Daniar diam-diam ternyata ingin sekali membalas dendam pada Daren. Saat dia keluar tadi, orang yang dia suruh untuk menyabotase mobil Daren sudah selesai menjalankan tugasnya.Namun Daniar tidak menyadari jika ponselnya sudah disadap oleh Bara. Mendengar semua percakapan Daniar di telfon membuat Bara terbelalak. Ternyata Daniar bukannya berubah malah semakin menjadi.Bara segera menghubungi Daren sebelum terlambat. "Broo, ada dimana lo sekarang? " Daren kini sedang mencari makanan di sekitar rumah sakit. Tadinya Daren mengajak Vanesa untuk keluar, namun kunci mobilnya tertinggal diruangan mamanya.Selain itu butuh waktu lama jika harus keluar. Saat sedang menunggu pesanannya terdengar ponselnya menjerit. Saat mendengar suara Bara diponsel Daren melotot kaget, "Gue lagi di rumah sakit, nyokap gue lagi drop. Daniar sudah gila! Untung gue ngga jadi keluar sama Vanesa! "Bara menarik nafasnya lega saat tau Daren dan Vanesa tidak sedang berkendara. Daniar memang keterlaluan, kini Daren tid
Daniar terlihat mondar-mandir gelisah di apartemennya. Sampai sekarang dia belum juga mendengar kabar kecelakaannya Daren. Lebih baik lagi jika sekalian bareng Vanesa, namun setelah beberapa jam tidak ada kabar sama sekali."Halo, Heh..! Kamu dimana, kenapa sampai sekarang belum ada kabar apapun? " Terdengar suara tergagap ketakutan dari seberang, "Eh.. Anu bu.. Itu..! " Daniar merasa dirinya dipermainkan, "Jangan main-main ya kamu, tadi kamu sudah menyanggupi apa yang saya perintahkan, tapi mana buktinya!! "Daniar sudah berang, dia marah karena keinginannya tidak tercapai. Tidak lama kemudian terdengar suara yang berbeda menjawab telfonnya, "Maaf, anda bu Daniar kan? Serahkan diri anda ke polisi sekarang juga, saya sudah mengetahui tempat anda, silahkan anda keluar! "Sontak Daniar membelalak, tadi yang dia dengar tidak salah kan? Polisi sudah berada di depan apartemennya, kini dia mulai panik. "Buka pintunya bu! Atau mau saya dobrak !! "Daniar semakin gemetar ketakutan, matanya ny
Sekarang tugasnya sudah selesai, Bara berpamitan kepada Daren, semua bukti kejahatan Daniar sudah dia serahkan ke polisi. Kini dia ingin mengikuti jejak saudaranya Baron."Lo, ngga usah jauh-jauh Bara. Kalau lo mau kerja mendingan sama gue aja." Bara hanya tersenyum, dia tidak ingin merepotkan Daren lagi. Apalagi sekarang tujuannya sudah tercapai yaitu memenjarakan Daniar.Ridwan terkesiap mendengar berita penangkapan Daniar. Wanita yang pernah mengisi hatinya bahkan sampai saat ini. Meskipun saat ini dia sudah bersama dengan Yuri bahkan sebentar lagi mereka akan menikah."Mas Ridwan, dicariin kemana-mana ternyata kamu lagi disini. Gimana dengan gedung pernikahannya, sudah mas booking belum kemarin ? "Ridwan tersentak menatap calon istrinya yang tiba-tiba muncul. "Eh, maaf aku lupa sayang." Yuri langsung cemberut sebal, Ridwan memang terkadang sering menyepelekan sesuatu yang penting."Duh, gimana sih sayang. Waktunya udah mepet banget loh! Istirahat ini kita langsung ke sana saja ya
Cris menatap Cinta karena masih menanyakan hal yang tidak penting padanya. "Kenapa Cinta? Memangnya aku keliatannya gimana? Kok kamu masih saja meragukan aku? "Kini wajahnya mulai memerah karena kesal, Cinta masih saja meributkan masa lalunya. Beruntung dia tidak mengetahui wajah Yuri, dia tau kalau Cinta sudah cemburu pasti akan mendiamkannya."Cris, kita ini akan menikah. Kalau hatimu masih menyimpan cinta untuknya sebaiknya pernikahan ini tidak usah diteruskan." Cris tentu saja tersentak, "Maksud kamu apa sih ngomong kaya gitu? " Atau jangan-jangan kamu sendiri yang ngga mau nikah sama aku? "Kini malah Cinta jadi gelagapan karena dituduh yang tidak-tidak oleh Cris. "Kamu sudah gila Cris, untuk apa aku mempersiapkan pernikahan ini jika aku tidak mau menikah denganmu, ngapain juga aku cape-cape mempersiapkan semuanya, mikir dong Cris kalau ngomong jangan asal jeplak aja! "Kini emosi Cinta sudah nyampe ke ubun-ubun. Akhirnya Cinta meninggalkan Cris yang sedang mematung tanpa pera
Ridwan kini dilanda kecemasan karena mendengar Daniar di penjara. Dia segera mencari waktu agar bisa menemui Daniar. Setelah urusan persiapan pernikahan selesai, dia segera mengantarkan Yuri pulang."Mas, mampir dulu deh.. Masih banyak yang harus kita bicarakan tentang persiapan pernikahan kita! " Namun Ridwan menjawabnya dengan gelengan kepala. "Nanti saja sayang, aku sudah lelah. Besok kan kita ketemu lagi di kantor."Yuri menarik nafasnya kecewa karena Ridwan terlihat menghindarinya. Padahal dia masih ingin berduaan dengan Ridwan. Entah kenapa belakangan ini dia selalu khawatir pernikahannya dengan Ridwan akan mengalami kendala.Perasaannya kini terombang-ambing karena pikirannya sendiri, padahal sebelumnya Yuri yakin sekali akan bersatu dengan Ridwan. Seringkali tasa cemas melanda dirinya."Maaf pak, bisakah saya bertemu dengan tahanan yang bernama Daniar? "Ridwan menunggu dengan cemas saat ingin bertemu dengan Daniar, matanya membelalak saat Daniar datang. Terlihat kurus tidak t
Yuri sudah tidak sabar lagi, dia ingin segera menamui Ridwan dikantor besok. Ternyata tidak mudah menghilangkan kecemasan yang melanda hatinya.Terlihat pagi ini Yuri bersemangat akan berangkat ke kantornya. Ayah dan ibunya menatap heran putrinya yang sepagi ini sudah siap berdandan paripurna untuk ke kantornya."Sarapanlah dulu Yuri, biar maag diperutmu tidak kambuh lagi." Ibu Yuri menasehatinya, karena belakangan ini sepertinya pola makan Yuri terlihat berantakan. Apalagi suasana hatinya juga seringkali berubah-ubah. Terkadang aura kebahagiaan terpancar di wajahnya namun sebentar kemudian mendung sudah menggelayuti dirinya.Memang belakangan ini Yuri sedang sibuk menyiapkan pernikahannya dengan Ridwan. Calon menantunya ini memang teman satu kerja di kantor anaknya. Namun dibanding dengan Cris mantan pacarnya dulu kelihatannya lebih sayang Cris dari pada Ridwan kepada Yuri.Tapi kebahagiaan anaknya justru terlihat saat bersama Ridwan. Sebagai orangtua sebenarnya mereka khawatir putri
Ayah Yuri terlihat sangat shock menerima kabar anaknya kecelakaan. Wajah ibu Yuri sudah penuh dengan air mata, firasat buruknya ternyata terjadi. Mereka bergegas menuju rumah sakit yang membawa putri mereka untuk mendapatkan perawatan.Ponsel Ridwan tidak berhenti berdering sejak tadi membuat Ridwan kesal karena mengganggu obrolannya dengan pengacara yang menangani kasus Daniar. Apalagi saat diliriknya tidak ada nama pengirimnya membuat Ridwan langsung merejecknya.Akhirnya polisi menghubungi orangtua korban setelah menelfon temannya tapi tidak juga diangkat. Ridwan kembali fokus untuk mendampingi Daniar agar bisa segera keluar dari penjara.Bara kini sudah bersama Baron lagi, Bara juga sudah menceritakan semua kejadian yang dialaminya bersama Daniar sampai akhirnya Daniar masuk penjara. Baron terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya berkali-kali.Baron tidak percaya masih menemui orang seperti Daniar. Namun Baron melihat ada luka di mata adik sepupunya itu. "Lo kenapa Bar ? Lo ngga bi
Cris menatap tidak percaya, saat melihat orang yang dicintainya kini sedang terbaring lemah. Matanya mulai berkaca-kaca, melihat kondisi Yuri yang tubuhnya dipenuhi dengan peralatan medis.Mama Yuri menatap Cris dan memintanya untuk mendekat pada Yuri. Tentu saja Ridwan tidak terima karena kini status Yuri bukan siapa-siapanya Cris lagi. Pemandangan itu tidak lepas dari ayahnya Yuri, dia menjadi tidak enak karena sikap istrinya."Kalau semuanya sudah selesai, mari kita bicara di luar saja." Melihat Yuri masih juga belum bergerak, akhirnya merekapun keluar ruangan. Cris yang belum puas menatap mantan kekasihnya yang sampai kini masih dia cintai tidak ingin keluar saat itu.Namun karena ayahnya Yuri bersikeras melakukannya maka merekapun segera keluar. "Maaf karena Yuri juga sampai saat ini masih belum sadar, saya mohon doanya pada kalian." Ayah Yuri meminta dengan sopan kepada Ridwan maupun Cris agar mendoakan kesembuhan Yuri.Ridwan hanya melirik calon mertuanya, dia tidak bisa memaks
Rafael terluka karena mendengar kabar Naira dilamar oleh Glen. Kesempatan untuk mendekati Naira kini sudah tertutup. Berkali-kali dia menyesali kebodohannya karena mau bekerjasama dengan Karina.Kini Rafael sudah berada di pesawat yang akan membawanya terbang meninggalkan hatinya yang terluka. Tidak disangka semua usahanya untuk mendapatkan hati Naira hanya sia-sia saja.Bahkan kini di kediaman Naira prosesi lamaran itu sedang berlangsung. Terlihat wajah-wajah bahagia yang tidak dapat disembunyikan lagi saat itu, hingga akhirnya kesepakatan tanggal pernikahanpun ditentukan.Mereka akan menikah satu bulan ke depan dengan semua pertimbangan dari kedua belah pihak. Naira dan Glen tidak dapat menyembunyikan rasa bahagianya, demikian juga dengan Risa."Selamat ya say, akhirnya sold out juga..!" Naira terkekeh mendengar ucapan selamat dari sahabatnya. "Alhamdulillah ternyata cepet laku jadi ngga bisa lirik-lirik brondong lagi niiih..! " Keduanya cekikikan tanpa bisa dicegah lagi.Leon dan L
Laura terhenyak mendengar penuturan Vania, seolah semuanya biasa saja yang disampaikannya kepadanya. Vania tersenyum smirk melihat reaksi Laura. Dia berharap Laura akan meninggalkan Leon dan dia bisa kembali lagi menjadi kekasih Leon.Perasaan Laura jelas saja langsung tersulut emosi saat mengetahui alasan Leon ingin menikahinya. Seandainya Vania tau kalau Marko sudah menikah dengan Lisa mungkin Vania tidak akan seberani ini.Laura akhirnya mencoba untuk mencari tau dulu apakah benar dengan semua yang dikatakan oleh Vania. "Oh ya, benarkah? Bahkan jika kamu tau kalau sekarang mama Leon sudah menikah dengan papiku?"Kini mata Vania yang membelalak lebar, tidak sadar Vania menutup mulutnya, kemudian dia berteriak, "Apa..! Tidak mungkin. Bagaimana itu bisa terjadi, bahkan yang ku tau mama Lisa sangat membenci pak Marko? "Kini Laura yang tersenyum sinis melihat kekagetan Vania. "Makanya ngga usah sok tau tentang perasaan Leon padaku, kalau kamu juga tidak tau apa-apa tentang keluarga Leo
Braakk..!! Rafael memukul meja didepannya dengan keras. Kini dia tidak bisa lagi menahan kemarahannya, "Semuanya gara-gara kamu Karin, ingat mulai sekarang aku tidak peduli lagi dengan semua rencana kamu!!"Rafael berlalu pergi begitu saja meninggalkan Karina yang masih terhenyak karena kaget dengan gebrakan meja dari Rafael yang hampir saja menghancurkannya.Karina hanya tersenyum kecut melihat Rafael yang berlalu dengan kemarahan. Dia sendiri juga sedang sedih karena kegagalannya mendapatkan Glen.Kini Glen tidak akan lagi memberikan kesempatan pada Rafael untuk kembali mendekati Naira. Bahkan setelah kejadian itu dia segera menemui kedua orangtua Naira dan meminta waktu untuk membicarakan masalah lamarannya untuk Naira."Kamu serius Glen mau melamar Naira?" Papa Naira menyipitkan matanya karena merasa heran, kedua orangtua Naira merasa ini terlalu cepat karena hubungan Naira dengan Glen saja belum ada satu tahun.Namun melihat kesungguhan Glen kepada putrinya, akhirnya papa Naira m
Glen kini bisa bernafas dengan lega, sedangkan Naira masih diam mematung. Buket bunga untuknya dari Rafael sudah dibuang oleh Glen. Meskipun kesal, Glen masih menunggu kata-kata Naira. "Aku minta maaf Glen, tadinya kupikir Rafael hanya main-main denganku. Karena aku sendiri begitu, tidak ada sedikitpun keinginan untuk membohongimu. Hanya aku tadi benar-benar tidak menyangka kalau Rafael serius ingin menjalin hubungan denganku."Glen hanya menarik nafasnya berat, "Nay, aku ngga nyalahin kamu. Aku tau tidak ada perempuan yang bisa menolak pesona Rafael, karena dibandingkan dengan aku mungkin Rafael banyak memiliki kelebihan. Dan aku tidak akan memaksa kamu untuk terus mencintaiku jika kamu sendiri sudah tergoda dengannya."Deggh..!! Naira melotot horor ke arah Glen yang terlihat serius dengan kata-katanya. "Sebentar Glen, kamu pikir aku sudah tergoda dengan Rafael? Terus kenapa sekarang aku masih bersamamu?"Kini Glen yang gelagapan, dia keceplosan. Tanpa disadarinya itu pasti membuat
Rafael terbelalak melihat dirinya dalam video itu bersama Karina sedang merencanakan akan membuat Naira jatuh cinta padanya. Bahkan Karina terlihat sangat emosional ketika menyampaikan rencana yang ada di kepalanya.Semangat Karina untuk menjauhkan Naira dengan Glen terlihat tidak main-main dalam video tersebut. Melihat perubahan di wajah Rafael membuat Naira cukup terkejut, karena baru kali ini Naira melihatnya secara langsung."Naira, awalnya aku memang hanya ingin membantu Karina. Dia itu masih sepupuku. Namun seiring berjalannya waktu, aku malah semakin tertarik padamu. " Terlihat Rafael mulai mengatur nafasnya yang kini mulai tidak teratur."Aku mohon percayalah padaku kalau aku sekarang benar-benar jatuh cinta padamu. Aku ingin serius menjalani hubungan denganmu, bukan karena rencana Karina tapi ini murni dan tulus dari hatiku. "Naira hanya terdiam, dia tidak berani menjawab sedikitpun. Naira masih shock dengan ungkapan perasaan Rafael padanya. Dia juga tidak menyangka kalau R
Jodoh memang tidak akan lari kemana, meskipun mereka harus menikah dulu dengan orang lain. Akhirnya takdir kembali mempersatukan mereka. Marko tersenyum kembali mengingat perjuangannya untuk kembali pada Lisa."Sayang, kok senyum-senyum sendiri sih!" Lisa menghampiri Marko dan memeluknya erat. Marko tersenyum gemas melihat kemanjaan istrinya. "Bee, siap-siap makan malam bareng Robert dan Rere yuk? "Lisa menatap mata elang Marko, "Memangnya ada acara apa sayang? " Marko mengedikkan bahunya, "Tadi pagi kan aku sudah bilang padamu Bee? "Lisa tertawa geli, "Maaaf.. Lupa sayang." Marko mencubit dagu istrinya mesra, "Lupa melulu, akibat faktor U yaa..? ""Apa tuh.. Kok faktor U? " Marko tertawa, "Usia kita sudah banyak Bee." Mereka saling menatap dan tertawa lagi. Kini mereka sudah siap berangkat. "Eh, sebentar Bee, aku lupa memberitahu Leon dan Laura."Lisa mengangguk dan menunggu Marko menghubungi Laura. Merekapun berangkat ke restoran yang sudah dipesan Robert dan Rere. Pertemuan yang
Gea tersenyum saat melihat Surya baru tiba setelah seharian bekerja. Dia melihat semangat suaminya kini mulai kembali menyala. Usia Gea dan Surya memang terpaut cukup jauh, namun bagi Gea itu bukan masalah. Di dalam diri Surya terlihat sosok ayahnya di sana."Sayang, kok masih di luar ? Ayo masuk sebentar lagi adzan maghrib tidak baik juga buat Ruby." Gea tersenyum dan menghampiri suaminya, "Kami menunggumu pulang, dari tadi Ruby menanyakanmu. Entah kenapa dia terlihat khawatir."Surya terkekeh sambil memeluk Gea dan masuk ke dalam. Disinilah mereka tinggal sekarang, jauh dari keramaian dan suasana pedesaan masih terasa kental. Gea sendiri tidak mempermasalahkannya, selama dia masih bersama Surya baginya itulah kebahagiaan yang sebenarnya."Papa kok pulangnya terlambat, masih sibuk ya?" Putri cantiknya ini berbeda dengan Reva, dia memang selalu ingin dekat dengannya setelah mengetahui dirinya adalah papanya yang selama ini dirindukannya.Surya merasa dirinya dibutuhkan dan dihargai di
Keputusan Rayyan sudah tidak bisa diganggu gugat. Dia sudah mengurus semuanya, dengan bantuan Om Steve semuanya bisa ditangani dengan cepat. Meskipun kakek dan neneknya melarang, Rayyan tetap pergi ke Jerman.Kirey hanya bisa melepas Rayyan dengan doa. Sikap Rayyan memang seperti dirinya, hampir semua sikap anak-anaknya diturunkan darinya. Hanya dari fisik saja mereka seperti Surya namun yang lainnya seperti Kirey.Reva menangis melepaskan kepergian Rayyan di bandara bersama keluarganya. Akhirnya mereka mengalah mengikuti kemauan Rayyan, apalagi Rayyan cucu laki-laki satu-satunya.Mereka berpelukan sesaat sebelum Rayyan dan Vira memasuki pesawat. Pandangan Kirey semakin hampa melihat buah hatinya pergi jauh ke ke negara orang. Sedangkan Surya hanya melepas Rayyan dari kejauhan.Surya enggan bertemu dengan Kirey dan keluarganya. Namun tatapan rindu untuk putrinya yang kini sudah remaja membuatnya hanya bisa terharu. Dari jauh Surya menatap putri kesayangannya.Merasa ada yang memperhat
Rayyan terlihat enggan mengikuti kemauan adiknya. Biarlah ini jadi pelajaran untuk mama dan kakek neneknya meskipun sepertinya mereka masih juga tidak menyadari kesalahan mereka.Tiba-tiba ponselnya di nakas terdengar nada deringnya berbunyi memanggil. Rayyan melirik penelfonnya ternyata Vira kekasihnya. "Halo sayang, tumben telfon biasanya kirim pesan doang? "Vira terkekeh geli, "Sayang, kamu bisa ke caffe Brown ngga? Aku tadi mampir ke sini sekalian ada yang mau omongin ke kamu, penting loh.. Aku tunggu ya? ""Lah, kalo mau ngomong mah ditelfon aja neng, ngapaian harus ke caffe? " Rayyan memang sedang dalam mode malas bertemu siapapun termasuk Vira kekasihnya yang sudah dia pacari selama satu tahun ini."Ishh.. Kamu mah kebiasaan mager aja, sebentar kesini pokoknya aku tunggu, awas kalo ngga datang! " Kini Rayyan terkekeh, "Dih, bisanya ngancam. Bentar lagi ngambek deh..! ""Rayyan..!! Kebiasaan pisan kamu tuh bikin orang kesel aja. Udah deh, sekarang ke sini ditunggu ngga pake lam