Arsen mengetuk pintu apartemen Claire, namun tak ada yang merespon. Berkali-kali ia mengetuk pintu dan memanggil nama Claire, namun hasilnya tetap nihil. Tiba-tiba Arsen merasa cemas. Segera ia merogoh saku celana jeansnya dan meraih ponselnya. Ditelponnya nomor ponsel Claire, namun tak juga diangkat. Saat hendak beranjak dari depan pintu apartemen Claire, tiba-tiba saja ia mendengar suara teriakan seseorang yang berasal dari dalam.Jantung Arsen langsung berdegup tak karuan. Dia tahu betul suara milik siapa itu. Suara seseorang yang sangat dicintainya. Dengan panik dia mencoba membuka pintu itu dan ternyata tidak dikunci. Bergegas ia berlari menuju ke kamar Claire dan seketika itu juga matanya membelalak ngeri. Di depannya, Claire tengah tergeletak tak berdaya di atas lantai yang dingin dengan beberapa luka di tubuhnya. Kesadaran gadis itu mulai menipis. Arsen merasa jantungnya seperti diremas dengan kuat saat itu juga. Ia berteriak dan berlari menghampiri tubuh Claire. Namun seb
"Gadis jal*ng ini, sudah memukuliku dengan tiang lampu itu,” ucap Claire seraya mengedikkan kepalanya pada tiang lampu yang tergeletak di dekat sofa. “Jadi, sedikit luka bukan masalah yang besar, bukan?” lanjutnya sambil menekan mata pisau itu pada leher Emily, membuat gadis itu menjerit ketakutan dan meminta tolong pada kedua laki-laki itu.“Claire! Claire, dengarkan aku. Kau bukanlah monster. Kau adalah gadis yang baik hati dan sangat mencintai ibumu. Kau tidak ingin ibumu bersedih jika melihatmu seperti ini, kan? Bagaimana dengan ayahmu? Bukankah kau merindukan ayahmu? Ayolah, letakkan pisau itu dan biarkan Emily pergi dari sini,” bujuk Arsen dengan mata tetap waspada dan sedikit demi sedikit mendekati Claire. Ia memberi tanda pada Josh untuk mengikutinya dan segera merebut Emily.Claire tertawa terbahak-bahak dengan pisau semakin menekan leher Emily, membuat cairan merah itu mengalir dari sana dan isakan gadis pirang itu semakin keras. “Kau tahu, sebenarnya aku bukanlah Claire.
Meskipun parkiran rumah sakit memang sudah sepi, namun Arsen tetap menoleh ke sekitarnya untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang akan mendengarnya berbicara dengan seseorang yang kini menelponnya. Beberapa saat yang lalu setelah keluar dari kamar rawat Claire, ia langsung mengirimkan pesan pada teman SMA nya yang berprofesi sebagai seorang hacker untuk meminta bantuan. Mencari tahu segala sesuatu mengenai Claire tidaklah cukup hanya dengan mengandalkan internet, karena informasinya sering tidak akurat dan kebanyakan berisi hoax. Apalagi jika yang menulis berita itu membenci Claire. "Halo, Fred. Kau sudah mendapatkan semua informasi mengenai gadis itu?"Hanya terdengar hening di seberang telepon, membuat Arsen kembali mengecek gawainya. Keningnya berkerut ketika mendapati bahwa telepon itu masih tersambung. "Fred? Halo? Kau masih di situ?"[Kau yakin ingin mencari tahu mengenai gadis itu?] Hening beberapa saat. "Tentu saja. Untuk apa aku mendadak menghubungimu jika tidak benar-
Akhirnya setelah melewati waktu selama sehari semalam di rumah sakit, Arsen membawa Claire pulang ke apartemennya. Setelah dipikir-pikir lagi, ia memutuskan untuk berpura-pura tidak tahu apa-apa. Bagaimanapun juga, tidak adil bagi Claire jika tiba-tiba saja ia menjauhi gadis itu. Mereka harus meluruskan semua masalah ini dan menjalin komunikasi yang lebih baik lagi agar tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Sejak awal sudah berani mengambil komitmen, maka Arsen pun harus berani menghadapi segala sesuatu yang terjadi dalam hubungan mereka. Sebelumnya mereka mampir dulu ke apartemen Claire untuk mengambil beberapa baju dan perlengkapan lainnya. Gadis itu terlihat bersikap seperti Claire yang biasa. Lugu dan sering merasa tidak enakan. Arsen bisa merasa lega untuk sejenak, karena jujur ia belum siap untuk menghadapi Claire versi lain. "Apartemenmu sungguh besar dan mewah, Arsen. Aku merasa tidak pantas berada di sini," kata Claire begitu mereka memasuki apartemen Arsen."Ck, apar
"Dia kerasukan arwah seorang pria bernama James!” seru Arsen untuk yang kesekian kalinya, membuat Leo memutar matanya jengah.“Bukan kerasukan, melainkan alter ego,” koreksi Leo, sambil terus melangkah menuju ke kamar hotel yang khusus disediakan untuknya di lantai paling atas gedung Montage Hotel.“Alter ego? Aku kira itu hanyalah istilah yang dibuat oleh penulis cerita fiksi yang novelnya pernah difilmkan,” sahut Arsen.“Dengar, Sobat. Kita semua punya alter ego. Hanya saja tidak semua alter ego bisa keluar begitu saja, seperti yang dialami oleh Claire dan orang-orang berkepribadian ganda lainnya. Aku punya alter ego, kau punya alter ego, semua orang punya alter ego. Saat kau tiba-tiba saja melakukan hal-hal yang sebelumnya tidak pernah kau lakukan tanpa sadar, itu termasuk alter ego dalam kategori ringan,” jelas Leo sambil membuka pintu kamar hotelnya.“Apa? Tidak mungkin! Aku yakin sekali bahwa itu hanyalah istilah yang diada-adakan untuk melindungi keberadaan psikopat, orang
Josh dan Emily baru saja tiba di Dirty Nightclub, salah satu klub malam di Kota Portland. Mereka melewati kerumunan manusia yang memadati lantai dansa dan menggoyangkan tubuhnya sambil menikmati aksi penari striptease. Keduanya menoleh kesana kemari untuk mencari seseorang, sampai akhirnya menemukannya di sofa panjang yang ada di sudut ruangan. Emily berkali-kali membalas sapaan beberapa orang yang dikenalnya di sana saat Josh menarik lengannya untuk mendekati orang itu."Ehem." Josh berdehem untuk mengalihkan perhatian dari kedua insan yang tengah dikuasai oleh nafsu itu.Pria berambut hitam legam itu menghentikan aksinya meraba-raba tubuh gadis cantik dan seksi di sampingnya. Dia menoleh pada Josh dan wajahnya langsung sumringah."Joshua William, akhirnya kau datang juga. Kenapa dengan wajahmu? Kenapa dengan leher dan pipinya?" tanya pria itu heran, saat melihat wajah Josh nampak memar-memar dan leher serta wajah Emily diperban."Pujaan hati adikku meninju wajahku dengan membab
"Wow"Hanya itu yang bisa dikatakan oleh Freddy setelah mendengar cerita dari Arsen mengenai Claire. "Hanya itu responmu?" protes Arsen dengan wajah tak terima. Freddy mengangkat kedua alisnya. "Lalu aku harus merespon bagaimana?" "Setidaknya beri aku saran atau masukan. Aku harus bagaimana?" Arsen berjalan mondar-mandir di ruang tamu apartemen Freddy sambil berkacak pinggang. "Aku tidak terlalu mengerti tentang alter ego, tapi aku pernah mendengar bahwa kau harus siap mental jika menghadapi orang seperti itu.""Kau mengatakan hal yang sudah jelas, Fred. Siapa yang siap mental jika berhadapan dengan orang yang tiba-tiba bersikap aneh? Kebanyakan orang pasti akan menganggapnya gila atau kerasukan."Mereka hanya diam setelah itu. Freddy terlihat seperti sedang mengingat-ingat sesuatu. "Brandon bilang, Claire memang terlihat aneh. Kartu identitasnya memang benar bernama Claire, tapi ketika di ruang interogasi, gadis itu bilang bahwa namanya adalah Rose. Dia bahkan merasa aneh ketika
Arsen menelungkupkan kepalanya di atas kemudi setelah memindahkan mobilnya ke basement apartemen. Setelah terbangun dengan seluruh tubuh terasa pegal dan memergoki Rose kembali sekitar pukul 3 dini hari, ia memutuskan untuk tetap menunggu di dalam mobil. Seharusnya ia sudahi saja semuanya dan kembali menjalani hidup normal. Tak perlu lagi merasa paranoid saat Claire ada di apartemennya, tak perlu lagi merasa kaget saat tiba-tiba saja gadis itu berubah menjadi pribadi yang lain, dan tak perlu lagi berurusan dengan cinta. Tapi ia tidak bisa begitu saja meninggalkan semuanya, meninggalkan gadis itu. Bagaimanapun juga, semenjak kedatangan Claire beserta alter egonya, cara pandangnya terhadap hidup sedikit demi sedikit mulai berubah. Ia tidak lagi merasa jenuh dengan hidupnya, tak lagi membenci musim gugur, dan mulai memaafkan ayahnya meskipun sangat sulit. Lantas kenapa ia harus meninggalkan gadis itu hanya karena memiliki alter ego? Jika boleh meminta, pastilah Claire ingin hidup baha
“Tania, kau yakin dengan keputusanmu? Kau masih muda, masih berusia 23 tahun. Pertimbangkanlah lagi keputusanmu untuk menikah,” bujuk Josh sambil mendekati Tania yang sedang dipakaikan penutup kepala oleh seorang perempuan seumuran Leo.“Josh, semua sudah setuju jika aku menikah muda. Lihatlah Claire dan Laura, mereka juga menikah muda.” Tania mendesah lelah, lalu memeriksa ponselnya.“Laura menikah karena anaknya membutuhkan ayah, sedangkan Claire...ugh, jangan paksa aku untuk menyebutkan alasan kenapa dia terburu-buru untuk menikah. Tapi kau...astaga, bahkan usia Leo sangat jauh di atasmu! Dia sudah 30 tahun, Tania,” sergah Josh lalu mendecak kesal.Tania hanya memutar matanya melihat kehebohan pria itu. “Hei, kapan Kak Arsen datang? Dia harus menjadi saksi di pernikahanku sebentar lagi.”“Ck, aku masih tidak setuju kau menikah terlalu dini. Kau bilang ingin berkarir dulu di bidang pakaian atau apalah itu. Lagipula...Oh, hai, Claire! Kapan kau datang dari Moscow? Lihatlah dirim
“Tato kepala kucing di kedua dadaku, memiliki arti bahwa aku adalah orang yang licik dan bisa mendapatkan kepercayaan dari semua korbanku dengan mudah. Tato mawar di dada kananku, itu kudapatkan karena aku dulu pernah dipenjara saat berusia 18 tahun. Lalu tato kapal layar di perutku, karena aku pernah kabur dari penjara dan kembali melakukan kejahatan. Tato tengkorak di kedua lenganku, artinya adalah pembunuh. Dan tato ini.” Sergio menunjuk tato kepala manusia tanpa rambut di dada kirinya. “Ini adalah tato Lenin. Tato ini sebagai perlindungan, agar penjaga tidak menembakku meskipun aku dijatuhi hukuman mati. Hal itu karena mereka dilarang menembak gambar dari pemimpin besar.”Claire menyentuh tato itu dengan takjub. Tato itu benar-benar terlihat indah, tapi ia ngeri tatkala membayangkan rasa sakitnya. “Kenapa kau harus menato tubuhmu?”Sergio terkekeh geli mendengar pertanyaan dari wanita itu. “Ini di dunia nyata, Claire. Jika aku masuk penjara tanpa tato, aku bagaikan seekor dom
Sergio keluar terlebih dulu dengan tubuh membungkuk dan kedua tangan berada di belakang punggung, diikuti oleh Viktor. Begitu keluar dari sel, Sergio melihat ada lima orang penjaga beserta satu anjing yang terus saja menggonggong. Salah seorang dari mereka berpakaian serba hitam, sedangkan empat lainnya berpakaian loreng abu-abu hitam. Salah seorang penjaga langsung memegangi lengannya ketika ia menghadap ke dinding, dan semakin membungkukkan tubuhnya hingga 90 derajat. “Apa kau memiliki barang-barang terlarang?” tanya penjaga yang tadi memerintahkan mereka untuk keluar.“Tidak, Pak!” jawab Sergio dan Viktor bersamaan.Sergio merasakan penutup kepalanya diambil, lalu lehernya dipegangi dari belakang. Ia menoleh ke kiri dan menjulurkan lidahnya. Penjaga langsung menunduk untuk mengecek, apakah ia menyembunyikan barang-barang terlarang atau tidak. Setelah pengecekan selesai, Sergio disuruh berjalan melewati lorong dengan posisi tetap membungkuk dan kedua tangan diborgol di belakan
Satu setengah tahun kemudian...Penjara Black Dolphin, Orenburg, Rusia. Dekat perbatasan Kazakhstan.“Sel nomor 180, bangun!” Suara teriakan sipir membuat Sergio langsung membuka matanya dan bergegas bangkit dari tidurnya.“Ya, Pak!” teriaknya dan Viktor Astankov, rekan satu selnya, bersamaan.Seperti pagi-pagi sebelumnya, ia sudah terbiasa langsung merapikan tempat tidurnya yang berada di tingkat bawah. Tempat tidur sempit dari besi bertingkat dua yang hanya dilapisi oleh matras tipis dan satu bantal. Dilihatnya Viktor yang tergesa-gesa turun dari tempat tidurnya di tingkat atas menuju ke westafel. Pria yang lebih muda dua tahun darinya itu memuntahkan isi perutnya berkali-kali. Hal itu mengingatkannya pada dirinya sendiri saat baru pertama kali berada di sini. Dia bahkan pernah tak makan selama dua hari karena perutnya terus bergejolak, namun justru tubuhnya gemetar setelah itu. Tak ada sekalipun belas kasihan dari para penjaga yang melihatnya. Justru mereka semua mencemoohny
Arsen tidak pernah membayangkan akan sampai di titik ini. Titik dimana hatinya diuji, apakah ia mampu memaafkan atau justru tetap bersikukuh untuk menyimpan dendam dan memeliharanya entah sampai kapan.Ia hanyalah manusia biasa yang memiliki rasa sakit ketika dilukai oleh orang terdekatnya, orang yang ia kira sebagai sosok ayah kandungnya, yang seharusnya mengayomi dan menyayanginya. Luka yang ditorehkan oleh orang terdekat jauh lebih sakit daripada luka dari orang lain.Meskipun Juan bukanlah ayah kandungnya, meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah, tapi pria itu tidak pernah menelantarkannya. Setiap bulannya, pria itu selalu mentransfer uang untuk biaya pendidikan dan biaya hidup. Pria itu tidak pernah mengungkit jati dirinya yang sebenarnya. Tapi setelah tahu bahwa perusahaan yang selama ini dikelola oleh Juan sebenarnya adalah milik Daniel Williams, ayah kandungnya sendiri, rasa marahnya kembali memuncak. Betapa tidak tahu dirinya lelaki itu. Sudah merebut ibunya dari ayah
[Selama aku bernafas, aku pernah berjanji bahwa aku tidak akan pernah memaafkanmu sampai ajal menjemputmu. Aku ingin kau merasakan apa yang kurasakan. Aku ingin kau menderita di sepanjang hidupmu. Kalau perlu, aku ingin melihatmu sekarat hingga kau memohon pada Tuhan untuk segera mengambil nyawamu. Ya, sebenci itulah aku padamu. Kalau bisa memutar waktu, aku tidak akan pernah mau bertemu denganmu. Aku tidak akan sudi berkenalan denganmu dan membiarkanmu merusak hubunganku dengan Daniel.Ketika aku bahagia dengannya setelah menikah dan akhirnya mengandung Arsen buah cinta kami, aku tidak pernah berfikir bahwa kau akan menjadi iblis yang tega menghancurkan kebahagiaan sahabatmu sendiri. Sebelum kau tersesat, siapa yang menolongmu dari jalanan dan mengangkat derajatmu? Siapa yang memberimu makan dan tempat tinggal agar kau tidak mati kedinginan di gang sempit itu? Siapa yang membuatmu bisa hidup dengan layak?Tapi tentu saja, kau dengan hati jahatmu justru merebut perusahaan milik Danie
Setelah Claire keluar dari Lembaga Pemasyarakatan Amerika Serikat Coleman 1, Arsen hanya diam saja. Bahkan ketika mereka sudah menaiki taksi untuk langsung menuju ke bandara, pria itu masih tidak mau membuka mulutnya.Dengan sabar, Claire menggiring suaminya ke restoran yang ada di bandara untuk makan siang sebelum menaiki pesawat. Masih ada 2 jam sebelum jadwal keberangkatan mereka kembali ke Portland. Hari ini memang hari libur, jadi bandara terlihat ramai. Mereka makan siang dalam diam, dan Claire sama sekali tidak keberatan. Arsen bukannya tidak peduli pada Juan. Pria itu hanya masih belum mau menerima perbuatan ayah tirinya itu. Hal yang wajar. Siapa orang yang mau dengan legowo langsung memaafkan seseorang yang telah dengan keji memisahkan seorang anak dari ibu dan ayahnya sejak kecil?Bahkan sekelas Nabi pun ada yang sampai buta karena kehilangan anaknya. Jadi jika ada yang mengatakan bahwa Tuhan saja Maha Pemaaf, mengapa manusia tidak bisa? Karena dari segi manapun, Tuhan tid
Selama hidupnya, Juan pernah mengalami masa terburuk ketika dia bangkrut dan harus hidup di jalanan sebagai gelandangan. Tidak ada satupun keluarga yang mau menolongnya, karena ayahnya adalah anak haram yang tidak diakui oleh kakeknya yang merupakan seorang konglomerat. Juan dan ayahnya adalah aib yang bisa mencoreng nama besar keluarga yang sudah dikenal dengan kebaikannya di mata masyarakat.Selama setahun ia tidur berpindah-pindah, dari kolong jembatan sampai di gang-gang kumuh, sering berkelahi dengan gelandangan lain untuk memperebutkan tempat, dan harus mengais makanan dari tempat sampah.Seharusnya ia tidak mengeluh ketika dibawa ke Pusat Penahanan Metropolitan Brooklyn. Namun ternyata di usianya yang sudah senja, kondisi buruk penjara membuatnya tersiksa. Dia bahkan lebih memilih untuk hidup di jalanan daripada di penjara itu.Penjara itu benar-benar buruk dan tidak berperikemanusiaan. Awal-awal ketika dibawa ke sana, terjadi pemadaman listrik selama seminggu dan saat itu adal
Sergei tidak menyangka bahwa kondisi Sergio begitu parah ketika berhadapan dengan Claire dulu. Dia langsung menanyakan tentang masa lalu Laura dan Claire pada Andreo, karena ia tidak mau membebani Laura yang sekarang sedang menikmati hidupnya setelah terbebas dari Segio.Ia tahu pasti apa yang terjadi dengan korban pelecehan seksual dan kekerasan fisik, apalagi jika tindakan itu dilakukan oleh orang yang dicintai. Pastilah menimbulkan trauma yang mendalam. Apalagi Laura dalam keadaan hamil muda saat itu. Tidak mudah menjalani kehamilan dalam keadaan depresi dan tanpa suami.Itulah kenapa Sergei tidak mau menjalin hubungan yang serius dengan perempuan manapun jika belum yakin, karena ditakutkan akan terjadi hal-hal seperti itu yang sudah pasti diderita oleh kaum perempuan."Aku benar-benar minta maaf padamu. Aku sangat menyesal telah mengabaikanmu. Ayah hanya bisa meminta maaf. Ayah tahu itu semua tidak bisa mengubah keadaan."Sergei melihat Andreo menangis di hadapan seorang narapidan