"Kau juga akan terkena masalah besar. Ingat ... orang-orangmu juga ada di sana waktu itu."Siapa bilang aku tidak bisa mengancam balik padanya? Hanya orang naif yang membalas kelicikan dengan kebaikan.Itu memang bisa dilakukan, tetapi akan membutuhkan proses yang lama. Dan pria di hadapanku, bukan seseorang yang dapat menunggu selama itu."Apa kau punya buktinya?" Billy balas mengancam.Aku melipat tangan di depan dada. Juga menaikkan salah satu kakiku ke kaki yang lain. Tidak lupa mengangkat sedikit kepala agar dia tahu, aku bukan wanita yang mudah terintimidasi."Tentu saja aku punya banyak buktinya." Tanpa sadar salah satu alisku terangkat ke atas. "Kau pikir, aku tidak pernah mengira jika kau akan mengancamku?""Mengancam dalam hal yang lain tentunya. Bukan sebuah pernikahan konyol ini," sambungku.Aku tahu, Billy tidak akan merasa terancam oleh ucapanku. Dia masih bersikap sama seperti sebelumnya. Namun, aku tidak tahu apa yang sebenarnya dia pikirkan. Bisa jadi, dia diam-diam
Semenjak ucapan Ray kemarin, Alex tidak mau bicara denganku. Bukan tidak bicara sepenuhnya. Dia hanya menjawab ya atau tidak dalam setiap pertanyaanku. Aku pun tidak mau memaksa untuk bicara lagi dengannya. Walaupun aku sangat merindukan rengekan manja suamiku.Ray juga berusaha membujuk Alex ataupun menggoda Alex seperti biasa. Akan tetapi, Alex tetap diam. Alex bisa bicara panjang hanya kepada Raka. Bahkan, bicara dengan orang tua kami pun dia enggan.Aku juga paham, seberapa besar rasa sakit hati Alex ketika Ray mengatakan hal yang menyakitkan itu. Jika aku yang berada di posisi Alex, aku pun akan merasakan patah hati yang sama. Namun, apa yang dapat aku lakukan ketika nasi telah berubah menjadi bubur? Semua telah terlanjur terjadi dan waktu tidak dapat terulang kembali.Sekarang, Alex tidak hanya mengingatku sebagai istri pembunuh, tetapi juga istri murahan yang mengkhianati dirinya. Wanita yang membawa luka dan banyak kejadian buruk di sekitarnya."Mami, aku sebentar lagi sekola
Mungkin, pemikiranku pendek karena kabur-kaburan seperti ini. Tetapi, jika kau menjadi aku, kau akan merasakan betapa sakit hatiku ketika melihat orang-orang di sekitarku menderita karena aku.Ayah dan Ibu kehilangan tempat tinggal karena Billy mencoba mendapatkan aku sebagai istrinya. Papa dan Mama mertua juga mendapat masalah yang hampir sama, aku pun telah menodai kepercayaan mereka.Suamiku ... kesalahanku kepada Alex sangat besar hingga mungkin tidak dapat lagi untuk diperbaiki. Aku tidak bisa kembali ke masa lalu dan mencegah semua yang dapat membuat Alex sakit hati.Karena hidup ini bukanlah tulisan dalam novel yang dapat diubah semau hatiku ....Sedangkan Ray ... selama hampir enam tahun terakhir, aku seperti memberi harapan kepada Ray. Nyatanya, hatiku habis aku berikan hanya untuk suamiku seorang. Dan ... aku juga ikut andil dalam penembakan ayahnya.Biarpun Ray membenci Tuan Balacosa. Tetap saja, aku yang telah membuat Ray menjadi pria yatim. Karena dia sudah besar dan buk
"Kau ... apa yang akan kau lakukan padanya?"Billy melambaikan foto besar di tangannya. Foto seorang pria yang pernah menjadi musuh besar Billy Volker, yaitu Kaiden Balacosa."Misi terakhir kita, Cinta. Setelah ini, aku tidak akan mengganggumu lagi.""Jadi ... aku ingin menikah denganku karena kau ingin kembali menyusup ke Pulau Balacosa? Benar begitu?"Billy mengedipkan satu mata. "Anak pintar. Kebetulan, aku menemukan kau di jalan. Kita tidak perlu repot-repot menikah dan bisa berangkat sekarang. Beruntung sekali aku ... kenapa kau tidak minggat dari kemarin-kemarin?""Hah!" Aku ternganga tidak percaya. "Lalu kenapa harus membeli desa tempat tinggal orang tuaku? Kau sampai membuat perusahaan papa mertuaku merugi! Kurang ajar!"Billy lantas menjelaskan kepadaku bahwa dia tidak bisa sembarangan membawa diriku pergi. Yang pertama, Aurora Volker, ibu Billy masih mengawasinya agar tidak mempermainkan wanita. Artinya, pertemuan kami sebelumnya benar-benar murni karena ketidaksengajaan ya
"Ha ha ha! Apa kabar, Bos?" Kai menunduk dengan salah satu kaki di belakang dan tangan di depan dada.Billy melangkah ke tempat duduk dan melemparkan diri di atasnya dengan gaya arogan. Dia mengisi amunisi dan menodongkan senjata ke arah Kai."Katakan pesan terakhirmu," ucap Billy."Oh, ayolah, Bos ... Kita sudah bekerja dalam waktu yang lama. Aku juga yang membantu kau menemukan wanitamu ... ups ... adikmu. Ha ha ha!" Kai tampak santai meskipun tahu nyawanya sedang terancam.Kalau Kai orang normal, tidak mungkin jika dia tidak merasakan ketakutan. Kai justru ikut duduk santai saling berhadapan dengan Billy. Sementara aku mengambil tempat duduk lain untuk berjaga-jaga agar dia tidak kabur.Di kanan dan kiri pahaku, melingkar beberapa pisau yang siap menembus lehernya. Juga pistol yang ada di tanganku."Zero ... Zero ... kau bodoh sekali karena mau bekerja sama dengannya. Pada akhirnya, Billy akan mengkhianati kau demi keuntungannya sendiri," cibir Kai."Bukan urusanmu," jawabku santai
"Ha ha ha!"Tawaku dan Billy bersahut-sahutan ketika kami saling mengejar di tepi pantai. Baju kami basah karena saling menyemburkan air laut asin yang sesekali masik ke dalam mulut.Setelah puas bermain air, aku dan Billy bersaing membuat istana pasir yang sangat besar dan tinggi. Hingga orang-orang datang menonton kami.Saat istana pasir Billy lebih tinggi dariku, aku pun membuat istanaku lebih tinggi lagi. Begitu pula sebaliknya. Sampai istana pasir yang aku dan Billy buat mencapai setinggi dadaku."Waktunya habis! Punyaku jauh lebih tinggi darimu!" Billy tertawa terbahak-bahak penuh kemenangan. Orang-orang pun bertepuk tangan."Tidak! Punyaku lebih tinggi satu senti dari milikmu!" Aku menunjuk kerucut pasir kecil di permukaan istana pasirku."Betul! Wanita cantik itu pemenangnya!" seru salah seorang pria."Tidak, punya pria tampan itu jauh lebih besar dan terlihat lebih kokoh. Kau tidak bisa menilai hanya dari pucuk kecil di atasnya!" sanggah seorang wanita.Alhasil, para pengunju
"Kritis kenapa? Mas Alex tidak punya sakit apa-apa. Waktu aku pergi juga-"Waktu aku pergi, Mas Alex terlihat begitu lesu. Apakah karena memikirkan apa yang Ray lakukan padaku secara diam-diam sehingga Mas Alex kepikiran dan sampai jatuh sakit?Apa Mas Alex stres? Atau kena serangan jantung? Bagaimana kalau Mas Alex ternyata mencoba bunuh diri karena tidak mau menerima kenyataan?"... Ro ... Zero ...." Suara Billy yang sedang mengguncang kedua bahuku kembali terdengar dengan jelas. "Kita akan kembali sekarang. Kuatkan dirimu!""Ayo, cepat ....""Sabar ... jangan panik. Kita sudah terbang sekarang."Bagaimana aku tidak panik? Suamiku sedang sekarat saat ini!Kemarin, aku malah bersenang-senang dengan Billy. Meninggalkan Mas Alex sendirian karena menurutku aku hanya membawa banyak beban baginya dan keluarga lain.Aku salah ... seharusnya, aku bersujud mohon ampun padanya, alih-alih pergi!Aku istri yang buruk ... maafkan aku, Mas ...."Zero, jangan menangis." Billy menepuk-nepuk punggun
"Billy Volker! Kau bilang, kau adalah teman sekaligus saudaraku! Kenapa kau berbuat seperti ini?!" Tanganku yang hendak menghajar Billy, langsung ditangkap olehnya dengan cepat."Justru itu, aku sedang membantumu! Lihat ini!" bentak Billy yang masih mencengkeram pergelangan tanganku. Tiba-tiba, Billy menampar wajah Mas Alex. Baik aku dan Ray langsung memekik kaget."Brengsek!" bentak Ray."Billy Volker!" seruku."Kau seharusnya percaya padaku. Dia tidak sakit, Bodoh!" sergah Billy.Apa? Tidak mungkin ... Mas Alex bahkan diam saja ketika Billy menamparnya! Mana mungkin Mas Alex baik-baik saja!Akan tetapi, aku dapat melihat ekspresi kesungguhan di wajah Billy.Aku pun melepaskan tangan Billy dariku, lalu memeluk tubuh Mas Alex. Billy tidak mungkin berbohong. Meskipun menyebalkan, dia bukan orang seperti itu."Mas? Kau baik-baik saja? Kenapa kau berbohong padaku seperti ini?" Aku kembali terisak-isak karena berharap ucapan Billy benar adanya.Aku merapatkan telinga ke dada kiri Mas Ale
"Aku tidak akan mau punya anak lagi. Dua saja sudah cukup." Keputusanku membuat dua pria di sampingku kecewa. "Kalian saja yang mengandung, biar tahu bagaimana rasanya.""Ya sudah. Lagi pula, aku hanya butuh Leah, Baby. Kau berbahagialah dengan Alex. Aku hanya akan menjadi suami di atas kertas saja." Ray mulai merajuk."Yakin? Perlu aku buatkan perjanjian di atas kertas?" cibir Mas Alex."Tidak perlu. Aku pria yang tidak bisa memegang janjiku," balas Ray dengan cepat."Dasar gila!" maki Mas Alex.Aku menghela napas panjang. Hari-hari yang akan aku lewati nanti, akan menjadi sangat berbeda dengan adanya dua pria dalam kisah cintaku. Entah mereka yang bodoh atau hanya benar-benar mencintaiku ... aku masih tidak bisa mengabaikan salah satu dari mereka.Pertengkaran kecil pasti selalu ada. Apalagi, dua lelakiku ini hanya akur jika sedang merencanakan sesuatu di belakangku. Tak jadi masalah ... asalkan bukan menyangkut nyawa, mereka boleh bertengkar sepuasnya.Jika aku wanita lain, mungki
"Mas Alex ... kau pasti tahu apa yang dikatakan Bos Ray, bukan?"Tentu saja Mas Alex tahu! Lihat saja wajahnya yang ketakutan. Seharusnya, Mas Alex marah saat bayi kami diakui sebagai anak kandung Ray."Wah ... ini tidak benar, Zero. Lihatlah ... kedua suamimu telah membohongimu." Billy berdecak-decak mendekat padaku. "Zero, sudah benar kalau kau menceraikan mereka berdua dan menikah denganku. Kita rekan yang sangat kompak, tidak mungkin ada rahasia di antara kita berdua. Tidak seperti mereka yang selalu membohongimu," bisik Billy."Diam, Billy! Kau malah semakin membuatku pusing!"Karena bentakan dariku, Leah sampai kaget dan kembali menangis. Ray langsung berbalik menimang-nimang Leah sambil menenangkannya."Kita bawa masuk Leah dulu, Ray. Sepertinya, Leah kepanasan karena terlalu lama dijemur," ucap Mas Alex.Aku tertawa tanggung tidak percaya. Dua pria itu berjalan cepat masuk ke dalam rumah menghindariku. Ray menggendong Leah dengan erat, sementara Mas Alex juga menggendong Rak
-------POV RAY-------Sejak kapan aku jatuh cinta dengan bocah ingusan itu?Sejak kapan aku jadi tidak bernafsu menyentuh para gadis muda perawan yang biasanya sangat menggairahkan?Awalnya, aku hanya merasa kasihan dan tidak tega karena Zero adalah keluargaku. Juga karena Zero spesial di hidupku. Zero merupakan perempuan yang aku selamatkan dan juga menyelamatkan aku dari gelapnya dunia tanpa seseorang di sisiku yang dapat aku percaya. Sejak ada Zero, aku merasa jadi manusia seutuhnya. Bukan anak mafia yang hanya dilahirkan untuk berkompetisi untuk menjadi penerus ayahku yang gila dan ingin aku enyahkan dari dunia fana.Tetapi, lama-lama aku merasakan sesuatu yang lain bergejolak dalam dadaku saat aku terlanjur berjanji dan mengatakan akan menjadi ayah dari bayi yang dikandung Zero.Semakin lama perut Zero membesar, semakin gemas rasanya. Rasanya, aku ingin menelanjangi Zero saat itu juga.Tangan nakalku berulang kali ingin menyentuhnya, tetapi aku tidak sanggup! Ada tiga alasan
--------POV Alex--------Sakit?Tentu saja aku merasakan itu. Ketika tahu bahwa istri yang sangat aku cintai menikah dengan pria lain, hatiku seakan terbelah menjadi dua, duniaku serasa hancur!Katminah ... wanita yang seharusnya menjadi satu-satunya istriku, telah mengucap janji suci pernikahan dengan pria lain di depan mataku. Gambaran kebahagiaan palsu itu terus melekat dalam benakku.Aku menyesal karena dulu memutuskan ingin bercerai dengan Katminah. Sangat menyesal ….Aku pikir, aku tidak akan bisa menghabiskan sisa hidup dengan wanita yang telah membunuh banyak orang seperti dirinya. Sebelum aku terlalu dalam mencintai Katminah, aku pun membulatkan tekad untuk bercerai dengannya.Aku yakin, akan ada wanita yang lebih pantas untuk aku jadikan istri. Bukan wanita pembohong yang menyimpan banyak rahasia dan seorang pembunuh profesional seperti dirinya.Akan tetapi, aku salah besar!Sekitar sepuluh hari setelah aku meninggalkan Katminah yang pingsan dan dibawa pergi oleh Ray, aku
“Mas, anak kita kenapa mukanya mirip sama Bos Ray, ya?”“Mungkin karena kau banyak memikirkan dia sewaktu mengandung,” balas Mas Alex seraya mengusap lembut kepala bayi kami, yang kami beri nama Leah Arion. Dari nama Alex dan Katminah.Leah kini berusia satu minggu. Bola matanya pun segelap manik mata Ray. Aneh bukan?Mas Alex memiliki mata hijau gelap, sedangkan mataku kecoklatan. Bagaimana bisa putri kecilku memiliki manik mata gelap?Aku sudah pernah bertanya kepada dokter, takut jika Leah ada masalah dalam penglihatannya. Akan tetapi, tidak ditemukan kecacatan pada mata Leah.Setiap kali aku membicarakan masalah perbedaan mata Leah dengan kami, Mas Alex selalu mengatakan hal tersebut wajar terjadi karena Leah masih bayi.“Aku tidak banyak memikirkan Bos Ray selama mengandung, Mas,” sanggahku dan hal itu memang benar.“Mungkin, kau hanya tidak menyadarinya, Sayang. Sudahlah … yang penting, Leah sehat ….”Itu lagi yang dikatakan Mas Alex. Aku benar-benar mencemaskan kondisi mata Leah
Kenapa Mas Alex diam-diam bertemu dengan Ray tanpa memberi tahu?Aku lantas mendekat dan bersembunyi untuk menguping pembicaraan mereka. Mas Alex dan Ray sudah terlalu sering dan banyak membohongiku, serta merencanakan sesuatu di belakangku. Aku tidak mau kecolongan lagi.“Setelah semua yang kau lakukan, kau ingin melarikan diri? Dasar pengecut!” bentak Mas Alex.“Aku sudah menjelaskan padamu kemarin! Sudahlah, bukankah ini yang kau inginkan?”Mas Alex mengacak-acak rambutnya dengan kasar. Wajah kedua pria itu sudah seperti pasangan yang sedang bertengkar saja. Jangan bilang … mereka berdua memiliki hubungan terlarang di belakangku?Kalau sampai benar … itu akan menjadi sebuah kejutan yang luar biasa!“Terserah kau saja! Pergi sana yang jauh!” teriak Mas Alex.Aku salah … Mas Alex ternyata masih emosian. Dia hanya menyembunyikan kebiasaan itu di depanku.“Aku memang mau pergi … kenapa kau malah marah-marah?”Mas Alex melayangkan tinju, tetapi Ray sigap menahan tangannya.“Aku juga perl
Tanpa sadar, aku air mataku bercucuran ketika mendengar ucapan Ray. “Kenapa kau menangis, Baby? Inilah jalan yang terbaik untuk kita semua,” ujar Ray lembut seraya menangkup lembut pipiku untuk menghapus air mata yang masih terus mengalir ini. “Bos … Ray … kau tidak perlu pergi jauh meninggalkan kami jika memang kau ingin bercerai denganku. Bagaimana dengan Raka nanti kalau mencarimu? Siapa yang akan mendengarkan keluh kesahku kalau tidak ada kau?” Ray Balacosa tersenyum indah hingga membuat hatiku berdebar-debar. “Baby, kau memiliki Alex yang akan senantiasa mendengarkan dirimu. Raka juga memiliki papanya yang sangat menyayangi dirinya. Aku hanyalah pengganti Alex untuk sementara.” Aku menggeleng pelan seraya memegang kuat pergelangan tangan Ray di pipiku. Tidak ada kata-kata lagi yang bisa terucap dari bibir ini. Aku merasakan tubuhku hangat ketika Ray memelukku sangat erat. Terdengar jelas jantung Ray berdebar-debar dengan kencang. Apakah dia juga merasa sedih sepertiku? Atauk
"Mama?" Anton menatap nanar Mama.Mama tampak begitu murka, begitu pula dengan Papa dan Alexa di belakangnya. Mereka menatap Anton seakan-akan pria itu orang asing bagi mereka.Siapa yang tak akan marah setelah keluarga mereka sendiri menyembunyikan fakta yang begitu besar? Aku pun cukup terkejut jika Anton mengetahui kehamilanku dan merahasiakan dari semua orang."Kau jahat sekali, Anton! Mama tidak mengira jika kau bisa setega ini …." Butiran bening menetes dari pelupuk mata Mama. "Apa kau tahu apa yang harus Raka lalui tanpa ayah kandungnya? Dan bagaimana perasaan Alex saat tahu anaknya sudah beranjak dewasa dan menganggap pria lain sebagai ayahnya?""Ma-""Jika bukan karena kau, Katminah tidak akan menikah dua kali. Tapi, Mama lebih senang dia menikah dengan Ray daripada berakhir dengan pria jahat sepertimu. Kau tidak punya perasaan dan sangat egois. Semua yang ada di sini mengorbankan perasaan masing-masing untuk bertahan hidup. Kau pasti sudah mendengar apa yang terjadi dengan B
"Elang- Anton!" Aku tanpa sadar berseru tatkala melihat sosok familiar yang sudah lama tidak aku jumpa.Anton si Elang Putih tampak begitu terkejut saat melihatku. Dia mengerutkan kening dan celingukan ke kanan kiri."Kau ... Zero ... kenapa kau ada di sini?" tanya Anton."Apa kau?! Menyingkir dari hadapan kami!" Mas Alex merangkul pundakku dan membawaku melewati Anton.Sementara itu, Anton masih tercengang di tempat. Dia menatapku seakan-akan tidak percaya jika aku memanglah aku."Mas Alex tidak memberi tahu Anton kalau aku sudah pulang dan kembali padamu? Lalu, di mana dia selama ini? Baru kali ini aku melihatnya?" Aku mencerca Mas Alex dengan banyak pertanyaan tentang adiknya, yang tentu saja membuat wajah tampan suamiku itu merengut tak senang."Sejak kau pergi dulu, dia ikut membantu mencari keberadaanmu. Tapi, entah apa yang dia lakukan, dia tidak pernah pulang atau hanya sekedar menghubungi orang-orang rumah." Terlihat jelas jika Mas Alex tidak suka membicarakan tentang adiknya