Seperti halnya di ruang kerja Reynard tadi. Marco juga memasang kamera pengintai di kamar Reynard, dua kamera langsung yang Marco pasang di sana. "Saya siaga di kamar sebelah sambil terus memonitor anda, Tuan. Jika anda butuh bantuan, panggil saya saja," beritahu Marco setelah selesai memasangnya. "Kau keluar dari pintu kamar saya dulu, supaya Nada mengira kau sudah pulang." "Baik, Tuan." Dan benar saja, tidak lama setelah Marco keluar dari kamar Reynard, Nada masuk tanpa mengetuk pintu lebih dulu. Wanita itu bahkan mengetahui password digital pintu itu, mungkin tanpa sadar Reynard telah memberitahunya. Menggunakan lingerie yang Reynard tahu betul itu milik Zevanya, Nada melenggang masuk dengan langkah menggoda, sama menggodanya dengan tatapannya yang tertuju pada Reynard. Ia menahan dirinya untuk tidak langsung mencekik leher wanita itu sampai mati. "Vanya ... " Reynard berpura-pura mengenali Nada sebagai Zevanya. Dan wanita itu dengan penuh percaya dirinya mengalungkan lenganny
Evelyn menatap nanar layar televisinya. Mama Lila, Ramon beserta Nada telah mengakui semua perbuatan jahat mereka. Memaksa Evelyn menikah dengan Vale, Menyebabkan kematian Vale, mencari pria pengganti untuk membuat Zevanya hamil, melakukan percobaan pembunuhan pada Reynard, mengedit video percakapan Zevanya dengan Dira. Sampai akhirnya memberi obat setan pada Zevanya hingga bisa memerintah Zevanya menusuk kakek Nicolai.Suasana Ballroom hotel mewah yang dipenuhi dengan awak media itu seketika ricu. Pun demikian dengan Evelyn, ia berharap ia salah mendengar pengakuan Ramon itu."Jadi, benar aku yang telah menusuk Ded Nic? Ya Tuhan!" pekiknya sambil menangkup mulutnya."Bagaimana bisa? Aku tidak mengingatnya sama sekali.""Kamu masih ingat menghadiri pestaku bersama dengan Rey?" tanya Keanu yang langsung duduk di sampingnya."Ya, aku ingat.""Setelah minum, kamu menjadi sedikit limbung, dan aku membawamu ke ruang lain untuk beristirahat. Dan saat aku meninggalkanmu, apa ada orang lain l
Dengan langkah lunglai, Reynard memasuki rumahnya. Kini dunia telah mengetahui kajahatan keluarga Nada. Dan meski Reynard telah menyerahkan hukuman pada pengadilan yang memutuskan. Namun pada kenyataannya, dalam perjalanan mama Lila, Ramon dan Nada ke penjara nanti, akan ada yang menghentikan mobil mereka, dan menculik mereka bertiga. Mulai saat itu, hidup ketiganya akan sangat menderita. Dan bahkan mereka akan lebih memilih penjara seumur hidup atau hukuman mati saja. Daripada hidup di tempat yang sangat mengerikan itu. Alih-alih naik ke lantai atas menuju kamarnya, langkah Reynard malah membawanya ke halaman belakang rumahnya. Dimana ia lebih sering menghabiskan waktu bersama dengan Evelyn, sambil mengawasi putra mereka berlarian di sana. Kini, halaman yang semula dipenuhi dengan kehangatan itu kembali kosong. Tidak ada senda gurau Zevanya, atau tawa riang Abercio. Yang ada hanyalah keheningan yang menyesakkan dada Reynard. Menegaskan kehampaannya dan hidupnya yang sudah tak berar
Reynard melangkah mendekati Abercio. Ia tidak peduli lagi akan mendapatkan kebencian Abercio nantinya karena telah melanggar permintaannya untuk tidak mendekatinya. Ia hanya tidak dapat menahan dirinya untuk memeluk putranya itu,"Daddy juga sangat merindukannya, Sayang. Teramat sangat merindukannya." Bahkan Reynard ikut terisak juga sambil memeluk erat putranya.Mereka sama-sama berada dalam tahap yang paling menyakitkan dalam hidup ini, yaitu merindukan seseorang yang telah tiada. Sama-sama memendam kesedihan mereka dari satu dengan yang lainnya, lalu sama-sama tidak tahan lagi hingga saling menumpahkan kesedihan mereka. Tangisan Abercio yang memilkukan begitu menyayat hati Reynard. Setiap isakan Abercio yang tertangkap telinganya, membuat Reynard semakin tenggelam dalam gelombang kesalahannya. Dan kenyataan kalau Reynard lah yang mengirim Zevanya pada kematiannya, membuat dada Reynard semakin sesak hingga dirinya kesulitan bernapas.Reynard jatuh berlutut di depan Abercio, matanya
"Terima kasih, Karena tidak menceritakan masalah aku dengan Nada pada Cio," ucap Reynard pada Dira saat mereka menunggu Abercio yang sedang mandi. Meski hari sudah menjelang sore, Abercio tetap meminta diantar ke makam Evelyn. Tanpa abercio sadari, kalau sebenarnya Reynard pun memang sangat ingin melihat makam Evelyn lagi. Memandangi tulisan di nisan wanita itu sedikit banyaknya dapat mengobati kerinduan Reynard padanya. Dira yang sedang mempersiapkan pakaian Abercio pun menjawabnya, "Aku tidak punya hak memberitahunya, Rey. Lagipula kalau pun Cio tahu, mungkin dia mengira hal itu wajar terjadi bagi pasangan suami istri. Dan perihal kamu yang sama sekali tidak mau menyentuh Nada, ya memang seharusnya Cio tidak perlu tahu." "Kalau begitu, aku berterimakasih juga kebaikanmu yang lainnya." "Kebaikanku yang mana?" "Bersedia membantu Marco membeli pil kontrasepsi darurat dan memastikan Nada meminumnya. Membantuku menjaga Cio selama ini, juga karena telah memberi pengertian pada Cio pe
"Mengenai kebakaran di lapas, saya yang membayar beberapa napi di sana untuk melakukannya. Tapi saya dengan tegas hanya meminta mereka membuat Zevanya tewas di dalamnya, dan membuat seakan-akan kecelakaan kerja. Tapi mereka malah menyebabkan nyaris setengah lapas terbakar. Dan semua napi bayaran saya itu turut serta menjadi korban tewas," jelas Ramon.Saat konferensi pers itu, tatapan Evelyn hanya tertuju pada sosok Reynard. Tepatnya ke wajah sembab pria itu, dengan mata yang bengkak, dan sorot mata tak terbaca.Seperti wajah Reynard yang saat ini berdiri tepat di depannya. Terlihat jauh lebih tua dari usianya. Apa tangisan yang membuat mata pria itu bengkak dan wajahnya sembab? Meski kini Evelyn tahu bukan Reynard yang meminta para napi itu untuk melenyapkannya. Namun kenyataan ia berada di dalam lapas itu merupakan andil besar Reynard. Itulah yang membuat Evelyn masih membenci pria itu. Reynard yang memberi celah pada Ramon untuk menjalankan aksinya. Sekarang, Evelyn dan Keanu ter
Evelyn langsung memeluk Abercio saat anak itu mengangguk. Tepat pada saat itu tangisan Abercio pun pecah. Ia menangis sesengukan di pelukan Evelyn, membenamkan kepalanya serapat mungkin ke dada Evelyn,"Kenapa wangi Tante seperti Mommy? Aku jadi semakin rindu Mommy," isaknya, membuat Evelyn tidak lagi dapat membendung airmatanya, yang langsung mengalir sederas air sungai.'Karena aku memang Mommymu, Sayang,' lirih Evelyn dalam hatinya. Evelyn mengeratkan pelukannya, menumpahkan segenap kerinduannya pada Abercio yang tertahan selama empat bulan. Menghirup dalam-dalam aroma tubuh mungil putranya, yang sudah merasakan kepahitan dunia itu dengan kedua matanya yang terpejam. "Sstt sudahlah, Sayang. Jangan terus bersedih seperti ini. Kasihan Mommymu tidak bisa tenang nantinya," bujuk Evelyn dengan suara parau. Bukan hanya tidak tenang, Evelyn jadi bertambah berat melepaskan pelukannya. Terlebih lagi, Abercio justru semakin nyaman. Kedua tangannya yang melingkari tubuh Evelyn semakin tera
"Memangnya, apa yang sudah Mamaku lakukan untuk keluargamu, Ken. Kamu masih saja terus merahasiakannya padaku," tanya Evelyn untuk yang kesekian kalinya.Alih-alih menjawab, Keanu malah merogoh saku jasnya untuk mengeluarkan sebuah kalung dari dalam sana, lalu meletakkan kalung itu di telapak tangan Evelyn, yang langsung mengenalinya dengan sangat baik,"Kenapa kalung ini ada padamu?" "Justru seharusnya aku yang bertanya, kenapa kalung ini melingkar di leher Nada, bukan di leher kamu selaku pemiliknya?" Keanu balik bertanya.Evelyn mengusap lembut kalung pemberian neneknya itu. Kalung yang juga pernah melingkar di leher cantik mamanya."Tidak lama setelah Papa kecelakaan dan koma, Mama Lila mengusirku dari rumah tanpa mengizinkan aku membawa sehelai baju pun, hanya karena aku menolak permintaan Ramon untuk menikah dengan Vale."Evelyn terus menatap kalungnya, sambil mengusap lembut liontinnya,"Selama satu minggu lebih aku tinggal di rumah Dira, sampai akhirnya Ramon mendatangi rumah
Mata Reynard tak pernah lepas dari kobaran api yang melahap sebuah bangunan tua di salah satu pondok berburu dengan seluruh keluarga tiri Evelyn, beserta dengan pengikut mereka berada di dalamnya, hingga bangunan tua itu rata dengan tanah."Aman, Tuan. Apa anda mau pulang sekarang?" tanya Marco yang baru saja berdiri tepat di sisi Reynard setelah memastikan target mereka juga sudah menjadi debu. "turunkan beritanya besok, beserta dengan daftar kejahatan mereka!" tegas Reynard. Ia akan membersihkan sepenuhnya nama Evelyn dari spekulasi yang mulai beredar kalau istri tercintanya itu telah membunuh Vale. Rupanya Ramon telah meminta salah satu anak buahnya yang masih setia padanya untuk menyebarkan rumor itu. Dan sekarang berita picisan itu mulai menyebar luas di berbagai media, dan sudah bisa dipastikan banyaknya ujaran kebencian yang ditujukan pada Evelyn, dan ucapan simpati pada Reynard karena telah menjadi target wanita itu selanjutnya. "Mengenai konferensi pers ... " "Adakan juga
"Sepertinya aku belum bisa pulang ke rumah sekarang. Aku mau menyelesaikan semua masalah yang disebabkan keluarga tirimu itu," desah Reynard.Evelyn memindahkan ponselnya ke lengan dan telinga krinya saat akan membuka handle pintu kamar Abercio. Ia memastikan Abercio benar telah terbuai ke alam mimpinya lebih dulu sebelum memadamkan lampu dan menutup kembali pintu kamar putranya itu. Hari ini, dua malam sudah Reynard tidak pulang akibat masalah itu. 'Aku ingin menuntaskan hingga ke akar-akarnya demi masa depan kita yang tenang!' tegas Reynard sebelum pergi bersama dengan Marco."Tidak apa-apa, Sayang. Aku mengerti," balas Evelyn setengah berbisik, ia takut suaranya akan mengganggu tidur Abercio.Malam ini, Evelyn memutuskan tidur dengan Abercio untuk melepaskan kerinduannya pada Abercio. Sejak Reynard memasukkannya ke dalam penjara, Evelyn sudah tidak pernah tidur dengan putranya itu lagi."Maafkan aku, karena masalah ini bulan madu kita jadi harus dipersingkat.""Rey, aku sungguh ti
Reynard mengacak rambutnya dengan kasar, memperlihatkan seberapa frustasinya ia saat itu. Dan saat matanya terkunci dengan mata Evelyn, bermacam campuran emosi terlihat jelas di sana. Hati Evelyn semakin tak karuan, masalahnya pasti jauh lebih besar dari perkiraannya."Nada hamil, Ly. Anakku ... " aku Reynard dengan suara parau. Ia telah bersiap dengan menerima apa pun bentuk kemarahan dan kekecewaan Evelyn padanya. Namun setelah lama Reynard menunggu reaksi Evelyn, alih-alih meluapkan emosinya, wanita itu malah menghela napas lega,"Syukurlah, aku kira ada masalah besar apa."Sontak saja Reynard luar biasa bingung dibuatnya, ia mengguncang bahu Evelyn untuk menyadarkan istrinya itu,"Ly. Apa yang kamu syukuri? Aku memiliki anak dari wanita lain? Kamu bersyukur dengan berita itu? Atau akan menjadikannya sebagai alibi untuk mengakhiri rumah tangga kita?" cecarnya."Siapa yang memberitahumu kalau Nada sedang mengandung? Marco? Sipir penjara?""Nada, Marco dan Ibu sambungmu tidak berada
Perjalanan Evelyn dan Reynard ke Sopot dan Gdynia tertunda harus setelah Reynard menerima email penting. Setidaknya itulah alasan yang Reynard berikan pada Evelyn, sesaat sebelum pria itu fokus pada layar monitor laptopnya. Sepertinya email itu memang berisi pesan penting. Karena sebelum berangkat Reynard telah menegaskan pada Marco untuk tidak menghubunginya sama sekali, kecuali untuk masalah darurat.Apa sekarang perusahaan Reynard sedang dalam masalah?Entah sudah berapa kali pertanyaan itu terbersit di benak Evelyn hingga dua jam sudah berlalu, dan Evelyn mulai merasa bosan menunggu perhatian Reynard kembali tertuju padanya. Seraya mendesah, Evelyn berdiri dari kursinya. Ia melampirkan long coatnya di sandaran kursi dengan hati-hati, tidak ingin menimbulkan suara sedikit pun yang bisa memecah konsentrasi Reynard.Melalui jendela kamarnya, Evelyn memusatkan perhatiannya pada Laut Baltik, tepatnya pada pelabuhan yang seolah tidak pernah terlihat sepi itu. "Maaf sudah membuatmu me
Gdansk, sebuah kota pelabuhan yang terletak di pantai utara Polandia. Sebuah kota tua yang memiliki arsitektur klasik Eropa terbaik, yang menjadi daya tarik wisatawan mancanegara yang ingin menyelami lebih jauh lagi mengenai sejarah dan kebudayaan Polandia.Hotel yang Evelyn dan Reynard pun terletak tidak jauh dari pelabuhan terbesar Polandia tersebut. Hotel mewah tepi pantai yang berhadapan langsung dengan laut Baltik. Dan kebetulan sekali Evelyn sangat menyukai apa pun yang berbau pantai.Selama Evelyn menatap bermacam kapal yang hilir-mudik di pelabuhan tersebut, Reynard terus merangkul pinggangnya, bersama mereka memandangi kesibukan itu dari balkon kamar mereka."kamu tahu kalau kota ini menjadi salah satu dari Tiga Kota atau yang biasa disebut dengan Tricity, atau dalam bahasa Poland dikenal dengan sebutan Trójmiasto?" tanya Reynard. Ia memiliki kegemaran baru, yaitu mengenalkan dunia baru pada Evelyn."Ya, aku pernah mendengarnya. Hanya saja tidak terlintas sama sekali di dalam
Evelyn pikir, destinasi bulan madunya bersama Reynard akan ke Eropa barat, tapi ternyata pilihan antimainstream Reynard tertuju pada Eropa Tengah. Gdansk Polandia yang menjadi tujuan pertama bulan madu mereka. Memang biasanya Gdansk menjadi destinasi bulan madu yang sangat sempurna untuk pengantin baru yang ingin bersenang-senag dan menikmati masa-masa awal pernikahan mereka. Meski suasananya cenderung terlihat lebih santai dibandingkan dengan Eropa Barat, namun kota Gdansk juga memiliki tempat-tempat wisata yang indah, akomodasi mewah dengan latar bangunan abad ke tujuh belas. Sekarang ini, dengan lengan Reynard yang merangkul pinggangnya, mereka menyusuri jalanan berbatu dan sempit di antara bangunan katedral dan monumen. "Kamu lebih menyukai ketenangan ya?" tebak Evelyn. "Kamu sudah memahami salah satu kebiasaanku, Sayang," jawab Reynard. Lengannya yang melingkar di lengan Evelyn menarik Evelyn saat seseorang yang tengah jalan terburu-buru nyaris menabraknya. "Mudah sekali men
"Kamu yang ngajarin dia ya?" tukasnya."Astaga, tentu saja tidak, Sayang. Ini murni keinginan putra kita sendiri. Kamu bisa bertanya langsung padanya," sangkal Reynard. Ia bersikap seolah-olah terluka oleh tuduhan Evelyn itu, hingga balik badan meninggalkan Evelyn dengan perasaan bersalahnya.Sesuai dengan harapannya, Evelyn pun bergegas mengejarnya, "Rey, tunggu!"Tepat saat Evelyn meletakkan tangannya di lengan Reynard. Reynard langsung balik badan dan menekan Evelyn hingga punggung wanita itu bersentuhan dengan dinding,"Kamu tidak marah, 'kan?" tanya Evelyn."Marah? Sekarang aku tidak bisa marah lagi padamu, Sayang. Tadi aku hanya menggodamu saja, ingin tahu seperti apa reaksimu saat aku merajuk," kekeh Reynard, ia tertawa lebar saat Evelyn memukul dadanya dengan kepalan tangannya,"Kamu jahat! Tadi aku takut sudah membuatmu marah dan sakit hati.""Marah dan sakit hati? Itu dua hal yang tidak akan terjadi padaku, setidaknya jika menyangkut dirimu, Sayang. Jadi, jangan pernah meng
Reynard menatap geli Evelyn yang seolah tenggelam di dalam balutan selimutnya itu,"Apa yang sedang kamu lakukan, Sayang?" tanyanya."Aku mau ke kamar mandi," jawab Evelyn, sengaja hanya menatap mata Reynard saja, bukan ke tubuhnya yang lain.Seolah ingin terus menyiksa Evelyn dengan gairahnya, Reynard sengaja bersandar di daun pintu kamar mandi sambil melipat kedua tangannya, dengan tatapannya yang menggoda."Lepaskan saja selimut konyol kamu itu, memangnya apa yang mau kamu sembunyikan dariku, Sayang?""Aku tidak menyembunyikan apa pun?""Apa kamu yakin?""Astaga, Rey ... Kamu mengira aku mencuri?" tanya Evelyn dengan nada tidak percaya, sebelah alis Reynard pun terangkat tinggi,"Yang bilang kamu mencuri siapa?""Kamu menuduhku menyembunyikan sesuatu di balik selimut ini!" Evelyn menyipitkan kedua matanya saat tawa Reynard pecah. Belakangan ini, wajah pria itu selalu terlihat ceria dengan senyumannya yang memikat, atau tawa lepasnya yang menular seperti sekarang ini. Bagaimana Ev
Leguhan kenikmatan mengalir begitu saja dari mulut Evelyn saat Reynard memainkan lidahnya di bawah sana. Gerakan yang mengirimkan gelenyar kenikmatan ke seluruh tubuh Evelyn, yang juga membangunkan seluruh saraf Evelyn, hingga rasanya Evelyn akan mati karena kenikmatan."Rey ... Aahh please ... " racau Evelyn. Ia tidak tahu permohonan apa yang ingin ia ucapkan. Meminta Reynard terus melakukan yang tengah pria itu lakukan sekarang? Atau meminta Reynard segera menyatukan diri mereka?Evelyn bahkan tidak menyadari kapan Reynard melepaskan satu-satunya pakaian dalam yang tersisa pada dirinya. Atau Reynard merobeknya? Entahlah.Alih-alih segera mewujudkan keinginan Evelyn untuk mneyatukan tubuh mereka, tangan Reynard malah bergerak naik ke atas, untuk menangkup salah satu bukit kenikmatan Evelyn, sementara lidah pria itu masih bermain-main di bawah sana, yang semakin membuat Evelyn meleguh penuh kenikmatan, sebelum akhirnya pinggulnya terangkat tinggi saat mencapai puncaknya."Rey!" teriak