Home / Lain / RENDEZVOUS / 24. RENDEZVOUS - Me Time

Share

24. RENDEZVOUS - Me Time

Author: mochachash88
last update Last Updated: 2021-10-06 13:19:00

Sabtu pagi Kanza sudah bersiap untuk me-time atau jalan-jalan sendiri. Ia ingin menikmati hari liburnya sendiri karena mendadak ia teringat jika mulai Senin, siangnya ia harus gunakan untuk tidur agar malamnya tidak mengantuk. Alibi saja sebenarnya, mau tidur siang atau tidak tetap saja malamnya Kanza itu tetap mengantuk dan dia itu sangat pelor. Tetapi karena ingin menjernihkan pikiran ia ingin senang-senang sendiri dengan jalan-jalan.

"Mau kemana lo jam segini?" tanya Jihan ketika keluar dari kamar. Kanza tebak pasti wanita itu lembur sehingga jam segini baru bangun.

"Mau jalan-jalan sendiri, me-time gitu sebelum gue jadi kelelawar besok." Kanza sudah bersiap rapi dengan pakaian kasualnya kini memakai kaos kaki di sofa.

"Hah kelelawar?"

"Gue udah kasih tahu lo belum sih kalo gue pindah shift?"

Jihan menggeleng, "Lo pindah shift jam berapa?"

"Berangkat jam 4 sore sampai jam 12 malem. Mantap gak tuh?" 

"Seriusss?? Emang lo bisa b

mochachash88

Lagi aku kebut nulis nihhhh seminggu 2x semoga bisaaa huehue

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • RENDEZVOUS   25. RENDEZVOUS - Tidak jadi me time

    Sedari tadi pikiran Abian bukan di film tetapi pikirannya berada di Saras. Ia heran dengan adiknya itu kenapa bisa menempel sekali dengan Kanza dan itu bukan kali pertama tetapi sebelum-selumnya sampai pernah ke rumahnya. Sebenarnya apa yang Kanza berikan pada Saras, jangan-jangan Saras di cuci otaknya? Astaga semakin kacau saja pikiran Abian."Kak?" panggil Fara membuat Abian tersadar dari lamunannya. Dia menoleh sejenak ke arah Fara lalu kembali menonton film di depan.Fara tersenyum, "Lama banget ya, dulu tiap malem minggu wajib ke bioskop ngelepas stress pas kuliah." Abian hanya diam tidak berniat menanggapi, lagi pula sudah masa lalu ia terlalu enggan meningat-ingat.Fara menoleh menatap Abian yang fokus menonton, ia tersenyum getir ternyata Abian sedari tadi tidak mendengarkannya. Mungkin ia menyesal karena dulu memutuskan Abian begitu saja, tapi ia mencoba sekali lagi dan ternyata Abian masih sebaik dulu buktinya Abian juga selalu mengiyakan permintaannya

    Last Updated : 2021-10-12
  • RENDEZVOUS   26. RENDEZVOUS - SEBUAH IDE

    —Kanza's pov Hari senin sore aku sudah berada di depan ruangan Tim Cirrus menunggu giliran shift. Sepertinya aku datang cukup awal karena aku takut nanti jika berangkat mepet malah terjebak macet, berakhirlah aku duduk di depan ruangan sembari meminum susu kotak yang aku bawa. Jujur saja aku benar-benar mengantuk padahal tadi sudah tidur siang tetap saja mengantuk. Aku jadi tidak bisa membayangkan pegawai yang terus-terusan shift di jam sore seperti ini. Sembari menunggu aku memilih bermain ponsel, tetapi rasa bosan benar-benar melandaku saat ini. "Mbak Kanza?" tanya seorang pria tiba-tiba berdiri di sebelahku dengan senyum ramahnya. Aku rasa ia pegawai sini karena dilihat dari pakaiannya yang rapi dan tas yang ia sampirkan dilengan kanannya. Aku berdiri dan mengangguk. Kulihat ia tersenyum lega ketika melihatku, aku ikut tersenyum bingung melihat reaksinya. "Syukurlah saya langsung ketemu Tim satu, mbak bisa ikut saya rapat dadakan? A

    Last Updated : 2021-10-16
  • RENDEZVOUS   27. RENDEZVOUS - You did well, Jihan

    "Ada yang mau kopi?" tawar Renata atau biasa dipanggil Nata di ruangan yang cukup hening itu. Tetapi beberapa saat pegawai langsung mengacungkan tangannya, sahutan pegawai membuat suasana cukup mencair. Kanza meregangkan tangannya untuk melemaskan ototnya yang kaku ia tersenyum kecil ketika ada kegaduhan kecil tentang pemesana kopi. Pegawai shift 2 itu cukup menyenangkan dan cukup santai meski dibawah pimpinan Abian. Mungkin karena banyak yang pria jadinya tidak terlalu tegang seperti shift 1. "Okey tenang saya catat nih, Pak Abian saya ijin intermezo sejenak ya Pak?" pinta Renata yang dibalas anggukan oleh Abian. Renata menyalurkan kertas ke depan untuk diputar dari pegawai satu ke pegawai lain dan akhirnya kembali ke Renata lagi. "Bapak mau kopi juga? Kalau iya saya catatkan," tawar Renata ketika kertas itu kembali ke dirinya. "Boleh, saya kopi tanpa gula." Renata mengacungkan jempolnya, "Siap Pak, ini Mbak Kanza benerkan greentea hangat? Bu

    Last Updated : 2021-10-20
  • RENDEZVOUS   28. RENDEZVOUS - Accident

    Kanza mengernyit heran ketika suara pintu rumah diketuk secara tidak aturan. Jika itu Jihan pasti, wanita itu akan memilih meneleponnya, tapi bisa saja karena ia tidak dengar akhirnya mengetuk pintu rumah secara terus-menerus. Maklum saja Kanza habis dari kamar mandi menyegarkan badan karena terasa remuk tadi malam bergadang. "Iya bentar," seru Kanza ketika ketukan pintu kembali terdengar. Lantas Kanza bergegas keluar membukakan pintu rumah. "Dimana Jihan?" tanya pria yang Kanza tahu adalah Panca begitu pintu dibuka. Agaknya Kanza juga terkejut dengan kehadiran Panca pagi-pagi seperti ini. "Jihan gak ada," jawab Kanza jujur, ya karena Jihan memang tidak pulang semalaman. Tiba-tiba Kanza memekik kaget ketika Panca mendorong kanza kasar dan Panca langsung masuk begitu saja. "JIHAN! JIHAN? jangan sembunyi kamu!" teriak Panca disegala penjuru ruangan. Kanza yang kesal dan tidak habis pikir dengan Panca lalu berlari masuk berniat mengusir Panca pergi.

    Last Updated : 2021-10-25
  • RENDEZVOUS   29. RENDEZVOUS - Side of Accident

    Abian Adalvino adalah pria yang pintar, ulet, disiplin dan menawan. Dirinya disebut-sebut sebagai pria yang sempurna dimata orang sekitar. Sayangnya, meski banyak kelebihan yang ia miliki tetap saja ia mempunyai kekurangan yang mungkin kadang membuat sekitar tak suka. Salah satu contohnya adalah bersifat dingin dan cuek, bahkan wajahnya selalu memperlihatkan ekpresi datar tanpa minat. Ia juga terlalu kaku, strict terhadap aturan yang selalu ia gunakan. Prinsip teguhnya membuat ia punya sisi lemah yang jarang sekali bisa dijangkau. Selain itu, Abian sering dinilai tidak peka. Logikanya lebih besar dibanding perasaannya. Banyak sekali orang yang susah menebak jalan pikiran Abian. Mudah mengendalikan emosinya. Tetapi satu hal yang mungkin menjadikan ia meledak seperti bom waktu, dan itu hanya Abian sendiri yang bisa menjawabnya. Pagi ini Abian sudah rapi dengan kemeja biru laut dan celana jeans. Kemejanya ia masukkan dan lengannya ia gulung, tidak lupa jam tangan yang m

    Last Updated : 2021-11-08
  • RENDEZVOUS   30. RENDEZVOUS - First Sight

    — Seno's pov Pertama kali gue liat Jihan itu di Kafe habis nge-gigs sama Moonrise. Dari pertama gue lihat Jihan, mata gue seolah gak mau lepas memandang dia. Gue suka cara dia ngomong, cara dia ketawa, cara dia mengekspresikan rasa bahagianya. Dia cewek yang bener-bener enak diajak ngobrol ngalor ngidul nyambung. Sejak pertama kali juga gue merasakan hal yang sama sekali gak asing di diri gue. Gue masih belum percaya dengan namanya 'love at the first sight' karena itu kayak gak mungkin. Secara logika gimana bisa orang jatuh cinta pada pandangan pertama padahal dia gak ngenal orang itu dengan baik? Ternyata penyangkalan gue kini dibuktikan di diri gue sendiri, gue suka sama Jihan sejak pertama kali pertemu. Lucu emang. Kalau ceritain gimana itu Jihan, jelas banyak sekali kelebihan yang Jihan miliki. Rasa percaya diri, mandiri, kepribadiannya meskipun agak bar-bar tapi dia baik. Cuma kekurangan Jihan juga cukup banyak. Jihan yang kelihatannya kuat terny

    Last Updated : 2021-11-18
  • RENDEZVOUS   31. RENDEZVOUS - Khawatir atau Iba

    Bukan khawtir tapi Iba "Jihan, keputusan gue buat kost kayaknya udah fix. Gue bukan takut balik ke rumah lo, alasan gue pindah karena jam kerja gue gak memungkinkan bisa balik ke rumah gak mungkin juga gue nyusahin Pak Abian buat nganterin balik terus, 'kan?" Begitulah perkataan Kanza setelah pulang dari rumah sakit membuat Jihan kepikiran selama beberapa hari ini. Beberapa hari ini juga ia tidak di rumahnya melainkan menumpang di apartment Seno. Kondisinya tidak baik-baik saja, awalnya dia merasa tidak masalah tetapi entah mengapa ia memiliki ketakutan sendiri untuk keluar rumah atau pulang ke rumahnya. Ia semakin bersalah tidak tahu kondisi Kanza yang sudah memilih kost di dekat kantornya itu. Hanya bisa memastikan melalui Abian, tapi percuma lelaki itu terlalu diam atau malah tidak peduli entah Jihan tidak tahu. "Hey? Ji?" Jihan mengedipkan matanya beberapa kali ketika tangan Seno melambai di depannya. Melamun lagi. "Eh

    Last Updated : 2022-01-19
  • RENDEZVOUS   32. RENDEZVOUS - Runtuh

    [PENGUMUMAN, Pukul 19.00 wib] Grup Tim Cirrus From : Pak Burhan Selamat malam semuanya. Ada pemberitahuan baru terkait jadwal dan shift untuk TIM CIRRUS. Terima Kasih kepada Kanza Syafira yang sudah mengusulkan konsep perubahan jadwal dan shift untuk TIM CIRRUS dan telah disetujui oleh Kepala. Berikut adalah daftar shift dan Tim yang dirombak kembali. Terima kasih selamat malam dan selamat istirahat......... "Ini Pa minumnya," ujar Fara meletakkan secangkir teh untuk Burhan yang sedang sibuk dengan tabnya. Burhan menegakkan tubuhnya dan langsung meletakkan tab di meja. Sedangkan Fara ikut duduk bersantai di ruang tengah dengan secangkir teh hijau yang ia buat untuk dirinya. "Makasih sayang," jawab Burhan. "Papa kayak lagi seneng banget kenapa?" tanya Fara ketika melihat raut wajah Burhan yang cerah. Seperti ayahnya itu sedang sangat senang, mungkin ada hal baik yang terjadi. "Cuma masalah kantor, oh iya gimana kamu

    Last Updated : 2022-01-21

Latest chapter

  • RENDEZVOUS   41. RENDEZVOUS - Beri saya waktu

    Dua minggu lamanya Kanza benar-benar mengabaikan pesan dari Abian, dan sudah terhitung satu minggu terakhir Abian tidak mengubungi Kanza lagi setelah ia mengirim pesan yang terakhir untuk menjelaskan alasan apa yang terjadi. Suasana menjadi sangat kacau, banyak sekali rumor yang tidak masuk akal termasuk menyangkut dirinya. Kanza sudah tidak peduli dengan semua orang, karena semua orang itu palsu, bermuka dua dan tidak dapat dipercaya. Yang tidak bisa ia pikirkan sebenarnya Kanza harus menunggu apa? Dan lagi Abian pindah tim? Benar-benar pria gila. Kanza membereskan barangnya untuk segera pulang karena jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Harinya sama, sama-sama melelahkan bagi Kanza. "Kanza mau pulang?" tanya Samuel, Ketua Tim Kanza yang akhir-akhir ini mendekati Kanza. Bukan ada maksud apa-apa menurutnya semua yang menjadi anggotanya menjadi tanggung jawabnya. Ia hanya ingin lebih dekat dengan anggotanya. Entah sekedar menawari untuk pulang bersama atau mencoba meng

  • RENDEZVOUS   40. RENDEZVOUS - Adore You

    From : Bapak Abian YTH Kamu gak mau liat keadaan saya? Tanggung jawab punggung saya sakit. . Kanza menghembuskan nafas lelah, jujur memang ia tidak bisa mengunjungi Abian kemarin dikarenakan shift. Dan sekarang ia sedang menuju rumah sakit tentu saja mengunjungi Abian meski dengan perasaan yang campur aduk. Ia tidak tahu apakah nanti bisa mengendalikan emosinya atau malah akan menangis keras, yang jelas pikiran Kanza masih kacau. Tentang keterangan Abian tidak masuk yaitu dengan alasan salah otot sehingga pinggang Abian cedera. Abian tidak memberitahu bahwa ia kena insiden yang tidak perlu ia sebutkan, yang ada malah menjadi berita yang tidak-tidak. Menerima pesan tadi Kanza sudah berdiri di depan pintu ruang inap Abian, ia sudah berdiri selama kurang 15 menit. Entah mengapa ia harus menyiapkan dirinya, mungkin karena merasa bersalah mendalam. Bahkan ia masih ingat detail bagaimana kejadian itu, rasanya begitu sesak mengingatnya. Kanza menggelengkan kep

  • RENDEZVOUS   39. RENDEZVOUS - Denial?

    Lorong rumah sakit nampak cukup sepi. Setelah kejadian tadi, Kanza hanya terdiam di depan kamar rawat setelah membersihkan diri tadi. Wajah Kanza masih terlihat bengkak sedikit pucat, tangannya juga masih bergetar. Ia masih terlalu kaget dengan kejadian ini, menyesali segalanya. Di dalam kamar rawat ada Saras yang masih menunggui kakaknya itu siuman, sedangkan Seno mengurus Panca di kantor polisi. Penyerangan akan memberatkan tuntutannya. Drrt drrt Suara getar ponsel Kanza terdengar, ia mengeluarkan ponsel dari saku. Ada panggilan masuk dari Jihan membuat seketika ia menghela nafas berat sebelum menerima. Cukup lama ia hanya memandang kosong layar ponsel bercantumkan nama Jihan tiba-tiba Saras keluar dengan tergesa dan sontak membuat Kanza otomatis langsung berdiri. "Mbak, mbak kenapa belum pulang?" tanya Saras cukup ketus. Saras masih belum bisa berpikir rasional sekarang, ia masih syok juga atas kejadian yang menimpa kakaknya. "Pak Abi

  • RENDEZVOUS   38. RENDEZVOUS - Takdir

    Setelah Seno berbincang dengan Abian hanya sekitar 10 menit, Abian langsung mengirimkan pesan ke Kanza untuk mengirimkan lokasinya sekarang juga. Boleh jadi sekarang ia bertemu dengan Panca. Kira-kira ini obrolan sebelum Abian menancapkan gas motor menuju lokasi yang Kanza kirimkan. "Lo denger gue gak sih, Al?" Abian melirik sejenak, "Denger.""Terus kenapa lo malah main hp?"Tidak menanggapi pertanyaan Seno, Abian kembali mengecek pesan masuk dari Kanza tetapi nihil."Al?!" Seno emosi sendiri karena Abian sedari tadi seperti tidak memperhatikan ia bicara.Abian menghela nafas kasar, "Gue tahu. Gue tahu dari lama, lo pikir gue gak mastiin Kanza balik sesuai permintaan lo? Makanya gue lagi—"Suara notifikasi masuk ke dalam ponsel milik Abian. Kanza mengirimkan lokasi yang tidak jauh dari Kafe Seno. Tidak menghiraukan Seno yang tengah mengomel panjang, Abian langsung mengambil kunci motor dan langsung bergegas menuju lokasi meninggalkan Seno yang men

  • RENDEZVOUS   37. RENDEZVOUS - Afraid

    Kanza membuka matanya terkejut ketika mimpi buruk itu seolah ingin menangkapnya. Peluh berjatuhan, nafasnya tersenggal. Ia lantas mendudukkan dirinya mencoba menetralkan nafas, tangan Kanza meraih ponsel guna melihat pukul berapa sekarang. Masih pukul 3 pagi. Kanza mengambil gelas disamping meja dan meminum sekali tandas.Akhir-akhir ini ia merasa gelisah, bahkan ia sering mimpi buruk kejadian itu terulang lagi. Tapi sebelum-sebelumnya ia menyangkal jika hanya pikirannya saja yang penuh. Kanza menghela nafas lalu kembali merebahkan dirinya. Ia menatap langit-langit menerawang jauh memikirkan kondisinya. Ia merasa baik-baik saja, tapi terkadang ia merasa sangat kacau. Kanza sedikit takut jika ia harus menemui psikolog karena kondisi psikis yang akibatnya berdampak pada kondisi perut. Sejak kejadian itu, perut Kanza menjadi sangat sensitif, dari sering melilit atau paling parah yaitu kram. Padahal ia sudah cek ke dokter dan tidak ada apa-apa. Dokter hanya bilang itu dikarenakan

  • RENDEZVOUS   36. RENDEZVOUS - Candy and Chocolate

    Kanza tersenyum cerah ketika tidak sengaja tadi melihat sekelompok mahasiswa di ruang sebelah setelah ia dari kamar mandi. Ia langsung bergegas menuju ruangannya untuk bersiap menyambutnya. Dibanding harus terlihat seperti orang yang keren saat bekerja, Kanza justru malah ingin berinteraksi dengan mereka tapi tidak bisa karena hanya dia saja yang merasa begitu yang lain begitu fokus dengan pekerjaan mereka. Tentang Nata, mereka sama sekali tidak bertegur sama semenjak kemarin. Masa bodoh, Kanza tidak peduli. "Selamat siang semuanya," suara Bapak Humas Instansi menyapa semua orang di ruangan Cirrus. Sontak semuanya menoleh dan membalas sapaan dari Bambang si Humas yang membawa kelompok mahasiswa tersebut. Abian yang tadinya di dalam ruangannya lantas keluar menghampiri Bambang untuk menyambut mereka. Kanza tersenyum cerah ketika melihat para Mahasiswa di luar, beberapa anak mengintip dan tersenyum ke arahnya. "Baik semuanya, karena ada sekitar 7 orang

  • RENDEZVOUS   35. RENDEZVOUS - Seorang Nata

    Obrolan kemarin sore baik Abian dan Kanza mulai menjaga jarak, bahkan hanya bertegur sapa singkat dan bekerja sesuai dengan jadwalnya. Gosip tentang Kanza pun belum mereda, masih banyak yang menyinggung jadwal shift yang ditetapkan. Mungkin prinsip Kanza sekarang ia akan bekerja dan dibayar lalu pulang, tidak mencampuri urusan lain ataupun ikut nongkrong apapun. Dia akan biasa tidak akan terlalu dekat dengan rekan kantor karena tidak ada yang dapat dipercaya.Ia harus fokus kembali tujuan awal yaitu mencari uang untuk adiknya sekolah dan dirinya. Hanya itu. Ia harus mengingat jika ada orang yang perlu ia bahagiakan yaitu keluarganya.Agaknya beberapa kali Abian mencuri pandang ke arah dimana Kanza bekerja. Wanita itu tengah fokus dengan dahi yang berkerut, rambut pendek sebahu yang ia kucir satu menyisakan beberapa helai anak rambut, gurat wajahnya yang terlihat lelah dan sepertinya bertambah kurus. Pipi chubby saat pertama kali ia kemari berkurang.Abian menghe

  • RENDEZVOUS   34. RENDEZVOUS - Professionalitas

    Mungkin bagi Kanza, menjadi anak perempuan pertema sekaligus cucu pertama yang bisa memenuhi permintaan mendiang Kakeknya itu adalah hal yang luar biasa. Beban ia langsung terangkat begitu saja sehingga pundaknya menjadi ringan. Bagi Kanza itu semua dilakukan dengan mudah, tidak banyak mengeluh dan mengiyakan perkataan orang tua.Lalu bagaimana cara dia bertahan dan menjadi kuat?Pura-pura adalah jawabannya. Kanza terbiasa berpura-pura untuk menjadi lebih kuat disaat dia pada titik terendah. Dia juga terbiasa berpura-pura untuk baik-baik saja karena ia yakin besok akan baik-baik saja, padahal pikirannya berbanding terbalik. Kanza selalu menekan kelelahan secara psikisnya hanya dengan tidur karena ia percaya dengan begitu ketika bangun ia bisa kembali berlindung dalam kata 'pura-pura', seolah tidak terjadi apa-apa.Seolah menutup telinganya rapat, Kanza keluar dari bilik kamar mandi setelah beberapa orang tadi pergi. Kanza menghela nafas berat, topik

  • RENDEZVOUS   33. RENDEZVOUS - Maybe If

    Mungkin jika saat itu tidak berakhir, maka kedua insan itu masih merasakan bagaimana letupan-letupan rasa bahagia dalam hati mereka. Menciptakan banyak kenangan dari masa ke masa. Namun keadaan yang memaksa mereka untuk berhenti, berhenti mencintai satu sama lain sehingga meninggalkan sebuah kenangan yang tidak berarti dan hanya terasa seperti luka tidak mengering. Bersikap layaknya tidak terjadi apa-apa bahkan menjaga jarak merupakan yang mereka sekarang. Sebuah formalitas membingkai setiap pertemuan mereka. Dan terus sampai begitu. Apakah bisa seperti dulu? Mungkinkah? Entahlah. Wanita berparas cantik itu tersenyum ketika seorang pria berseragam pegawai itu berjalan menghampiri dirinya di luar ruangan. Dari dulu sampai sekarang menurutnya pria itu tidak berubah, paras dingin, langkah tegap, penampilan rapi selalu menjadi kesukaannya. Mungkin jika dulu ia bisa melihat senyum tipis terpatri pada wajah tegas pria itu sekarang tidak. Senyum yang jujur saja ia rindukan menghila

DMCA.com Protection Status