Atas bujukan Rihana, akhirnya Sukma mau pergi ke dokter dan semua biaya yang menanggung Melvin. Bastian dan Nana ditinggal di rumah bersama Simbok, sedangkan Melvin dan Rihana mengantar Sukma periksa.“Kita harus melakukan tes laboratorium dulu untuk cek dahak, untuk indikasi sekarang, pasien mengidap TBC, tapi tentunya ini hanya perkiraan saja,” ujar dokter menjelaskan.Rihana dan yang lain terkejut, hingga menoleh ke Sukma.Sukma sendiri diam menunduk dan berpikir, batuk yang dialaminya memang sudah berlangsung berbulan-bulan, dia tidak pernah memeriksakan ke rumah sakit dan hanya minum obat dari warung jika ada uang.“Lakukan saja, Dok. Yang terpenting Bu Sukma sehat,” kata Rihana.Dokter mengangguk dan memberikan resep obat untuk ditebus terlebih dahulu, lantas meminta Sukma untuk memberikan sampel dahak sesuai dengan instruksi.“Maaf, aku malah merepotkan kalian,” ucap Sukma saat mereka di bagian farmasi untuk mengambil obat.“Jangan merasa merepotkan, kami hanya kebetulan tahu d
“Mama, apa boleh Nana ikut kita?” tanya Bastian. Eihana, Melvin, dan Bastian kembali ke hotel setelah membawa Sukma berobat, kemudian mengantar dan memberikan kebutuhan Sukma juga anak-anak. Rihana terkejut mendengar pertanyaan Bastian. Dia pun mengusap lembut rambut Bastian. Putranya itu berbaring di ranjang bersama Rihana. “Kalau Nana ikut kita, nanti kasihan mamanya. Kayak Bas, emang Bas mau dipisah dari mama atau papa?” Rihana memberi perumpamaan, agar Bastian bisa membandingkan. Bastian terlihat berpikir, lantas menjawab sambil memainkan kancing piyama sang mama. “Iya, Bas juga ga mau pisah. Tapi Nana kasihan, Ma. Nana dulu rambutnya hitam, kulitnya putih, terus gemuk, kenapa sekarang kurus, bahkan rambutnya merah,” ujar Bastian menjelaskan perbedaan Nana dulu dan sekarang, yang membuat Bastian tidak tega. Rihana memeluk Bastian, mendekapnya erat sambil sesekali mencium rambut putranya itu. “Mama tahu, tapi kita juga ga bisa membantu banyak hal selain memberikan apa yang Na
“Bu Sukma di sini hanya pendatang, bahkan rumah yang ditempati ini juga sewa. Setelah Bu Sukma meninggal, mungkin anak-anaknya akan kami bawa ke panti asuhan,” ucap perangkat desa yang menemui Melvin dan Rihana.Melvin dan Rihana tentunya terkejut mendengar hal itu, hingga tanpa persetujuan suaminya, dia membuat keputusan spontan.“Mereka akan ikut kami. Meski kami bukan saudaranya, tapi kami mengenal Bu Sukma dan anak-anaknya juga dekat dengan kami, jadi kami yang akan merawat mereka,” ucap Rihana. Dia lantas menoleh Melvin, seolah meminta persetujuan suaminya.Melvin tentunya tidak akan bisa mencegah keinginan Rihana, hingga akhirnya dia pun menyetujui keputusan sang istri.“Mereka masih terlalu kecil, meski panti tempat yang layak, tapi kami pun tidak bisa membiarkan mereka di sana. Kami mampu secara finansial, jadi kami harap warga sini mengizinkan kami membawa Nanda dan Nana,” ujar Melvin.Meski warga di sana tidak memiliki hubungan dengan keluarga Nana, tapi Nana bersama kakak d
“Mau ke mana, hm?” Melvin menahan tangan Rihana yang ingin pergi.Mereka sudah sampai di rumah saat sore hari, Nanda dan Nana juga sudah mendapat kamar mereka, karena Melvin sudah meminta pembantu untuk menyiapkan kamar jauh sebelum mereka pulang.“Aku mau lihat anak-anak dulu, takutnya Nana dan Nanda belum terbiasa dengan tempat barunya,” ucap Rihana yang mencemaskan kedua bocah itu.Bukannya melepas tangan sang istri, Melvin malah menarik hingga Rihana terduduk di kasur, lantas dia memeluk posesif seolah tidak mau ditinggalkan.“Aku merasa dianak-tirikan sekarang,” ucap Melvin dengan nada candaan.Rihana mengerutkan alis, kemudian tersenyum lucu karena Melvin seperti anak kecil yang sedang cemburu.“Bukan gitu, aku takutnya Nana belum terbiasa saja. Jadi hanya cek doang,” balas Rihana.“Dia pasti akan terbiasa sendirinya. Aku masih kangen, kita liburan tapi banyak kendala dan tidak mendapatkan waktu berdua yang banyak,” keluh Melvin.Rihana tertawa mendengar keluhan suaminya. Dia me
“Mama sama Papa kok bobok di sini?”Bastian bangun pagi dan ingin membangunkan Nana, tapi malah melihat kedua orangtuanya tidur di sana.Rihana bangun dan mengerjapkan kelopak mata saat mendengar suara Bastian, hingga melihat Bastian yang berdiri di depan ranjang, menatap ke arah Mereka.“Bas sudah bangun? Mama ketiduran di sini,” kata Rihana menjelaskan dengan suara berat karena baru saja bangun tidur. Dia bahkan menguap dan berusaha mengumpulkan sisa kesadarannya.“Mama ketiduran? Terus Papa juga ketiduran?” tanya Bastian menyelidik.Rihana terkejut mendengar Bastian menyebut sang papa, hingga menoleh dan melihat Melvin yang tidur di samping Nana.“Mama ga tahu, kenapa papa tidur di sini,” jawab Rihana yang terkejut.Rihana membangunkan Melvin, bingung kenapa suaminya juga ada di sana.Melvin terkejut karena lengannya ditepuk Rihana, masih setengah sadar mengangkat kepala dan melihat sang istri menatap dirinya.“Ada apa?” tanya Melvin sambil memijit pangkal hidung agar dia bisa mem
Rihana berada di kamar saat siang hari bersama Melvin. Pria itu berbaring menggunakan paha Rihana sebagai bantal.“Tidak menyangka kakakmu akan menikah dengan Mario,” kata Melvin berbaring sambil menatap langit-langit kamar.“Hm … aku juga tidak menyangka. Setelah dia gagal menikah karena mengetahui pria brengsek itu selingkuh, kupikir Monika akan menenangkan diri sejenak agar tidak salah pilih calon suami lagi, tapi siapa sangka jika Monika malah langsung mendapat Mario. Tidak buruk juga,” balas Rihana.“Hm … bawahanku pasti kualitasnya bagus dan baik dilihat dari segi mana pun,” ujar Melvin membanggakan diri.“Kualitas itu dari diri sendiri, bukan karena dari orang lain. Kamu kepedean,” sangkal Rihana tidak terima Melvin ambil andil dalam kualitas dan kuantitas sosok Mario. Rihana sampai mengacak rambut Melvin karena gemas.“Memang dari diri sendiri, tapi kalau tidak ada yang mendidik dan mengarahkan, memangnya bisa baik? Bagaimana kalau salah jalan dan jadi buruk, hayo!” Melvin pun
Rihana mengajak Cantika bicara di kamar lama Cantika.“Tika, kamu sudah yakin mau menikah dengan Mark?” tanya Rihana sebelum mulai bicara ke hal yang ingin dikatakan.“Ya, kamu ragu aku ga serius?” tanya Cantika setelah menjawab pertanyaan Rihana.Rihana mengulas senyum dan menjelaskan.“Bukan ragu, hanya saja sebelum menikah, kamu harus memiliki satu komitmen, karena pernikahan itu bukan sebuah pekerjaan yang bisa kamu tinggalkan saat tidak cocok,” ujar Rihana menjelaskan perlahan.Cantika diam mendengarkan ucapan Rihana.“Kamu ingin Mark menikahimu, tapi kamu sendiri belum sepenuhnya percaya kepadanya. Jika nantinya kalian sudah menikah, lalu kamu terus menaruh curiga kepadanya, sampai akhirnya memicu pertengkaran. Apa kamu yakin, masih ingin menikah, jika akhirnya nanti terlibat pertengkaran, kemudian bercerai?” tanya Rihana mencoba memastikan keputusan Cantika.Cantika terdiam mendengar semua ucapan Rihana, memang benar jika dia masih belum bisa percaya dan sering menaruh curiga.
Rihana dan Melvin ikut penasaran dengan keputusan yang akan dibuat Cantika. Rihana belum tahu apa keputusan Cantika, karena tadi memang tidak bertanya dan hanya tahu jika sudah membuat keputusan saja.Mark benar-benar panik. Jangan sampai usahanya selama ini tidak membuahkan hasil. Dia rela berubah dan menjadi apa yang Cantika mau, jadi mana mungkin Mark bisa menerima kalau tiba-tiba Cantika meminta hubungan ini berakhir.“Jika kamu berniat mengakhiri hubungan karena masa laluku, kenapa kamu harus memberiku harapan? Lebih baik, sejak awal kamu tolak perasaanku,” ungkap Mark yang kecewa jika memang Cantika ingin meminta putus.Rihana dan Melvin terkejut mendengar ucapan Mark, tapi tentunya mereka pun tidak ingin terlibat dengan urusan perasaan Mark dan Cantika.Cantika melongo mendengar apa yang diucapkan Mark, hingga gadis itu memukul lengan Mark.“Belum juga selesai bicara, kenapa sudah disela!” amuk Cantika.Mark terkejut sambil mengusap lengannya yang kena pukul, sedangkan Rihana d
Melvin menunggu di depan ruang operasi dengan perasaan yang sangat cemas. Kandungan Rihana sangat baik saat pemeriksaan sebelumnya, hingga membuat Melvin tidak menyangka jika akan ada masalah seperti sekarang. “Dia pasti baik-baik saja. Mungkin Rihana hanya kelelahan sehingga bayinya sungsang dan ada pendarahan,” kata Mario mencoba menenangkan Melvin. Melvin mengusap kasar wajah. Apa pun alasannya, dia tetap saja mencemaskan kondisi Rihana, terlebih sebelumnya Rihana selalu berkata jika perasaannya sangat damai. “Berdoa agar semua berjalan lancar,” ucap Mario kemudian. Mario masih di sana menemani Melvin. Simbok juga masih di sana untuk berjaga-jaga siapa tahu Melvin membutuhkan bantuannya. Setelah menunggu lama, akhirnya seorang perawat keluar dari ruang operasi. Melvin langsung berdiri dan mendekat bersama Mario juga simbok. “Bagaimana operasinya, Sus?” tanya Melvin dengan ekspresi wajah panik. “Operasinya berjalan lancar. Ibu dan bayinya selamat. Mereka akan dipindah ke ruang
“Tolong bawa masuk dan taruh di sini.”Rihana mengintruksi kurir yang mengantar foto keluarga dari studio. Setelah satu minggu menunggu, akhirnya foto mereka datang. Ada beberapa yang dipasang di bingkai, tapi ada pula yang dibuat album.Setelah memastikan jumlah bingakai foto yang dipesan sesuai, Rihana berterima kasih ke kurir. Dia meminta orang di rumah untuk membantu mamasang bingkai foto di kamarnya, anak-anak, juga di ruang keluarga.“Yang tiga itu nanti di kamar anak-anak,” perintah Rihana untuk memasang foto Bas, Nana, dan Nanda di kamar ketiganya.Rihana terlihat senang karena bisa memandang foto keluarga terpasang di dinding rumah.“Apa sudah pas, Nyonya? Ada yang mau disesuaikan?” tanya tukang kebun yang membantu memasang foto di ruang keluarga.“Sudah, itu sangat bagus.” Rihana tersenyum lebar, menatap bingkai foto itu. Ditatapnya foto dirinya, Melvin, Bastian, Nana, dan Nanda. Senyum mereka menunjukkan kebahagiaan.Rihana pergi ke kamar anak-anak, memastikan foto anak-ana
Weekend itu, Rihana sudah sibuk di dapur mengemas makanan yang akan mereka bawa. Simbok meminta agar dia dan pembantu lain yang menyiapkan.“Nyonya kalau capek berdiri, duduk saja,” kata simbok.“Ga papa, aku mau mastiin makanan kesukaan anak-anak tidak ada yang lupa dibawa. Simbok siap-siap sana, kita berangkat bersama,” balas Rihana.Rihana berinisiatif mengajak semua pekerja ikut, termasuk satpam dan juga pembantu. Mereka tidak pernah diajak liburan, meski dekat tapi setidaknya mereka merasakan libur kerja.“Mama, Nana boleh bawa topi ini?” tanya Nana memperlihatkan topi bulat besar, dengan pita yang melingkar di bagian atasnya.“Boleh, bawa saja,” jawab Rihana.Nana terlihat senang, dia kembali berlari untuk bersiap-siap karena akan pergi piknik.Semua orang sudah siap. Mobil yang akan membawa mereka juga siap. Makanan dan minuman untuk disantap saat piknik pun sudah masuk mobil.Setelah memastikan semua orang berkumpul dan masuk mobil, mereka pun pergi berlibur bersama.“Aku piki
“Kita mau ke mana?” tanya Nana.Rihana duduk di belakang Nana, meminta gadis kecil itu berdiri, sedangkan dia sibuk menyisir rambut panjang Nana karena akan diikat.“Kita akan pergi foto bersama. Mama, papa, kamu, Bas, dan Nanda,” jawab Rihana sambil tersenyum.“Benarkah?” Nana terlihat sangat senang. “Kita akan punya foto keluarga?” tanya Nana kemudian.“Tentu saja, Nana dan Nanda adalah keluarga, jadi harus ada foto keluarga,” jawab Rihana ikut bersemangat karena Nana.Nana terlihat sangat bahagia. Dia memakai gaun berwarna merah muda dengan renda di tepian rok. Kini Rihana sedang mengikat rambut Nana, lantas memakaikan pita berwarna merah muda yang sedikit terang dari warna gaun gadis kecil itu.“Sudah selesai, coba hadap sini. Mama mau lihat secantik apa Nana.” Rihana meminta Nana berputar menghadap ke arahnya.Nana berputar, kemudian tersenyum manis ke Rihana.Rihana menatap Nana, gadis kecil cantik itu benar-benar sudah masuk ke dalam hatinya.“Nana sudah sangat cantik,” kata Ri
“Aku memiliki beberapa daftar keinginan.”Melvin menoleh Rihana, melihat sang istri yang duduk sambil mengulas senyum.“Daftar apa saja?” tanya Melvin penasaran.“Ada beberapa. Di antaranya, piknik keluarga dan foto bersama. Bagaimana menurutmu?” tanya Rihana sambil menatap Melvin.“Jika kamu ingin seperti itu, mari kita lakukan,” jawab Melvin.“Setelah Monika menikah, bagaimana?” tanya Rihana lagi.“Baiklah, nanti aku siapkan segala hal yang kamu inginkan.”“Aku ingin foto keluarga dua kali. Satu saat bayi kita dikandungan lalu kedua setelah bayi kita lahir,” ucap Rihana sambil mengusap perutnya.Melvin ikut mengusap perut Rihana, bahkan ikut membungkuk lantas mencium perut istrinya itu.“Setuju, aku akan menyiapkan studio agar kita bisa foto keluarga bersama,” ucap Melvin mengiakan apa pun permintaan Rihana.Setelah masalah Mark dan Cantika selesai, Rihana terlihat bernapas lega karena bisa melihat orang-orang baik yang menolongnya, kini bisa hidup senang dan bahagia.Asri diajak Ga
Setelah 3 hari menunggu, akhirnya hasil tes lab DNA keluar. Gabriella memang meminta agar hasil tes bisa dipercepat karena mereka mencoba meminimkan hal-hal yang mungkin akan terjadi.Hari itu di rumah sakit. Mark, Cantika, dan keluarga termasuk Rihana juga Melvin, ada di sana untuk mendengar hasil tes DNA. Margaretha duduk tenang di sana, seolah begitu yakin jika dia akan menang dari Cantika untuk mendapatkan Mark.Hingga perawat meminta agar Mark dan Margaretha masuk untuk mendengar dokter membacakan hasil lab, tentu saja semua orang yang masuk, bukan hanya dua orang itu saja.Margaretha masuk terlebih dahulu, memandang dokter yang sudah menunggu, lantas dia duduk di kursi yang terdapat di depan meja dokter.Mark masuk bersama Cantika dan yang lain. Dia pun duduk di samping Margaretha, siap mendengarkan hasil lab karena sangat yakin jika bukan dia ayah dari bayi itu.“Bisa saya bacakan sekarang?” tanya dokter itu.Semua orang mengangguk setuju. Dokter itu membuka amplop yang tertutu
“Tika!” Asri mencari keberadaan Cantika. Pagi itu Asri mendatangi kamar Cantika, tapi tidak mendapati putrinya di kamar.“Tika!” Asri keluar dari kamar, mencari keberadaan Cantika di tempat lain tapi tidak melihat putrinya.Rihana baru saja menuruni anak tangga, hingga melihat Asri yang terlihat cemas.“Ada apa, Bi?” tanya Rihana sambil melangkah menuruni anak tangga untuk menghampiri Asri.Asri menatap Rihana dengan wajah panik dan langsung mendekat.“Ri, Tika ga di kamar. Di mana dia? Bagaimana kalau dia pergi dari rumah dan melakukan hal-hal yang tidak terduga karena stres?” Asri bicara dengan ekspresi wajah panik.Rihana terkejut mendengar ucapan Asri, hingga dia ingin mencoba menenangkan, tapi terhenti saat mendengar suara Cantika.“Ada apa, Bu?” tanya Cantika menatap Asri yang cemas.Cantika pulang tepat waktu, atau Asri akan pergi ke kantor polisi karena mengira Cantika hilang. Dia bangun terlambat karena kelelahan akibat pergulatan dengan Mark, saat dibangunkan Mark pun susah,
Cantika dan Mark saling tatap, keduanya masih bergeming di tempatnya masing-masing. Di saat Mark berharap bisa memiliki gadis itu sepenuhnya, Cantika sedang menyiapkan diri untuk memberikan dirinya ke pria yang sudah sah menjadi suaminya.“Aku tidak memaksamu, hanya saja apa tidak bisa untuk tak menjaga jarak. Aku hanya ingin--” Belum juga Mark melanjutkan ucapannya, Mark dibuat terkejut saat Cantika berjalan cepat ke arahnya.Cantika berjalan cepat ke Mark, lantas merangkup kedua pipi Mark, kemudian menautkan bibir mereka. Mark sangat terkejut dengan tindakan Cantika, tapi tentu saja dia senang karena Cantika berinisiatif untuk memulai.Mereka saling melumat, hingga Mark mengangkat tubuh Cantika dalam gendongan ala koala, membawa ke ranjang dan duduk dengan posisi memangku, bibir mereka masih saling bertautan dan melumat bergantian.Mark mulai terpancing gairah, tapi kali ini dia tidak akan menahannya karena Cantika sudah sah menjadi miliknya secara agama dan hukum.Jari Mark mulai m
Cantika keluar dari kamar setelah mendapat panggilan. Hingga melihat mobil berhenti di depan gerbang rumah Melvin. Dia pun berlari ke arah gerbang, saat pintu mobil itu terbuka dan seseorang keluar dari sana.Security di sana bingung melihat Cantika keluar dari rumah di malam hari.“Mbak, mau ke mana?” tanya security.“Bukain, Pak.” Cantika meminat security membuka gerbang.Security pun menuruti permintaan Cantika, membuka gerbang kecil agar Cantika bisa lewat.Ternyata Mark menghubungi dan berkata ada di depan gerbang. Pria itu tidak bisa menahan rindu meski hanya beberapa hari, apalagi mereka berpisah setelah menikah, dikarenakan tuduhan yang dilayangkan Margaretha, sampai membuat Asri melarang Mark bersama Cantika, sampai hasil DNA keluar. Asri hanya tidak mau anaknya jadi janda setelah menikah beberapa hari, belum lagi jadi janda setelah dibobol, tentu saja Asri tidak akan rela.“Mark!” Cantika berlari dan langsung melompat ke pelukan Mark.Tentu saja Mark terkejut dan menangkap C