"Merindukanku?" Aku tak kuasa menahan tawa sampai kebablasan sehingga semua orang menatapku keheranan."Kau yang terbaik dari semua wanita milik Ray. Jelas saja aku merindukanmu. Jujur, minggu lalu aku menyewa nomor tiga dan dia tidak bisa memuaskanku, hari selanjutnya aku mengeluarkan banyak uang untuk nomor satu.""One juga profesional. Karena itu, dia diberi peringkat nomor satu.""One lumayan bagus, tapi tidak sebaik dirimu, Zero. Lagi pula, untuk apa kau bersandiwara menjadi istri kakakku? Aku dengar kalian dijodohkan. Tapi, setelah tahu kalau yang menikahi Alex itu kau, aku jadi curiga kau punya maksud lain.""Papamu dan ayahku murni menjodohkan kami. Bukan karena inginku.""Aku tidak percaya. Jangan-jangan ... kau ingin dekat-dekat denganku? Kau sudah tahu kalau aku adiknya Alex 'kan? Karena aku sudah terlanjur menikah, kau jadi tidak bisa memintaku untuk menikahimu."Begitulah Elang Putih. Dia sangat percaya dengan dirinya sendiri. Kecurigaan Elang Putih padaku sebenarnya masu
"Kenapa, Mas? Bukankah bagus kalau aku dekat dengan Anton? Dia 'kan adikmu."Alex mendadak melepas sabuk pengaman, lalu mencondongkan badan dan mencium bibirku. Hampir satu menit dia melakukannya setengah memaksa sampai aku kewalahan mengimbanginya."Mas ...?""Jangan sebut namanya dengan bibir ini," bisiknya seraya menghapus bekas basah di bibirku dengan ibu jarinya. Tatapan Alex terpusat pada bibirku."Lalu bagaimana caraku memanggil Ant-"Alex lagi-lagi menyerang bibirku dengan ganas. Lebih lama dari sebelumnya. Alex pasti hanya ingin mencari-cari alasan dan kesempatan untuk menciumku."Panggil dia Adik Ipar. Jangan namanya." Suara Alex mulai berat. Embusan napas Alex yang mengenai wajahku terdengar tidak beraturan. Dan matanya sangat mendamba diriku."Beri aku alasannya, Mas. Kenapa aku tidak boleh menyebut namanya? Mas Alex tiba-tiba jadi aneh. Dari semalam mendiamkan aku, melarang-larangku dengan alasan tidak jelas, dan sekarang mendadak mirip singa kelaparan begini!""Kau selalu
"Cemburu? Kenapa harus cemburu? Istrimu ada di sana. Aneh sekali kau."Aku yakin, Elang Putih hanya mau menggodaku. Walaupun aku tahu dari wajahnya tersirat keseriusan. Tapi, aku juga tahu kalau dia sering menggunakan topeng yang lain.Seorang casanova seperti Elang Putih tidak akan cemburu karena menyukaiku. Itu konyol sekali. Aku sungguh ingin menertawakan dirinya. Tetapi, aku tidak mau mengundang tanda tanya pada anggota keluarga lain seperti hari sebelumnya."Kau harusnya sadar ketika seorang pria mengatakan dirinya cemburu pada wanitanya.""Wanitanya ... jangan berlebihan. Aku wanita kakakmu.""Memang susah bicara dengan wanita selamban kau. Sudah jelas aku menyukaimu sejak dulu. Kalau tidak, kau seharusnya sudah masuk bui sekarang."Aku membeliakkan mata kepadanya. "Jangan bicara sembarangan di sini! Aku juga bisa membongkar kedokmu di hadapan keluargamu. Mereka pasti tidak akan menyangka, orang yang sok ramah dan sok berjuang demi negara seperti kau, justru sering membuka 'gem
"Astaga, Mas!! Ternyata, aku bisa menyopir! Padahal, aku cuma melihat tutorial dari n-tub cara mengemudi mobil!"Wajah Alex yang berkerut-kerut itu membuatku keringatan. Seharusnya, dia tidak akan percaya ucapanku.Mau bagaimana lagi? Aku hanya spontan menjawab. Mana mungkin ada yang percaya kalau seseorang bisa mengemudi hanya dari menonton tutorial video!"Kau ... kau pasti sangat mengkhawatirkan aku sampai nekat begini." Alex membelai wajahku."I-iya, Mas."Ternyata, suamiku memang agak bodoh. Masa dia bisa percaya kebohongan yang sangat jelas begini?"Bagaimana sekarang, Mas? Apa aku pelan-pelan saja?""Jangan, nanti kita kecelakaan. Aku telepon Imelda dulu. Kita tunggu di sini."Tidak lama kemudian, sebuah taksi berhenti di depan mobil kami. Imelda buru-buru keluar setelah membayar ongkos taksi."Bos, kau tidak apa-apa?""Ya."Aku keluar ke kursi penumpang. Imelda menggantikan tempatku dan mulai melajukan mobil.Dari spion, aku dapat melihat mimik kekhawatiran Imelda yang sekali-
"Ada perlu apa?" Aku menurunkan sedikit kaca mobil."Turun!"Mata pria itu menyala-nyala seraya memasukkan tangan dari sela jendela. Aku kembali menaikkan kaca dengan cepat sampai jari pria itu terjepit."Aaargh!!! Sialan!" teriaknya.Dia berhasil mengeluarkan jarinya. Teman-temannya mendatangi sisi sebelahku. Mereka mulai menendang-nendang pintu sampai mobil bergoyang-goyang.Area jalan di daerah yang kami lalui sangat sepi. Biarpun mereka memaki dan berbuat anarkis, tidak akan ada yang mendengar."Kak Zero ... Bagaimana ini?"Sebuah lampu mobil menyorot dari belakang. Setengah dari preman itu mendatangi mobil yang berhenti dan menyuruh si pengemudi untuk melanjutkan perjalanan.Akan tetapi, si pengemudi tersebut malah keluar. Karena gelap, aku tidak dapat melihat wajahnya. Aku hanya tahu jika dia seorang pria yang memiliki tubuh atletis dan kemampuan bela diri.Dibuktikan dengan gerakannya yang lincah dan berhasil menumbangkan tiga preman sekaligus. Para preman yang lain meninggalka
"Jangan minta sekarang, Mas! Aku tidak mau ketularan sakit!"Ah dasar ... Suami mesumku. Aku tinggalkan saja dia sendirian. Tetapi, Alex tetap mengikuti aku. Dia akan terus meminta sampai keinginannya terpenuhi. Semoga saja tetangga baru tidak mendengar suara jeritan kenikmatan dari kamar kami."Terima kasih, Sayang," ucap Alex yang sudah kelelahan.Rasakan! Salah sendiri bertingkah setelah sembuh dari sakit. Kondisi Alex justru semakin membaik. Hari berikutnya, kami sudah kembali ke kantor. Aku yang kebetulan masuk bersamaan dengan Alex, disambut oleh tatapan curiga Imelda."Kalian berdua tidak masuk kerja dua hari bersamaan. Jangan-jangan ... kalian kencan, ya?" selidik Imelda."Katerina juga tidak masuk kerja?" Alex menatapku dengan dahi berkerut-kerut.Aku tiba-tiba bersin. Tapi, aku sungguh-sungguh dan tidak berakting kali ini."Aku masih sedikit flu, Pak.""Oh ... ya sudah, cepat kembali bekerja." Sikap Alex berubah kaku.Seharian ini gerak-gerikku sepertinya diamati seseorang
"Anda bicara apa, Pak? Saya tidak mengerti.""Katminah!" teriakan Alex sampai menarik perhatian orang-orang.Alex lantas memaksaku masuk ke kursi depan. Dia melajukan mobil dengan sangat cepat, menyalip beberapa mobil sekaligus seperti kesurupan pembalap Formula Satu.Alex tidak mengantarku kembali ke kantor. Kami langsung sampai di gedung apartemen. Aku sangat terkejut dan ketakutan. Alex tidak melepaskan aku sedetik pun. Dia terus menyeretku dengan langkah lebar menuju unit apartemen kami.Sungguh, kakiku terasa sangat lemas. Aku tidak bisa mengelak lagi.Aku ketahuan!"Katminah!" seru Alex.Alex masih menarik aku sambil berkeliling dari satu kamar ke ruangan lain. Tentu saja, Alex tidak akan menemukanku."Lihat ... istriku tidak ada di rumah sekarang. Kau tinggal di sini sampai besok pagi. Mari kita lihat, apa ucapanku tadi salah atau benar!"Alex membuka kancing kemeja dengan kasar. Sampai salah satu kancing terlepas dan melompat jauh. Ketika kancing itu mulai berhenti bergerak,
"Mengintip?" Aku berlagak tidak tahu.Leo memicingkan mata sembari menyeringai. Kalau dilihat begini, dia mirip psikopat berwajah alim. Mengerikan ....Dia tiba-tiba maju ke arahku. Aku terpaksa mundur karena dia sangat dekat denganku. Bukan karena aku takut, tapi karena aku tidak suka aroma parfumnya.Apa dia menumpahkan minyak wangi di badannya? Menyengat sekali baunya ...."Kau ... karyawan baru di bawah Imelda 'kan?""Iya, Kak. Ada apa memangnya?""Aku akan mengamati kau mulai sekarang.""Kenapa? Apa aku punya kesalahan tertentu?""Benar. Kau pembohong. Kau melihatku di ruangan Pak Alex tadi, tapi kau tidak mau mengaku. Aku sekretaris Pak Alex, aku harus memastikan tidak ada hal mencurigakan di sekitarnya."Ha? Apa dia waras? Dia sendiri yang lebih mencurigakan dariku."Astaga! Jadi ... hantu kepala yang aku lihat tadi itu Kakak!" Aku menghela napas panjang. "Aku sudah ketakutan tadi, sampai lari terbirit-birit pakai tangga darurat. Sampai lupa kalau ada elevator!"Leo kembali mem
"Aku tidak akan mau punya anak lagi. Dua saja sudah cukup." Keputusanku membuat dua pria di sampingku kecewa. "Kalian saja yang mengandung, biar tahu bagaimana rasanya.""Ya sudah. Lagi pula, aku hanya butuh Leah, Baby. Kau berbahagialah dengan Alex. Aku hanya akan menjadi suami di atas kertas saja." Ray mulai merajuk."Yakin? Perlu aku buatkan perjanjian di atas kertas?" cibir Mas Alex."Tidak perlu. Aku pria yang tidak bisa memegang janjiku," balas Ray dengan cepat."Dasar gila!" maki Mas Alex.Aku menghela napas panjang. Hari-hari yang akan aku lewati nanti, akan menjadi sangat berbeda dengan adanya dua pria dalam kisah cintaku. Entah mereka yang bodoh atau hanya benar-benar mencintaiku ... aku masih tidak bisa mengabaikan salah satu dari mereka.Pertengkaran kecil pasti selalu ada. Apalagi, dua lelakiku ini hanya akur jika sedang merencanakan sesuatu di belakangku. Tak jadi masalah ... asalkan bukan menyangkut nyawa, mereka boleh bertengkar sepuasnya.Jika aku wanita lain, mungki
"Mas Alex ... kau pasti tahu apa yang dikatakan Bos Ray, bukan?"Tentu saja Mas Alex tahu! Lihat saja wajahnya yang ketakutan. Seharusnya, Mas Alex marah saat bayi kami diakui sebagai anak kandung Ray."Wah ... ini tidak benar, Zero. Lihatlah ... kedua suamimu telah membohongimu." Billy berdecak-decak mendekat padaku. "Zero, sudah benar kalau kau menceraikan mereka berdua dan menikah denganku. Kita rekan yang sangat kompak, tidak mungkin ada rahasia di antara kita berdua. Tidak seperti mereka yang selalu membohongimu," bisik Billy."Diam, Billy! Kau malah semakin membuatku pusing!"Karena bentakan dariku, Leah sampai kaget dan kembali menangis. Ray langsung berbalik menimang-nimang Leah sambil menenangkannya."Kita bawa masuk Leah dulu, Ray. Sepertinya, Leah kepanasan karena terlalu lama dijemur," ucap Mas Alex.Aku tertawa tanggung tidak percaya. Dua pria itu berjalan cepat masuk ke dalam rumah menghindariku. Ray menggendong Leah dengan erat, sementara Mas Alex juga menggendong Rak
-------POV RAY-------Sejak kapan aku jatuh cinta dengan bocah ingusan itu?Sejak kapan aku jadi tidak bernafsu menyentuh para gadis muda perawan yang biasanya sangat menggairahkan?Awalnya, aku hanya merasa kasihan dan tidak tega karena Zero adalah keluargaku. Juga karena Zero spesial di hidupku. Zero merupakan perempuan yang aku selamatkan dan juga menyelamatkan aku dari gelapnya dunia tanpa seseorang di sisiku yang dapat aku percaya. Sejak ada Zero, aku merasa jadi manusia seutuhnya. Bukan anak mafia yang hanya dilahirkan untuk berkompetisi untuk menjadi penerus ayahku yang gila dan ingin aku enyahkan dari dunia fana.Tetapi, lama-lama aku merasakan sesuatu yang lain bergejolak dalam dadaku saat aku terlanjur berjanji dan mengatakan akan menjadi ayah dari bayi yang dikandung Zero.Semakin lama perut Zero membesar, semakin gemas rasanya. Rasanya, aku ingin menelanjangi Zero saat itu juga.Tangan nakalku berulang kali ingin menyentuhnya, tetapi aku tidak sanggup! Ada tiga alasan
--------POV Alex--------Sakit?Tentu saja aku merasakan itu. Ketika tahu bahwa istri yang sangat aku cintai menikah dengan pria lain, hatiku seakan terbelah menjadi dua, duniaku serasa hancur!Katminah ... wanita yang seharusnya menjadi satu-satunya istriku, telah mengucap janji suci pernikahan dengan pria lain di depan mataku. Gambaran kebahagiaan palsu itu terus melekat dalam benakku.Aku menyesal karena dulu memutuskan ingin bercerai dengan Katminah. Sangat menyesal ….Aku pikir, aku tidak akan bisa menghabiskan sisa hidup dengan wanita yang telah membunuh banyak orang seperti dirinya. Sebelum aku terlalu dalam mencintai Katminah, aku pun membulatkan tekad untuk bercerai dengannya.Aku yakin, akan ada wanita yang lebih pantas untuk aku jadikan istri. Bukan wanita pembohong yang menyimpan banyak rahasia dan seorang pembunuh profesional seperti dirinya.Akan tetapi, aku salah besar!Sekitar sepuluh hari setelah aku meninggalkan Katminah yang pingsan dan dibawa pergi oleh Ray, aku
“Mas, anak kita kenapa mukanya mirip sama Bos Ray, ya?”“Mungkin karena kau banyak memikirkan dia sewaktu mengandung,” balas Mas Alex seraya mengusap lembut kepala bayi kami, yang kami beri nama Leah Arion. Dari nama Alex dan Katminah.Leah kini berusia satu minggu. Bola matanya pun segelap manik mata Ray. Aneh bukan?Mas Alex memiliki mata hijau gelap, sedangkan mataku kecoklatan. Bagaimana bisa putri kecilku memiliki manik mata gelap?Aku sudah pernah bertanya kepada dokter, takut jika Leah ada masalah dalam penglihatannya. Akan tetapi, tidak ditemukan kecacatan pada mata Leah.Setiap kali aku membicarakan masalah perbedaan mata Leah dengan kami, Mas Alex selalu mengatakan hal tersebut wajar terjadi karena Leah masih bayi.“Aku tidak banyak memikirkan Bos Ray selama mengandung, Mas,” sanggahku dan hal itu memang benar.“Mungkin, kau hanya tidak menyadarinya, Sayang. Sudahlah … yang penting, Leah sehat ….”Itu lagi yang dikatakan Mas Alex. Aku benar-benar mencemaskan kondisi mata Leah
Kenapa Mas Alex diam-diam bertemu dengan Ray tanpa memberi tahu?Aku lantas mendekat dan bersembunyi untuk menguping pembicaraan mereka. Mas Alex dan Ray sudah terlalu sering dan banyak membohongiku, serta merencanakan sesuatu di belakangku. Aku tidak mau kecolongan lagi.“Setelah semua yang kau lakukan, kau ingin melarikan diri? Dasar pengecut!” bentak Mas Alex.“Aku sudah menjelaskan padamu kemarin! Sudahlah, bukankah ini yang kau inginkan?”Mas Alex mengacak-acak rambutnya dengan kasar. Wajah kedua pria itu sudah seperti pasangan yang sedang bertengkar saja. Jangan bilang … mereka berdua memiliki hubungan terlarang di belakangku?Kalau sampai benar … itu akan menjadi sebuah kejutan yang luar biasa!“Terserah kau saja! Pergi sana yang jauh!” teriak Mas Alex.Aku salah … Mas Alex ternyata masih emosian. Dia hanya menyembunyikan kebiasaan itu di depanku.“Aku memang mau pergi … kenapa kau malah marah-marah?”Mas Alex melayangkan tinju, tetapi Ray sigap menahan tangannya.“Aku juga perl
Tanpa sadar, aku air mataku bercucuran ketika mendengar ucapan Ray. “Kenapa kau menangis, Baby? Inilah jalan yang terbaik untuk kita semua,” ujar Ray lembut seraya menangkup lembut pipiku untuk menghapus air mata yang masih terus mengalir ini. “Bos … Ray … kau tidak perlu pergi jauh meninggalkan kami jika memang kau ingin bercerai denganku. Bagaimana dengan Raka nanti kalau mencarimu? Siapa yang akan mendengarkan keluh kesahku kalau tidak ada kau?” Ray Balacosa tersenyum indah hingga membuat hatiku berdebar-debar. “Baby, kau memiliki Alex yang akan senantiasa mendengarkan dirimu. Raka juga memiliki papanya yang sangat menyayangi dirinya. Aku hanyalah pengganti Alex untuk sementara.” Aku menggeleng pelan seraya memegang kuat pergelangan tangan Ray di pipiku. Tidak ada kata-kata lagi yang bisa terucap dari bibir ini. Aku merasakan tubuhku hangat ketika Ray memelukku sangat erat. Terdengar jelas jantung Ray berdebar-debar dengan kencang. Apakah dia juga merasa sedih sepertiku? Atauk
"Mama?" Anton menatap nanar Mama.Mama tampak begitu murka, begitu pula dengan Papa dan Alexa di belakangnya. Mereka menatap Anton seakan-akan pria itu orang asing bagi mereka.Siapa yang tak akan marah setelah keluarga mereka sendiri menyembunyikan fakta yang begitu besar? Aku pun cukup terkejut jika Anton mengetahui kehamilanku dan merahasiakan dari semua orang."Kau jahat sekali, Anton! Mama tidak mengira jika kau bisa setega ini …." Butiran bening menetes dari pelupuk mata Mama. "Apa kau tahu apa yang harus Raka lalui tanpa ayah kandungnya? Dan bagaimana perasaan Alex saat tahu anaknya sudah beranjak dewasa dan menganggap pria lain sebagai ayahnya?""Ma-""Jika bukan karena kau, Katminah tidak akan menikah dua kali. Tapi, Mama lebih senang dia menikah dengan Ray daripada berakhir dengan pria jahat sepertimu. Kau tidak punya perasaan dan sangat egois. Semua yang ada di sini mengorbankan perasaan masing-masing untuk bertahan hidup. Kau pasti sudah mendengar apa yang terjadi dengan B
"Elang- Anton!" Aku tanpa sadar berseru tatkala melihat sosok familiar yang sudah lama tidak aku jumpa.Anton si Elang Putih tampak begitu terkejut saat melihatku. Dia mengerutkan kening dan celingukan ke kanan kiri."Kau ... Zero ... kenapa kau ada di sini?" tanya Anton."Apa kau?! Menyingkir dari hadapan kami!" Mas Alex merangkul pundakku dan membawaku melewati Anton.Sementara itu, Anton masih tercengang di tempat. Dia menatapku seakan-akan tidak percaya jika aku memanglah aku."Mas Alex tidak memberi tahu Anton kalau aku sudah pulang dan kembali padamu? Lalu, di mana dia selama ini? Baru kali ini aku melihatnya?" Aku mencerca Mas Alex dengan banyak pertanyaan tentang adiknya, yang tentu saja membuat wajah tampan suamiku itu merengut tak senang."Sejak kau pergi dulu, dia ikut membantu mencari keberadaanmu. Tapi, entah apa yang dia lakukan, dia tidak pernah pulang atau hanya sekedar menghubungi orang-orang rumah." Terlihat jelas jika Mas Alex tidak suka membicarakan tentang adiknya