Share

Bab 51 Kembali Rujuk

Penulis: Wilda Akha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-05 11:35:31

Malam ini Mawar merasa begitu gelisah, terlebih ia terbayang-bayang akan wajah Bambang yang selalu mengusiknya.

Ketika Mawar yang kini tengah duduk di dekat jendela kamarnya, tidak berapa lama terdengar suara ketukan dan seruan dari sang bunda.

"War, Bunda masuk, ya?"

"Iya, Bun!" sahut Mawar yang masih belum ingin beranjak dari tempatnya sekarang.

Hingga sang bunda muncul dari balik pintu dan membawa nampan yang sudah bisa ia tebak apa isinya.

Semenjak penyakitnya kambuhan, semua orang menjadi posesif terhadap dirinya. Padahal Mawar sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat.

"Makan dulu, yuk," ajak Arumi membuat Mawar merasa enggan.

"Aku masih kenyang, Bun," kata Mawar yang kembali menatap ke arah luar jendela yang ia singkap tirainya.

Hati Mawar terasa kosong, ia merasa begitu hampa. Hidupnya sekarang memang sangat berbeda dengan dulu, akan tetapi ia merasa penuh warna ketika masih hidup bersama Bambang.

Lelaki yang ia pilih menjadi pendamping hidupnya, hanya karena rasa cemburu me
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 52 Bertemu Di pengadilan

    Malam ini Mawar berangkat ke sebuah cafe yang sudah dirinya dan sang pengacara setujui.Ia tidak ingin terlalu lama menunda kasus ini, sebelum dirinya semakin menyesal dikemudian hari. Sebab, Mawar sudah memantapkan hatinya untuk kembali rujuk dengan Bambang."Bu Mawar!" seru lelaki ketika dirinya baru saja masuk cafe.Mawar berjalan dengan perlahan seraya menatap lelaki bertubuh tabun itu dengan rambut plontosnya.Lelaki itu langsung mengulurkan tangannya yang langsung Mawar sambut untuk sekedar formalitas."Bagaimana keadaan, Ibu?" tanya lelaki itu memulai perbincangan.Walaupun Mawar sedikit risih, akan tetapi ia mencoba untuk tetap terlihat biasa saja dan santai."Baik, Pak. Kita langsung pada pembahasan tentang persiapan persidangan," kata Mawar memberitahu."Ibu sepertinya sudah tidak sabar lagi ingin segera cerai dari Bapak Bambang, ya?" kelakar lelaki itu yang tidak ia tanggapi, sebab Mawar lebih fokus kepada dokumen yang disodorkan kepadanya.Ketika Mawar membaca dan membuka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 53 Perceraian

    Tidak ada yang namanya penyesalan di awal, penyesalan selalu datang diakhir. Jika di awal, itu bukan namanya penyesalan. Tapi, pencoblosan.Mau tidak mau sekalipun, Bambang harus mau. Sebab, ia harus bertanggung jawab atas kesalahan yang dulu pernah diperbuat kepada Mawar.Ditemani sang ibu, Bambang berangkat ke gedung pengadilan untuk memenuhi undangan dari Mawar."Kamu harus ikhlas, Bang."Bambang hanya menatap sekilas ke arah sang ibu, semenjak hidup mereka susah dan rumah terbakar. Ibunya kini sangat berubah, seolah sudah mendapatkan hidayah dari Tuhan.Di satu sisi Bambang sangat bersyukur atas apa yang menimpa hidup mereka, sebab begitu banyak pelajaran berharga yang bisa ia petik. Namun, disisi lain. Ia juga merasa sedih. Karena, rumah peninggalan almarhum sang bapak telah rata dengan tanah. Hanya tersisa beberapa abu dan arang saja."Aku sudah iklas, Bu. Aku yang salah," kata Bambang menerima apapun keputusan hakim nanti.Sekalipun perpisahan ini harus terjadi, setidaknya ia t

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 54 malam pertama

    Tangan Mawar terasa begitu dingin, ia beberapa kali menatap ke arah ayah dan bundanya.Malam ini rencananya mereka akan melakukan ijab Kabul sesuai dengan apa yang sudah mereka sepakati."Kamu kenapa, War? Bukankah kamu sendiri yang ingin kembali rujuk dengan Bambang?" tanya Arumi yang melihat dengan jelas raut kegelisahan dari Mawar."Iya, Bun. Tapi, kenapa aku merasa gugup?" tanya Mawar memberitahukan apa yang saat ini tengah ia rasakan. Sangat berbeda dengan waktu dulu, ketika ia melajukan ijab Kabul pertama kalinya.Kali ini ia dihinggapi oleh perasaan gelisah yang tidak beralasan, entah dari bisikan setan yang terus menggoda. Atau karena ia takut menghadapi malam pertama bersama Bambang setelah sekian waktu mereka berpisah.Semakin memikirkan hal itu membuat Mawar berkeringat, ia berusaha mengatur nafasnya yang tiba-tiba terasa sesak."Kalian sudah siap?" tanya Arman yang tiba-tiba saja muncul membuat jantung Mawar semakin berdetak dengan kencang.Ia kembali menoleh ke arah sang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 55 Ijab Kobul

    Semua orang terdiam termasuk Mawar yang masih mencerna baik-baik apa yang baru saja disampaikan oleh sang bunda. Hingga ia memekik cukup keras."Bunda!" Raut wajah Mawar memerah sebab merasa malu, hal yang paling ia takuti. Malahan di ucapkan oleh sang bunda, tentu saja semua orang yang berada di sana merasa geli hati.Mawar sampai merasa enggan untuk sekedar menatap wajah Bambang terlihat sedikit terkejut, tapi mana bisa dipungkiri. Jika mereka melakukan ijab kobul dan kembali tidur bersama lagi? Untuk tidak melakukan kewajiban tersebut."Apa kamu yakin, Dek? Tidak akan menyesali keputusanmu kali ini?' tanya Bambang memastikan membuat Mawar mengangguk cepat. "Ya, mana mungkin dia menyesal! Kalau dia yang ngotot mau rujuk lagi sama kamu, Bang!" Seru Arumi memebritahu membuat Mawar semakin merunduk, menahan prasaan malunya.Mendengar apa yang disampikan oleh Arumi membuat Bambang bergegas mendekati sang penghulu, Mawar yang sesekali mencuri pandangan ke arah Bambang nampak gugup."B

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 56 Uang PHK

    Mawar hanya bisa mengangguk kecil dan tersenyum terpaksa, sebagai jawaban atas permintaan Herlina tersebut."Aku usahakan, Bu," kata Mawar pelan seraya menutup pintu kamar tersebut.Padahal, dirinya baru saja kembali rujuk dengan Bambang. Tentu saja ia merasa begitu grogi, bahkan melebihi saat mereka baru menikah dulu.Langkah Mawar yang diayunkan secara perlahan, agar lambat sampai ke kamar sengaja ia lakukan.Degup jantung yang terus berlantun membuatnya menekan dada agar sedikit mengurangi rasa berdebarnya."Dek," panggil Bambang tiba-tiba membuat Mawar terlonjak kaget, sebab lelaki itu ternyata sudah berada dibelakangnya."Mas bikin aku kaget!" Gerutu Mawar yang membuat lelaki itu hanya nyengir seperti kuda dan melangkah masuk ke kamar.Sontak saja apa yang dilakukan oleh Bambang membuat Mawar kembali merasa berdebar dan mengikuti langkah lelaki itu dari belakang.Mawar mengekori Bambang sampai lelaki itu tiba-tiba saja berhenti dan membuat tubuh Mawar menabraknya."Aw!" Pekik Ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 57 Memulai Dari Awal

    "Lalu, apa hubungannya dengan uang PHK, Mas?" Tanya Bambang penasaran.Mawar menatap lekat wajah suaminya yang nampak kebingungan, kemudian menggenggam erat tangan lelaki itu."Mas, aku ada niat baik. Aku pengen beget, jika Mas mau membantuku," jelas Mawar dengan raut wajah serius membuat suaminya nampak menelan silvernya kasar."Apa itu, Dek?" tanya Bambang ragu-ragu. Barulah Mawar menceritakan semuanya, mulai dari ia yang menemukan kejanggalan dalam proyek hotel yang sebelumnya ditangani oleh Rendy.Terlihat dengan jelas raut wajah Bambang berubah drastis, ketika Mawar menyebut nama Rendy.Tentu saja hal itu bisa Mawar lihat, akan tetapi ia terus saja bercerita tentang rencananya."Pokoknya, kita mulai dari awal lagi. Ya, Mas," kata Mawar membuat suaminya hanya mengaguk pelan sebagai jawaban, kemudian merebahkan tubuhnya.Mawar yang melihat hal itu menjadi patah semangat, seolah suaminya nampak begitu terpaksa."Mas ikhlas, enggak sih bantuin aku?" Tanya Mawar membuat suaminya itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 58 Bambang melakukan onani

    "Apa yang Mas lakukan?" pekik Mawar.Mawar benar-benar tidak percaya dengan apa yang tengah Bambang lakukan, hal yang tidak pernah ia lihat selama ini."Mas!" seru Mawar lagi, sebab suaminya seolah tengah asik sendiri dan mengabaikan apa yang baru saja ia katakan.Karena tidak tahan dengan kelakuan abstrak sang suami, Mawar lansung menarik tangan lelaki itu.Tiba-tiba saja cairan berwarna putih memuncah dan mengenai tangan Mawar yang langsung memekik."Mas Bambang!" Teriakknya dan membuat suara gaduh, Mawar langsung mengambil langkah mundur seraya menatap tajam ke arah suaminya."Kamu kenapa sih, Dek?" tanya suaminya yang membuat Mawar hanya bisa melongo."Kamu yang apa-apaan?" Seru Mawar tidak terima.Namun, bukannya menghentikan perbuatannya. Bambang malahan meneruskan aktivitas lelaki itu membuat Mawar kembali menjerit kesal."Mas! Hentikan!" Teriak Mawar membuat suaminya meletakan jari telunjuk di depan bibir seraya mendekat."Jangan teriak, Dek! Nanti orang-orang pikir kita teng

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 59 Ujian Hidup Baru

    Pernikahan pada hakikatnya bukan tentang cinta dan perasaan sayang semata, akan tetapi tentang bagaimana komitmen pada kedua pasangan suami-isteri yang menjalani pernikahan tersebut.Apakah mereka mampu melewati setiap ujian dengan terus bersama? Ataukah, mereka memilih berjalan masing-masing dengan alasan tertentu. Semuanya kembali kepada kedua insan yang dulunya tidak saling mengenal, sampai pada akhirnya disatukan dalam sebuah ikatan suci.Inilah kisah yang harus dihadapi oleh Mawar, di mana ia kembali kepada Bambang untuk membina rumah tangganya yang sempat kandas."Mas, hari ini kita pulang ke rumah Mas?" tanya Mawar entah keberapa kali membuat suaminya nampak ilfil. Tapi, lelaki itu hanya mangut-mangut saja.Tangan Mawar yang sedari tadi mengemas pakaiannya tidak selesai-selesai, sebab di dalam hatinya begitu berat untuk meninggalkan rumah kedua orang tuanya yang begitu nyaman.Jika dibandingkan dengan tinggal satu atap dengan mertua serta ipar, tentu saja Mawar memilih tinggal

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19

Bab terbaru

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 70: Janji di Atas Pusara

    Angin sore berhembus pelan di pemakaman, membawa aroma khas tanah basah yang bercampur dengan harumnya bunga mawar putih yang bertabur di atas makam Bambang. Matahari hampir tenggelam di ufuk barat, menciptakan pendar jingga keemasan yang meliputi seluruh area. Di sana, di depan pusara yang sederhana namun penuh makna, berdiri Mawar dan Rendy. Mawar mengenakan pakaian serba hitam yang sederhana, wajahnya terlihat sendu tetapi menenangkan. Di tangannya tergenggam buket bunga mawar putih, simbol cinta dan penghormatan untuk Bambang. Rendy, dengan wajah penuh keyakinan, berdiri di sampingnya mengenakan kemeja berwarna hitam dan sarung hijau tua. Di depannya, seorang pembuka agama dan beberapa keluarga serta teman dekat berkumpul dalam suasana yang penuh keharuan. “Apa kamu sudah siap, Dek?” bisik Rendy pelan, menoleh ke arah wanita yang kini menjadi tanggung jawabnya. Mawar mengangguk kecil, matanya berkaca-kaca

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 69 Kebahagiaan yang Tertunda

    Sore itu, rumah Mawar dipenuhi suasana yang begitu asing. Di ruang tamu, beberapa tamu yang terdiri dari kerabat dekat dan tetangga duduk dalam hening. Tidak ada gemerlap dekorasi atau pesta besar. Hanya meja sederhana yang dihiasi bunga mawar putih, seolah menjadi simbol kebersahajaan acara yang berlangsung hari itu. Mawar duduk di sudut ruangan dengan wajah penuh emosi yang sulit diartikan. Gaun putih sederhana yang ia kenakan terasa berat, bukan karena bahan kainnya, tetapi karena beban di dalam hatinya. Di sampingnya, Rendy berdiri dengan wajah tenang, meski ada sedikit kegugupan di mata tegas pria itu. "Apa kamu yakin ingin melakukannya, Dek?" tanya Rendy pelan, nyaris berbisik. Mawar mengangguk tanpa menoleh, matanya masih menatap ke arah lantai. "Ini yang Bambang inginkan. Aku hanya mencoba memenuhi permintaannya." Mendengar itu, Rendy hanya bisa menghela napas. Ia tahu Mawar tidak benar-benar melakukan ini untuk dirinya

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 68 Kepergian yang Tak Terelakkan

    Malam itu terasa begitu sunyi di ruang perawatan Bambang. Hanya suara alat monitor jantung yang terus berdetak lambat, menjadi penanda bahwa waktu Bambang di dunia ini semakin menipis. Mawar duduk di sisi ranjang suaminya, menggenggam erat tangan Bambang yang terasa semakin dingin. Wajahnya pucat, tetapi matanya tetap menatap Bambang penuh harap, seolah berusaha menyangkal kenyataan yang semakin nyata di depannya. "Mas, jangan tinggalkan aku," bisik Mawar, suaranya bergetar. "Aku butuh kamu. Aku nggak tahu bagaimana caranya menjalani hidup tanpa kamu." Bambang tersenyum tipis. Meski tubuhnya semakin lemah, ia berusaha memberikan ketenangan untuk Mawar. "Sayang, kamu lebih kuat dari yang kamu pikirkan. Mas percaya kamu bisa melewati ini. Kamu harus percaya pada dirimu sendiri." Air mata Mawar mengalir deras. Ia menggenggam tangan Bambang semakin erat, seolah berusaha menahan kepergiannya. "Tapi aku nggak mau kehilangan kamu, Ma

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 67 Wasiat Terakhir

    Di ruang perawatan rumah sakit, suasana begitu sunyi. Hanya suara detak alat monitor jantung yang terus berdetak pelan, seolah menjadi pengingat waktu yang kian menipis. Bambang terbaring di atas ranjang dengan tubuh lemah. Napasnya tersengal-sengal, tetapi matanya tetap memancarkan tekad yang tidak pernah pudar. Di sisi ranjangnya, Mawar duduk dengan tangan menggenggam jemari Bambang yang mulai dingin. Wajahnya nampak begitu lelah dengan mata yang sembap karena kurang tidur. Sejak Bambang dirawat kembali, ia hampir tidak pernah meninggalkan suaminya dan terus berada di sisi sang suami. Rasa takut yang terus menghantui membuatnya tidak ingin membuang sedetik pun waktu bersama Bambang. “Mas …” Mawar memanggil pelan, suaranya bergetar. “Tolong jangan tinggalkan aku. Aku nggak tahu harus bagaimana kalau kamu pergi.” Bambang tersenyum tipis, meski itu hanya memperlihatkan rasa lelah di wajahnya. “Sayang, Mas nggak akan pernah benar

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 66 Di Ambang Keputusan

    Malam itu, Mawar duduk di samping tempat tidur dengan mata sembap. Wajahnya terlihat lelah, bukan karena fisik, tetapi karena hatinya yang terus-menerus digempur rasa sakit. Di depannya, Bambang terbaring dengan tubuh lemah, napasnya sesekali terengah-engah. Namun, meski raganya mulai menyerah, tekad di dalam dirinya tetap kokoh. Ia tahu ia tidak punya banyak waktu, dan ini adalah kesempatan terakhir untuk berbicara dengan Mawar. “Dek,” Bambang memanggil pelan, suaranya serak. “Kita harus bicara.” Mawar menggelengkan kepala. "Aku nggak mau dengar, Mas. Tolong jangan bicarakan hal itu lagi." Tapi Bambang tidak menyerah. Ia mengulurkan tangannya, mencoba menggenggam jemari Mawar. "Sayang, tolong dengarkan Mas. Ini penting!" Mawar memejamkan matanya, berusaha menahan air mata yang hampir tumpah lagi. "Mas, kenapa kamu memaksa aku untuk melakukan sesuatu yang begitu menyakitkan? Kita baru saja memperbaiki semuanya. Kita bar

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 65 Wasiat di Ujung Waktu

    Suasana rumah terasa sunyi malam itu, hanya suara detak jam dinding yang terdengar di ruang tamu. Mawar sedang tertidur di samping Bambang, menggenggam tangan suaminya yang semakin kurus. Wajah Bambang pucat, matanya redup, tapi pikirannya tak bisa tenang. Ia tahu waktunya tidak lama lagi. Dokter sudah memberitahu bahwa kondisinya semakin memburuk, dan operasi yang sebelumnya menjadi harapan kini tidak lagi mungkin dilakukan. Namun, bukan kematian yang membuatnya gelisah malam ini, melainkan Mawar. Ia tidak bisa membayangkan Mawar hidup sendirian setelah dirinya pergi. Dengan hati yang berat, Bambang memutuskan sesuatu. Ia harus menemukan Rendy. Rendy adalah mantan istrinya, seseorang yang pernah mengisi masa lalu Mawar sebelum mereka menikah. Bambang tahu betapa dalam hubungan Mawar dengan Rendy dulu. Meskipun Mawar tidak pernah menceritakannya secara rinci, Bambang bisa merasakan bahwa ada bagian dari hati istrinya yang pern

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 64: Rahasia yang Terungkap

    Malam itu, hujan turun deras. Angin dingin menyelinap ke sela-sela jendela, membawa hawa yang membuat Mawar merasa tidak nyaman. Samar-samar ia mendengar suara dari kamar mandi—seperti seseorang yang tengah terbatuk keras. Mawar langsung berjalan menuju kamar mandi, hatinya berdebar tak menentu. "Mas? Kamu di dalam?" tanyanya sambil mengetuk pintu. Tidak ada jawaban. Tapi suara batuk itu semakin terdengar parau, seperti menahan sakit yang luar biasa. Mawar langsung membuka pintu yang ternyata tidak terkunci. Di sana, ia menemukan Bambang terduduk di lantai, bersandar di dinding, wajahnya pucat seperti tidak ada darah yang mengalir. "Mas! Kamu kenapa?" Mawar berlutut di samping suaminya, panik. Tangannya langsung memegang pipi Bambang yang dingin, lalu mengguncang bahunya pelan. Bambang berusaha tersenyum kecil, meski terlihat lemah. "Mas ... nggak apa-apa. Cuma sesak sedikit," kata sang suami, suaranya nyaris seperti bisikan. Ma

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 63: Keputusan yang Tertahan

    Pagi itu, udara dingin menyelimuti rumah kecil mereka. Mawar duduk di ruang tamu dengan secangkir teh yang mulai mendingin di tangannya. Percakapan kemarin malam masih terngiang jelas di telinganya, terutama ekspresi Herlina ketika mereka mengutarakan keinginan untuk pindah. Ia bisa merasakan ada sesuatu yang berat di hati ibu mertuanya, meskipun Herlina berusaha menutupi itu dengan senyum tipis. Mawar tahu, Herlina tidak benar-benar setuju, meskipun bibirnya mengatakan ia memahami. Langkah kaki terdengar dari arah dapur. Herlina muncul dengan sebuah nampan berisi sepiring pisang goreng dan teko kopi hangat. Wajahnya tampak tenang seperti biasa, tapi Mawar bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan mata wanita itu. "Kamu sudah sarapan, War?" tanya Herlina, seraya meletakkan pisang goreng di atas meja. "Sudah, Bu. Terima kasih," jawab Mawar, mencoba tersenyum. Herlina duduk di sebelahnya, menuangkan kopi ke da

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 62: Hangat yang Tak Terduga

    Langit sore itu memerah. Mawar sedang mencuci piring di dapur, tangannya bergerak tanpa pikir panjang. Suara gemericik air mengiringi pikirannya yang melayang jauh. Ia masih mengingat tajam bagaimana dulu Herlina, ibu mertuanya, selalu memandang dingin kepadanya, seperti orang asing yang tak diinginkan. Namun sore itu berbeda. "War, istirahatlah dulu. Biar Ibu yang selesaikan," suara Herlina terdengar lembut, menyusup pelan ke telinganya. Mawar menoleh, sedikit terkejut. Ibu mertuanya itu berdiri di ambang pintu dapur dengan senyum kecil yang terasa tulus. Wajah Herlina yang biasanya keras kini tampak lembut, meski garis-garis usia tetap jelas di sana. Mawar terdiam, mencoba membaca maksud di balik perubahan ini, ataukah karena kejadian barusan. Mawar hanya bisa menuga–nuga. "Eh, tidak apa-apa, Bu. Aku sudah hampir selesai," balas Mawar, mencoba terdengar biasa saja. Tapi Herlina tidak menyerah. Ia melangkah mendekat, m

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status