“Kemarin kemana?”
Lily mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Bella ketika masuk ke tempat tinggalnya, mengambil minuman dan camilan dengan membawanya ke sofa. Melihat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya, memilih bergabung bersama setelah mengambil sama persis dengan Bella.“Pulang jam berapa? Kemana? Jangan bilang ketemu Mas Gema, aku tahu kalau dia keluar kota.” Bella masih dengan tujuan dari pertanyaannya.“Pergi jalan-jalan,” jawab Lily langsung.Bella menghentikan gerakan tangannya dengan menatap kearah Lily “Kak, kamu bukan orang yang bisa bohong depan kami.”Lily menelan saliva kasar, memilih memakan camilannya “Aku ini benaran jalan-jalan, malah nggak percaya.”“Kakak bukan ketemu sama Mas Fatur, kan?” tembak Bella yang kali ini menghentikan gerakan tangan Lily “Kak, benar nggak ketemu Mas Fatur, kan?” ulang Bella.“Memang kenapa?” tanya Lily yang mengalihkan pandangan kearah Bella, tatapan“Kapan kamu sampai?” Lily menatap Gema yang sudah berada di sofa ruangan saat datang, kegiatannya memang sudah mulai padat dan biasanya akan menghabiskan waktu di apartemen untuk istirahat. Gema melangkah kearahnya, menarik dengan memasukkannya kedalam pelukan disertai dengan ciuman pada puncak kepala Lily.“Pagi tadi, aku ke rumah. Kamu ke rumah?” Gema mengangkat kepala Lily agar mereka saling menatap.“Mama kamu yang bilang?” Gema menganggukkan kepalanya “Ya...sudah tahu kalau aku dari sana, kan? Terus?”“Kenapa nggak bilang?” tanya Gema membawa Lily duduk di sofa.“Kejutan aja, memang nggak boleh aku ke rumah kamu? Ada yang disembunyikan?” Lily memberikan tatapan penuh selidik.“Boleh, aku malah senang. Heran kalian nggak ada yang kasih tahu aku, kamu sekarang sudah mulai kompak ya sama orang rumah.” Gema mencubit hidung Lily pelan “Makasih kamu mau usaha, Ly.”Lily menganggukkan kepalanya “Kita ingin h
“Kamu....Gema, bukan?”Fokus mereka berdua berganti pada seseorang yang memanggil nama Gema, Lily menatap Gema dengan tatapan penasaran setelah melihat wanita yang baru saja memanggil nama Gema. Tampak terdiam beberapa saat, tanpa ada suara yang membalas pertanyaan wanita dihadapan mereka.“Kamu lupa sama aku? Aku Salsa, kita ketemu di...cafe...kapan ya? Aku lupa, kamu yang petugas pemadam itu kan? Rumah ini kamu yang bangun?” Lily memilih diam, tidak mengeluarkan suaranya sama sekali dengan membiarkan Gema yang mengambil alih, ditambah memang dirinya tidak tahu apapun tentang hubungan mereka.“Salsa? Pegawai bank, bukan?” tanya Gema akhirnya.“Betul, aku kira kamu lupa. Rumah ini bangunan kamu ternyata?” “Ya, memang kenapa?” tanya Gema penasaran.“Nggak papa,” jawab Salsa sambil tersenyum “Kalau gitu aku duluan, mari.”Lily menatap kepergian Salsa dengan tanda tanya, tampak ada perubahan sikap
“Kenapa nggak mau sama Salsa?” “Salsa yang nggak mau sama aku.”Lily menatap tajam Gema “Kalau Salsa mau jadi kamu juga mau?” “Ly, sayang dengar. Waktu itu kita belum ketemu jadinya aku realistis aja, tapi kalau sekarang otomatis beda cerita.” Gema menjelaskan dengan lembut bersama tangannya yang membelai punggung tangannya.“Cantik ya Salsa?” Lily mengerucutkan bibirnya.“Nggak usah mulai, Ly. Lagian dulu dia juga udah nolak aku, aku juga nggak akan menatap dia lagi. Buat aku sekarang kamu adalah masa depan, bukan lagi wanita-wanita yang pernah mama berikan dan aku temui dulu.”“Aku kekanak-kanakan ya?” Lily menatap Gema yang menggelengkan kepalanya “Kenapa nggak?”“Wajar sih, tapi jangan berlebihan juga. Aku suka kamu cemburu itu tandanya kalau kamu....”“Nggak usah berlebih,” potong Lily yang menatap sebal kearah Gema.Mobil berhenti di tempat biasanya mobil Gema parkir, mendapatk
“Kamu ketemu Salsa?” “Ya, memang kenapa?” Gema sudah langsung bisa menebak dari pertanyaan sang mama, tampaknya Salsa akan melakukan sesuatu agar bisa mendapatkan dirinya. Melihat bagaimana sikap mamanya saat ini setidaknya harus waspada, perkataan Lily semalam memang benar adanya.“Dia bilang ketemu kamu, waktu itu kamu sama Lily?”“Mama mau ngomong apa? Nggak usah muter-muter,” potong Gema langsung.Fiona mencibir sikap Gema yang tampak tidak suka membahas tentang Salsa “Kamu nggak mau...”“Nggak! Aku sudah memilih Lily, ma. Hargain keputusanku.” Gema langsung menjawab dengan cepat.“Kamu memang tahu mama mau ngomong apa? Kamu itu kebiasaan orang tua ngomong langsung dipotong.” Fiona menatap kesal pada Gema.“Mama mau ngomong buat mencoba sama Salsa, kan? Jawabanku TIDAK, aku harap mama bisa paham dan mengerti.” Gema menekankan beberapa kata.“Bukannya lebih bagus kamu sama Salsa d
“Gema, ada yang mau ketemu.”“Siapa? Lily? Bukan deh.” Gema mengerutkan keningnya.“Cewek, biuh...pakaiannya menggoda iman. Udah sana buruan, aku masukkan ke ruang tamu agar nggak digoda sama anak-anak.”Gema yang masih penasaran melangkah dengan tanda tanya, tidak merasa memiliki janji dengan siapapun. Langkah kakinya terhenti saat memikirkan satu nama, menggelengkan kepalanya berharap bukan dia yang datang saat ini. Langkah kakinya semakin mendekati ruang tamu yang memang tertutup, tapi justru membuat Gema tidak nyaman. Membuka pintunya dan terdiam saat melihat siapa yang ada didalam, hembusan napas panjang dilakukan dengan masuk kedalam tanpa menutup pintu.“Mau apa kamu datang kesini?” tanya Gems yang menyadarkan wanita tersebut.“Ah...aku mau antarkan buat kamu.”“Salsa, kita nggak punya hubungan apapun jadi berhenti malakukan hal yang sia-sia. Jangan kamu merendahk
Penyanyi group wanita terkenal kedapatan bersama seorang pria disalah satu pusat hiburan malam dalam keadaan tidak sadar. Apakah penyanyi itu menggunakan obat-obatan? Siapa pria yang membawanya pergi?Penyanyi insial L, memiliki kekasih baru yang lagi-lagi bukan dari kalangan public figure. Apakah hubungan mereka akan bertahan lama? Apakah sampai ke pernikahan?“Sayang...aku mau...ahh...keluar...”Gema mendorong semakin dalam dan mengeluarkan benihnya didalam, mencium bibir Lily sebelum melepaskan penyatuan mereka. Membaringkan tubuhnya dengan menarik Lily kedalam pelukan, tangan Lily secara otomatis melingkar di pinggang Gema.“Kamu habis minum apaan tadi?” tanya Gema setelah menuntaskan hasrat Lily karena pengaruh obat.“Aku nggak tahu, aku tadi minum dari air mineral biasanya.” Lily mencoba mengingat apa yang terjadi beberapa jam lalu “Kamu ada disana? Acaranya disana?”
“Apa nggak lebih baik ijin?”“Nggak, Lily malah khawatir kalau aku ijin.”Menahan diri kembali ke apartemen Lily setelah membaca berita terbaru, Gema tidak mempermasalahkan jalan dengan mantannya, dalam pikiran Gema saat ini adalah Lily pasti merasa bersalah dengan semuanya. “Gema, kamu dengar nggak sih?” Mona mengetuk meja dengan tangan yang lain bergerak depan mata Gema.“Apa?” Gema menatap datar “Memang ngomong apaan?”Mona menghembuskan napas panjang “Keadaan Lily bagaimana? Lily nggak pernah terlibat skandal sama sekali, apalagi berita bersama mantannya.”“Semua lagi di selidiki, aku cuman mau cepat pulang dan meluk dia.” Gema mengusap wajahnya kasar.“Ijin aja, aku yakin bakal di ACC.” Mona mengatakan dengan penuh percaya diri yang ditanggapi dengan gelengan kepala.“Aku mau ke tempat gym.”“Gem, sebenarnya aku ada sesuatu yang ingin dibicarakan tentang semalam.”Gema mengh
“Kamu mau kemana?” “Mau ketemu Salsa.”Lily menatap lelah pada Gema yang sudah emosi “Memang mau ngapain? Bicara apa? Bakal terbuka? Mas Leo masih selidiki semua, termasuk hubungan berita dengan Fatur. Jangan gegabah dan ngikutin emosi.”Gema menyandarkan kepalanya di sofa, mereka berada di sofa di ruang tengah apartemen Lily. Kepulangan teman-temannya dengan masakan yang cukup banyak membuat mereka harus menghabiskannya, semua benar-benar mengejutkan. Lily mendekatkan diri ke Gema dengan memeluknya dari samping, Gema langsung menarik kedalam pelukan dan bisa menhidu aroma vanilla dari tubuh Lily.“Memang mereka saling kenal?” tanya Gema membuka suara memecahkan keheningan.“Aku nggak tahu, tapi aku yakin dia bukan dari keluarga Fatur.” “Bagaimana kamu tahu?” Gema mengeluarkan nada penasarannya.“Kami menjalin hubungan sudah lama, jadi sudah tahu semua keluarganya. Aku juga sering keluar liburan sama kelu
“Ada apa kesini?” “Lily pengen makanannya mama.” Fiona mengerutkan kening mendengar jawaban Gema “Makanan apa?” “Apapun yang mama masak.” Gema menatap Lily yang hanya diam “Memang mau apa, sayang?”Lily menatap Gema sedikit malu “Mas yang masak dibantuin mama, aku lagi pengen ayam goreng mentega.”Gema menghembuskan napas panjang “Bukannya aku pernah buatin? Kenapa harus ke mama?” Lily mengerucutkan bibirnya mendengar suara Gema “Ya tahu, mas buat ayam mentega terus mama...” Lily menatap tidak enak pada Fiona “Mama buatin sop merah.” Lily langsung menundukkan kepalanya setelah mengatakan keinginannya depan sang mertua.“Kamu ke kamar aku buat istirahat.” Gema memberikan perintah yang diangguki Lily.Melangkahkan kakinya menuju kamar Gema, kamar yang menemani Gema pada saat muda sampai sekarang. Kamar itu juga yang menjadi saksi pernikahan mereka sekarang, membuka pintu kamar yang tidak banya
“Kamu yakin ketemu sama dia? Gema harus temani kamu.” “Aku memang harus ketemu dia, menyelesaikan semuanya.” “Apa nggak ada cara lain? Gracia bilang apa yang dilakukan terakhir itu sudah menakutkan, ditambah kita pernah melihat bagaimana istrinya.” Fransiska kembali mencegah keinginan Lily.“Kami khawatir sama kamu, Ly.” Yena melanjutkan kalimat Fransiska.“Kak, restoran ini punya Mas Leo. Aku yakin sudah disiapkan dengan baik sama Mas Leo, walaupun aku nggak yakin dia akan bersikap baik tapi setidaknya aku berada di tempat aman. Apalagi ruangan itu sudah disiapkan sama Mas Leo, kalian juga bisa melihat dan mendengar pembicaraan kita.” Lily menatap mereka satu per satu.“Gema akan ikut menonton?” Fransiska menatap Gema yang menganggukkan kepalanya “Bagaimana kalau sampai ada....” Fransiska tidak bisa melanjutkan kalimatnya.“Aku sudah persiapkan semuanya jadi nggak perlu khawatir.” Gema menatap mereka berlima satu p
“Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa dia muncul lagi?” Lily meremas kedua tangannya mendapatkan pertanyaan dari papanya, tidak hanya orang tuanya tapi juga orang tua Gema. Gosip tersebut tampaknya tidak berhenti, agency sendiri sudah mengeluarkan klarifikasi saat media dan orang-orang tahu siapa yang dimaksud. Awalnya mereka juga tidak peduli, kedua orang tua mereka juga sudah bertanya dan sudah dijelaskan sesuai versi mereka, tapi tampaknya gosip semakin meluas.“Kamu bilang kalau nggak akan sebesar ini.” Edi membuka suaranya.Lily hanya menundukkan kepalanya mendengar suara papanya Gema yang selama ini lebih banyak diam, seketika terkejut saat Gema menggenggam tangannya. Mengangkat kepalanya dengan menatap Gema yang menatap lurus kearah kedua orang tua mereka berdua, perasaannya seketika menjadi sedikit tenang.“Kami memilih diam, membiarkan agency yang menyelesaikan semuanya.” Gema membuka suaranya.“Memang kalian nggak mau
Public figure yang berprofesi sebagai penyanyi dikabarkan sudah menikah dengan petugas pemadam kebakaran. Apa maksud dari pernikahan beda profesi ini? Apa hanya untuk sementara atau memang ada cinta didalamnya?Seseorang mengatakan jika penyanyi berinisial “L” ini cinta mati sama mantan tunangannya, bahkan mereka membuat perjanjian agar mantan tunangannya menunggu dirinya janda, sama seperti penyanyi itu yang menunggu sang mantan sampai duda.Petugas pemadam kebakaran yang beruntung atau buntung menikah dengan penyanyi berinisial “L”Mempermainkan pernikahan, mereka memang layak bersama. Kasihan pasangan mereka yang harus merasakan permainan itu.Istri mantan tunangan penyanyi “L” mengatakan jika suaminya menyebut nama penyanyi itu saat mereka bercinta.Hembusan napas panjang dikeluarkan Lily setelah membaca beberapa gosip yang dikatakan Fransiska, semua yang dibaca hanya satu menarik perhatian Lily mengenai janda da
“Aku sama sekali nggak sadar, keadaan kantor gimana?” “Nggak ada apa-apa, mungkin kita memang sibuk sama keadaan sekitar ditambah beberapa panggilan darurat sampai-sampai nggak hirauin begituan.”“Memang nggak ada...”“Nggak ada, sayang. Kalau ada pasti aku cerita.” Gema menenangkan Lily dengan mencubit hidungnya pelan “Kapan kita tinggal di rumah sendiri?”“Aku sampai lupa.” Lily menatap tidak enak.Gema menggelengkan kepala, membuka ponsel melihat jadwal kerja mereka berdua “Aku kalau ninggalin kamu sendirian jelas nggak tega.” “Ada satpam disana, nggak usah takut. Kalau nggak dipaksa kapan lagi kita keluar dari zona nyaman?” Gema menganggukkan kepalanya “Semua keperluan sudah disana juga, lagian rumah juga setiap saat dibersihkan. Kita juga sudah buat selamatan, tinggal masuk saja jadi aku balikin ke kamu.” Lily menyandarkan kepalanya menatap apa yang dilihat Gema, Merry selalu memberikan
“Mama memang ada acara apa?” “Aku juga nggak tahu, memang nggak bilang waktu hubungi?” Lily menggelengkan kepalanya “Mama nggak lagi macem-macem, kan?” “Kenapa baru kepikiran ya?” Gema terdiam dengan tetap fokus pada keadaan jalan “Lihat nanti saja kalau di rumah ramai kita langsung pulang.” Mengikuti apa yang dikatakan Gema adalah jalan aman, Lily tidak terlalu paham dengan karakter mertuanya tapi Gema pastinya paham. Mereka memilih membahas hal-hal lainnya, ditinggal selama hampir seminggu membuat mereka merasakan rindu satu sama lain.“Padahal waktu sebelum menikah nggak begini amat,” ucap Gema sambil tersenyum.“Bedalah, mas. Hawanya juga beda.” Lily memberikan alasan.Gema menganggukkan kepalanya “Beda yang halal dan nggak.”“Rasa khawatir lebih besar, kalau dulu mah bodo amat walaupun tetap khawatir juga. Diperparah kalau mas sama sekali nggak hubungi, udah pikiran aneh-aneh langsung da
“Gini ya rasanya kalau sudah menikah terus harus pisah karena pekerjaan.” Gema tertawa mendengar kalimat yang keluar dari bibir Lily, tugas yang didapatnya secara mendadak dari pusat karena ada bencana di sudut ibukota. Tugasnya tidak terlalu jauh tapi kemungkinan selesai mungkin memakan waktu lama, mereka harus kesana karena adanya kecelakaan.“Udah, aku berangkat.” Gema mencium bibir Lily lembut “Jangan nakal.”Lily hanya mengerucutkan bibirnya mendengar nasehat Gema, mengantarkan Gema sampai depan pintu dan menutupnya ketika Gema sudah masuk kedalam lift. Hembusan napas panjang dikeluarkannya setiap Gema berangkat kerja, pekerjaan yang membutuhkan tenaga dan resiko besar.Sebenarnya bisa saja Lily ikut, tapi pekerjaannya sedang menunggu. Keputusannya pada saat itu menerima tawaran menjadi juri membuat dirinya harus sibuk, sebenarnya bukan hanya dirinya tapi juga ketiga temannya. Ketiga temannya yang menerima pastinya Gracia, Larissa da
“Jadi juri?” “Ya, kalian sudah mampu lakuin itu.”“Nggak deh, mbak. Kejadian Bella dulu masih membekas, acara begituan penuh dengan sandiwara. Pemenangnya sudah pasti ditentukan siapa, walaupun jelek tapi menghasilkan bisa jadi bagian dari mereka.” Lily menolak permintaan Merry.“Namanya acara televisi, Ly. Punya suara bagus tapi dia nggak menjual buat apa, agency nanti juga rugi kalau mau naikin dia.” Merry memberikan gambaran dunia entertainment.“Agency bisa kasih modal dengan permak dia jadi keren, mbak. Apapun bisa dilakukan dengan uang, kita dulu juga dekil banget waktu tampil pertama kali tapi perlahan kita pelajari tentang dunia kecantikan.” Bella membuka suaranya yang diangguki Lily.“Kalian menolak tawaran ini?” tanya Merry sekali lagi.“Ya.” Lily menjawab langsung.“Aku mau coba, mbak.” Larissa membuka suaranya yang membuat semua menatap kearahnya “Kita nggak mungkin begini terus dengan prinsip
“Mama itu pengen kasih tahu teman-teman kalau punya mantu penyanyi.”“Ya nggak harus datang ke acara begitu, ma.” “Kamu itu apa-apa nggak boleh, udah kaya managernya Lily aja. Masa mama minta sesuatu yang mudah nggak bisa kamu penuhi? Kemarin nikah juga sederhana, nikah sama public figure masa sederhana begitu...kamu nggak ada budget apa?” Gema mengusap kasar wajahnya mendengar kalimat yang keluar dari bibir mamanya, belaian di punggung membuat dirinya sedikit tenang. Menatap Lily yang tersenyum tipis sudah cukup memberikan energi pada dirinya, menghadapi mamanya memang membutuhkan kesabaran yang sangat tinggi.“Ma, aku nggak mau ada gosip aneh-aneh.” Gema membuka suaranya lagi.“Gosip apaan? Mama ajak ke acara arisan yang otomatis hanya orang-orang dekat saja, lagian mereka nggak akan mungkin aneh-aneh.” “Nggak mungkin, satu aja upload foto di media sosial udah bisa bikin heboh. Ah...aku nggak tahu gimana caranya