Beranda / Fantasi / Pure Blood (DARAH MURNI) / BAB 35 - Diam (Bagian 2)

Share

BAB 35 - Diam (Bagian 2)

Penulis: Selist Emerald Valley
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tik. Tok. Tik. Tok.

Waktu terus berjalan, tapi Diana masih saja duduk diam di sana. Bahkan ia tidak sekalipun melirik isi nampan yang ada di hadapannya ini. Pandangannya hanya tertuju pada langit biru yang ia lihat dari jendela yang sedikit buram karena tertutup debu. Entah apa yang dipikirkannya.

Rena hanya melihat wanita ini dalam diam. Dia sendiri bertanya-tanya, mengapa Dominic mengambil wanita ini? Seharusnya dia mengambil Diana. Bukan malah bermain-main seorang manusia seperti ini.

"Waktu habis. Aku akan melakukannya sekarang," dan Rena mendekati Diana.

Rena mulai melakukannya. Ini adalah pemaksaan, dan tentu saja yang terjadi kemudian adalah hal-hal yang mengandung unsur kekerasan. Dengan kasar, ia menarik rambut merah panjang milik Diana. Membuka mulutnya secara paksa dan menjejalinya dengan makanan.

Diana hanya diam saja, tanpa mengerang kesakitan ataupun berusaha menelan makanan ini agar Rena segera berhenti. Tap

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
terus ini Diana siapa?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 35 - Diam (Bagian 3)

    Rai berada di tengah kerumunan manusia yang berlalu lalang, dan juga kendaraan yang hilir mudik di hadapannya. Di seberang jalanan tempat ia berdiri, terdapat gerbang hitam besar yang memisahkan manusia-manusia ini dari Istana Antro.Rai hanya diam di sana, memandang lurus ke arah istana dengan wajah tidak berekspresi. Banyak penjual yang sudah berusaha menjual dagangannya padanya, namun mereka langsung pergi begitu menyadari suasana tidak menyenangkan yang berada di dekatnya.Rai pun berbalik pergi dari sana. Berjalan penuh kewibawaan dengan wajah yang masih tanpa ekspresi. Ini wilayah Antro, dan hanya manusia yang ada di sini. Tentu saja kehadiran vampir seperti dirinya tidak diharapkan.Walaupun Raja Antro adalah manusia tapi tetap saja, jumlah mereka bisa dikalahkan oleh Rai. Terlebih, Rai dalam suasana hati yang buruk saat ini. Namun ia memilih tidak melakukannya, dalam wajah datar tapi tegas dia sudah memikirkan rencananya.

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 36 - Aku Harus Menyelamatkannya (Bagian 1)

    Haahhh... haahhh...Deru napas terdengar semakin memburu, peluh keringat semakin membasahi tubuh, mata yang terpejam dengan gambaran kejadian yang selalu terulang, membuat semua seakan menjadi nyata.Warna abu-abu kini berubah menjadi warna-warna lain, membuatnya menjadi lebih berwarna. Sebuah tarikan napas yang dalam membuat mata yang telah terpejam selama lima hari akhirnya terbuka.Haahhh... haahhh...Usapan tangan pada wajah membuatnya tenggelam semakin dalam pada memori yang hilang. Merangkainya menjadi kepingan yang solid. Memori itu terus berputar layaknya sebuah film yang sedang tayang."Akan lebih baik jika aku mati saat ini.”"Jika itu terjadi, wanita itu akan selamanya menjadi batu. Hidup dalam kegelapan dan kesunyian," seseorang membalas perkataannya."Kau..."Ya, orang yang membalas perkataan tersebut adalah Rai yang baru saja kembali dari dunia manusia. Di

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 36 - Aku Harus Menyelamatkannya (Bagian 2)

    Rai membalikkan tubuhnya, menatap ke hamparan pohon-pohon yang mengelilingi kastelnya. "Aku tahu atau mungkin tidak tahu... Oleh sebab itu, aku harus melindungimu."Pine dengan tegas menolaknya, "Tidak. Aku tidak mau melibatkan siapa pun lagi. Ini masalahku dan aku akan menyelesaikannya sendiri."“Apa kau bodoh?" sindir Rai. "Kau sadar bahwa kau manusia. Satu fakta itu dan semua pertanyaanmu telah terjawab," ia berbalik dan menatap Pine, "Kau sudah k-a-l-a-h," tekannya lalu pergi.Pine menggenggam erat selimut yang menutupi separuh tubuhnya. Hal yang dikatakan Rai memang benar, dan itulah faktanya. Sebuah kenyataan yang tidak bisa terbantahkan… Pine adalah manusia, dan ini saja sudah merupakan kekalahan telak baginya."Tapi tetap saja... Aku harus pergi dari sini. Melepaskan seorang manusia tentu bukanlah hal yang mudah bagi seorang vampir. Tapi aku benar-benar harus pergi. Menang atau kalah setidaknya aku harus mencobanya,"

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 36 - Aku Harus Menyelamatkannya (Bagian 3)

    Pine membulatkan matanya, terkejut dengan perkataan Rai. "Tidak! Tidak! Aku tidak mau! Apa yang kau pikirkan!? Menikah di saat seperti ini? Apa kau benar-benar tidak peduli dengan Dion? Kau—""Tutup mulutmu," potong Rai, membuat Pine bergeming.Rai sekarang sedang dalam perasaan yang sangat tidak baik setelah mendengar apa yang wanita ini lakukan terlebih mendengar perkataannya yang ingin pergi menyelamatkan Diana."Apa kau tidak sadar, aku berusaha melindungimu atas nama Diana atau apapun namanya! Aku melindungimu karena dia menyuruhku. Aku peduli dengannya, maka dari itu aku melindungimu. Jika aku sedingin yang kau pikirkan, maka sejak pertama aku melihatmu, aku sudah membunuhmu!"BAM!Rai menutup pintu kamar atau lebih tepatnya membanting pintu ini, dan mengakhiri obrolannya dengan Pine, meninggalkan manusia ini dalam keheningan. Pine tidak menyangka bahwa sekarang ada seseorang yang peduli pada Diana selain dirin

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 37 - Dominic de Lefko (Bagian 1)

    Mobil sedan hitam terus melaju membelah Hutan Silver, melewati banyaknya pohon pinus yang sesekali daunnya mengenai badan mobil. Seraya menyenderkan kepalanya di kaca jendela, Pine memperhatikan tampilan-tampilan pohon pinus yang bergerak ke belakang karena laju mobil yang cukup cepat.Matanya memang berfokus pada pemandangan yang berlalu tapi pikiran Pine entah terbang ke mana. Selama perjalanan, Kevin menceritakan semua yang terjadi, tanpa melewatkan satu cerita pun.Cerita-cerita yang membuat Pine tidak bisa lagi berkata-kata. Semua hal yang dibicarakan vampir ini terdengar sangat pelik. Bahkan mengerti satu hal dari keseluruhannya pun sudah membuat Pine merasa pening."Aku tahu ini terlalu rumit," ujar Kevin seraya fokus mengemudikan mobil. "Tapi aku harap kamu bisa mengerti.”Kevin kemudian meriah tangan Pine dan menggenggamnya. "Kamu atau wanita itu. Kalian hanya korban. Aku benar-benar minta maaf. Seharusnya semua tidak berak

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 37 - Dominic de Lefko (Bagian 2)

    Setelah dokter tersebut pergi, seorang pelayan kini menempatkan dirinya di hadapan Dominic, mengambil gilirannya untuk berbicara. "Saya sudah membersihkan tubuhnya dan juga mengganti pakaiannya. Tapi..." pelayan ini terlihat ragu."Katakan," kata Dominic singkat."Bolehkah saya mengatur rambutnya? Karena itu terlihat sangat berantakan,” namun ia segera sadar atas yang diucapkan, “Ahh...! Maaf kalau saya lancang, Yang Mulia Raja," lalu tertunduk takut.Dominic melangkahkan kakinya, "Cukup. Pekerjaanmu sampai di sini saja. Jangan lakukan apa yang tidak aku suruh lakukan.”Pelayan ini mengangguk lalu memandang singkat ke arah Diana yang kini tertidur di atas ranjangnya, rambutnya tergerai luas, wajahnya bagaikan matahari dan rambutnya yang berwarna merah terang ini bagaikan sinarnya."Ba-baik, Yang Mulia Raja. Saya permisi," balas si pelayan lalu pergi dari sana dengan terburu-buru."Seharusnya kau tidak melak

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 37 - Dominic de Lefko (Bagian 3)

    Masih dengan posisi yang sama, Dominic meraih beberapa helai rambut manusia ini dan menggenggamnya dengan erat. "Kau tahu? Adik kesayanganmu sekarang sedang melangsungkan pernikahannya di Raltz.”“Apa maksudmu!?”Dominic tersenyum jahat, “Intervensi kemarin seharusnya telah membuat Raltz lemah. Banyak prajurit yang aku rasa belum sembuh total. Pernikahan yang dilakukan dalam keadaan seperti ini tentu tindakan yang ceroboh bukan? Dan kau tahu bagian terbaiknya? Ben akan merebut Kastel Raltz hari ini.”Mata Diana langsung menajam, ia benar-benar kaget mendengar ucapan vampir ini. “Pernikahan? Siapa yang akan Diana nikahi? Apa vampir itu?” batinnya"Terkejut? Bocah itu terlalu bodoh. Dia selalu melalukan kesalahan-kesalahan fatal, dan sekarang adikmu akan menjadi bagian dari kesalahan fatalnya lagi," jelas Dominic, dan kemudian bangkit dari posisinya, berniat untuk meninggalkan kamar.

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 38 - Awal Dari Kebenaran (Bagian 1)

    Hari yang ditunggu tiba, Pine dan Kevin akan melangsungkan pernikahannya. Setelah meminta waktu untuk menyendiri sampai saat pemberkatan, Pine pun berdiam diri di kamarnya untuk memikirkan segalanya. Hingga dia sampai pada keputusan yaitu Pine akan melakukan pernikahan ini."Di mana Pine?" tanya Kevin ke Julio yang sejak tadi sudah sibuk mengatur acara pernikahan.“Dia masih berada di kamar. Para pelayan sedang meriasnya.""Bukankah mereka sudah melakukannya sejak pagi-pagi buta? Sampai sekarang belum selesai?" heran Kevin."Yang Mulia, ingat... Pine—ah maksudku Putri Pine adalah seorang wanita, tentu butuh waktu yang lama untuk meriasnya.”"Putri, huh?"“Ada yang salah dengan sebutan itu?” heran Julio.“Tidak, hanya saja terasa aneh. Haruskah aku membatalkan pernikahan ini?”“Jadi, Yang Mulia ingin mundur?”“Bukan begitu, aku hanya ragu,

Bab terbaru

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   Salam Perpisahan

    Halo semuanya! Saya Selist Emerald Valley, penulis dari novel Pure Blood. -Terima kasih untuk kalian para pembaca yang sudah mencintai dan membaca Pure Blood sampai akhir! Ini adalah akhir dari Pure Blood! Saya harap kalian menyukai Pure Blood dan para tokoh di dalamnya! - Tanpa adanya dukungan dari para sahabat dekat saya, tentu saja Pure Blood tidak akan pernah ada! Terima kasih untuk HAKUJI dan Affifah, kalian memang yang terbaik!!! -Senang rasanya mempublikasikan Pure Blood di Goodnovel, selain bisa menjangkau lebih banyak pembaca, Pure Blood juga bisa diakses dengan mudah, baik menggunakan aplikasi maupun website Goodnovel.-Pure Blood merupakan novel pertama saya, sekaligus debut karya pertama saya di dunia penulis dan novelis. Dari dulu hingga sekarang, Pure Blood selalu menjadi bagian utama dan penting dari kehidupan saya dan karir saya sebagai penulis dan juga novelis.-Rencananya, Pure Blood akan menjadi novel s

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   Epilog 3

    Lub. Dub. Lub. Dub. Lub. Dub.Suara detak jantung terdengar saling berirama. “Apa kamu mendengarnya?” dan sosok yang sedang ditanya ini menganggukkan kepalanya.Terlihat Diana yang masih berada di tempat tidur. Ia tidak bergerak dan juga tidak bernapas. Tubuhnya sedingin es, dan wajahnya sepucat salju.Ika menatap Iki, “Jadi, apa seorang vampir yang merupakan anggota keluarga utama dapat mendengarkan bunyi detak jantung seorang vampir?”“Aku rasa begitu, Ika,” jawab Iki menjawab pertanyaan kembarannya.“Apa sejak pertama, Kak Diana juga dapat mendengarnya?”“Shhh... Ika!” seru Iki.“Ada apa?” tanya Ika tidak mengerti.“Kita tidak bisa memanggilnya dengan Kak Diana. Itu sangat tidak sopan, Ika.”“Ah... ya... Aku lupa, maaf.”Ika lalu duduk di atas tempat tidur dan menyentuh tangan Diana, “

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   Epilog 2

    Kevin mencari keberadaan Pine dan menemukannya. “Pine, apa yang kamu lakukan di sana?” tanya Kevin.Pine berbalik dan tersenyum, “Hanya berpikir.”Kevin menghela napasnya, “Jangan terus menyalahkan dirimu, ini bukan salahmu,” dan Pine hanya menganggukkan kepalanya.Hap!Dua tangan kecil memeluk erat kaki Kevin dari belakang, “Ayah!”Kevin langsung menggendong anak ini, “Ada apa pangeran? Bukankah pangeran seharusnya bersama Julio?”Dan yang disebut namanya datang dengan tergesa-gesa, “Maafkan saya Yang Mulia, tapi pangeran berlari terlalu cepat!” ujar Julio.Pine mendekat dan menjentikkan jarinya pelan ke kening anak ini, “Regis...”Regis pun mengerutkan bibirnya, “Aku hanya bermain, Ibu. Tapi Julio sudah terlalu tua untuk mengejarku.”Julio memandang Regis dengan wajah tidak percaya, “Apa..

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   Epilog 1 (Bagian 2)

    Dalam tidurnya, tangan dan kaki pria ini dirantai ke tempat tidur. Ia bagaikan seorang tawanan. Wajahnya terlihat pucat dan ia memiliki luka yang berada di sekujur tubuhnya.Walaupun begitu, sang kupu-kupu tetap mendekatinya, karena ia dapat mencium harum bunga Lily dari tubuhnya. Bau ini sangat kuat, membuat kupu-kupu mengira bahwa ia baru saja mendarat ke atas bunga.---“Kita harus menghentikan perjanjian ini, Christ. Kembalikan pria itu, aku tidak mau berhubungan dengan Harawaltz, apalagi dengan si pemimpin gila,” jelas Bianca.“Kau takut dengannya?”“Dengan Rai?”Christ menggeleng, “Dengan pria itu?”“Tidak.”“Lalu?”“Aku hanya tidak suka melihat pria itu ada di paviliun, apalagi Ben dan Dominic memperlakukannya bagaikan seorang tawanan.”Christ tersenyum, “Kau terlalu bermurah hati, Bianca. Mereka bisa saja men

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   Epilog 1 (Bagian 1)

    Sebuah kastel megah yang berdiri di wilayah timur. Kastel yang terlihat sangat sepi dan hanya ada dijaga oleh beberapa vampir ini merupakan tempat tinggal bagi keluarga utama Klan Waltz serta para pengikutnya.Pada bagian belakang kastel terdapat sebuah paviliun sederhana, namun sangat tertutup. Bangunannya tampak masih kokoh, namun terlihat tidak terawat dengan tumbuhan yang menjalar di tembok, dedaunan di sekeliling bangunannya, dan tidak adanya penghuni kastel yang berkeliaran di sana.Klan Waltz sendiri terkenal sebagai klan yang kejam, memiliki persentase darah murni sebanyak sepuluh persen, dan juga mereka jarang berkomunikasi dengan vampir lainnya tanpa jalur formal dan tanpa adanya kepentingan.Christ Wilson de Waltz adalah nama vampir yang memimpin Klan Waltz. Tidak ada banyak informasi mengenai dirinya, ataupun bagaimana rupanya. Sama seperti klannya, Christ adalah vampir yang tertutup.Sama seperti pemimpinnya, mereka—par

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   [ T A M A T ] | BAB 62 - Aku Mencintaimu

    Tiga bulan sudah berlalu. Saat ini, hujan turun dengan lebatnya. Petir menyambar hebat dan menghanguskan pohon mangga kesukaan Diana. Namun, di tengah derasnya hujan, semua orang masih berkumpul di ruang singgasana. Mereka berada di sana karena merasakan sesuatu akan terjadi, termasuk Allan dan Gail.“Kau ada di sini juga?” tanya Gail.“Kastel mendadak kosong, dan aku liat semuanya berkumpul di sini, jadi aku datang. Bagaimana denganmu?” jawab Allan.“Sama sepertimu.”Perlahan, dua vampir yang menempati tempat tidur yang ada di sana membuka matanya. Dengan manik mata yang berwarna merah darah, mereka melihat ke arah langit-langit, mencoba mengumpulkan kesadaran mereka."Pine!!!" seru Kevin langsung memeluk tubuhnya.Pine hanya terdiam, ia lalu terduduk, begitu pun dengan Rai. Mereka masih berusaha beradaptasi dengan hal yang terjadi. Sementara itu, Al berdiri di sebelah Rai dan melihatnya

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 61 - Tidak Ada Kehidupan

    Sebulan sudah berlalu sejak kejadian yang mengguncang Kastel Haltz terjadi. Rai dan Pine masih berada di tempat tidur yang ada di tengah-tengah ruang singgasana. Semua vampir baik Haltz dan Raltz berkumpul tanpa tahu harus melakukan apa.Walaupun Diana telah memberikan seluruh darahnya untuk mereka, mereka tidak langsung pulih. Butuh waktu untuk mengadaptasi semuanya, terlebih darah yang mereka terima adalah darah vampir yang memiliki kemurnian seratus persen.Tidak ada satu pun vampir yang pernah mengalami kejadian ini. Mereke menunggu tanpa batas waktu dan hanya bisa berharap keadaan bisa lebih baik.Sementara itu, Kevin dan Al setia berada di samping orang yang paling berharga untuk mereka. Kevin berdiri di sebelah tempat tidur Pine, dan Al berdiri di sebelah tempat tidur Rai.Sedangkan Julio berada tidak jauh di sana untuk melindungi tuannya. Allan dan Gail pun masih ada di kastel, meski mereka manusia, tidak ada satu pun vampir

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 60 - Kematian (Bagian 4)

    Kevin dan Al langsung terdorong mundur karena atmosfer kuat tiba-tiba menerjang mereka. Sementara itu, para vampir di sana tidak dapat berbuat apapun. Mereka tertahan dan hanya bisa terdiam merunduk.Bersama dengan air mata yang terus mengalir, Diana melukai kedua telapak tangannya secara bergantian. Kemudian ia mengarahkan tetesan darah dari tangannya ke luka di dada Pine dan Rai yang baru saja ia buat.Diana terus saja mengepalkan tangannya dengan sangat erat. Membuat darah miliknya dengan deras keluar dan jatuh ke luka tersebut. "Jika harus ada yang mati. Maka itu adalah aku," batin Diana berbicara.Vero melihatnya dengan cemas, "Dia akan mati! Yang Mulia akan mati jika terus mengeluarkan darahnya!!!" paniknya.Vero mencoba menghentikannya. Namun sia-sia karena kekuatan Diana tidak membiarkan siapa pun untuk mengganggunya. Diana terus mengepalkan tangannya, membuat setiap darah dalam tubuhnya keluar."Kau melakukann

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 60 - Kematian (Bagian 3)

    Dengan rambut yang berantakan, wajah kusam, dan tanpa alas kaki. Diana berjalan mendekati Pine dan Rai berada. Ekspresinya terlihat kosong. Pikirannya terus memutar kejadian-kejadian yang ia lewati bersama mereka. Perlahan air mata membasahi pipinya. Semakin lama semakin deras."Namaku Diana Charlotte, sekarang namamu adalah Dion Charlotte."Kenangan ketika Pine memberikannya nama untuk pertama kali kembali terputar di pikiran Diana, membuatnya langsung jatuh ke lantai. Kenangan ketika Rai mengajaknya untuk menjadi bagian dari hidupnya juga terputar."Hiduplah sekarang dalam duniaku. Jadikan hidupmu menjadi bagian dari hidupku.”Diana sama sekali tidak bisa membendung tangisannya. Ia tertunduk dan menangis dalam diam. Kesedihannya sangat terasa, membuat semua orang yang ada di sana ikut merasakannya.Diana memegangi dadanya. Rasa sesak langsung menyerangnya. "Kenapa ini selalu terjadi? Ini seharusnya tidak terjadi!" serunya d

DMCA.com Protection Status