….. Koa menundukkan kepalanya, tengah memastikan sesuatu. Wanita itu sontak mengerucutkan bibir menyadari banyak dedaunan kering yang tersangkut pada ujung rok. ‘Pantas saja gaunku jadi berat,’ batinnya agak jengkel. Kebetulan area taman yang sedang dijelajahi belum sempat dibersihkan oleh para pekerja taman sehingga masih banyak sampah daun-daun kering yang berserakan. “Kau pernah pergi ke Pulau Selatan?” tanya Koa sambil membersihkan kotoran di gaunnya. Yona yang berdiri di sisi kanan Koa menggeleng pelan. “Anda akan menerima tawaran itu, Milady?” Koa mengangkat kedua bahunya sekilas. “Sedang aku pikirkan.” Pulau Selatan merupakan pulau kecil yang masih masuk dalam teritori Dorian Dukedom. Saat musim dingin tiba, suhu di daerah yang terkenal akan keindahan pantainya ini tak sedingin daratan utama. Karena posisinya dekat dengan garis kathulistiwa, musim dingin di Pulau Selatan tergolong hangat. Madam Cleo biasa berlibur ke pulau tersebut bersama teman-teman sosialitanya. “Aku cu
….. Perpustakaan bukanlah tempat favorit Madam Cleo jika kaitannya dengan kegiatan menghabiskan waktu di kala senggang. Dibanding tempat yang identik sebagai pondok para kaum intelektual itu, Madam Cleo justru lebih tertarik mengisi hari-harinya dengan bersantai di gazebo taman atau balkon kamar yang menghadap langsung ke arah taman. Namun lagaknya kali ini, demi memperbaiki kualitas hubungannya dengan sang putri, Madam Cleo bersedia menginjakkan kaki kembali ke ruangan penuh buku itu setelah sekian lama dihindari. “Karena sudah terlanjur diumumkan, acara pertunanganmu akan dilaksanakan secara resmi ketika Duke Black kembali dari perbatasan utara.” Madam Cleo memandang Koa dengan raut wajah super serius. Ia memanggil Elena, meminta benda yang dipegang wanita itu. “Ini katalog terbaru butik Marchioness Ronan. Pilihlah yang kau suka untuk acara pertunanganmu nanti.” Koa menerima katalog itu dengan perasaan sangsi. “Kenapa tidak datang langsung ke butik, Madam?” “Selain untuk memilihk
….. Tetesan air menari indah di atas permukaan lantai saat tubuh Koa diangkat keluar dari bak mandi yang berkilau. Dalam sentuhan penuh perhatian, Yona yang selalu ada di sisi Koa dengan lembut menyelimuti tubuh tuannya dengan jubah berbahan katun yang hangat. “Aku dengar, ada surat untukku.” “Saya menaruhnya di meja kerja Anda, Lady.” “Bisa kau ambilkan,” pinta Koa sembari mengganti jubah mandinya dengan piama. Yona mengangguk, lalu pergi menghampiri meja kerja Koa yang berada di sisi lain kamar. Setelah mendapatkan barang yang diminta, Yona mengantarkannya pada Koa yang tengah duduk di depan meja rias. “Wanita ini, dia teman Putri Zehra 'kan?” tanya Koa terkejut saat membaca nama yang tertulis pada lembar amplop. “Anda terlihat tidak senang. Haruskah saya singkirkan?” “Jangan berlebihan. Aku hanya heran saja.” Penasaran, Koa lantas membuka amplop tersebut. Ia kembali dibuat terkejut saat menemukan sebuah undangan pesta di dalam sana. 'Apa yang sedang dia rencanakan?' pikir Ko
….. Di antara ke empat putra Raja Alden, Pangeran Zielle dan Pangeran Nathaniel merupakan anak yang paling aktif di dunia politik dan sosialita bangsawan Elinor. Sementara Pangeran Abel—putra raja dari selir pertama dan Pangeran Noir—putra raja dari selir kedua lebih memilih militer sebagai fokus hidup mereka. Baru-baru ini, keduanya dilaporkan mengundurkan diri dari kompetisi perebutan tahta dan memutuskan bergabung dengan pasukan Elinor, melindungi kerajaan di garda terdepan. Pada perang Elinor-Nesrin, Pangeran Noir diangkat menjadi pemimpin pasukan pemanah, sedangkan Pangeran Abel memimpin pasukan kavaleri. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika nama Pangeran Zielle dan Pangeran Nathaniel lebih dikenal rakyat dibandingkan nama para pangeran lain. Keduanya memang pintar mengambil hati orang-orang, selalu giat mencari dukungan politik bangsawan sebagai modal naik tahta menggantikan Raja Alden di masa depan. “Anda sudah dengar beritanya, Lady Dorian?” Suara Marchioness Ronan memb
….. Iring-iringan pasukan Leander tiba di Adler Dukedom—lebih tepatnya di Benteng Airstone lima belas hari setelah keberangkatan. Perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh dalam dua belas hari itu terpaksa mundur karena perubahan rute. Untungnya surat perizininan lintas batas mereka langsung disetujui Marquess Otsana, jika tidak, mungkin mereka baru sampai di tempat ini dalam dua hari lagi. Black turun dari atas kuda, lalu memberikan tali kekang kudanya kepada Arnold Colton. Meski baru saja menempuh perjalanan yang jauh, sama sekali tidak terlihat raut kelelahan di wajah pria itu. Musim dingin yang ganas di utara hanya membuat hembusan napasnya tampak mengepul putih di udara. “Selamat datang, Duke Leander!” Sekumpulan prajurit Elinor yang berjaga di gerbang Benteng Airstone menyapa Black. Mereka bersama-sama memberikan hormat. “Di mana Duke Adler?” tanya Black kepada salah seorang dari mereka. “Duke Adler menunggu Anda di dalam,” jawab prajurit itu. “Mari, saya antarkan.” Benteng
….. Istana - sehari sebelumnya. Cibiran yang terus berdatangan mengenai kelakuan bejat sang putra membuat kesabaran Selir Camille habis. Usaha kerasnya selama belasan tahun, mempertahankan reputasinya sebagai bangsawan terhormat justru berakhir dengan menjadi bahan gunjingan orang-orang. Selir Camille pun menyadari, semua kekeliruan ini mulai terjadi semenjak Koa Dorian mengajukan pembatalan pertunangannya ke istana. “Kau bilang apa? Lady Elle sedang mengandung anak Nathaniel?” ulang Camille Agas masih belum bisa percaya. “Astaga! Kenapa gadis itu harus hamil sekarang!” Vivi—maid pribadi sekaligus tangan kanan Selir Camille, bersama rekan-rekan kerjanya yang lain segera mengamankan diri saat istri ke-empat Raja Alden itu mulai melampiaskan amarah dengan menghancurkan barang-barang di dalam kamar. Pepatah pernah mengatakan, buah jatuh tak pernah jauh dari pohonnya. Kelakuan Camille ketika marah ini mirip sekali dengan Nathaniel. “Count Kimoni ingin bertemu dengan Anda, Yang Mulia.”
….. Pintu besar berbahan kayu oak putih itu berderit panjang saat didorong dari luar. Begitu memasuki ruangan yang sepi, Dave Lando malah kebingungan. Hanya ada beberapa jejak sepatu tanpa pemilik yang jelas. Belum juga menemukan sosok yang dicari, Dave memutuskan untuk melanjutkan penelusurannya. Skenario-skenario mengerikan mulai dirancang kepala Dave. Kebiasaan yang selalu ia lakukan guna meningkatkan kewaspadaan. “Dari luar memang terlihat rapi. Namun, area dalam seperti tidak pernah huni,” komentarnya saat memeriksa satu per satu ruangan. Saat tiba di pintu berikutnya, badan Dave sontak membeku menyaksikan sebuah teror mengerikan yang terpampang nyata di depan mata. Dave menemukan genangan darah, masih dalam kondisi segar membanjiri lantai. “D-darah siapa ini?” bisik Dave dengan nada gemetar, hatinya berdebar keras dalam ketidakpastian. Merasakan adanya tanda-tanda bahaya, pria itu segera berlari ke arah pintu keluar. Dave menarik gagang pintu tersebut, tapi berhenti tak lama
….. Dari yang awalnya hujan salju ringan lalu menggila menjadi badai dasyat, cuaca terus bergejolak seiring ketakutan Koa yang semakin tak terkendali. Wanita yang tengah menghangatkan kakinya di depan perapian itu terlihat was-was menatapi langit-langit yang dirasanya seperti ingin ambruk. Setiap kali angin besar lewat, bagian atap gubuk akan terangkat hingga hampir terlepas dari rangkanya. Kendati perasaan cemas melanda, Koa tetap bersyukur bisa menemukan tempat ini. Jika tidak, mungkin ia dan Yona bisa saja mati terserang hipotermia di luar sana. Diterangi cahaya perapian, wajah Koa tampak diliputi raut penyesalan menyaksikan dirinya terjebak dalam pusaran kekacauan dan tersesat di antah berantah. Ia memandang ke belakang, memikirkan betapa berbedanya keadaan jika saja hari itu ia mengabaikan surat kecil yang terselip dalam undangan Riona Raspe. ‘Lady Dorian, izinkan saya menyampaikan permohonan penuh kerendahan hati ini. Kehadiran Anda sungguh saya harapkan, sebab ada urusan pent
…..Lady Xylia Denta, dengan keahlian dan pengetahuannya dalam ilmu sihir, merupakan salah satu guru terkemuka di Sekolah Sihir Kerajaan Chanceux. Setiap harinya, ia sibuk mengajar berbagai mata pelajaran magis kepada para siswa yang tertarik pada sihir. Dipenuhi dedikasi dan semangat, Xylia tidak hanya mengajarkan keterampilan dasar seperti mantra dan sihir pelindung, tetapi juga memperkenalkan konsep-konsep yang lebih kompleks seperti alkimia dan ramalan. Para siswa di bawah bimbingan Xylia diarahkan untuk mengasah bakat mereka dan mengeksplorasi potensi magis lebih dalam. Sebagai penyihir yang dihormati dan diakui, Xylia juga menjadi panutan bagi banyak siswa yang bercita-cita menjadi ahli sihir handal di masa depan.“Permisi, Profesor?” Helda, seorang siswa cerdas yang terkenal tekun sering kali menarik pehatian Xylia dengan pertanyaan-pertanyaan tajamnya. Hari ini, setelah kelas selesai, Helda mendekati Xylia dengan ekspresi ingin tahu yang khas di wajah. “Saya ingin bertanya ten
…..Perjalanan pulang dari istana terasa begitu menegangkan. Black duduk di atas kudanya dengan raut super serius yang menakutkan. Di sekitarnya, para ksatria yang bertugas mengawal terdiam dalam teror tak berujung. Mereka pun menyadari, suasana hati Black memang sudah buruk semenjak meninggalkan Leander.Oliver yang juga ikut mendampingi Black tak mau berpasrah diri. Ia lalu menarik tali kekang, bergerak maju supaya kudanya bisa sejajar dengan kuda Black. “Banyak bangsawan yang menyetujui proposal Anda, Lord. Ini hasil yang memuaskan,” ujarnya mencoba membuka obrolan.Black tetap melihat ke depan, hanya matanya saja yang melirik tajam ke arah Oliver. “Bisakah kita membahas urusan ini di kantor. Aku sedang lelah sekarang.”Reaksi dingin Black membuat gemetar semua orang, terutama Oliver yang berhadapan langsung dengannya. Ia pun tidak bertanya lagi, membiarkan suasana hening yang menyiksa itu mengiringi perjalanan pulang mereka.…..Seakan sudah hafal betul rutinitas harian nyonya mer
…..Koa terbangun dari tidur dengan perasaan tak nyaman. Perutnya terasa seperti tengah dibelai lembut oleh tangan yang akrab. Mata Koa terbuka perlahan, dan ia menemukan sosok suaminya, Black sedang berbaring di sampingnya. Semalam, Koa mengalami kram perut yang cukup parah sampai membuatnya sulit tidur. Beruntungnya Koa, Black dengan telaten mengurusnya. Sentuhan tangan Black yang hangat membuatnya merasa lebih baik.“Kau butuh sesuatu, Sayang?” tanya Black saat menyadari Koa menggeliat di dalam pelukannya. “Haus?”Koa menggelengkan kepala. “Saya baik-baik saja.” Wanita itu terdiam sejenak, merenung. “Apakah Anda sibuk hari ini?”“Mm, sedikit sibuk,” jawab Black sembari memainkan rambut panjang Koa. “Sore ini aku ada jadwal untuk pergi ke ibu kota.”“Urusan Anda dengan Pangeran Zielle?” Koa bertanya lagi, dengan rasa ingin tahu yang terselip dalam suaranya. “Benar?”“Benar.” Black mencium puncak kepala Koa, lalu mengeratkan pelukannya. “Kau tidak ingin aku pergi, Koa?”Koa kembali m
…..“Bisakah Anda tinggal lebih lama di sini? Setidaknya sampai cucu Anda lahir.”“Oh Koa sayang, sungguh maafkan aku. Seandainya bisa, aku pasti akan melakukannya.”Setelah beberapa hari menghabiskan waktu bersama di Leander Manor, tiba saatnya bagi Madam Adelaine, Xylia, dan Baron Denta kembali ke Chanceux. Koa dan Black mengantarkan mereka sampai gerbang utama, di mana kereta kuda yang akan membawa mereka pulang menunggu. Meskipun suasana sedikit melankolis, tetapi senyum hangat terus mengiringi momen perpisahan itu. Sebagai tuan rumah, Koa dan Black memberikan penghormatan dan juga ucapan terima kasih kepada orang-orang terkasihnya.“Sampai jumpa lagi, Sayang.” Madam Adelaine bergantian mencium pipi Koa dan pipi Black sebelum naik ke kereta. “Jaga kesehatan kalian.”Kusir menyentakkan tali kekang dan kereta kuda mulai bergerak meninggalkan gerbang. Dari tempatnya berdiri, Koa memperhatikan kepergian mereka dengan hati yang berat. Ia melirik ke arah Black yang berdiri tepat di sebe
…..Kedatangan kereta kuda istana menjadi sorotan di Leander Manor. Suara langkah kuda yang saling bersahutan memecah keheningan di sekitar mansion dan menarik perhatian para penghuninya. Koa yang kebetulan berada di taman manor segera mengedarkan pandangan, mencaritahu identitas dari rombongan tamu yang datang berkunjung.“Siapa mereka?” tanya Koa kepada Olga.“Pangeran Zielle dan Lady Aylin Otsana, Madam.”Dada Koa berdesir saat mendengar nama Aylin. Ingatan akan masa lalu yang pahit langsung melintas di dalam benak. Namun, bukannya perasaan gugup yang ia rasakan, justru perasaan bersalah yang lebih mendominasi. Koa ingat bahwa di antara mereka, dirinyalah yang memutuskan komunikasi secara pihak. Biarpun ada alasan dibalik sikapnya hari itu, Koa sama sekali tidak membenarkan tindakan egoisnya tersebut.Sementara itu, Black, beberapa pelayan dan ksatria Leander terpantau sudah menanti di depan gerbang untuk menyambut tamu istimewa mereka. Saat kereta memperlambat laju dan berhenti di
…..Kepanikkan mengintari Koa saat undangan minum teh dari Madam Adelaine datang kepadanya. Meskipun Koa telah resmi menjadi bagian dari Keluarga Leader setelah menikah dengan Black, hubungannya dengan ibu mertua masih terbilang kaku. Karena kesibukan masing-masing, mereka baru bisa bertemu lagi sekarang setelah pertemuan terakhir mereka di pesta resepsi.Berjalan santai menyeberangi halaman menuju rumah kaca, Koa menyadari betapa senyapnya mansion setelah ditinggalkan para tamu. Kendati sepi, situasi tersebut tidak serta-merta menghilangkan kemegahannya. Justru terkadang, terlalu banyak manusia malah membuat mansion menjadi sesak dan tidak layak untuk dipandangi. Contohnya, bangunan rumah kaca yang menurut cerita Black, dulu dirawat Madam Adelaine dengan sangat telaten. Sebelum pulang ke rumah keluarga besarnya di Kerajaan Chanceux, Madam Adelaine sering menghabiskan waktunya di tempat itu, merawat tanaman-tanaman eksotis, merangkai bunga-bunga cantik yang dipetiknya sendiri.“Terima
…..Leander Manor telah terbangun dari hiruk pikuk pesta semalam. Seluruh jendela dibuka lebar-lebar, membiarkan udara segar dari hutan sekitar mengusir sisa euphoria perayaan. Dari arah timur, sinar matahari menyusup melalui celah-celah bangunan, menghangatkan pagi yang sebentar lagi beranjak siang. Suara langkah kaki ringan mulai terdengar di setiap lorong, menandakan awal dari hari yang baru.Kesan damai dan santai ini justru berbanding terbalik dengan suasana di kamar tidur utama manor. Dokter Manuel Soriano, seorang spesialis kandungan terkemuka yang dipanggil langsung oleh Black dari ibu kota, tengah melakukan pemeriksaan yang cermat terhadap pasiennya, Koa Dorian. Atmosfer tegang tampak menyelimuti ruangan begitu Dokter Manuel meminta pasangan Leander duduk di sofa, menunggunya membacakan hasil pemeriksaan.“Madam, Anda memang benar sedang hamil. Dan berdasarkan perhitungan dari hari pertama menstruasi terakhir, kandungan Anda diperkirakan berusia lima minggu.”Koa meremas tang
…..Sebagai pemimpin Leander Dukedom, menjadi tugas Black untuk memperkenalkan Koa kepada banyak orang penting yang telah diundangnya ke pesta malam ini. Pertama-tama, ia memperkenalkan Koa kepada bangsawan dan aritokrat berpengaruh yang menjadi teman dekat dan mitra bisnis Leander. Sesuai dugaannya, mereka menyambut Koa dengan tangan hangat dengan tak henti-hentinya memberikan wanita itu ucapan selamat atas pernikahan mereka.Selanjutnya, Black memperkenalkan Koa kepada para pejabat pemerintah dan tokoh politik. Mengetahui betapa cerdasnya Koa, mereka tanpa ragu mengajak Koa mendiskusikan berbagai isu penting yang sedang dihadapi kerajaan. Namun ketika Koa mulai kewalahan, Black segera mengambil alih dan mengganti diskusi mereka ke topik yang lebih ringan.Selesai dengan orang-orang pemerintahan, Black membawa Koa bertemu dengan para tokoh budayawan dan para filantropis yang mendukung berbagai proyek amal Keluarga Leander. Orang-orang itu dengan semangat tinggi berbagi cerita tentang
…..Black berlari menyeberangi lautan pelayan yang terlihat berkumpul di depan kamar istrinya. Begitu mendengar kabar Joss memanggil Dokter William untuk memeriksa kondisi Koa, Black yang tidak tahu apa-apa tanpa ragu menghentikan rapat dan membubarkan semua orang. Ia bahkan mengabaikan Oliver dan meninggalkannya seorang diri di kantor bersama ribuan berkas laporan yang seharusnya mereka selesaikan sore ini sebelum pesta resepsi kedua dimulai.“Ada apa dengan Koa?” tanya Black kepada tiga bawahannya yang ikut menunggu di dalam kamar. Ia menatap mereka satu per satu, menuntut sebuah penjelasan. Ketika sudut matanya menangkap bayangan Koa, ia buru-buru menghampiri wanita itu. “Sayang, pagi ini aku lihat kau baik-baik saja. Kenapa sekarang wajahmu pucat sekali?”“L-lord, saya—“Duke,” panggil Dokter William. Ia menjaga sikapnya setenang mungkin, berusaha tidak memperkeruh keadaan. “Anda tidak perlu khawatir.”“Apa katamu? Setelah melihat wajah istriku sepucat ini, kau masih berani meminta