“Apa dia benar-benar calon istrimu? Kenapa kamu tidak pernah bercerita sebelumnya? Bahkan selama lima tahun ini saja aku tidak pernah melihatmu dekat atau bersama wanita. Kamu ini sangat mencurigakan, jangan-jangan wanita itu kamu bayar hanya untuk berpura-pura menjadi calon istrimu agar kamu tidak aku ledek.”Lucifer tentu saja tidak percaya begitu saja kalau tiba-tiba Melvin memiliki calin istri, meski tadi dia sempat berkata jika memercayai, itu dikarenakan tidak ingin menyinggung Rihana.Melvin tersenyum menanggapi rasa penasaran Lucifer, bukannya langsung menjawab pertanyaan temannya itu, Melvin malah menenggak wine dari gelas yang dipegangnya.“Ceritanya panjang. Kamu pasti tidak akan percaya dengan apa yang aku alami.” Melvin menatap Lucifer dengan tatapan yang tidak bisa dideskripsikan, terlebih senyum Melvin yang dianggap sangat langkah. Tulus, manis, bahkan begitu berbeda dari yang biasa ditunjukan kepada orang.“Apa yang kamu alami? Hal apa yang tidak akan aku percaya, seda
“Aku akan memanggil Ana sebentar.” Melvin pun pamit untuk mencari Rihana. “Ya, apa kamu sedang berusaha menunjukkan kemesraan dengan mencemaskan calon istrimu, hah!” ledek Lucifer karena Melvin pergi meninggalkannya hanya untuk mencari Rihana. Melvin tidak menoleh dan memilih terus melanjutkan langkah saat mendengar ledekan Lucifer. Semua ledekan sahabatnya itu, tidak akan membuat Melvin marah karena sudah terbiasa. Melvin pun berjalan keluar menuju halaman samping, hingga saat sampai di sana melihat sekelebat bayang yang baru saja menghilang dari balik tiang besar yang ada di sudut depan rumah Lucifer. “Ana?” Melvin mengira kalau bayangan itu milik Rihana, karena dia juga tidak melihat Rihana di dekat kolam. Saat Melvin hendak menyusul bayangan yang dianggap milik Rihana, langkahnya terhenti saat melihat riak di kolam. Dia merasa aneh karena ada riak di permukaan air, hingga Melvin akhirnya memutuskan untuk mengecek apa yang ada di sana. Pria itu berdiri di samping kolam, hingga
Beberapa tahun yang lalu.Angin malam berembus lembut bersamaan dengan udara yang menerkam tubuh. Rihana saat itu masih berstatus seorang pelajar dan hatinya tengah kesepian semenjak bertahun-tahun lalu kehilangan ibunya.Rihana berjalan di tepian kolam. Memeluk kedua lengan karena udara dingin yang terus menusuk kulit. Dia baru saja bertengkar dengan ibu tirinya, semua berawal karena keinginan Rihana untuk sekolah di luar negeri, tapi tidak diizinkan oleh Meghan.Rihana mengetahui jika temannya ingin belajar ke luar negeri karena tuntutan dari keluarga. Dia mengetahui itu ketika tidak sengaja mendengar percakapan temannya dengan seseorang di panggilan telepon. Rihana ingin ikut pergi karena dia tidak mau ditinggal oleh satu-satunya teman yang dimiliki, tapi sayangnya niatnya itu ditentang oleh Meghan, dengan alasan Rihana masih kecil. Namun, Rihana tahu jika itu hanya alasan saja karena Meghan tidak ingin dia pergi agar bisa terus memantaunya.“Bukankah seharusnya dia senang jika aku
“Kenapa dia bisa sampai tenggelam, apa dia tidak bisa berenang?” tanya Lucifer saat Melvin baru saja berganti pakaian dengan miliknya yang kering.Melvin sedang mengancingkan kemeja yang dipinjamkan Lucifer, hingga terdiam sesaat dan menjawab, “Sepertinya tidak.”Lucifer terlihat berpikir, hingga kemudian berkata, “Apa mau aku bantu periksa rekaman Cctv yang terpasang di samping rumah? Agar tahu apa yang membuatnya masuk ke air?”Melvin terlihat berpikir, hingga kemudian menjawab, “Boleh, tapi aku akan mencoba bicara dan menanyakan itu terlebih dahulu ke Ana. Aku ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya ke dia terlebih dahulu.”Lucifer paham, dia akan mengecek rekaman kamera Cctv, selagi Melvin menanyakan yang terjadi sebenarnya ke Rihana.Di kamar lain. Rihana baru saja berganti pakaian ditemani Roe, wajah Rihana terlihat begitu pucat karena dia terlalu lama berada di air.“Apa kamu baik-baik saja? Mau aku panggilkan dokter?” tanya Rose karena cemas melihat kondisi Rihana.Rihana mengg
Melvin begitu terkejut mendengar ucapan Rihana. Hingga tiba-tiba dia langsung mendekat dan duduk di samping Rihana secara mendadak, ditatapnya Rihana yang terkejut karena tingkahnya. Jika di sana ada Mario, mungkin asistennya itu juga akan geleng-geleng dengan tingkah Melvin, karena atasannya itu bisa bertingkah layaknya pria yang baru saja mendapatkan sesuatu yang menyenangkan. Melvin hanya tidak menyangka jika lupanya Rihana akan dirinya, benar diakibatkan oleh lupa ingatan sesaat.“Kamu mengingat? Apa yang membuatmu lupa?” tanya Melvin mengabaikan kewibawaannya dan bertingkah seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan sesuatu.Rihana cukup terkejut dengan tingkah Melvin, tapi kemudian dia menatap wajah pria yang selama tujuh belas tahun tidak pernah dilihatnya. Dipandangi sepuasnya wajah itu, yang dianggap masih sama dengan tujuh belas tahun lalu sebelum mereka berpisah, hanya saja sekarang garis wajah pria di depannya lebih tegas dan berwibawa.“Kamu ingat siapa aku?” tanya Mel
Sinar matahari mulai merayap menelusup masuk melalui celah jendela. Udara hangatnya perlahan mengusik jiwa-jiwa yang masih terbelenggu dengan hawa dingin yang menyelimuti.Rihana mulai mengerjapkan kelopak mata berulang kali, dia masih merasa kantuk, tapi juga ingin bangun karena merasa ada sesuatu yang menimpa tubuhnya hingga membuatnya merasa begitu berat. Dia pun membuka kelopak mata perlahan, alangkah terkejutnya dia ketika melihat siapa yang kini ada di hadapannya, berbaring dengan mata terpejam dan memeluk dirinya.“Kenapa dia tidur di sini?” Rihana bertanya-tanya dalam hati.Rihana mengingat-ingat, hingga dia memejamkan mata sekilas karena merasa bodoh sebab lupa. Semalam dia dan Melvin bicara banyak hal, sampai akhirnya mengantuk dan sepertinya tidur di sana bersama tanpa mereka sadari. Rihana pun berusaha menyingkirkan tangan Melvin yang melingkar di tubuhnya, tapi usahanya sia-sia karena Melvin memeluknya semakin erat.“Kenapa kalian tidur satu ranjang?”Suara itu mengejutka
“Bas boleh makan coklat?” Bastian bertanya sambil menatap Rihana dengan cara mengedip-ngedipkan mata manja agar sang mama memperbolehkannya makan coklat. “Tidak boleh, kamu tidak boleh makan coklat,” tolak Rihana sambil terus melangkahkan kaki mendorong troli belanjaan. Sepulang dari mendaftarkan sekolah Bastian, Rihana pergi belanja kebutuhan sekolah Bastian, kemudian lanjut belanja beberapa barang untuk seperti susu dan lain-lain untuk Bastian. Melvin sendiri tidak menemani karena ada rapat yang harus dihadirinya, sedangkan dua pengawal yang memang diminta menjaga Rihana dan Bastian, disuruh menunggu di luar karena Rihana tidak mau terus dikawal, padahal hanya mau belanja. “Nanti Bas akan gosok gigi setelah makan coklat. Ayolah Mama, Bas mau coklat,” rengek Bastian sambil mengayunkan langkah mensejajari langkah Rihana. Rihana menggelengkan kepala, kemudian membalas, “Nggak, kamu akhir-akhir ini sudah terlalu banyak makan coklat. Jadi hari ini mama tidak akan membiarkanmu makan co
“Lepaskan mamaku, orang jahat!” Tidak hanya menendang Bastian kini membabi-buta memukuli Adam yang berani menarik tangan Rihana. Rihana terkejut karena Bastian berani membelanya, bangga karena memiliki anak yang peduli. Adam sendiri kesal karena Bastian berani memukul dan menendang dirinya. “Dasar anak haram! Beraninya kamu memukulku!” Adam menepis tangan Bastian yang hendak kembali memukulnya, kemudian mendorong Bastian hingga terjerambab ke belakang. Bastian jatuh ke lantai, pantatnya membentur lantai hingga dia meringis kesakitan meski tidak sampai menangis. Rihana langsung membulatkan bola mata mendengar Adam mengatai putranya anak haram, belum lagi pria itu berani mendorong putranya sampai jatuh ke lantai. Emosi Rihana semakin memuncak karena kelakuan pria itu, dikira dia tidak akan berani melawan Adam, tapi pria itu salah karena Rihana tidak akan sudi ditindas. Rihana mengangkat tangan dengan cepat lantas mendaratkan tamparan tepat di pipi Adam. Suara tamparan itu cukup ke
Melvin menunggu di depan ruang operasi dengan perasaan yang sangat cemas. Kandungan Rihana sangat baik saat pemeriksaan sebelumnya, hingga membuat Melvin tidak menyangka jika akan ada masalah seperti sekarang. “Dia pasti baik-baik saja. Mungkin Rihana hanya kelelahan sehingga bayinya sungsang dan ada pendarahan,” kata Mario mencoba menenangkan Melvin. Melvin mengusap kasar wajah. Apa pun alasannya, dia tetap saja mencemaskan kondisi Rihana, terlebih sebelumnya Rihana selalu berkata jika perasaannya sangat damai. “Berdoa agar semua berjalan lancar,” ucap Mario kemudian. Mario masih di sana menemani Melvin. Simbok juga masih di sana untuk berjaga-jaga siapa tahu Melvin membutuhkan bantuannya. Setelah menunggu lama, akhirnya seorang perawat keluar dari ruang operasi. Melvin langsung berdiri dan mendekat bersama Mario juga simbok. “Bagaimana operasinya, Sus?” tanya Melvin dengan ekspresi wajah panik. “Operasinya berjalan lancar. Ibu dan bayinya selamat. Mereka akan dipindah ke ruang
“Tolong bawa masuk dan taruh di sini.”Rihana mengintruksi kurir yang mengantar foto keluarga dari studio. Setelah satu minggu menunggu, akhirnya foto mereka datang. Ada beberapa yang dipasang di bingkai, tapi ada pula yang dibuat album.Setelah memastikan jumlah bingakai foto yang dipesan sesuai, Rihana berterima kasih ke kurir. Dia meminta orang di rumah untuk membantu mamasang bingkai foto di kamarnya, anak-anak, juga di ruang keluarga.“Yang tiga itu nanti di kamar anak-anak,” perintah Rihana untuk memasang foto Bas, Nana, dan Nanda di kamar ketiganya.Rihana terlihat senang karena bisa memandang foto keluarga terpasang di dinding rumah.“Apa sudah pas, Nyonya? Ada yang mau disesuaikan?” tanya tukang kebun yang membantu memasang foto di ruang keluarga.“Sudah, itu sangat bagus.” Rihana tersenyum lebar, menatap bingkai foto itu. Ditatapnya foto dirinya, Melvin, Bastian, Nana, dan Nanda. Senyum mereka menunjukkan kebahagiaan.Rihana pergi ke kamar anak-anak, memastikan foto anak-ana
Weekend itu, Rihana sudah sibuk di dapur mengemas makanan yang akan mereka bawa. Simbok meminta agar dia dan pembantu lain yang menyiapkan.“Nyonya kalau capek berdiri, duduk saja,” kata simbok.“Ga papa, aku mau mastiin makanan kesukaan anak-anak tidak ada yang lupa dibawa. Simbok siap-siap sana, kita berangkat bersama,” balas Rihana.Rihana berinisiatif mengajak semua pekerja ikut, termasuk satpam dan juga pembantu. Mereka tidak pernah diajak liburan, meski dekat tapi setidaknya mereka merasakan libur kerja.“Mama, Nana boleh bawa topi ini?” tanya Nana memperlihatkan topi bulat besar, dengan pita yang melingkar di bagian atasnya.“Boleh, bawa saja,” jawab Rihana.Nana terlihat senang, dia kembali berlari untuk bersiap-siap karena akan pergi piknik.Semua orang sudah siap. Mobil yang akan membawa mereka juga siap. Makanan dan minuman untuk disantap saat piknik pun sudah masuk mobil.Setelah memastikan semua orang berkumpul dan masuk mobil, mereka pun pergi berlibur bersama.“Aku piki
“Kita mau ke mana?” tanya Nana.Rihana duduk di belakang Nana, meminta gadis kecil itu berdiri, sedangkan dia sibuk menyisir rambut panjang Nana karena akan diikat.“Kita akan pergi foto bersama. Mama, papa, kamu, Bas, dan Nanda,” jawab Rihana sambil tersenyum.“Benarkah?” Nana terlihat sangat senang. “Kita akan punya foto keluarga?” tanya Nana kemudian.“Tentu saja, Nana dan Nanda adalah keluarga, jadi harus ada foto keluarga,” jawab Rihana ikut bersemangat karena Nana.Nana terlihat sangat bahagia. Dia memakai gaun berwarna merah muda dengan renda di tepian rok. Kini Rihana sedang mengikat rambut Nana, lantas memakaikan pita berwarna merah muda yang sedikit terang dari warna gaun gadis kecil itu.“Sudah selesai, coba hadap sini. Mama mau lihat secantik apa Nana.” Rihana meminta Nana berputar menghadap ke arahnya.Nana berputar, kemudian tersenyum manis ke Rihana.Rihana menatap Nana, gadis kecil cantik itu benar-benar sudah masuk ke dalam hatinya.“Nana sudah sangat cantik,” kata Ri
“Aku memiliki beberapa daftar keinginan.”Melvin menoleh Rihana, melihat sang istri yang duduk sambil mengulas senyum.“Daftar apa saja?” tanya Melvin penasaran.“Ada beberapa. Di antaranya, piknik keluarga dan foto bersama. Bagaimana menurutmu?” tanya Rihana sambil menatap Melvin.“Jika kamu ingin seperti itu, mari kita lakukan,” jawab Melvin.“Setelah Monika menikah, bagaimana?” tanya Rihana lagi.“Baiklah, nanti aku siapkan segala hal yang kamu inginkan.”“Aku ingin foto keluarga dua kali. Satu saat bayi kita dikandungan lalu kedua setelah bayi kita lahir,” ucap Rihana sambil mengusap perutnya.Melvin ikut mengusap perut Rihana, bahkan ikut membungkuk lantas mencium perut istrinya itu.“Setuju, aku akan menyiapkan studio agar kita bisa foto keluarga bersama,” ucap Melvin mengiakan apa pun permintaan Rihana.Setelah masalah Mark dan Cantika selesai, Rihana terlihat bernapas lega karena bisa melihat orang-orang baik yang menolongnya, kini bisa hidup senang dan bahagia.Asri diajak Ga
Setelah 3 hari menunggu, akhirnya hasil tes lab DNA keluar. Gabriella memang meminta agar hasil tes bisa dipercepat karena mereka mencoba meminimkan hal-hal yang mungkin akan terjadi.Hari itu di rumah sakit. Mark, Cantika, dan keluarga termasuk Rihana juga Melvin, ada di sana untuk mendengar hasil tes DNA. Margaretha duduk tenang di sana, seolah begitu yakin jika dia akan menang dari Cantika untuk mendapatkan Mark.Hingga perawat meminta agar Mark dan Margaretha masuk untuk mendengar dokter membacakan hasil lab, tentu saja semua orang yang masuk, bukan hanya dua orang itu saja.Margaretha masuk terlebih dahulu, memandang dokter yang sudah menunggu, lantas dia duduk di kursi yang terdapat di depan meja dokter.Mark masuk bersama Cantika dan yang lain. Dia pun duduk di samping Margaretha, siap mendengarkan hasil lab karena sangat yakin jika bukan dia ayah dari bayi itu.“Bisa saya bacakan sekarang?” tanya dokter itu.Semua orang mengangguk setuju. Dokter itu membuka amplop yang tertutu
“Tika!” Asri mencari keberadaan Cantika. Pagi itu Asri mendatangi kamar Cantika, tapi tidak mendapati putrinya di kamar.“Tika!” Asri keluar dari kamar, mencari keberadaan Cantika di tempat lain tapi tidak melihat putrinya.Rihana baru saja menuruni anak tangga, hingga melihat Asri yang terlihat cemas.“Ada apa, Bi?” tanya Rihana sambil melangkah menuruni anak tangga untuk menghampiri Asri.Asri menatap Rihana dengan wajah panik dan langsung mendekat.“Ri, Tika ga di kamar. Di mana dia? Bagaimana kalau dia pergi dari rumah dan melakukan hal-hal yang tidak terduga karena stres?” Asri bicara dengan ekspresi wajah panik.Rihana terkejut mendengar ucapan Asri, hingga dia ingin mencoba menenangkan, tapi terhenti saat mendengar suara Cantika.“Ada apa, Bu?” tanya Cantika menatap Asri yang cemas.Cantika pulang tepat waktu, atau Asri akan pergi ke kantor polisi karena mengira Cantika hilang. Dia bangun terlambat karena kelelahan akibat pergulatan dengan Mark, saat dibangunkan Mark pun susah,
Cantika dan Mark saling tatap, keduanya masih bergeming di tempatnya masing-masing. Di saat Mark berharap bisa memiliki gadis itu sepenuhnya, Cantika sedang menyiapkan diri untuk memberikan dirinya ke pria yang sudah sah menjadi suaminya.“Aku tidak memaksamu, hanya saja apa tidak bisa untuk tak menjaga jarak. Aku hanya ingin--” Belum juga Mark melanjutkan ucapannya, Mark dibuat terkejut saat Cantika berjalan cepat ke arahnya.Cantika berjalan cepat ke Mark, lantas merangkup kedua pipi Mark, kemudian menautkan bibir mereka. Mark sangat terkejut dengan tindakan Cantika, tapi tentu saja dia senang karena Cantika berinisiatif untuk memulai.Mereka saling melumat, hingga Mark mengangkat tubuh Cantika dalam gendongan ala koala, membawa ke ranjang dan duduk dengan posisi memangku, bibir mereka masih saling bertautan dan melumat bergantian.Mark mulai terpancing gairah, tapi kali ini dia tidak akan menahannya karena Cantika sudah sah menjadi miliknya secara agama dan hukum.Jari Mark mulai m
Cantika keluar dari kamar setelah mendapat panggilan. Hingga melihat mobil berhenti di depan gerbang rumah Melvin. Dia pun berlari ke arah gerbang, saat pintu mobil itu terbuka dan seseorang keluar dari sana.Security di sana bingung melihat Cantika keluar dari rumah di malam hari.“Mbak, mau ke mana?” tanya security.“Bukain, Pak.” Cantika meminat security membuka gerbang.Security pun menuruti permintaan Cantika, membuka gerbang kecil agar Cantika bisa lewat.Ternyata Mark menghubungi dan berkata ada di depan gerbang. Pria itu tidak bisa menahan rindu meski hanya beberapa hari, apalagi mereka berpisah setelah menikah, dikarenakan tuduhan yang dilayangkan Margaretha, sampai membuat Asri melarang Mark bersama Cantika, sampai hasil DNA keluar. Asri hanya tidak mau anaknya jadi janda setelah menikah beberapa hari, belum lagi jadi janda setelah dibobol, tentu saja Asri tidak akan rela.“Mark!” Cantika berlari dan langsung melompat ke pelukan Mark.Tentu saja Mark terkejut dan menangkap C