinginan.Siapa yang menyuruhnya memberikan ide makan di pinggir laut pada malam hari?Apalagi mereka di lantai tiga. Anginnya berhembus semilir menusuk tulang Rani.Saka yang tadinya ingin tidak peduli pun jadi ikut khawatir, bagaimana jika gadis ini sakit? Akhirnya ia membuka jasnya dan menutupi bagian paha Rani yang sedikit terbuka. Walaupun Rani memakai dress di bawah lutut, tetap saja saat duduk akan menjadi di atas lutut.Rani yang melihat perlakuan Saka pun menjadi tersenyum sendiri.Namun, ada rasa timbul tak enak dalam hatinya."Saka, nanti Saka kedinginan."Baru saja ia ingin mengangkat jas Saka tapi pria itu menahannya."Tidak apa-apa."Lalu ia pun kembali ke tempatnya semula.Baru kali ini Rani merasa dipedulikan, walaupun Saka pernah memberikannya selimut, bantal dan men
Semenjak insiden cium-mencium, Saka tidak mau lagi berkendara dengan mobil itu. Sungguh aneh, kan? Ini juga menyinggung hati Rani. Ia jadi merasa sakit hati. Apa sebegitu tidak inginnya Saka ciuman dengannya?Bahkan keesokan hari setelah mereka ciuman itu, Saka berangkat sangat pagi, sekitar pukul empat. Gila kan? Apa yang pria itu ingin lakukan sepagi itu?Rani malah lebih khawatir, apakah istirahat pria itu cukup? Kalau begini caranya pria itu bisa kecapekan karena terlalu menekan diri seperti itu.Lagi pula, apa yang salah hanya dari ciuman? Kenapa harus seperti itu sih?Rani menekuk wajahnya sendiri, dan beralih ke lemarinya.Di dalam lemarinya ini ada laci, di dalam laci itu ada semua barang yang bersangkutan dengan Saka.Dari Rani kecil, ia memang sudah mencintai Saka. Seperti Saka ya g pernah mengajarinya di selembaran kertas, kertas tersebut sudah ia laminating dan simpan baik-baik. Pensil, penghapus dan lain-lain yang dipakai Saka untuk m
"Jadi gitu, Ca. Ih, Rani seneng banget tau!"Aca hanya mendengarkan cerita Rani yang panjang, tidak padat, dan tidak jelas sambil menyedot segelas kopi serta tangan memangku dagunya."Apanya yang gitu-gitu. Cerita yang jelas jangan kesana kesini tiba-tiba akhirnya seneng doank.""Ih! Kayak ga ngerti aja deh. Biasanya juga Rani gini kan kalo cerita. Aca kayak baru kenal Rani sehari aja."Aca berhenti menyedot dan menatap Rani dengan sengit."Bahasa lu ya, kenal sehari kenal sehari. Lu tuh aneh, kalo ceritain yang lain bisa tuh jelas, ceritain lagi galau, dan lain-lain. Pas seneng dibuat baper dikit aja sama Saka. Ngomong aja ga jelas, sakit kuping gua."Rani mencebikkan bibirnya."Nah, nah, nah. Gausah kek gitu. Sebel gua liatnya."Barulah Rani tersenyum lagi dan meminum minumannya,strawberry milkshake,semua yang terjadi pada dirinya, sudah pasti Aca tahu. Aca memang buku diary berjal
Rani sudah bangun sejak pagi, suasana hatinya terlalu bagus untuk tidak berbuat apa-apa, jadilah sejak pagi ia sudah beraktivitas, dari yoga, membuat kue, memasak dan juga mencuci hingga mengurus semua pakaian. Pernah tidak, kalian terpikir bahwa menjadi pembantu dari seorang Rani enak sekali. Gadis itu mengerjakan apapun sendiri. dari pakaian miliknya hingga suaminya, bagian masak-memasak pun juga. Paling, ia hanya meminta pembantu untuk membersihkan rumah saja. Mbok? Apa yang orang tua itu lakukan? Hanya membantu Rani sedikit-sedikit saja, lalu wanita tua ini juga lah yang menjadi ketua divisi kebersihan di rumah ini ya walaupun hanya ada penjaga rumah dan Mbok sih kan pembersih lain hanya berdatangan saja.Maka dari itu, Mbok sangat menyayangi Rani. Bawahan mana yang tidak akan mendoakan kebahagiaan atasannya jika atasannya sebaik Rani?Melihat seorang Maharani bisa secerah ini di pagi hari, walaupun biasanya ia memang selalu gembira tapi hari
"Maharani Aqila Dewi, sosok anak Dewangga Jaya yang selalu memiliki kehidupan tersembunyi dari publik kini tersorot kamera dengan Airlangga Soebandono. Apakah keduanya memiliki hubungan spesial walaupun Maharani sudah menikah?"Kabar terkini meluncur kemana-mana, dari televisi hingga koran dan juga lain-lain.Saka yang berada di kantor pun, di hari itu juga ia menonton berita tentang istrinya sendiri.Ia sudah tahu, suatu saat pasti akan terjadi seperti ini.Dimana, dirinya yang bukan apa-apa ini akan terbuang begitu saja.Malam ini, ia juga memiliki acara besar antara kolega-kolega lain dan terdapat Dewangga, Pak Tua yang pasti akan ikut serta menyindirnya kembali.Rasa-rasanya ia ingin menghilang dari permukaan bumi ini."Bagaimana jika kamu saja yang datang, katakan saja bahwa saya sedang sakit. Entah apalah itu, buat alasan lain saja bisa?"Nego Saka terhadap Arif, sekretarisnya y
Saka terbangun dengan keadaan Rani di pelukannya. Kepalanya cukup berat.Namun lebih berat lagi ketika ia sadar, dirinya dan Rani dalam keadaan tidak berpakaian.Belum lagi, tubuh Rani memiliki bekas-bekas biru-keunguan yang sudah pasti itu dikarenakan oleh perbuatannya.Saka melepaskan Rani pelan-pelan, dengan keadaan masih duduk di ranjang.Ia memegang kepalanya sendiri yang berdenyut.Beruntunglah, istrinya selalu menyiapkan teko serta gelas air yang siap sedia untuk diminum oleh Saka.Harusnya ia bersyukur, betapa beruntungnya ia memiliki istri seperti Rani.Namun, ia langsung terburu-buru membersihkan diri serta pergi dari kamar Rani. Meninggalkan istrinya seperti meninggalkan perempuan jalang yang habis digunakan oleh pria-pria laknat.Berbeda dengan Rani, ia sudah menantikan malam pertama sejak pertama kali pernikahannya ada.Malam pertama yang ternyata memang seindah itu. Malam yang ternyata mampu menggantikan rasa res
Sepanjang perjalanan Aca mendengarkan Rani yang menangis sambil terisak, tampaknya saki sekali kali ini yang diperbuat oleh Saka.Aca tahu hari ini akan tiba, di saat ia akan menemani temannya hingga nangis tersedu-sedu. Namun ia tidak tahu bahwa hari itu akan datang secepat ini."Udah, Ran. Lu jangan nangisin dia. Dari awal gua udah... Ah, yaudah lah pokoknya ga usah ditangisin orang begitu."Rani hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.Ia masih tidak sanggup membayangkan bahwa ternyata sebegitunyakah tingkah Raysaka kepadanya selama ini.Ia tersadar bahwa, selama ini seorang Raysaka yamg mencintainya dalam diam hanya terjadi di dalam pikirannya.Ia tersadar bahwa selama ini, hanya ada kepura-puraan di dalam diri Saka terhadapnya.Selama ini... Rani memejamkan mata untuk memikirkan semua yang ia sadari.Begitu baru saja sampai rumah, Rani langsung turun dari mobil diikuti oleh Aca tentunya,"Udah, Ca. Gausah, balik aja gih. Rani mau se
Dewangga tidak pernah membayangkan situasi ini akan terjadi, ia pikir, seorang Raysaka akan berujung mencintai putrinya. Karena ia tahu bagaimana cara Raysaka menjaga dan bahkan menatap putri semata wayangnya. Ia tidak menyangka betapa kerasnya seorang Raysaka melawan kehendak dirinya sendiri.Ia mengelus dahi putrinya, betapa malang anaknya ini. Ia juga turut menyalahkan dirinya.Ia tahu apa yang dimaksud oleh perkataan Rani tadi.Tentu saja itu berarti Rani tahu bahwa semua ini perbuatannya.Untung saja, putrinya ini berhati mulia dan masih berpikiran lurus terhadapnya. Tidak habis pikir bahwa Rani akan menyalahkannya, namun jika itu terjadi, ia akan siap menerima konsekuensi itu. Ia telah merusak kehidupan putrinya, terutama hati anaknya sendiri."Ayah..."Dewangga pun langsung menatap putrinya."Rani sayang sama ayah."Bagaimana pun, Dewangga hanyalah seorang ayah yang menghidupi anaknya sendirian tanpa bantuan istri
"Hadapin aja. Lu harus berterus terang. Dan lagi, om Yudis ga mungkin ga tahu persoalan ini. Dia pasti tahu anaknya nikah atas suruhan atasannya."Rani memegang kepalanya, mengapa rumit sekali."Ran, Rani. Lu denger gua. Omongan Saka ada benarnya. Pernikahan kalian ini memang ada ya walaupun atas omongan Om, tapi keluarga kalian sudah menyatu. Lu ga mungkin cuma pikirin perasaan lu sendiri dan yang lu tahu cuma tentang ayah lu sendiri. Itu egois."Aca memang benar-benar penasihat bagi kehidupan Rani, kurang apa lagi Aca menjadi sahabat dari seorang Rani?"Seenggaknya, lu harus selesain baik-baik sama tante Sekar. Bagaimanapun mereka pernah menjadi sosok keluarga yang baik. Lu juga harus mentingin perasaan mereka."Ia pun mengangguk-anggukkan kepalanya.Sejujurnya, ini juga yang Rani takuti dari sejak Saka mengajak dirinya menghadap orang tuanya.Masalahnya, Sekar memang sudah ia anggap seperti ibu sendiri.Sosok ibu yang ada di dalam hidupny
Setiap kali Saka ke rumah sakit untuk mengunjungi Rani, pasti ada Airlangga, aca dan juga Irsyad di sana.Ada apa sih? Mengapa mereka selalu bersama?Sudah begitu, tak ada satu pun dari mereka yang keluar untuk membiarkan Saka dan Rani berbicara hanya berdua.Sebenarnya, mereka ini punya masalah apa?Ataukah terbalik, Saka yang punya masalah apa?Ah, entahlah.Situasi semakin sulit untuk mereka berkomunikasi. Saka sesekali melihat hanya dari luar.Terkadang ia melihat Aca yang tertidur sambil menjaga Rani atau Airlangga yang menyuapi potongan jeruk kepada Rani yang notabenenya masih menjadi istrinya.Rani hanya sekitar tiga hari di rumah sakit, hari ini mereka akan berberes untuk pulang.Seperti biasa, mereka berkelompok.Saka pun memberanikan diri untuk masuk dan hadir di tengah-tengah mereka membawa keheningan dan seakan-akan dirinya adalah ancaman bagi mereka. Padahal, mereka menatap Saka dengan kecaman."Ngapain ka
Rani mengecek ke dokter kandungan persoalan anaknya, ia takut karena sempat tidak makan, bagaimana jika anaknya ini menjadi sangat lemah?Tidak lebih tidak kurang, pemeriksaan USG pun diberitahu kurang lebih sama seperti perawat kemarin oleh dokter khusus kandungan tentunya pada hari ini.Perawat kemarin memang banyak membantu dokter kandungan.Dokter itu juga menunjukkan di manajanin itu berada dan menjelaskan apa yang harus ia lakukan. Seperti hidup sehat, tidak stress dan disarankan ikut senam kehamilan.Begitu setelah selesai ke dokter kandungan, tentunya masih di rumah sakit yang sama, ia pun bersama-sama dengan Aca menukarkan resep vitamin yang diberikan dokter. Kurang lebih ada tiga atau empat vitamin yang diberikan.Rani akan berjuang menelan semua vitamin itu demi anak yang mungkin hanya satu-satunya akan dia punya.Sungguh, ia sudah tidak berniat untuk berbuat apapun selain membesarkan dan merawat anaknya.Ia akan mencintai anakny
Disaat aku tidak perlu dicintai denganmu lagi, itulah saat dimana kau mencintaiku, dan semuanya sudah terlambat.Baru saja beberapa menut yang lalu Rani sadar dan ia tidak mau sama sekali mengarah dan melihat Saka.Lalu mereka pun didatangi dokter beserta perawat di sampingnya.Rani yakin betul bahwa tidak akan ada yang terjadi pada dirinya, setelah ini mungkin ia akan pergi seperti biasa. Toh, tiket bukan hal yang sulit dibeli baginya.Tapi semuanya berbeda saat ia mendengarkan perkataan dokter yang berada di depannya ini."Selamat ya Bu, Pak. Ibu Maharani sesang mengandung empat minggu. Sebentar lagi akan menjadi Ayah dan Ibu nih, delapan bulan lagi bukan waktu yang lama, kok."Ucap dokter yang langsung memberi selamat kepada keduanya.Riang sekali dokter itu, bahkan langsung menyalami Saka yang tegak begitu dokter itu ke bilik kamar mereka.Pria itu munafik sekali, bukan?Seakan-akan tampa
Betapa paniknya Saka, ketika ia bangun, ia tidak melihat Rani lagi di sampingnya.Ia pun menuruni tangga dengan keadaan acak-acakan, ia dengan cepat menanyai semua orang keberadaan Rani.Pasalnya, ia baru sadar bahwa kamar gadis itu rapih sekali, rapih dalam kondisi bahwa tidak ada apa-apa lagi di dalamnya. Barangnya sedikit sekali.Belum lagi memang beberapa barang di atas meja memang ada yang hilang, Saka memang sangat detail sekali.Ia bisa mengalahkan Sherlock Holmes jika dalam hal seperti itu.Setelah ia mendengar perkataan dari Dewangga, ia pun seperti tersambar geledek di malam? Pagi? Subuh? Entahlah!Sial, ini bahkan baru pukul tiga dini hari!"Rani akan pergi ke London, ia akan transit ke Malaysia dan lanjut ke London. Pesawatnya pukul empat lewat dua puluh limat menit. Pesawat dari Malaysia ke London pukul sembilan."Ia pun langsung pergi secepat mungkin, ia hanya memiliki waktu sekitar s
Disinilah Saka berdiri.Ia menatap rumah? Rumah yang seperti istana itu tepat di depannya.Mau tidak mau, suka tidak suka.Ia sudah mempersiapkan segalanya.Ia memang harus menemui calon mantan mertuanya atau apapun itu nantinya, semua tergantung padanya.Ah, entahlah, yang jelas ia sudah siap bertemu pada hari ini.Ia sudah memikirkan cukup lama dan matang untuk hal yang akan ia perbuat setelah ini.Ia pun masuk, kali ini ia tidak membuat janji atau apapun itu dengan Dewangga.Karena, ia datang sebagai menantu, ya memang masih menantu untuk saat ini.Begitu ia masuk pun ia langsung di arahkan ke ruang kerja Dewangga,Pria tua itu sudah menanti kedatangan Saka sejak beberapa minggu yang lalu.Raysaka pun tunduk hormat saat melihat Dewangga berada di pandangannya.Ayah dari gadis manja itu pun memberikan kode untuk duduk kepadanya.Bahkan mere
Sederhananya, kau adalah apa yang aku tulis, dan aku hanyalah apa yang tak pernah kau baca.Semakin dibayangkan semakin miris rasanya.Setelah tiga hari berturut-turut Rani pergi sepagi mungkin tanpa bertemu Saka dan pulang tanpa menyapa pria itu.Sempat sekali ia pulang terlebih dahulu dan pria itu tampak memberitahu keberadaannya."Aku pulang."Masih ingat betul Rani dengan ucapan pria itu.Dulu mana pernah pria itu mengucapkan kata yang bersikap memberitahu dan menganggap keberadaan Rani.Ia lah yang harus bersemangat sendirian, menerima kedatangan dengan rasa hangat di hati dan melayani dengan rasa cinta.Rani menghela napasnya untuk kesekian kalinya.Jika memang benar satu helaan napas bisa mengurangi umur manusia tiga detik, mungkin umurnya sudah tak lama lagi.Pada hari ini, akan menjadi puncak dari semuanya.Ia pun menyuruh Mbok memasak dan memberi tahu bahwa ia akan pulang sebelum makan malam.I
Dewangga tidak pernah membayangkan situasi ini akan terjadi, ia pikir, seorang Raysaka akan berujung mencintai putrinya. Karena ia tahu bagaimana cara Raysaka menjaga dan bahkan menatap putri semata wayangnya. Ia tidak menyangka betapa kerasnya seorang Raysaka melawan kehendak dirinya sendiri.Ia mengelus dahi putrinya, betapa malang anaknya ini. Ia juga turut menyalahkan dirinya.Ia tahu apa yang dimaksud oleh perkataan Rani tadi.Tentu saja itu berarti Rani tahu bahwa semua ini perbuatannya.Untung saja, putrinya ini berhati mulia dan masih berpikiran lurus terhadapnya. Tidak habis pikir bahwa Rani akan menyalahkannya, namun jika itu terjadi, ia akan siap menerima konsekuensi itu. Ia telah merusak kehidupan putrinya, terutama hati anaknya sendiri."Ayah..."Dewangga pun langsung menatap putrinya."Rani sayang sama ayah."Bagaimana pun, Dewangga hanyalah seorang ayah yang menghidupi anaknya sendirian tanpa bantuan istri
Sepanjang perjalanan Aca mendengarkan Rani yang menangis sambil terisak, tampaknya saki sekali kali ini yang diperbuat oleh Saka.Aca tahu hari ini akan tiba, di saat ia akan menemani temannya hingga nangis tersedu-sedu. Namun ia tidak tahu bahwa hari itu akan datang secepat ini."Udah, Ran. Lu jangan nangisin dia. Dari awal gua udah... Ah, yaudah lah pokoknya ga usah ditangisin orang begitu."Rani hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.Ia masih tidak sanggup membayangkan bahwa ternyata sebegitunyakah tingkah Raysaka kepadanya selama ini.Ia tersadar bahwa, selama ini seorang Raysaka yamg mencintainya dalam diam hanya terjadi di dalam pikirannya.Ia tersadar bahwa selama ini, hanya ada kepura-puraan di dalam diri Saka terhadapnya.Selama ini... Rani memejamkan mata untuk memikirkan semua yang ia sadari.Begitu baru saja sampai rumah, Rani langsung turun dari mobil diikuti oleh Aca tentunya,"Udah, Ca. Gausah, balik aja gih. Rani mau se