Mark merogoh belakang punggung di balik jas untuk mengambil senjatanya. Meski tidak tahu apakah peluru di dalamnya akan cukup untuk dilesatkan ke beberapa pria di luar sana, tapi setidaknya dia harus memberikan perlawanan untuk melindungi Rihana juga yang lain.Cantika menoleh ke Mark, melihat pria itu begitu serius dan kini sedang merogoh sesuatu dari balik jas.“Berhenti bergerak, atau dia kubunu!” ancam pria yang ternyata sudah menodongkan senjata tajam ke Rihana.Cantika terkejut melihat Rihana ditodong senjata api, sedangkan Mark tidak bisa berbuat apa-apa jika sudah begini. Dia pun akhirnya urung mengambil senjatanya demi melindungi Rihana.Para pria itu membuka paksa pintu mobil, lantas meminta Mark, Cantika, juga Rihana dan Bastian turun.Rihana menggendong Bastian yang ketakutan. Salah satu pria mendorong tubuh Rihana dari belakang, hingga Rihana jatuh dan berlutut di aspal.“Brengsek! Apa kalian tidak bisa bersika
‘Wajah yang selalu kurindukan, tampak hadir di detik akhir mata ini terbuka. Lambat laun, samar-samar kudengar suaranya, tapi sayang mataku begitu sayu hingga saat tangan itu menyentuhku, mataku tertutup rapat. Apa aku hanya bermimpi? Apa ini semua tidak nyata? Rasa sakit ini begitu nyata, hanya saja dia yang kuanggap ada, ternyata hanya sebuah bayangan saja. Tidak, aku mendengar suaranya. Apa dia di sini? Ataukah ini hanya sekadar imajinasi, atas rindu yang sudah menggunung di hati?’ “Apa kondisinya benar-benar baik? Tidak ada masalah? Tidak ada komplikasi atau semacamnya?” Lagi, dalam ketidaksadarannya, Rihana mendengar suara orang yang sangat ingin dilihatnya. Dia yakin itu hanyalah imajinasinya, telinga tidak bisa mendengar dengan baik karena dalam hati dan pikirannya sudah dipenuhi rindu akan suara dan sosok pria yang sudah mengisi hatinya. “Kami sudah memastikan semuanya. Tidak ada yang fatal dan kondisinya pun stabil. Kemungkinan beberapa jam pasien sudah sadar.” Dalam ketid
Beberapa jam sebelumnya.Melvin baru saja turun dari pesawat. Dia kembali dan belum sempat menghubungi Rihana saat akan pulang. Dia pun berjalan menuju mobil yang sudah menunggunya di depan bandara. Jhony sudah menjemput karena dihubungi oleh orang kepercayaan Melvin di Amerika.“Tuan.” Jhony membuka pintu dan mempersilakan Melvin masuk.Melvin sendiri pulang tanpa membawa tas atau yang lainnya, hanya surat-surat penting dan ponsel yang belum dinyalakan karena tidak sempat.“Apa Rihana dan Bas di rumah?” tanya Melvin saat sudah masuk dan duduk dengan nyaman di belakang.Jhony baru saja memasang seat belt, lantas menjawab, “Nyonya dan Tuan kecil pergi bersama Mark, Tuan.”Melvin mengangguk dan meminta Jhony segera menjalankan mobil. Mereka pun kini dalam perjalanan pulang, tidak dipungkiri jika Melvin sangat tidak sabar melihat Rihana dan Bastian lagi, serta tidak sabar ingin menjelaskan ke Rihana alasan dia tidak bisa dihubungi.Namun, saat sedang dalam perjalanan, alarm yang terpasan
“Mama mau minum? Mau makan? Mau dipijit?”Rihana tertawa kecil mendengar rentetan pertanyaan dari Bastian. Mendapatkan perhatian kecil dari malaikat kecilnya adalah suatu kebahagiaan yang tidak terkira.Melvin menggelengkan kepala karena Bastian begitu menggemaskan, hingga dia mengusap pucuk kepala Bastian sedikit kasar.“Bas belum makan sejak datang di rumah sakit, apa kamu tidak mau mengajaknya makan?” tanya Melvin ke Rihana. Dia memberi kode ke Rihana agar peka kalau Bastian pasti lapar.Rihana sendiri baru sadar dan masih belum bisa duduk, hanya saja ranjang bagian atas sedikit dinaikkan, sehingga Rihana terlihat seperti setengah duduk.Rihana terkejut mendengar ucapan Melvin, hingga menatap Bastian yang terlihat memainkan ujung selimut Rihana. Ternyata Bastian cerewet menawari Rihana makan dan minum karena dia pun merasa lapar dan haus.“Apa Bas lapar?” tanya Rihana sambil menatap Bastian yang menunduk.Bastian masih memainkan ujung selimut milik Rihana, lantas mengangguk-angguk
Salsa terlihat cemas, apalagi saat orang-orang yang dibayarnya belum juga memberi kabar. Ini sudah hampir tengah malam, Salsa tidak bisa tidur karena memikirkan tentang rencana untuk membalas Rihana dan menunggu kabar dari orang bayarannya.“Apa mereka sudah melakukannya? Atau mereka menipuku?”Salsa benar-benar tidak bisa tenang sampai mengetahui Rihana celaka atau lebih buruk lagi. Dia dendam karena pernah melihat Mark dan Rihana bersama, belum lagi keduanya terlihat begitu dekat, sehingga Salsa menganggap jika mereka menjalin hubungan, bahkan berpikir jika Mark dan Rihana bersekongkol menjebaknya.“Bagaimana ini? Apa jangan-jangan mereka ketahuan?” Salsa terlihat berpikir dengan keras.Dia mendadak cemas, apalagi nomor orang yang dibayarnya sudah tidak aktif. Salsa pun akhirnya berpikir untuk kabur, setidaknya mencari tempat yang aman dulu karena takut jika sampai rencananya gagal dan dia malah dilaporkan ke polisi.Salsa pun mengemas barang yang perlu dibawanya, hingga dia mendeng
“Maaf, Anda siapa?” Seorang perawat langsung melontarkan pertanyaan ketika melihat Melvin datang ke kamar mayat di rumah sakit berbeda dengan Rihana.Melvin melepas kacamata hitam yang menutup dua bola mata hitamnya. Lantas menatap perawat yang berjaga di depan kamar mayat. Dia langsung datang ke rumah sakit itu untuk mengecek informasi tentang Salsa yang diberikan oleh anak buahnya, untuk memastikan apakah informasi itu benar.“Saya suami teman korban. Saya ke sini untuk memastikan, karena istri saya sendiri masih dirawat di rumah sakit,” ucap Melvin meyakinkan.Perawat itu melihat identitas Melvin, lantas mengizinkan Melvin masuk. Dia diantar ke salah satu ranjang, di mana ada tubuh yang ditutup dengan kain putih. Perawat yang mengantar pun membuka sedikit kain putih di bagian wajah dan memperlihatkan kondisi mayat itu.Melvin menatap dengan ekspresi wajah datar. Tidak ada rasa jijik, ngeri, atau kasihan. Dia di sana hanya untuk memastikan Salsa benar-benar sudah mati, agar tidak la
Meghan menatap layar televisi yang sedang menyiarkan acara berita tentang kecelakaan yang menimpa Salsa. Dia duduk dengan tenang dan tanpa rasa takut sama sekali.“Bukankah bagus jika dia mati,” gumam Meghan.Ya, jika Salsa mati, maka wanita itu tidak akan membeberkan apa saja yang diterimanya dan didengarnya setelah dibantu keluar dari penjara. Meghan pun mendapat kabar dari orang kepercayaannya yang sudah pindah dua hari lalu dan kini memang sengaja memutus komunikasi agar apa yang mereka lakukan tidak ketahuan, Tatapan Meghan masih terus tertuju ke layar televisi, tangan memegang cangkir berisi teh dan dia menyesap perlahan.Monika baru saja pulang dan mendapati sang mama yang duduk sambil menyaksikan siaran televisi. Dia pun mendekat dan melihat sekilas televisi baru selesai menyiarkan berita tentang kecelakaan yang dialami Salsa.“Bukankah yang kecelakaan itu Salsa,” ucap Monika sambil duduk di sebelah sang mama.Meghan menoleh, hingga menatap Monika yang baru saja duduk. Dia ter
Rihana diperbolehkan pulang setelah seminggu dirawat di rumah sakit. Kini dia sudah sampai rumah bersama Melvin dan Bastian, sedangkan Cantika sudah tidak terlihat beberapa hari ini.“Bi, Cantika mana?” tanya Rihana saat pembantu rumah menyambut kedatangannya.Rihana tidak melihat Cantika beberapa hari ini, meski beberapa hari sebelumnya Cantika masih berkunjung, tapi tidak mau menemui Mark. Rihana masih bertanya-tanya apa yang terjadi di antara keduanya, karena baik Mark maupun Cantika tidak cerita, malah memberikan keluhan yang semakin membuat penasaran.“Lho, bukannya Mbak Cantika pulang sejak dua hari lalu?” Pembantu malah bingung karena Rihana menanyakan keberadaan Cantika. Dia sampai menatap Melvin dan Rihana bergantian.“Lho?” Rihana terkejut karena tidak tahu. Cantika tidak berkata apa-apa, saat pamit berkata ingin pulang pun, Rihana pikir jika pulang ke rumah itu.“Mbak Cantika ga pamit ke Nyonya?” tanya Pembantu saat melihat keterkejutan Rihana.Rihana pun menggelengkan kepa
Melvin menunggu di depan ruang operasi dengan perasaan yang sangat cemas. Kandungan Rihana sangat baik saat pemeriksaan sebelumnya, hingga membuat Melvin tidak menyangka jika akan ada masalah seperti sekarang. “Dia pasti baik-baik saja. Mungkin Rihana hanya kelelahan sehingga bayinya sungsang dan ada pendarahan,” kata Mario mencoba menenangkan Melvin. Melvin mengusap kasar wajah. Apa pun alasannya, dia tetap saja mencemaskan kondisi Rihana, terlebih sebelumnya Rihana selalu berkata jika perasaannya sangat damai. “Berdoa agar semua berjalan lancar,” ucap Mario kemudian. Mario masih di sana menemani Melvin. Simbok juga masih di sana untuk berjaga-jaga siapa tahu Melvin membutuhkan bantuannya. Setelah menunggu lama, akhirnya seorang perawat keluar dari ruang operasi. Melvin langsung berdiri dan mendekat bersama Mario juga simbok. “Bagaimana operasinya, Sus?” tanya Melvin dengan ekspresi wajah panik. “Operasinya berjalan lancar. Ibu dan bayinya selamat. Mereka akan dipindah ke ruang
“Tolong bawa masuk dan taruh di sini.”Rihana mengintruksi kurir yang mengantar foto keluarga dari studio. Setelah satu minggu menunggu, akhirnya foto mereka datang. Ada beberapa yang dipasang di bingkai, tapi ada pula yang dibuat album.Setelah memastikan jumlah bingakai foto yang dipesan sesuai, Rihana berterima kasih ke kurir. Dia meminta orang di rumah untuk membantu mamasang bingkai foto di kamarnya, anak-anak, juga di ruang keluarga.“Yang tiga itu nanti di kamar anak-anak,” perintah Rihana untuk memasang foto Bas, Nana, dan Nanda di kamar ketiganya.Rihana terlihat senang karena bisa memandang foto keluarga terpasang di dinding rumah.“Apa sudah pas, Nyonya? Ada yang mau disesuaikan?” tanya tukang kebun yang membantu memasang foto di ruang keluarga.“Sudah, itu sangat bagus.” Rihana tersenyum lebar, menatap bingkai foto itu. Ditatapnya foto dirinya, Melvin, Bastian, Nana, dan Nanda. Senyum mereka menunjukkan kebahagiaan.Rihana pergi ke kamar anak-anak, memastikan foto anak-ana
Weekend itu, Rihana sudah sibuk di dapur mengemas makanan yang akan mereka bawa. Simbok meminta agar dia dan pembantu lain yang menyiapkan.“Nyonya kalau capek berdiri, duduk saja,” kata simbok.“Ga papa, aku mau mastiin makanan kesukaan anak-anak tidak ada yang lupa dibawa. Simbok siap-siap sana, kita berangkat bersama,” balas Rihana.Rihana berinisiatif mengajak semua pekerja ikut, termasuk satpam dan juga pembantu. Mereka tidak pernah diajak liburan, meski dekat tapi setidaknya mereka merasakan libur kerja.“Mama, Nana boleh bawa topi ini?” tanya Nana memperlihatkan topi bulat besar, dengan pita yang melingkar di bagian atasnya.“Boleh, bawa saja,” jawab Rihana.Nana terlihat senang, dia kembali berlari untuk bersiap-siap karena akan pergi piknik.Semua orang sudah siap. Mobil yang akan membawa mereka juga siap. Makanan dan minuman untuk disantap saat piknik pun sudah masuk mobil.Setelah memastikan semua orang berkumpul dan masuk mobil, mereka pun pergi berlibur bersama.“Aku piki
“Kita mau ke mana?” tanya Nana.Rihana duduk di belakang Nana, meminta gadis kecil itu berdiri, sedangkan dia sibuk menyisir rambut panjang Nana karena akan diikat.“Kita akan pergi foto bersama. Mama, papa, kamu, Bas, dan Nanda,” jawab Rihana sambil tersenyum.“Benarkah?” Nana terlihat sangat senang. “Kita akan punya foto keluarga?” tanya Nana kemudian.“Tentu saja, Nana dan Nanda adalah keluarga, jadi harus ada foto keluarga,” jawab Rihana ikut bersemangat karena Nana.Nana terlihat sangat bahagia. Dia memakai gaun berwarna merah muda dengan renda di tepian rok. Kini Rihana sedang mengikat rambut Nana, lantas memakaikan pita berwarna merah muda yang sedikit terang dari warna gaun gadis kecil itu.“Sudah selesai, coba hadap sini. Mama mau lihat secantik apa Nana.” Rihana meminta Nana berputar menghadap ke arahnya.Nana berputar, kemudian tersenyum manis ke Rihana.Rihana menatap Nana, gadis kecil cantik itu benar-benar sudah masuk ke dalam hatinya.“Nana sudah sangat cantik,” kata Ri
“Aku memiliki beberapa daftar keinginan.”Melvin menoleh Rihana, melihat sang istri yang duduk sambil mengulas senyum.“Daftar apa saja?” tanya Melvin penasaran.“Ada beberapa. Di antaranya, piknik keluarga dan foto bersama. Bagaimana menurutmu?” tanya Rihana sambil menatap Melvin.“Jika kamu ingin seperti itu, mari kita lakukan,” jawab Melvin.“Setelah Monika menikah, bagaimana?” tanya Rihana lagi.“Baiklah, nanti aku siapkan segala hal yang kamu inginkan.”“Aku ingin foto keluarga dua kali. Satu saat bayi kita dikandungan lalu kedua setelah bayi kita lahir,” ucap Rihana sambil mengusap perutnya.Melvin ikut mengusap perut Rihana, bahkan ikut membungkuk lantas mencium perut istrinya itu.“Setuju, aku akan menyiapkan studio agar kita bisa foto keluarga bersama,” ucap Melvin mengiakan apa pun permintaan Rihana.Setelah masalah Mark dan Cantika selesai, Rihana terlihat bernapas lega karena bisa melihat orang-orang baik yang menolongnya, kini bisa hidup senang dan bahagia.Asri diajak Ga
Setelah 3 hari menunggu, akhirnya hasil tes lab DNA keluar. Gabriella memang meminta agar hasil tes bisa dipercepat karena mereka mencoba meminimkan hal-hal yang mungkin akan terjadi.Hari itu di rumah sakit. Mark, Cantika, dan keluarga termasuk Rihana juga Melvin, ada di sana untuk mendengar hasil tes DNA. Margaretha duduk tenang di sana, seolah begitu yakin jika dia akan menang dari Cantika untuk mendapatkan Mark.Hingga perawat meminta agar Mark dan Margaretha masuk untuk mendengar dokter membacakan hasil lab, tentu saja semua orang yang masuk, bukan hanya dua orang itu saja.Margaretha masuk terlebih dahulu, memandang dokter yang sudah menunggu, lantas dia duduk di kursi yang terdapat di depan meja dokter.Mark masuk bersama Cantika dan yang lain. Dia pun duduk di samping Margaretha, siap mendengarkan hasil lab karena sangat yakin jika bukan dia ayah dari bayi itu.“Bisa saya bacakan sekarang?” tanya dokter itu.Semua orang mengangguk setuju. Dokter itu membuka amplop yang tertutu
“Tika!” Asri mencari keberadaan Cantika. Pagi itu Asri mendatangi kamar Cantika, tapi tidak mendapati putrinya di kamar.“Tika!” Asri keluar dari kamar, mencari keberadaan Cantika di tempat lain tapi tidak melihat putrinya.Rihana baru saja menuruni anak tangga, hingga melihat Asri yang terlihat cemas.“Ada apa, Bi?” tanya Rihana sambil melangkah menuruni anak tangga untuk menghampiri Asri.Asri menatap Rihana dengan wajah panik dan langsung mendekat.“Ri, Tika ga di kamar. Di mana dia? Bagaimana kalau dia pergi dari rumah dan melakukan hal-hal yang tidak terduga karena stres?” Asri bicara dengan ekspresi wajah panik.Rihana terkejut mendengar ucapan Asri, hingga dia ingin mencoba menenangkan, tapi terhenti saat mendengar suara Cantika.“Ada apa, Bu?” tanya Cantika menatap Asri yang cemas.Cantika pulang tepat waktu, atau Asri akan pergi ke kantor polisi karena mengira Cantika hilang. Dia bangun terlambat karena kelelahan akibat pergulatan dengan Mark, saat dibangunkan Mark pun susah,
Cantika dan Mark saling tatap, keduanya masih bergeming di tempatnya masing-masing. Di saat Mark berharap bisa memiliki gadis itu sepenuhnya, Cantika sedang menyiapkan diri untuk memberikan dirinya ke pria yang sudah sah menjadi suaminya.“Aku tidak memaksamu, hanya saja apa tidak bisa untuk tak menjaga jarak. Aku hanya ingin--” Belum juga Mark melanjutkan ucapannya, Mark dibuat terkejut saat Cantika berjalan cepat ke arahnya.Cantika berjalan cepat ke Mark, lantas merangkup kedua pipi Mark, kemudian menautkan bibir mereka. Mark sangat terkejut dengan tindakan Cantika, tapi tentu saja dia senang karena Cantika berinisiatif untuk memulai.Mereka saling melumat, hingga Mark mengangkat tubuh Cantika dalam gendongan ala koala, membawa ke ranjang dan duduk dengan posisi memangku, bibir mereka masih saling bertautan dan melumat bergantian.Mark mulai terpancing gairah, tapi kali ini dia tidak akan menahannya karena Cantika sudah sah menjadi miliknya secara agama dan hukum.Jari Mark mulai m
Cantika keluar dari kamar setelah mendapat panggilan. Hingga melihat mobil berhenti di depan gerbang rumah Melvin. Dia pun berlari ke arah gerbang, saat pintu mobil itu terbuka dan seseorang keluar dari sana.Security di sana bingung melihat Cantika keluar dari rumah di malam hari.“Mbak, mau ke mana?” tanya security.“Bukain, Pak.” Cantika meminat security membuka gerbang.Security pun menuruti permintaan Cantika, membuka gerbang kecil agar Cantika bisa lewat.Ternyata Mark menghubungi dan berkata ada di depan gerbang. Pria itu tidak bisa menahan rindu meski hanya beberapa hari, apalagi mereka berpisah setelah menikah, dikarenakan tuduhan yang dilayangkan Margaretha, sampai membuat Asri melarang Mark bersama Cantika, sampai hasil DNA keluar. Asri hanya tidak mau anaknya jadi janda setelah menikah beberapa hari, belum lagi jadi janda setelah dibobol, tentu saja Asri tidak akan rela.“Mark!” Cantika berlari dan langsung melompat ke pelukan Mark.Tentu saja Mark terkejut dan menangkap C