Mentari geleng-geleng kepala melihat tingkah wanita yang menuduhnya kampungan namun dirinya sendiri yang perilakunya lebih kampungan.Berasal dari kalangan orang kaya tak heran jika banyak wanita yang memiliki perilaku seperti wanita tadi. Menganggap dirinya paling berkelas dan bersikap sombong. Berbeda dengan Mentari meskipun lahir dari keluarga yang kaya raya gadis itu tetap low profile dan tidak menunjukkan kalau dirinya anak orang kaya. Karena menurutnya untuk apa membanggakan kekayaan orang tuanya sementara dia sendiri masih meminta.Tak bersama mama setelah wanita tadi masuk interkom di samping komputer kembali berbunyi. Mentari menghilang nafas panjang sebelum mengangkat dan menjawab panggilan tersebut. Ya setiap kali panggilan dari bosnya di harus menyiapkan mental agar bisa berpikir jernih dan tidak mudah terpancing emosi."Mentari! Siapa yang mengizinkan wanita ini masuk?" Suara Mr Revan menggelegar memenuhi gendang telinga Mentari. Mentari melongo di tempatnya. Dia pikir w
Mentari menundukkan kepala. Dituduh berbuat sesuatu yang memang tidak pernah ia lakukan membuat hati gadis itu berdenyut nyeri. Terlebih pacaran adalah aktivitas yang sangat ia hindari karena dalam keluarga Mentari tidak ada satupun yang membahas soal ini. Bahkan kedua orang tua dan abangnya juga mewanti-wanti agar mentari tak pernah terjerumus pada jalan sesat itu.Lahir dari keluarga yang sangat agamis dengan kakek dan nenek yang sangat menjaga aqidahnya membuat Mentari juga terdidik menjadi seorang gadis yang terhormat. Ia senantiasa menjaga dirinya dari rayuan laki-laki yang ingin bermain-main dengannya."Maaf, Anda salah paham, Mister! Saya tidak pernah pacaran dan tidak pernah terpikir untuk melakukannya, apalagi di kantor!" jawab Mentari dingin. Gadis itu segera melirik Alvin yang terlihat salah tingkah. Pada awalnya Mentari sedikit mengagumi Alvin yang begitu perhatian padanya. Kekaguman Mentari bukan kekaguman seorang gadis kepada seorang pria melainkan kagum karena ada kary
Mr Revan berjalan mendekati pria tampan yang tadi siang datang ke mari untuk melakukan kontrak kerjasama."Wah, sepertinya Mr Bintang punya cukup waktu luang hingga bisa datang ke mari lagi," ujar Mr Revan datar.Bintang hanya menanggapi kalimat sarkas itu dengan seulas senyum. Bintang tak terpengaruh sama sekali dengan tatapan mendominasi dari pria berwajah bule itu. "Tentu saja saya punya banyak waktu luang untuk seseorang yang sangat special, Mister," jawab Bintang dengan tatapan lurus ke depan. Tepatnya mengarah pada Mentari yang masih mematung di tempatnya. Mr Revan mengikuti arah pandang Bintang dan saat itulah dia tahu orang special yang dimaksud oleh kliennya ini adalah Mentari, calon sekretaris barunya. Mendadak pria bermata kebiruan itu merasakan adanya api yang bergumpal-gumpal di dalam dadanya. Entah apa yang membuatnya tak suka sang calon sekretaris diperlakukan begitu istimewa oleh lelaki lain yang merupakan kliennya dari perusahaan lain. Bintang melempar senyum mani
Terhitung sejak hari ini Mentari sudah resmi menjadi asisten Mr Revan. Tak ada lagi Nita sebagai seniornya yang selalu membantu dan mengarahkan dirinya selama dua minggu masa training. Mentari benar-benar dituntut untuk bekerja secara mandiri dengan kemampuan otaknya yang cerdas.Lagi gadis yang memiliki predikat cumlaude tersebut menyerap semua ilmu tentang administrasi perkantoran bukanlah hal yang sulit. Otaknya yang cerdas menjadi pendukung kinerjanya yang ekstra.Jam makan siang Mentari sengaja makan siang di kantin kantor bersama dengan mantan seniornya. Nita menunggu jam makan siang supaya bisa makan bersama dengan Mentari untuk terakhir kali sebelum dia benar-benar pergi.Sesampainya di kantin Mentari mengedarkan pandangan. Di sudut ruangan sudah duduk beberapa orang dan salah satunya adalah Nita. Wanita itu melambaikan tangan kepada Mentari untuk mendekat.Meski awalnya canggung karena Mentari belum mengenal tiga orang lainnya yang duduk di samping kita tapi gadis itu mencoba
Semenjak Nita benar-benar resmi resign dari kantor Mentari menjadi satu-satunya asisten Mr Revan. Pria itu semakin semena-mena pada Mentari. Terhitung sudah 1 bulan Mentari resmi menjadi asisten Mr Revan. Selama itu pula dia selalu pulang malam karena atasannya lembur setiap hari. Otomatis sebagai asisten menteri juga ikut lembur karena sistem kerjanya yang mengikuti sang atasan.Terlebih lagi proyek kerjasama dengan perusahaan Papanya Mentari sudah mulai berjalan dan Gadis itu selalu mendampingi bosnya untuk terjun langsung meninjau proyek pembangunan calon pusat kebugaran."Mentari Hari ini saya harus ketemu dengan MR Park. Kamu ke proyek sendirian untuk bertemu dengan Mr Bintang.""Baik, Mister." Mentari tersenyum Dalam hati karena akhirnya dia bisa pergi sendirian. Terlebih orang yang akan ditemui adalah Bintang. Entah kenapa tiba-tiba mendadak sang atasan membolehkan dirinya bertemu dengan bintang sendirian padahal selama satu bulan belakangan pria itu selalu sensitif jika sudah
Bintang tidak sepenuhnya percaya dengan ucapan sang adik. Pria itu sudah mengenal adik semata wayangnya dari masih bayi. "Kamu tidak pintar berbohong, Dek. Abang tahu kamu sedang tertekan." Bintang menatap wajah cantik Mentari. Namun gadis itu memilih untuk membuang muka ke mana saja asal tidak bersitatap dengan abangnya. Mentari menghela nafas panjang lalu membuangnya dengan kasar seolah ingin menghilangkan semua beban yang menghimpit dadanya. Seorang pelayan datang membawa pesanan kakak beradik itu lalu menatanya di atas meja. Mentari mengamati semua hidangan yang tersaji. Tampak menggugah selera. Gadis itu gegas mengambil cumi krispi asam manis dan menyuapnya ke dalam mulut. Perpaduan rasa asam dan manis dari bumbu bercampur udang tepung yang kriuk, membuat lidah Mentari serasa dimanjakan. Bintang hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan adik semata wayangnya yang tak pernah kehilangan nafsu makan meski dalam kondisi terpuruk sekalipun. Anehnya meski porsi makannya terbilang
Meskipun merasa aneh dengan perubahan sikap Mr Revan yang mendadak tapi Mentari senang karena akhirnya bisa pulang lebih awal. Gadis itu segera bersiap untuk pulang. Namun sebelum benar-benar pulang yang memastikan beberapa hal untuk dibawa pulang. Karena dia khawatir ketika sudah sampai rumah mendadak bosnya tiba-tiba memberikan tugas.Seperti hari-hari sebelumnya lelaki itu akan menelpon malam-malam dan membingungkan untuk mengerjakan tugas secara dadakan. Kali ini Mentari sudah prepare lebih awal sehingga ketika sang atasan memintanya maka dia sudah siap. Dengan perasaan yang lebih lega Mentari pulang membawa motor matic kesayangannya. Masalah yang tadi sempat memanas antara dirinya dengan sang atasan perlahan mulai hilang dari pikirannya. Semua itu terjadi karena dia terlalu senang bisa pulang cepat tanpa harus lembur lebih dahulu seperti hari-hari biasanya."Assalamualaikum! Mama putrimu yang cantik sudah pulang!" ucap Mentari ceria. Aina menyambut kedatangan putrinya dengan se
Jika biasanya Mr Revan akan selalu mengajak asistennya jika kunjungan proyek atau bertemu klien, kali ini dia sengaja meninggalkan Mentari di kantor. Alasannya jelas, karena tak ingin Mentari bertemu dengan Bintang yang hingga saat ini masih ia percaya sebagai pasangan kekasih. Tentu saja Mr Revan tak mengatakan dengan jujur akan hal itu. Mau ditaruh di mana mukanya kalau sampai Mentari tahu dirinya tak suka melihat Mentari bertemu dengan Bintang.Mr Revan memasuki Blue Resto dengan penuh percaya diri. Para karyawan resto membungkuk hormat karena sudah mengenali Tami kehormatan itu. "Mari, Mister. Tuan Paul dan Miss Angel sudah menunggu," ucap seorang pria berpakaian batik khas resto tersebut. Lelaki dengan tinggi badan di atas rata-rata orang Indonesia itu berjalan dengan pandangan lurus ke depan mengikuti karyawan resto. Keyina sampai di depan pintu bertuliskan ruang VIP, sang karyawan membukakan pintu lalu mempersilahkannya masuk, di mana di dalam ruang tersebut sudah menunggu se
"Aku nggak nyangka hubungan Kak Bintang sama Azkia bisa mulus dan lancar kaya jalan tol gini," gumam Mentari. Wanita itu cukup terkejut saat mendengar kabar dari Bintang mengenai acara pernikahan Bintang.Bintang tidak ingin menunda pernikahannya terlalu lama. Keluarga Bintang dan keluarga Azkia pun segera menyusun pesta pernikahan sederhana untuk meresmikan hubungan putra-putri mereka."Aku nggak mau buang-buang waktu. Aku takut Azkia berubah pikiran," sahut Bintang."Kak Bintang nggak maksa Azkia buat nerima Kak Bintang, kan?" tuduh Mentari."Kamu jangan sembarangan ngomong! Aku nggak maksa Azkia. Sekalipun Azkia nolak pun aku juga nggak akan marah kok," timpal Bintang.Saat ini Mentari tengah berada di rumah orang tuanya untuk membantu Bintang menyiapkan pernikahan Bintang. Wanita itu sibuk menolong Bintang membungkus barang-barang seserahan yang akan diberikan pada Azkia nanti."Apa acaranya nggak terlalu terburu-buru, Kak? Ada banyak hal yang harus kita siapin, tapi kita nggak pu
Azkia duduk termenung, memikirkan pertanyaan yang dilontarkan oleh Mentari tempo hari. Tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba Mentari menawarkan kakaknya pada Azkia.Azkia tidak menanggapi serius pertanyaan Mentari. Wanita itu hanya menjawab asal saat dirinya diberi pertanyaan mengenai Bintang.Azkia kira, Mentari hanya bercanda saat Mentari meminta Azkia menikah dengan Bintang. Namun, ternyata perkataan Mentari bukan sekedar gurauan belaka. Mentari bersungguh-sungguh, begitu pula dengan Bintang. Hari ini, Bintang mengajak Azkia bertemu untuk membahas hal ini. Karena Azkia belum memberikan jawaban pasti, Bintang ingin kembali menanyakan kesediaan Azkia untuk menjadi istrinya."Aku datang nggak, ya?" gumam Azkia ragu.Azkia tidak mengenal Bintang. Azkia juga baru beberapa kali berjumpa dengan Bintang.Wajar saja kalau wanita itu merasa ragu. Siapa orang yang ingin menikah dengan pria yang tidak dikenal. Pastinya Azkia tak mau memilih sembarang pria untuk dijadikan suami. Ada banyak ha
Aina tertawa. Penjelasan Revan membuat wanita itu langsung membuat kesimpulan."Maaf, Ma? Apa ada yang lucu? Kenapa Mama ketawa terus?" tanya Revan.Aina kembali tergelak. Kepolosan putri dan menantunya membuat wanita itu tak bisa berhenti tertawa."Maaf, Revan. Cerita kamu lucu banget. Mama nggak tahan pengen ketawa," sahut Aina."Bagian mana yang lucu?" batin Revan dengan wajah bingung. "Revan, tolong kamu bawa Mentari ke dokter kandungan," ucap Aina kemudian. "Dokter kandungan?""Percaya aja sama Mama. Bawa Mentari ke dokter kandungan, setelah itu kasih kabar ke Mama, ya?"***"Kamu kenapa bawa aku ke sini?" tanya Mentari kesal karena sudah dibohongi oleh Revan. Wajahnya sudah tak bersahabat. Bibir mengerucut dengan tatapan ingin marah. Namun ia tak mungkin mengungkapkan kemarahannya di depan suami karena ia yakin sang suami melakukan ini karena khawatir padanya.Saat ini pasangan suami istri itu tengah berada di rumah sakit dan hendak berjumpa dengan dokter kandungan, sesuai de
"Gimana? Kalian dapat kerak telurnya?" tanya Revan cemas."Maaf, Mister. Semua penjual kerak telur sudah tutup."Mentari mengomel begitu mendengar jawaban Revan. Mentari tak mau mendengar alasan apa pun. "Pokoknya aku mau kerak telur sekarang! Kalau Huby nggak bisa dapetin kerak telur, mendingan Huby tidur di luar aja!" omel Mentari."T-tapi, Huny ...."Brak! Mentari menutup pintu kamar dengan kencang setelah mengusir suaminya keluar dari kamar. Gara-gara kerak telur, Mentari marah pada Revan hingga Mentari tak mau tidur dengan Revan."Kerak telur sialan!" umpat Revan dongkol bukan main. "Cari kerak telur lagi sampai ketemu!" teriak Revan pada anak buahnya.***"Hoam!" Pagi-pagi sekali, Revan membuka mata setelah mendengar suara adzan subuh. Pria dengan kantung mata hitam itu perlahan bangkit dari sofa empuk yang menjadi alas tidurnya. Selama semalaman, Revan tidur di sofa ruang tengah usai dirinya diusir oleh Mentari.Tragedi kerak telur sudah menghancurkan istirahat Revan. Pria itu
"Tidur aja, Huny."Revan mengusap-usap kepala Mentari hingga akhirnya wanita itu terlelap. "Cepat sembuh ya, Huny. Kamu nggak boleh sakit," gumam Revan.Revan membenarkan selimut sang istri, kemudian beranjak meninggalkan kamar. Mau tak mau, Revan harus membawa seluruh pekerjaannya ke rumah. Meskipun tak bisa pergi ke kantor, tapi Revan tetap harus bertanggungjawab pada pekerjaannya."Aldo, hari ini saya kerja dari rumah. Tolong kasih saya update laporan setiap dua jam, ya?" perintah Revan pada sang sekretaris melalui sambungan telepon."Baik, Mister."***"Gimana keadaan kamu, Huny? Masih mual nggak?" tanya Revan pada Mentari.Gurat kekhawatiran tercetak jelas di wajah tampan Revan. Lelaki itu benar-benar spot jantung kala melihat sang istri bolak-balik ke kamar mandi untuk memuntahkan seluruh isi perutnya. Belum lagi wajah pucat sang istri membuat lelaki itu tak tega.Wajah Mentari masih pucat. Mual dan muntah yang dialami oleh wanita itu juga masih terasa. Mentari sudah meminum oba
Mentari merasa usahanya akan sia-sia jika pertemuan ini sampai gagal. Terpaksa, Mentari harus mengambil langkah besar demi masa depan kakak dan juga temannya."Azkia, boleh aku tanya sesuatu?" ucap Mentari."Tanya aja?""Gimana pendapat kamu tentang Kak Bintang? Apa menurut kamu Kak Bintang bisa jadi suami yang baik?" tanya Mentari pada Azkia.Wajah Azkia langsung memerah begitu ia mendapatkan pertanyaan yang cukup mengejutkan dari sang teman. "Tuan Bintang cukup mapan dan tampan. Pasti ada banyak perempuan yang mau dijadiin istri sama Tuan Bintang," sahut Azkia."Kalau kamu? Apa kamu mau jadi istrinya Kak Bintang?" tanya Mentari pada Azkia.***Pagi-pagi sekali, Mentari sudah bangun dari ranjang, kemudian berlari menuju ke kamar mandi. Wajah wanita itu terlihat pucat dan tubuh Mentari juga agak lemas. Perutnya seperti diaduk-aduk dan ada yang berdesakan untuk minta dikeluarkan. Karena sudah tak bisa lagi menahan, ia sampai melompati suaminya hingga membuat lelaki itu kaget dan terban
"Kamu mau dukung rencana aku, kan?" tanya Mentari pada Revan.Mana mungkin Revan mampu menolak permintaan dari istri kesayangannya. Tanpa banyak tanya lagi, Revan pun akhirnya memberikan izin pada Mentari untuk pergi bersama dengan Azkia, dan ia juga akan ikut membantu istrinya untuk menjalankan rencana Mentari."Aku akan melakukan apa pun untuk kamu."Mentari memeluk sang suami dengan wajah girang. "Terima kasih, Huby!"***"Azkia!" Mentari melambaikan tangan pada Azkia yang sudah menunggu dirinya di sebuah cafe yang ada di dalam mall.Sesuai dengan rencana, hari ini Mentari akan menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan bersama dengan Azkia di area pusat perbelanjaan tersebut. Sebelum pergi, Mentari sudah mengingatkan suaminya untuk segera mengajak Bintang pergi ke mall yang ia datangi bersama Azkia."Kamu udah nunggu lama?" sapa Mentari berbasa-basi. Wanita itu menatap penampilan Azkia yang sangat anggun dan menawan. Sejak zaman kuliah dulu, Azkia memang cantik. Tak sedikit pria yan
Pertemuan antara Mentari dan Pak Tohar pun berlangsung cukup lama. Mentari dan Pak Tohar dapat cepat akrab dengan adanya Azkia yang menjembatani mereka. Selama pertemuan berlangsung, Bintang terus mencuri pandang ke arah Azkia, hingga membuat Mentari keheranan. Dari sorot mata pria itu, terlihat jelas kalau Bintang tengah menunjukkan ketertarikannya pada Azkia."Kenapa Kak Bintang lihatin Azkia mulu dari tadi? Apa mungkin Kak Bintang naksir sama Azkia?" batin Mentari curiga.Mentari berkali-kali memergoki sang kakak mencuri-curi pandang ke arah Azkia sampai pertemuan mereka berakhir. Hal ini pun membuat Mentari semakin yakin kalau Bintang memang tertarik pada Azkia."Kak bintang ketahuan banget sih kalau naksir Azkia," batin Mentari. "Apa aku coba jodohin mereka aja? Kak Bintang kan masih jomblo. Sudah saatnya juga untuk membina rumah tangga agar tidak pacaran dengan pekerjaannya terus. Kalau Azkia juga jomblo ... mereka pasti bisa jadi pasangan serasi."***"Huny, besok kan hari Ming
"Itu berkas buat besok? Kayaknya besok sibuk banget, ya?" tanya Revan pada Mentari yang nampak asyik menyiapkan banyak berkas. Pria itu menatap istrinya yang sibuk dengan perasaan berkecamuk. Ada rasa kasihan melihat istrinya berjibaku dengan pekerjaan padahal dirinya sangat mampu untuk mencukupi semua kebutuhan hidup sang istri. Bahkan apapun yang diminta oleh wanita yang dicintai itu bisa dia berikan sangat mudah. Namun ia juga tak bisa melarang sang istri bekerja karena itu adalah perusahaan istrinya sendiri. Pasangan suami istri baru itu sudah kembali dari acara bulan madu mereka. Setelah puas menikmati liburan di Dubai, kini waktunya mereka kembali beraktivitas seperti sebelumnya. Sebagai pimpinan perusahaan baru, sepertinya Mentari akan mulai disibukkan dengan pekerjaan yang menumpuk. "Iya, Huby. Besok aku ada pertemuan penting.""Pasti berat ya ngurus perusahaan sendiri seperti ini," komentar Revan. "Jangan terlalu capek, Huny. Kalau butuh bantuan katakan saja, suamimu ini b