"Firasatmu pasti salah," kata Shania lalu ia membuang muka ke samping. Neil sepertinya sudah jatuh cinta pada pandangan pertama saat ia pertama melihat Shania di rumah sakit, sayangnya saat itu Neil sempat kecewa saat tahu jika Shania ternyata sudah bersuami."Sepertinya tidak akan salah, aku tahu, aku bisa meluluhkan hatimu, Shania. Suatu saat nanti, kamu benar-benar akan menjadi milikku, dan aku sangat yakin dengan hal tersebut, bagaimana menurutmu?" jawab Neil dengan penuh percaya diri.."Neil, lepaskan tanganmu pinggangku, aku mau ke kemar mandi," ucap Shania. Tetapi Neil tidak mendengarkannya sama sekali, kedua tangannya justru bergerak semakin ke atas, menekan punggung Shania, sehingga tubuh wanita itu pun menunduk ke arahnya, "Neil!"Neil tertawa, "Kenapa, Cantik?"Shania terus menatap Neil tanpa berkedip, dia bisa merasakan aroma tubuh Neil yang begitu harum, ah ...rasanya berlama-lama berada di dalam pelukan Neil bisa membuat kewarasan Shania berkurang!"Ada apa, kenapa kamu
Neil tidak membiarkan Shania beranjak dari tubuhnya, ia menarik kembali pinggang Shania sehingga wanita itu tidak pergi ke mana-mana, ia masih ingin berlama-lama dengan Shania, apakah itu salah? "Kamu tidak akan bisa pergi semudah itu, Shan. Kamu tahu, tamuku masih berada di kamar sebelah, jadi bagaimana caramu akan pergi? Aku tidak akan membiarkan kamu pulang seorang diri, Shan, aku bersamamu semalam, jadi aku pastikan aku juga yang akan mengantarmu kembali ke rumah." "Aku ini laki-laki yang bertanggung jawab, kok," kata Neil seraya memamerkan senyuman jahil di wajahnya. "Neil, lepaskan aku, aku harus bersiap-siap." Neil menggelengkan kepalanya, nampaknya Shania sudah menyihir Neil dengan segala pesona yang dimiliki wanita itu. Neil betah berlama-lama memperhatikan wajah cantik Shania, "Shan, pertimbangkan lagi perkataanku tadi. Kamu bisa tinggal di sini bersamaku, selama apa pun yang kamu inginkan." "Aku ..., ingin melihatmu bahagia," ucap Neil dengan sungguh-sungguh. "Aku ti
"Eh, aku menyadari statusku, dan aku tidak lupa masalah itu, Misa. Aku masih menjadi istri seorang Thomas, hanya saja ...." Shania berpikir, Neil tidak seburuk yang ia pikirkan selama ini. Ia memejamkan kedua matanya, lalu mengusap bibir yang pernah disentuh Neil, sejenak Shania bisa merasakan sentuhan bibir Neil padanya."Hanya saja?" Misa mengulang kata-kata Shania, tetapi wanita itu tampaknya tidak mendengarkan apa yang ia ucapkan barusa.Misa menangkap sesuatu yang mulai tidak beres dari Shania, sepertinya wanita itu mulai terjerat pesona pemuda yang selama ini dianggapnya pengganggu. Bisa dilihat saat Shania membicarakan Neil, dia selalu saja tersipu malu.“Astaga, Shania jangan katakan kamu memang mulai menyukai pemuda itu, ingat Shania kau dan dia berbeda usia yang sangat jauh. Aku tidak mau kau hanya dijadikan mainan olehnya,” ucap Misa, "tidak ada pemuda yang akan serius dengan wanita yang usianya jauh di atasnya, Shan."Dia sungguh mengkhawatirkan Shania, berharap Shania mau
Misa merasakan ada sesuatu yang lain dari Shania, sorot mata wanita yang terbiasa lembut itu kini begitu tajam dan menusuk baginya, seperti bukan dirinya saja. "Aku ingin tahu, apa yang kamu maksud dengan ..., kamu memiliki rencanamu sendiri, Shan?" Misa bertanya dengan begitu hati-hati, dia tahu saat ini Shania sedang dalam keadaan kesal, apalagi jika sudah membicarakan pengkhianatan Thomas padanya, sulit membuat Shania untuk tenang.Kesetiaan yang dia berikan dibalas dengan sebuah pengkhianatan yang sangat menyakitkan, tentu saja siapa pun pasti tidak akan bisa menerimanya. Shania memajukan posisi tubuhnya, lalu menjawab, "Iya, aku sudah memiliki rencanaku sendiri. Aku akan membalas Thomas dan juga wanita jalang yang sudah membuat aku jatuh terpuruk seperti ini, Misa."Baru kali ini Misa melihat wajah Shania yang begitu berbeda, tatapan wanita itu sangat dingin, tidak seperti biasa yang terlihat sangat hangat dan teduh. "Shan, kamu pikirkan kembali, jangan sampai dirimu terbalut d
Carla pun memang sempat menginginkan Neil, dan kali ini ia pun kembali berpikir, jika saja Donovan masih belum kelihatan juga sampai nanti, maka ia akan mencoba bernegosiasi pada pemuda tampan yang terlihat begitu menggairahkan di matanya. Postur tubuh Neil benar-benar membuat debaran jantung Carla berdetak cepat tidak menentu.Dari atas panggung sendiri, Neil menyadari jika saat ini Carla tengah menatap intens ke arahnya. Begitu tatapan keduanya bertemu, dengan cepat Neil memalingkan wajah, wanita seperti Carla memang sangat menggoda. Ia ingat saat melayani Carla, wanita itu benar-benar liar di atas ranjang, tubuhnya yang seksi menggairahkan tidak bisa dipungkiri tentu menjadi idaman setiap lelaki mana pun.Sepertinya keinginan Carla tidak akan terkabul untuk bisa berkencan dengan Neil, sebab Donovan yang ia tunggu-tunggu sebelumnya pada akhirnya tiba di lokasi dan bergegas mendekati Carla."Carla?"Wanita itu menoleh, saat tahu ada Donovan di dekatnya dia pun melengos, kesal karena
"Aku ingin kau membantuku melepaskan pakaian untuk mencoba lingerie ini, Donovan," kata Carla pada Donovan."Oh tentu saja, dengan senang hati aku akan membantumu," jawab Donovan tanpa ada rasa canggung. Carla bisa membayangkan sebentar lagi mereka berdua akan melakukan sesuatu yang tidak biasa.Donovan mulai melepaskan blazer, lalu dari arah belakang kedua tangannya mulai bergerak melepaskan kancing demi kancing kemeja yang dipakai Carla, setelah dia membuka kemeja tersebut, dan memperlihatkan tubuh bagian atas Carla."Carla, aku benar-benar akan menelanjangimu di sini, kau tahu aku akan melakukannya, kuharap kau jangan bersuara dengan keras, ok?" bisik Donovan, sementara kedua tangannya dari arah belakang sibuk menyentuh bagian dada Carla."Kalau aku tidak mau menahan desahanku, lalu apa yang akan kamu lakukan?" goda Carla dengan nada suara yang terdengan manja dan menggelitik Donovan. Rasanya benar-benar tidak sabar untuk tidak menikmati tubuh Carla, wanita itu sudah meruntuhkan pe
Donna baru saja turun dari mobil mewahnya, dia membuka kacamata hitam yang menutupi wajahnya. Lalu dia pun masuk ke dalam rumah sakit, wanita itu akan mendatangi Thomas untuk menanyakan masalah pernikahan mereka berdua, sekaligus memberitahukan sebuah kejutan yang pasti bisa membuat Thomas mati berdiri. "Hm, kau harus melakukan sesuatu, Thomas. Menceraikan Shania dan segera menikahiku," ucap Donna seraya melangkah dengan mantap ke arah lift. Bayangan-bayangan indah mengenai pernikahan mewah dan lainnnya sudah ada di dalam pikiran Donna. Dia tidak mau tahu, pernikahan itu harus segera terjadi, jadi dia ingin memastikan kapan mereka bisa menentukan tanggal dan bulan. Beberapa orang memerhatikan Donna saat wanita itu melintas masuk ke dalam rumah sakit. Misa kebetulan baru saja hendak keluar, dan dia pun tidak lupu memerhatikan Donna, terlebih ketika wanita itu masuk ke dalam ruangan Thomas. "Siapa wanita itu?" Misa secara diam-diam saat Donna berdiri dan mengetuk pintu Thomas dia s
"Bagus, kalau kau mengabulkannya, maka aku tidak akan berbuat macam-macam pada dirimu, kau paham?" Donna pun tertawa. Berbuat macam-macam? Thomas lebih baik berpikir 1000 kali daripada dia terkena masalah nantinya. Dia tidak ingin menambah masalah yang sudah ada dengan masalah baru. "Kau tenang saja, aku tidak akan berbuat macam-macam yang bisa membuatmu kesal. Beberapa hari lagi kau bisa pindah ke rumahku, tentu saja aku akan mengenalkanmu pada ibuku, Donna." Thomas ingin membuat kemarahan Donna reda, agar dia tidak perlu mendengarkan celotehan-celotehan wanita itu lagi. Sudah cukup pusing dibuatnya hari ini oleh Donna. "Sekarang apa lagi yang ingin kau katakan, Donna, apakah ada hal lain?" Thomas dibuatnya tidak bisa fokus dengan apa yang dikerjakan olehnya. Donna seperti sedang memantau pekerjaannya, dan ini benar-benar menjengkelkan bagi Thomas. "Tidak ada, aku ingin pulang bersamamu, apakah kau merasa keberatan jika aku pulang dengan calon suamiku sendiri? Aku tidak mau ka