"Nggak akan terjadi masalah, 'kan?" tanya Tobi dengan khawatir. Dia tidak peduli dengan kultivasi atau tidak. Yang paling penting, Widia baik-baik saja."Nggak akan."Yaldora ragu-ragu sejenak. Namun, dia tetap mengatakannya. Jika Tobi bertindak sembarangan, maka hanya akan merusak kebangkitan keturunan Foniks dan mencelakai Widia."Kalau begitu, kita tunggu lagi." Tobi mulanya kurang yakin, tetapi pada akhirnya memutuskan untuk mengikuti perkataan Yaldora. Meski Yaldora itu muridnya biarawati tua, kepribadiannya sangat berbeda dari gurunya.Waktu berlalu begitu saja. Tobi terus menjaga Widia. Bahkan, menggunakan kekuatannya untuk mengisolasi segala yang ada di sini.Agar tidak menarik perhatian banyak orang.Sebenarnya, Yaldora yang berada di samping ingin menanyakan masalah gurunya. Namun, saat melihat Tobi begitu fokus pada Widia sepanjang waktu, bahkan mata pria itu tidak pernah berpaling sedetik pun.Dalam keputusasaan, dia terpaksa harus menahan diri kembali.Tak terasa, waktu te
"Apa yang kamu lamunkan?""Ka ... kamu cantik sekali," seru Tobi."Apa-apaan? Ini bukan pertama kalinya kita bertemu. Mulutmu manis sekali. Pintar gombal.""Bagaimana kalau kamu bercermin dulu?" ucap Tobi."Kenapa harus bercermin? Memangnya aku nggak tahu penampilanku sendiri?" Berbicara sampai di sini, Widia tampak ragu-ragu. "Tobi, bisakah kamu membantuku berlatih kultivasi?""Membantumu berlatih kultivasi?"Tobi tertegun sejenak. Apa Widia tahu bahwa fisiknya telah berubah?"Ya, aku nggak ingin melihatmu bertarung sendirian seperti itu lagi. Apa nggak boleh?" Widia agak putus asa. Dia pernah menonton beberapa drama TV sebelumnya. Dikatakan bahwa meridian orang dewasa sudah terbentuk. Sekalipun berkultivasi, juga tidak akan ada hasilnya lagi."Bukan begitu. Kamu bisa berkultivasi. Mungkin kekuatanmu juga akan setara denganku dalam waktu singkat." Tobi tersenyum pahit. Benar saja, membandingkan diri sendiri dengan orang lain hanya akan membuat marah saja.Tobi berusaha keras selama be
Paginya, Tobi Yudistira terbangun.Merasakan sesuatu yang lembut di telapak tangannya, pria itu tidak kuasa meremasnya beberapa kali. Rasanya kenyal sekali.Ketika pria itu memalingkan wajahnya ke samping, terlihat seorang wanita cantik. Kulit wanita itu sangat halus dan lembut."Argh ...."Merasa seperti ada sesuatu yang mencubitnya, Widia Lianto langsung terbangun. Saat mendapati dirinya telanjang, dia berteriak dan mendorong pria itu menjauh.Wanita itu segera menarik selimut dengan satu tangannya dan melempar bantal dengan tangan yang satunya lagi."Dasar berengsek! Bajingan! Apa yang kamu lakukan kepadaku!""Sepertinya sudah kulakukan semuanya.""Kurang ajar! Dasar nggak tahu malu!" umpat Widia dengan geram sekaligus malu.Tobi merasa bersalah dan berkata, "Jangan bicara seperti itu. Lagian, tadi malam kamu yang berinisiatif duluan.""Ngawur, jelas-jelas ...."Widia ingin membantah, tetapi tidak jadi karena kejadian tadi malam tiba-tiba melintas di benaknya.Akibat menagih utang t
"Ini adalah kartu hitam Lawana, di dalamnya ada 2 triliun. Kamu bisa belanja di toko milik Serikat Dagang Lawana di Kota Tawuna ini.""Oh ya, karena baru sampai di sini, mungkin Anda masih belum punya tempat tinggal. Ini kunci vila di Distrik Terra 1. Mohon diterima."Mata Tobi seakan bisa melihat semua dengan jelas, lalu dia bertanya, "Murah hati sekali. Katakan, apa yang terjadi?""Raja Naga memang bijaksana. Putriku, Jessi, sekujur tubuhnya sering menggigil dalam enam bulan terakhir ini. Kami sudah mengunjungi banyak dokter terkenal, tapi nggak ada yang bisa menyembuhkannya," ujar Damar."Nggak apa-apa. Hanya masalah kecil. Kalau ada waktu, besok aku akan mengobatinya.""Syukurlah! Terima kasih, Raja Naga!" kata Damar. Dia telah mencari tahu masalah ini begitu lama dan akhirnya menemukan sebuah rahasia besar.Ternyata Raja Naga yang masih muda itu adalah Dewa Medis yang telah dia cari-cari selama ini. Dia benar-benar Dewa Medis yang misterius.Tidak bisa dipercaya. Siapa yang mengir
"Tobi, sejak menerima telepon dari dokter tua itu, aku sudah menunggumu. Akhirnya, hari ini kamu datang juga. Kenapa kamu berdiri di depan pintu?"Setelah Kakek Muhar tahu Tobi datang, dia telah menunggunya sejak tadi. Karena yang ditunggu-tunggu tidak muncul, kakek itu pun berjalan keluar untuk menemuinya.Ketika Tobi melihatnya, dia langsung tersenyum dan menyapanya, "Kakek Muhar!"Begitu Kakek Muhar melihat cucunya berada di samping Tobi, dia langsung bertanya dengan penasaran, "Kalian saling kenal?"Widia tiba-tiba merasa canggung."Kami bertemu tadi pagi," ujar Tobi sambil mengatasi kecanggungan itu."Kebetulan sekali. Kalian memang berjodoh. Oh ya, hari ini juga hari yang baik untuk menikah. Setelah makan siang, kalian pergi ke kantor sipil untuk membuat akta nikah saja," seru Kakek Muhar sambil tertawa. Senior Dewa Medis memiliki keterampilan medis yang hebat, muridnya pasti juga sama.Tobi tertegun sejenak. Pria itu baru menyadari wanita cantik ini adalah Widia Lianto, tunangan
Widia berkata dengan marah, "Jangan harap! Meski di dunia ini nggak ada pria lagi, aku juga nggak akan menyukaimu!"Di luar sana ada begitu banyak pria yang jauh lebih baik dari Tobi, tetapi Widia juga tidak tertarik. Jadi, bagaimana dia bisa jatuh cinta kepadanya?"Widia!"Tiba-tiba seorang wanita cantik yang berpakaian seksi maju ke depan.Celana pendek dan kaus ketat yang dia kenakan itu tampak memperlihatkan pusarnya, bahkan pinggang ramping dan kaki panjangnya itu terekspos semuanya. Ditambah dengan kulit putihnya itu, dia makin menarik perhatian orang.Dengan santai, dia melirik Tobi yang berada di sampingnya itu.Meski hanya mengenakan pakaian biasa, wajah Tobi lumayan tampan. Namun, bagaimana orang desa ini bisa dijodohkan kepada Widia? Bagai pungguk merindukan bulan.Hanya tahu berangan-angan saja."Kamu sudah datang," sapa Widia.Kemudian, dia berkata kepada Tobi, "Ini teman baikku, Tania Suwitno."Tobi mengulurkan tangannya dan berkata sambil tersenyum, "Halo!"Namun, Tania
Semua orang tertegun sejenak. Mereka tidak menyangka Tobi berani naik ke atas panggung. Seketika para penonton langsung mentertawakannya."Haha. Lucu sekali. Orang desa sepertimu masih berani membual.""..."Tobi tidak berniat meladeni mereka, dia langsung mengambil sebuah pedang dan mendesak lawannya, "Cepat mulai."Joni agak bingung. Setelah naik, dia bertanya, "Kamu nggak pakai alat pelindung?""Nggak perlu."Mendengar ucapan itu, Joni seketika marah. Dia tersenyum dingin sambil berkata, "Ya, jangan salahkan aku kalau kamu terluka nanti." Joni bahkan berpikir untuk mengambil kesempatan ini untuk melumpuhkan tangan dan kakinya.Tobi mengerutkan kening dan berseru, "Banyak omong kali."Bukan hanya Joni yang merasa marah, tetapi semua orang juga tidak bisa berkata-kata.Melihat postur Tobi memegang pedang, dia kelihatan seperti orang awam. Kenapa dia malah pamer seperti ini, bukankah dia cari mati?Widia juga merasa gugup. Meskipun dia tidak menyukai Tobi dan ingin mengusirnya, dia jug
"Oh?"Semua orang langsung tertarik untuk mendengarnya."Tahukah kalian, Pak Damar dari Serikat Dagang Lawana akan mengadakan jamuan makan untuk menyambut kedatangan orang penting malam ini?""Benarkah? Orang penting seperti apa yang membuat Pak Damar menyambutnya seperti itu?""Tentu saja orang penting yang sangat hebat. Saat ini, hanya keluarga yang telah bergabung dengan Serikat Dagang Lawana yang menerima pemberitahuan tersebut."Joni tersenyum dan berkata, "Widia, bukankah Keluarga Lianto sudah lama mendaftar untuk bergabung dengan Serikat Dagang Lawana? Malam ini kesempatanmu sudah datang."Hati Widia tergerak mendengarnya, lalu dia bertanya, "Bagaimana caranya?"Keluarga mereka memang telah mendaftar dan berhasil menempati posisi sepuluh besar, tetapi Serikat Dagang Lawana hanya menerima tiga kuota saja. Jadi, harapan mereka sangat tipis."Gampang, kok. Aku bisa ajak teman untuk jamuan malam ini. Kamu ikut saja denganku. Nanti aku akan memperkenalkan pejabat senior Serikat Dagan
"Apa yang kamu lamunkan?""Ka ... kamu cantik sekali," seru Tobi."Apa-apaan? Ini bukan pertama kalinya kita bertemu. Mulutmu manis sekali. Pintar gombal.""Bagaimana kalau kamu bercermin dulu?" ucap Tobi."Kenapa harus bercermin? Memangnya aku nggak tahu penampilanku sendiri?" Berbicara sampai di sini, Widia tampak ragu-ragu. "Tobi, bisakah kamu membantuku berlatih kultivasi?""Membantumu berlatih kultivasi?"Tobi tertegun sejenak. Apa Widia tahu bahwa fisiknya telah berubah?"Ya, aku nggak ingin melihatmu bertarung sendirian seperti itu lagi. Apa nggak boleh?" Widia agak putus asa. Dia pernah menonton beberapa drama TV sebelumnya. Dikatakan bahwa meridian orang dewasa sudah terbentuk. Sekalipun berkultivasi, juga tidak akan ada hasilnya lagi."Bukan begitu. Kamu bisa berkultivasi. Mungkin kekuatanmu juga akan setara denganku dalam waktu singkat." Tobi tersenyum pahit. Benar saja, membandingkan diri sendiri dengan orang lain hanya akan membuat marah saja.Tobi berusaha keras selama be
"Nggak akan terjadi masalah, 'kan?" tanya Tobi dengan khawatir. Dia tidak peduli dengan kultivasi atau tidak. Yang paling penting, Widia baik-baik saja."Nggak akan."Yaldora ragu-ragu sejenak. Namun, dia tetap mengatakannya. Jika Tobi bertindak sembarangan, maka hanya akan merusak kebangkitan keturunan Foniks dan mencelakai Widia."Kalau begitu, kita tunggu lagi." Tobi mulanya kurang yakin, tetapi pada akhirnya memutuskan untuk mengikuti perkataan Yaldora. Meski Yaldora itu muridnya biarawati tua, kepribadiannya sangat berbeda dari gurunya.Waktu berlalu begitu saja. Tobi terus menjaga Widia. Bahkan, menggunakan kekuatannya untuk mengisolasi segala yang ada di sini.Agar tidak menarik perhatian banyak orang.Sebenarnya, Yaldora yang berada di samping ingin menanyakan masalah gurunya. Namun, saat melihat Tobi begitu fokus pada Widia sepanjang waktu, bahkan mata pria itu tidak pernah berpaling sedetik pun.Dalam keputusasaan, dia terpaksa harus menahan diri kembali.Tak terasa, waktu te
Apa ini?Ekspresi Tobi berubah drastis karena kekuatan itu sangat menakutkan. Jika terjadi pada dirinya, Tobi masih sanggup menerimanya, tetapi bagaimana wanita biasa seperti Widia bisa menanggungnya?"Apa, apa yang terjadi denganku?" Wajah Widia memerah, tetapi kondisinya tidak terlihat baik. Sebaliknya, rasanya seperti terbakar.Tubuhnya juga terus gemetar hebat, bahkan bibirnya juga ikut bergetar, yang menunjukkan betapa tersiksanya dirinya."Nggak apa-apa. Semuanya akan membaik."Sembari menghibur Widia, Tobi juga segera mengedarkan energi sejatinya ke dalam tubuh Widia dan mulai membantunya melenyapkan kekuatan dalam tubuhnya.Efeknya ada, tetapi tidak terlihat jelas.Yaldora, yang tidak tahu kapan tersadar kembali, mendekati mereka berdua. Melihat pemandangan di depannya, terutama saat memperhatikan tanda samar di dahi Widia, dia pun berkata dengan wajah terkejut, "Apa ini kebangkitan garis keturunan Foniks?"Saat ini, Yaldora bahkan lupa bertanya pada Tobi, apa pria itu yang mem
Tobi mengerutkan keningnya. Dia tidak puas dengan jawaban seperti itu. Dia pun kembali bertanya, "Sejauh yang aku tahu, kamu pasti sangat tertarik dengan liontin giok, 'kan?"Vamil terkejut. Dia mengerti bahwa Tobi mungkin tidak memercayainya, jadi dia mengangguk dan berkata, "Tentu saja. Aku pernah melihat liontin giok itu, tapi setelah mempelajarinya sebentar, aku masih belum menemukan petunjuk apa pun.""Jadi, sekalipun kamu memberikannya padaku sekarang, juga nggak ada gunanya."Berbicara sampai di sini, Vamil melirik Yaldora yang terbaring di tanah. Tampaknya bulu mata gadis itu bergerak. Vamil pun kembali menambahkan. "Aku mengerti. Kamu sepertinya nggak percaya padaku."Tobi tidak membantah. Jika bukan karena masalah Bahtiar, dia mungkin tidak akan meragukannya. Namun, setelah serangkaian masalah ini terjadi, bagaimana dia bisa memercayai Vamil begitu saja?"Sudahlah. Nggak ada salahnya memberitahumu. Ada sebuah tempat warisan di Jatra, yang bisa membantumu memahami hukum langit
Tobi hanya mengujinya, tetapi dia tidak menyangka kalau tebakannya benar.Karena menurut pemahamannya, yang datang pasti salah satu dari empat orang tersebut. Hanya saja, dilihat dari postur dan gerakannya, seharusnya dia juga bukan si Beruang Kutub ataupun pemimpin Takhta Suci Barat.Jadi, yang tersisa hanyalah Tuan Vamil dan Hirawan dari Negara Melandia.Mulanya, Tobi mencurigai lawan adalah Hirawan, tetapi ada berbagai tanda jurus lawan. Apalagi, dia tidak menghentikan Widia dan juga tidak memberikan pukulan keras kepada Yaldora.Lawan juga tidak memiliki niat membunuh yang kuat terhadap dirinya.Jadi, hanya satu kemungkinan yang tersisa, yaitu orang itu adalah Master Vamil.Tobi tidak menjawab, tetapi malah bertanya dengan bingung, "Mengapa?""Sejauh yang aku tahu, saat ayahmu dalam bahaya, dia menerima bantuan dari liontin giok untuk meningkatkan kekuatannya waktu itu. Aku ingin membuatmu terjebak dalam situasi putus asa. Aku ingin tahu apa kamu bisa menggunakan liontin giok yang
Lelaki tua bertopeng itu sepertinya sama sekali tidak peduli dengan kepergian Widia. Dia tidak menghentikannya dan hanya tersenyum sinis. "Bisa memblokir 30 persen energiku hanya dengan satu telapak tangan, kamu hebat juga.""Tapi sebelum memahami hukum langit dan bumi, kamu masih bukan tandinganku."Begitu selesai berbicara, lelaki tua melambaikan tangan kanannya dan menyerang dengan telapak tangan lainnya.Serangan tapak tangan kali ini terlihat sedikit lebih ringan.Namun, Tobi malah merasa ngeri. Bahkan, seolah-olah kematian tengah menghampirinya. Ekspresinya berubah drastis. Dia bersiap untuk menghindar.Namun, dia merasa kakinya terasa kaku dan tidak bisa digerakkan sama sekali, seolah-olah ada kekuatan besar yang menekannya.Sialan! Taktik seperti apa ini!Bisa-bisanya membuatnya kesulitan untuk bergerak.Tobi menggertakkan gigi. Tiba-tiba, sebuah pedang panjang muncul dari udara tipis. Itu adalah Pedang Diraya.Dia mengepalkan tangannya dan mengumpulkan seluruh energi sejatinya
Tobi tersenyum pahit. Dia ragu-ragu sejenak, tetapi kemudian berkata, "Widia, mungkin mereka bukan orang tuamu."Widia tertegun sejenak. Dia mengira Tobi sedang menghiburnya. Dia pun menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tobi, aku tahu kamu ingin menghiburku. Jangan khawatir, aku baik-baik saja.""Ya, ayo kita pergi."Terakhir, Tobi memutuskan untuk menunggu hasil penyelidikan lebih dulu. Jika tidak, Widia pasti akan merasa lebih sedih karena ditinggalkan oleh ibu kandungnya sendiri.Dalam dua hari berikutnya, Tobi juga menghabiskan waktu dengan menemani Widia berbelanja, berjalan-jalan, dan juga menyantap berbagai makanan lezat. Keduanya tampak menikmati dunia milik berdua.Pada jam sebelas malam, bulan purnama sudah terlihat di langit.Keduanya berdiri di tepi pantai. Rasanya begitu damai.Lantaran ditemani oleh Tobi, suasana hati Widia juga kian membaik. Dia kini telah merasa jauh lebih tenang.Namun, tepat di saat ini, Tobi tertegun. Wajahnya berubah muram. Dia segera berbalik dan
Begitu mendengar perkataan Yesa, Herman hanya tersenyum pahit dan tidak berbicara lagi.Saat Yesa terlibat dalam masalah terakhir kali, Herman mencari bantuan di mana-mana, tetapi tidak ada seorang pun yang berniat membantunya. Hanya Tobi yang bersedia memberikan bantuan.Di saat itu, Herman merasa bahwa yang dilakukan dirinya dan istrinya sudah salah.Oleh karena itu, kata-kata yang Herman ucapkan pada Widia dalam beberapa hari terakhir ini, semuanya berasal dari lubuk hatinya. Lain halnya dengan Yesa, yang berusaha menyenangkan Widia dengan tujuan tertentu.Hanya saja, di hadapan istrinya, dia selalu menuruti perkataannya dan tidak pernah berani membangkang.Selesai berbicara, tatapan tajam tiba-tiba muncul di mata Yesa. Dia pun berkata, "Karena mereka nggak ingin aku hidup dengan baik, aku juga nggak akan biarkan hidup mereka damai. Aku mau lapor polisi. Aku mau pembunuhan yang terjadi barusan dipublikasikan.""Sudah cukup!"Saat ini, akhirnya Herman angkat bicara."Apa ... apa yang
"Widia, kamu sudah salah paham sama ibumu." Herman juga ikut menimpali. Apa yang terjadi dengan Widia? Kenapa gadis ini tiba-tiba menjadi pintar dan tahu segalanya?"Ayah, Ibu, ini terakhir kalinya aku memanggil kalian! Putri kalian nggak bodoh. Bukannya aku nggak memahami semua ini. Hanya saja, aku nggak ingin menerima kenyataan ini dan lebih memilih terjebak dalam angan-anganku sendiri.""Tapi kalian berulang kali menunjukkan segalanya di hadapanku. Kalian membuatku kecewa lagi dan lagi. Sekarang kalian masih ingin membodohiku?"Yesa menitikkan air mata. Wajahnya masih terlihat sedih.Keduanya tertegun sejenak, terutama suara serak Widia, yang mengungkapkan kesedihan yang terpendam selama ini. Membuat keduanya tidak mampu berkata-kata."Maafkan aku. Kelak aku nggak bisa memenuhi kewajibanku sebagai putri kalian lagi." Nada bicara Widia begitu tegas, tapi mengandung rasa sakit yang mendalam."Mulai sekarang, aku nggak punya hubungan apa pun dengan kalian lagi.""Tobi, ayo kita pergi!"