Beranda / Romansa / RENATA DAN SAMUDERA BIRU / 98. Wujud Terkuat Samudera Biru

Share

98. Wujud Terkuat Samudera Biru

Penulis: Ntut Roesnawati
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-30 20:08:14

Ratusan ribu pegasus memenuhi langit Padang Bulan Nirwana. Penunggangnya tak lain pasukan rahasia Samudera Biru yang dipimpin oleh Rama dan Ratansa.

Mereka berbaris rapi dengan aura mengagumkan dan sarat dominasi.

Di bawah komando Rama selapis pasukan paling depan tiba-tiba menukik rendah, menyerang pasukan iblis berwajah burung gagak yang tengah mengepung Para Bangsawan Penjaga Gerbang Lotus.

Gerakan mereka sangat cepat dan efisien membuat lawan terkesiap dan tak memiliki kesempatan untuk mengantisipasi.

Dalam waktu singkat pasukan iblis berwajah gagak telah dibuat hancur, tercerai berai kehilangan kendali.

Para Bangsawan Penjaga Gerbang Lotus yang sebelumnya pasrah pada garis nasib seketika bersorak sorai. Merasa senang sekaligus lega. Senang karena kembali memiliki harapan, lega karena ternyata mereka tak berjuang sendiri.

Di lain sisi, berkompi-kompi pasukan iblis dasar kegelapan yang berbaris rapi di belakang menggeram. Di bawah komando jenderal masing-masing mereka melesat, te
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   99. Pertempuran Sepasang Kekasih dan Dua Jenderal Iblis

    Ramangga Kala menatap wujud baru Samudera Biru. Ia menyeringai, merasa antusias, anak itu melebihi ekspektasinya.“Cukup mengagumkan, Nak. Sayang sekali kau bukan keturunanku,” ucap Ramangga Kala ketika mereka bersitatap.Samudera Biru balas menyeringai, sedikit memiringkan kepala, anting panjangnya bergoyang, terlihat nakal dan malas. "Sudah puas basa-basi? Kalau sudah, bersiaplah."Samudera Biru tiba-tiba menghilang, sedetik kemudian telah berada ke belakang Ramangga Kala dengan pedang menempel ketat di lehernya.Gerakan Samudera Biru yang terlalu cepat membuat Ramangga Kala terkesiap, sedikit terlambat untuk menghindar.“Srettt!!”Sayatan benda tajam pada kulit dan daging terdengar.Darah menetes dari leher yang terkoyak lebar.Ramangga Kala tertegun. Alih-alih mengkhawatirkan lehernya ia malah menyentuh jubah yang ternoda darah dengan jijik.“Kau mulai membuatku kesal,” desis Ramangga Kala sambil beralih menyentuh leher yang rusak. Ia menyapu ringan dan luka mengerikan itu segera

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-15
  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   100. Kematian Dua Jenderal Iblis

    “Kemarilah sayang, biarkan aku memelukmu,” Jenderal Maracas tersenyum pada Hyang Sagara yang hampir tiba. Lidahnya membasahi bibir berulang kali.Jemari Hyang Sagara menyambut jemari Jenderal Maracas. Senyum kerinduan rekah di wajah tampannya yang patuh, membuat sang jenderal semakin terbakar oleh keinginan. “Kau sangat tampan, sayangku,” puji Jenderal Maracas sambil menarik lembut Hyang Sagara ke dalam pelukan.Aroma maskulin dan harum yang khas seketika memenuhi indera penciuman Jenderal Maracas, membuat mabuk kepayang. Ia harus mengakui di antara budaknya, aroma Hyang Sagara adalah yang terbaik. Karenanya ia menenggelamkan kepala lebih dalam, menghirup dengan rakus.“Sayang, kau sangat harum.” Jenderal Maracas membelai otot dada Hyang Sagara.Sudut bibir Hyang Sagara terangkat.“Benarkah? Kalau begitu, nikmatilah selagi kau bisa, Jenderal.” Jenderal Maracas awalnya senang mendengar ucapan Hyang Sagara. Tetapi setelah menyadari ada yang berbeda dengan dengan intonasinya ia pun m

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-03
  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   101. Obsesi Gila Panglima Kuning

    Waktu terus bergulir. Padang Bulan Nirwana telah berubah menjadi padang darah dengan aroma kematian menyengat. Kekuatan kedua belah pihak seimbang. Belum terlihat siapa yang akan menjadi pemenang.Samudera Biru dan Ramangga Kala yang menempati rantai puncak peperangan masih terus berjibaku. Tak hanya sekedar mengadu kekuatan tetapi juga mengadu strategi dan kecerdikan.Duplikat mereka telah lama menghilang, menyisakan tubuh asli masing-masing yang cerah dan menakjubkan.“Aku meremehkanmu, Nak.” Ramangga Kala menyeka sudut bibirnya yang berdarah akibat bentrokan hebat yang kesekian kali.Samudera Biru hanya menyeringai malas lantas menembak Ramangga Kala dengan selusin pedang cahaya yang keluar dari jari-jarinya.Ramangga Kala mengangkat tongkat, satu gelombang hitam keluar, menyapu seluruh pedang. Tak sampai di sana, ia juga menyisipkan pedang-pedang hitam legam sebagai balasan.Samudera Biru tak bergerak, menatap penuh cemooh pada pedang-pedang hitam yang datang seperti hujan. De

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-01
  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   102. Bertemu Entitas Jiwa Lotus

    “Renata ... Renata ... Renata.”Alis Renata mengernyit. Panggilan itu seperti magnet yang menyentak kesadaran.Kelopak mata Renata terangkat perlahan. Temaram menyapanya bersama rasa sakit yang tajam.“Nghh ...” Renata merintih kecil. Sensasi hampa saat jiwanya diseret ke dalam kegelapan tak berujung masih tersisa. Sangat menakutkan. Seperti mimpi buruk yang teramat panjang dan melelahkan. Renata menyangga tubuh dengan susah payah, duduk dan menatap ke sekeliling. Alisnya kembali berkerut. Dengan jarak pandang terbatas, tempat itu tampak seperti lautan kabut tanpa tepi. Sangat misterius, dingin dan senyap.“Apa ini alam baka?” Renata menerka skeptis. Jarinya meraba batu pipih di mana dia berada. Terasa halus dan sangat hangat. Pantas saja ia tak menggigil dalam tekanan suhu yang begitu rendah.Renata Kembali menatap berkeliling. Mencoba melihat lebih jauh tetapi tak menemukan apa-apa selain hamparan kabut.Renata menghela napas. Menyusun ingatan terakhirnya di Padang Bulan Nirwana y

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07
  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   103. Binasanya Sang Raja Iblis

    “Halo, iblis.”Ramangga Kala tertegun. Menatap takjub ke dalam mata indah di hadapannya yang seakan menjadi pusat seluruh galaksi.Dalam satu sentuhan kecil tubuh Ramangga Kala terdorong ke belakang seperti daun kering tersapu angin. Wajah tampannya memucat namun matanya dipenuhi oleh binar ketertarikan.Angin berhembus. Mengibarkan rambut dan gaun putih panjang polos Renata dengan ringan. Wajah yang memikat dengan tanda lotus kecil di antara kedua alis itu terlihat begitu teduh dan suci. Memberikan kesan jauh, agung dan tak tersentuh.Renata seperti kepompong yang telah bermetamorfosis menjadi kupu-kupu.Luar biasa menawan!“Gadis, kau kembali,” Ramangga Kala berucap sembari menahan rasa sakit di bagian dada yang disentuh jari Renata.Renata melengkungkan bibir, membentuk seulas senyum dingin. Saat ini ia dipenuhi oleh energi jiwa lotus yang lebih murni, lebih kaya, lebih tak terhingga dari energi jiwa lotus yang terbentuk secara alami di dalam tubuhnya.Yang tak kalah menakjubkan

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-09
  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   Proses Ketiadaan

    Seruan tertahan memenuhi Padang Bulan Nirwana.Samudera Biru dengan kecepatan tak terlihat menangkap tubuh Renata yang hampir membentur tanah. “Renata, sayang.” Samudera Biru memeriksa dengan cemas. Matanya melebar saat melihat tubuh Renata sedikit demi sedikit menjadi transparan seolah akan menghilang kapan saja.Jantung Samudera Biru berdebar, hatinya diliputi oleh kegelisahan.Singgih Wirayudha yang sebelumnya kalah cepat segera merebut Renata dan langsung dibuat tercekat oleh fenomena aneh di tubuhnya.“Ii ... ini? Apa yang terjadi?” Singgih Wirayudha menatap Samudera Biru yang membisu dengan raut gelap dan dalam. Jantung pria paruh baya itu berdebar, pikirannya membuat tebakan samar yang tak berani ia utarakan. Bibir Samudera Biru bergerak ragu. Terlihat sama takutnya dengan Singgih Wirayudh, kata-katanya tersangkut di tenggorokan.Cyrila menghela napas lantas maju selangkah, mengambil alih keraguan dua lelaki tersebut. Mata Cyrila memeriksa Renata dengan cermat. Wajah cantikny

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-09
  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   105. Sepasang Kekasih Dalam Lingkaran Darah

    Cahaya emas telah berhenti. Petikan kecapi dan aksara peri kuno telah memudar dan menghilang seluruhnya di bawah angin Padang Bulan Nirwana yang sejuk.Dua tubuh tergeletak.Proses ketiadaan Renata telah berhenti, menyisakan tubuh hangat yang sedikit kemerahan. Di sampingnya, Samudera Biru terbujur dengan kepala menghadap ke arah Renata sementara matanya terpejam rapat. Kulitnya pucat pasi tak bersari.Kerumunan segera terbentuk. Tertegun melihat sepasang kekasih yang saling menggenggam. Mereka terlihat sangat damai, cantik tetapi juga mengharukan. Tangisan timbul satu persatu. Mereka meratap tanpa kata-kata. Cahaya keemasan muncul di langit muram. Turun ke tanah seperti gugusan bintang jatuh.Sepasukan Kerajaan Peri Samudera berpakaian emas berbaris rapi.Raja Sion yang agung telah tiba!Semua makhluk yang tengah diliputi kesedihan berlutut. Menatap ke tanah dengan khidmat. Hati mereka bergetar. Mengantisipasi kemurkaan sang raja atas nasib putranya.“Berdiri!” Perintah itu datang

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-09
  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   106. Kenapa Dia Tidak Datang?

    Renata sedikit mengernyit, merasakan kecanggungan yang aneh. Meski begitu Renata tetap menjawab dengan sopan.“Hamba akan melakukannya.”Raja Sion mengangguk kecil kemudian menanyakan beberapa pertanyaan yang dijawab Renata dengan lugas. Setelah memberi instruksi gadis tabib untuk menjaga Renata dengan baik, Raja Sion kembali. Sierra Sion mengikuti ayahnya tanpa banyak bicara. Suasana perlahan mengendur. Shiny bahkan menghembuskan napas lega dengan kuat.“Raja Sion sangat menakutkan. Sepertinya ia masih belum bisa menerima kalau ....”“Nona Renata, kami akan pergi dulu. Anda mengobrolah dengan Tuan Singgih, kalian pasti memiliki banyak hal untuk dibicarakan,” Cyrila memotong dengan cepat. Senyum melengkung di wajahnya yang cantik.Shiny mengerjap dan buru-buru mengangguk-angguk seperti burung pipit. “Ah, benar. Aku bodoh sekali, hehe ... Kak Renata, Kakak mengobrolah dengan Paman Singgih, aku pergi dulu.” Shiny melepaskan lengannya yang membelit lengan Renata kemudian turun dan men

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-09

Bab terbaru

  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   111. Manis

    Dalam beberapa hari, Renata yang masih merasa seperti sedang bermimpi jika Samudera Biru telah kembali ke sisinya dibuat kaget setengah mati.Samudera Biru benar-benar mewujudkan ucapannya.Rombongan istana Kerajaan Peri Samudera datang melamar dengan megah!Ratusan kotak hadiah mewah yang mereka bawa bertumpuk di halaman seperti bukit. Sangat menyita perhatian!Beruntung rumah baru Renata berada kaki gunung kecil yang relatif sepi sehingga tidak menimbulkan kehebohan yang tidak perlu.Kedua keluarga mencapai kesepakatan dengan sangat mudah dan cepat.Pernikahan akan digelar dalam tiga hari! Karena Samudera Biru sekarang hanya manusia biasa, dia kehilangan hak untuk mengadakan upacara pernikahan di aula suci Kerajaan Peri Samudera.Sebagai gantinya resepsi akan diadakan di tiga lokasi berbeda di dunia manusia. Di hotel internasional kelas atas, di pulau pribadi dan di atas kapal pesiar selama tiga bulan penuh.Segala hal akan ditanggung oleh pihak keluarga pengantin lelaki. Keluarga

  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   110. Berharap Bahagia Setiap Hari

    Renata tercekat. Wajah rupawan itu sama persis dengan wajah rupawan yang terpatri di ingatannya.“Kau ....”“Samudera Biru, kekasihmu.”Renata terdiam. Mendengarkan suaranya yang juga sama persis dengan suara yang sangat dikenalnya.Tapi lantas apa? Dia hanya manusia biasa!Renata mengangkat pedang giok perak. Menghunus lurus ke arah sosok putih dengan mata dingin.“Tidak! Kekasihku sudah mati!”Sosok putih mengernyit melihat penolakan Renata yang keras. Namun segera tersadar setelah menatap tubuhnya sendiri. Ia tersenyum tak berdaya. “Ah, maafkan aku. Aku lupa memberitahumu kalau sekarang tubuh ini hanya tubuh manusia biasa. Aku bukan peri lagi.”Renata mengepalkan lengan, menahan gemetar yang melanda dengan hebat. Hatinya menjerit untuk menerima penjelasan itu tapi pikirannya menolak keras.Perang batin itu membuat Renata sedikit kesulitan untuk bernapas. Membuat air matanya berjatuhan seperti gerimis. Mata sosok putih meredup. Ia menghela napas kemudian melayang mendekat. Menurun

  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   109. Dia Kembali

    Tiga tahun kemudian.“Tring!! Tring!! Tring!!” Lonceng angin berdenting nyaring.“Selamat datang!” Pemuda tampan di balik counter berteriak tanpa menoleh. Suaranya yang magnetis membuat segerombol gadis kecil tersipu dan berbisik-bisik.“Halo, Kak Kenzio!!” sapa mereka manis.Kenzio mendongak, tersenyum irit.“Halo semuanya.” Gadis-gadis kecil itu kembali tersipu dan saling mencubit. Seorang gadis paling cantik maju memimpin, menyerahkan sekotak cokelat dengan kartu hati merah jambu.“Kakak, cokelat ini untuk Kakak. Mohon diterima,” ucapnya dengan malu-malu.Kenzio melirik hadiah dengan sedikit jijik. Namun mata kucing si gadis membuatnya tak tega untuk menolak.Melihat penerimaan Kenzio, gadis-gadis yang lain segera tak mau kalah. Satu-per satu memberikan hadiah hingga lengan Kenzio penuh.Kenzio tersenyum kaku. “Terima kasih, lain kali tidak perlu repot memberi Kakak hadiah lagi.” “Tidak, sama sekali tidak repot,” gadis-gadis itu serempak menolak membuat Kenzio menyeringai tanpa

  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   108. Termakan Duka

    Hari terus bergulir.Renata telah termakan duka. Tubuhnya menyusut, kuyu dan kehilangan kesegaran. Ia menolak untuk makan, minum atau sekedar menutup mata.Renata laksana mayat hidup yang mengisolasi diri. Menjaga peti mati Samudera Biru siang dan malam. Tak ada seorang pun yang mampu membujuk atau memaksanya. Gadis itu sangat keras kepala, terlalu keras kepala hingga membuat orang tak tahu harus berbuat apa.Di malam ketujuh. Saat Renata nyaris sekarat, Raja Sion datang mengunjungi kastil putih mausoleum.Raja bangsa peri itu menghela napas berat ketika melihat Renata yang meringkuk di sisi peti mati dengan napas tersendat.Raja Sion mengangkat tangan. Satu aliran hangat membungkus tubuh Renata. Mengusir dingin yang menembus hingga ke dalam tulang-tulangnya, sekaligus mengembalikan sebagian vitalitas dan kesadarannya. Mata Renata pelan-pelan terbuka. Menyadari kehadiran seseorang ia bergerak bangun. Ketika menyadari sosok yang berdiri di depannya adalah Raja Sion, Renata buru-buru

  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   107. Dia Telah Mati

    Renata berguling, menghindari tikaman belati. Penyerang itu tak membiarkan begitu saja. Ia memburu, menyabetkan belati dengan sangat cepat dan terukur.Renata mendengus, nasibnya benar-benar baik. Baru memulai budidaya, musuh sudah datang entah dari mana. Sambil menahan rasa jengkel Renata mengumpulkan kekuatan internal di kedua lengan, lantas memblokir belati yang mengincar jantungnya dan menyisipkan telapak tangan kirinya yang terbuka ke arah dada lawan.“Dess!!”Si penyerang terjajar mundur.Renata melirik ke arah pintu.“Penjaga!!!” Penyerang itu tertawa terbahak-bahak. “Percuma saja! Mereka sudah kukirim ke alam baka.”Renata tertegun. Menatap sosok bertudung kasa hitam. Ingatannya baik, ia mengenali suara itu. “Ellaria,” Renata menabak tanpa ragu.“Ups, kau mengenali suaraku ya. Sayang sekali. Tapi tak apa. Aku juga muak dengan benda ini.”Ellaria merenggut tudung di kepala. Membuangnya dengan dramatis.Untuk kedua kalinya Renata tertegun. Wajah wanita di depannya nyaris se

  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   106. Kenapa Dia Tidak Datang?

    Renata sedikit mengernyit, merasakan kecanggungan yang aneh. Meski begitu Renata tetap menjawab dengan sopan.“Hamba akan melakukannya.”Raja Sion mengangguk kecil kemudian menanyakan beberapa pertanyaan yang dijawab Renata dengan lugas. Setelah memberi instruksi gadis tabib untuk menjaga Renata dengan baik, Raja Sion kembali. Sierra Sion mengikuti ayahnya tanpa banyak bicara. Suasana perlahan mengendur. Shiny bahkan menghembuskan napas lega dengan kuat.“Raja Sion sangat menakutkan. Sepertinya ia masih belum bisa menerima kalau ....”“Nona Renata, kami akan pergi dulu. Anda mengobrolah dengan Tuan Singgih, kalian pasti memiliki banyak hal untuk dibicarakan,” Cyrila memotong dengan cepat. Senyum melengkung di wajahnya yang cantik.Shiny mengerjap dan buru-buru mengangguk-angguk seperti burung pipit. “Ah, benar. Aku bodoh sekali, hehe ... Kak Renata, Kakak mengobrolah dengan Paman Singgih, aku pergi dulu.” Shiny melepaskan lengannya yang membelit lengan Renata kemudian turun dan men

  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   105. Sepasang Kekasih Dalam Lingkaran Darah

    Cahaya emas telah berhenti. Petikan kecapi dan aksara peri kuno telah memudar dan menghilang seluruhnya di bawah angin Padang Bulan Nirwana yang sejuk.Dua tubuh tergeletak.Proses ketiadaan Renata telah berhenti, menyisakan tubuh hangat yang sedikit kemerahan. Di sampingnya, Samudera Biru terbujur dengan kepala menghadap ke arah Renata sementara matanya terpejam rapat. Kulitnya pucat pasi tak bersari.Kerumunan segera terbentuk. Tertegun melihat sepasang kekasih yang saling menggenggam. Mereka terlihat sangat damai, cantik tetapi juga mengharukan. Tangisan timbul satu persatu. Mereka meratap tanpa kata-kata. Cahaya keemasan muncul di langit muram. Turun ke tanah seperti gugusan bintang jatuh.Sepasukan Kerajaan Peri Samudera berpakaian emas berbaris rapi.Raja Sion yang agung telah tiba!Semua makhluk yang tengah diliputi kesedihan berlutut. Menatap ke tanah dengan khidmat. Hati mereka bergetar. Mengantisipasi kemurkaan sang raja atas nasib putranya.“Berdiri!” Perintah itu datang

  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   Proses Ketiadaan

    Seruan tertahan memenuhi Padang Bulan Nirwana.Samudera Biru dengan kecepatan tak terlihat menangkap tubuh Renata yang hampir membentur tanah. “Renata, sayang.” Samudera Biru memeriksa dengan cemas. Matanya melebar saat melihat tubuh Renata sedikit demi sedikit menjadi transparan seolah akan menghilang kapan saja.Jantung Samudera Biru berdebar, hatinya diliputi oleh kegelisahan.Singgih Wirayudha yang sebelumnya kalah cepat segera merebut Renata dan langsung dibuat tercekat oleh fenomena aneh di tubuhnya.“Ii ... ini? Apa yang terjadi?” Singgih Wirayudha menatap Samudera Biru yang membisu dengan raut gelap dan dalam. Jantung pria paruh baya itu berdebar, pikirannya membuat tebakan samar yang tak berani ia utarakan. Bibir Samudera Biru bergerak ragu. Terlihat sama takutnya dengan Singgih Wirayudh, kata-katanya tersangkut di tenggorokan.Cyrila menghela napas lantas maju selangkah, mengambil alih keraguan dua lelaki tersebut. Mata Cyrila memeriksa Renata dengan cermat. Wajah cantikny

  • RENATA DAN SAMUDERA BIRU   103. Binasanya Sang Raja Iblis

    “Halo, iblis.”Ramangga Kala tertegun. Menatap takjub ke dalam mata indah di hadapannya yang seakan menjadi pusat seluruh galaksi.Dalam satu sentuhan kecil tubuh Ramangga Kala terdorong ke belakang seperti daun kering tersapu angin. Wajah tampannya memucat namun matanya dipenuhi oleh binar ketertarikan.Angin berhembus. Mengibarkan rambut dan gaun putih panjang polos Renata dengan ringan. Wajah yang memikat dengan tanda lotus kecil di antara kedua alis itu terlihat begitu teduh dan suci. Memberikan kesan jauh, agung dan tak tersentuh.Renata seperti kepompong yang telah bermetamorfosis menjadi kupu-kupu.Luar biasa menawan!“Gadis, kau kembali,” Ramangga Kala berucap sembari menahan rasa sakit di bagian dada yang disentuh jari Renata.Renata melengkungkan bibir, membentuk seulas senyum dingin. Saat ini ia dipenuhi oleh energi jiwa lotus yang lebih murni, lebih kaya, lebih tak terhingga dari energi jiwa lotus yang terbentuk secara alami di dalam tubuhnya.Yang tak kalah menakjubkan

DMCA.com Protection Status