DODIKalau tak ada Adi sudah kupastikan si bajingan Ferdi itu mampus. Aku benar-benar tak menyangka Mita setega ini bermain di belakang. Sekarang buktinya sudah benar-benar nyata ini bukan katanya, tapi aku melihat langsung perselingkuhan mereka.Selama dua hari aku meninggalkan Mita seorang diri di rumah. Aku butuh ketenangan agar emosi tidak meluap-luap lagi. Lebih baik mengungsi.Lepas dua hari aku pulang. Kondisi emosi sudah reda saat ini jadi siap untuk bicara pada Mita. Aku ingin bicara baik-baik agar tak main perasaan.Tapi, sekuat apapun berusaha, emosi ini tetap naik juga. Baru bicara sebentar inginnya marah-marah. Kalau begini takkan ada jalan keluar. Lebih baik bahas soal pembagian keuntungan agar aku punya pegangan lebih.Ini jaga-jaga kalau ada hal buruk ke depan. Bisa jadi Mita memang berencana menendangku demi Ferdi. Apa, sih, yang tidak mungkin di dunia ini.Jaman sekarang, laki-laki bukan tampan yang dilihat, tapi setebal apa dompetnya dan semewah apa tongkrongannya.
DODI"Aku setuju, Mita sudah terang-terangan mengumumkan perselingkuhannya. Kalau mas Dodi mas memaafkan, aku merasa itu sangat aneh," timpal istri Adi."Cerai atau tidak itu urusan mas Dodi, kami tidak bisa ikut campur. Kami hanya memberi saran dengan bersandar pada fakta yang ada," tambah Adi."Benar, urusan rumah tangga tak bisa orang lain ikut campur, pahit manisnya kamu yang akan hadapi. Pikirkan matang-matang sebelum ambil keputusan," ucap mama."Tapi, Mba setuju banget kalau kamu cerai sama Mita. Bodoh banget kalau kamu mau tetap memaafkan wanita yang udah menghinakan kamu! Di mana harga diri kamu sebagai laki-laki!" serang mba Winda."Mas juga setuju dengan mba Winda, Mita sudah keterlaluan saat ini. Andai disuruh milih, mas pastikan Mita akan memilih Ferdi sebab dia lebih kaya dari kamu. Mita 'kan cinta uang banget," tambah mas Agus.Yang tak bicara hanya Wina dan suaminya. Mereka memang tak tahu apa-apa denga masalah ini. Mungkin bingung juga dengan kata-kata pedas yang dile
DODISuami Wina memintaku dulu untuk menceritakan detil duduk perkara. Katanya jangan ada satupun yang dilewat. Dia ingin menyambungkan satu kejadian dengan kejadian lain. "Apakah mba Mita menyanggah perselingkuhan ini? Apakah mba Mita bersumpah bahwa dirinya tidak selingkuh.""Iya, meski aku sudah melihat dengan mata kepala sendiri, Mita tetap menyangkal. Ia pun berani bersumpah.""Menurut saya, orang yang menyanggah perselingkuhan padahal sudah ketahuan masih memiliki rasa takut tinggi akan resiko perselingkuhan. Jika punya rasa takut akan resiko tak mungkin melakukan perselingkuhan di rumah sendiri di jam kepulangan suami. Itu sama saja cari mati."Aku menyimak kata-kata Irfan dengan seksama. Dipikir lagi perkataan itu ada benarnya. Ceroboh sekali memadu asmara dengan selingkuhannya di jam kepulanganku. Tapi, 'kan bisa saja memang tidak terencana. Ferdi datang tiba-tiba, lalu Mita menyambutnya. Apa, sih yang tidak bisa dilakukan manusia durjana?"Kedatangan Ferdi kedua kalinya ke
DODI"Makasih atas pencerahannya, Fan! Mas akan ikuti saranmu. Mas mau ngobrol dari hati ke hati dengan Mita. Sekaligus menyelidiki Ferdi. Doakan Mas bisa melewati ujian ini dengan baik."Tulus, aku berterima kasih pada Irfan yang telah mengajarkanku untuk memandang masalah dengan akal jernih. Jangan hanya memainkan emosi sebab takkan ada jalan keluar.Setelah kepergian Irfan dan Wina, aku diajak ngobrol oleh mama. Beliau sepertinya bisa menebak arah pembicaraanku dengan Irfan.Agar tak penasaran, aku ceritakan hasil obrolan."Mama setuju dengan Irfan, baiknya kamu selidiki lagi lebih jauh. Jangan sampai nanti menyesal karena salah ambil keputusan. Entahlah, mama merasa Mita gak seburuk itu."Kata-kata mama menguatkan ucapan Irfan. Artinya bukan satu orang yang berpandangan baik pada Mita. Baiknya aku emang memikirkan bagaimana menyelesaikan masalah ini."Aku pulang, Mah. Jangan bilang pada yang lain soal pembicaraanku dengan Irfan. Aku mau menyelidiki kasus ini."Mama berjanji akan m
"Demi Allah, aku akan diazab kalau benar-benar selingkuh dengan Ferdi.. Mas tahu sendiri bagaimana aku menjaga kehormatan selama ini. Lagipula Ferdi pernah menyakitiku, mana mungkin mau lagi balikan sama dia. Kalau karena harta, aku gak tertarik, Mas. Ferdi juga bukan orang baik. Padaku bisa seculas itu, pada yang lain mungkin juga sama. "Sekarang, aku percaya pada Mita. Penjelasannya dan analisa Irfan sama. Dari tatapannya pun aku tak melihat ada kebohongan."Maafkan, Mas yang terbakar emosi. Untunglah Irfan memberi pencerahan. Mas percaya padamu."Mita menghambur ke dalam pelukanku. Ia kemudian menangis di dada ini. Aku berulang-ulang mengucapkan kata maaf padanya. Untuk bermenit-menit kami tetap begini."Aku takut Ferdi akan terus mengejar. Dia itu nekat dan bisa melakukan apapun. Fitnah sekeji apapun dapat dilemparkan. Apalagi, maaf, ya, Mas, saudara-saudaramu kayaknya semangat banget dengan kasus ini. Aku menduga jangan-jangan mereka kerjasama dengan Ferdi. Maaf, loh, hanya duga
MITAFerdi memang licik. Dia mampu melakukan apapun demi mencapai tujuannya. Tak dipedulikan apakah jalan tersebut benar atau salah yang penting keinginannya dapat terealisasi.Melihat sikap buruknya saat ini muncullah perasaan bersyukur pada Allah sebab tak jadi berjodoh dengannya. Terbayang kalau jadi istrinya, bisa makan hati setiap hari. Pastilah aku akan hidup di dalam kebohongan terus menerus. Benarlah bahwa manusia itu lemah, tidak bisa melihat sisi baik dari yang dianggap buruk dulu. Ketika Ferdi memutuskan sepihak dan menikah dengan janda kaya raya, aku sempat down. Rasanya saat itu dunia benar-benar tak adil. Ternyata apa yang dulu dianggap buruk, hari ini baru terlihat kebaikannya.Meski Ferdi bergelimang harta saat ini, aku tak tertarik sama sekali. Kalaupun dia menjanjikan akan memberikan tanpa batas, aku tidak akan menggubrisnya. Mencari harta itu mudah, sementara mewujudkan rumah tangga sakinah tak semudah bayangan.Berapa banyak pun harta kalau suami jahat dan tak set
MITAHari ini kami mulai melakukan aksi penyelidikan. Meta, Boni dan Mas Dodi udah bisa bergerak sementara aku menunggu Ferdi beraksi. Tak mungkin menyapa dia duluan, nanti malah aneh.Perubahanku harus dilakukan secara alami tidak boleh terlalu ekstrem, dari keras langsung melunak. Awal-awal malah tetap harus judes dan marah. Perlahan-lahan melunak. Biar Ferdi tidak curiga bahwa aku sedang membuat jebakan.Sudah waktunya orang selicik itu diberi pelajaran. Mudah-mudahan jera dan tidak lagi mencoba melakukan tindakan tak pantas. Mengganggu istri orang adalah keburukan, apalagi sampai menebar fitnah.Aku menjalani kehidupan seperti biasa, yaitu datang ke toko untuk mengontrol penjualan dan pembelian. Mencari informasi tanah rumah dan barang-barang yang akan dijual. Selama Ferdi tidak menghubungi, tugasku untuk memancingnya juga belum bisa dimulai.Di toko, aku juga menambah pegawai agar Meta dan Boni bisa leluasa melaksanakan penyelidikan. Agar tak mencurigakan mereka digilir waktunya
MITA(Oke, mas meluncur. Kita main drama, lumayan bisa hajar si brengsek)Boni juga akan terlibat dalam permainan ini. Dia akan berpura-pura melindungiku dan memarahi Mas Dodi juga Ferdi. Sebelum aku mengeluarkan dompet Ferdi sudah lebih dulu mengeluarkan atm-nya. Di depan kasir kami sempat adu mulut hingga penjaga minimarket ini terbengong-bengong. Mana laki-laki itu pakai bilang mama lagi."Dia bukan suami saya, Mbak, Cuman ngaku-ngaku aja!"."Sayang, aku tahu kamu sangat marah karena perselingkuhanku. Tapi aku janji enggak akan melakukannya lagi. Ayolah jangan bersikap seperti ini, aku bisa mati Sayang!""Dasar sinting!"Akhirnya transaksi menggunakan ATM Ferdi. Di luar minimarket aku menegaskan kepadanya bahwa akan membayar uang sejumlah transaksi. Pokoknya aku nggak mau diberi jasa apapun sama dia."Kalau kamu kembalikannya aku akan transfer lagi berkali lipat dari yang kamu kembalikan begitu terus!""Mau kamu apa, sih? Aku itu udah punya suami, nggak mungkin dekat dengan pria