“Jadwal kalian kosong? Kalian beda fokus disini?”
Lily mengajak Gema ke agency, kedatangan mereka berdua tidak akan menarik banyak orang karena menggunakan penyamaran berupa masker. Gema sudah sangat memahami kerjaan Lily jadi saat diminta menggunakan masker pastinya harus digunakan, mereka belum membuka hubungan depan publik.“Bella lebih suka dance, Larissa mana aja yang penting dia luang, tapi kalau ada Bella pastinya milih kesana. Mereka berdua itu nggak kepisahkan, walaupun sudah menikah.”“Hubungan kalian unik, aku masih suka iri lihat hubungan kalian. Mona juga bilang kalau kalian itu bukan menganggap partner kerja lagi melainkan saudara, awalnya aku nggak percaya tapi lihat sendiri bagaimana sikap kalian baru percaya. Aku bahkan harus menahan rasa cemburu sama cowok-cowok itu yang bisa dekat sama kamu,” ucap Gema sambil menggelengkan kepalanya “Nanti nggak ada yang masuk kesini?”Lily menggelengkan kepalanya “Ini ruangnku, sedang“Kita akan kemana? Kamu yakin?” Gema mengajak kencan, waktu menerima ajakan itu sama sekali tidak berpikir aneh dan sayangnya sekarang Lily berpikir aneh-aneh. Ketakutan hubungan mereka terbuka, bukan takut fans tidak menyukai dirinya tapi Gema yang akan menjadi bulanan. Gema yang selalu rendah diri dengan pekerjaannya dan sekarang Lily akan menghadapi itu, Lily tidak mau mereka menyerang pekerjaan Gema. “Kamu mikir apaan? Mumpung kamu belum sibuk, kalau sudah begitu waktu kita akan semakin berkurang.” Gema memberikan alasan masuk akal. “Kamu yakin kencan diluar? Selama ini kita kencannya di apartemen.” Lily mengatakan apa yang ada didalam pikirannya. “Kamu malu?” Lily langsung menggelengkan kepalanya “Baguslah kalau nggak malu, kita berangkat sekarang.” “Kita memang mau kemana sih?” tanya Lily penasaran. “Kejutan!” Gema mengatakan dengan ekspresi bahagia dan Lily mendengus pelan “Aku udah ijin Mbak Merry kok.”
“Loh...bukannya persiapan album? Kenapa ada disini?” Lily memutar bola matanya malas mendengar kalimat kakaknya, Surya. Memutuskan pulang ke rumah untuk bercerita pada mamanya, lebih tepatnya adalah mendapatkan solusi atas permasalahannya dengan mama Gema, bukan masalah yang bagaimana melainkan restu. Mamanya pasti tahu bagaimana menghadapi calon mertua, sebenarnya bisa saja tanya sama keempat temannya yang sudah menikah hanya saja mereka tidak mengalami hal persis dirinya.“Memang persiapan makanya makan diatur sudah.” Lily memilih menjawab pertanyaan Surya tentang persiapan album “Abang kenapa disini? Nggak kerja?” Lily memicingkan matanya.Surya mendorong kepala Lily pelan “Lihat tanggalan, libur ini. Gema nggak libur? Piket?”Lily menatap tanggalan yang dipasang dekat dapur dan benar tanggal merah, Gema memang semalam kirim pesan kalau shift pagi atau bisa dikatakan piket. Pekerjaannya tidak jauh berbeda yang bekerja di pelayanan, har
“Mbak Lily? Masuk, mbak.” Dian membuka pintu sebagai tanda agar Lily masuk kedalam rumah, seketika mengambil barang yang dibawa Lily dengan langsung membawanya masuk semakin dalam. Barang-barang yang dibawa hanya kotak makan buatan sang mama tercinta, masuk semakin dalam dan tidak mendapati sang nyonya rumah alias mamanya Gema. “Tante kemana?” Lily menatap Dian yang meletakkan barangnya diatas meja. “Ketemu mama? Bentar aku panggilin dulu.” Mengikuti langkah Dian menuju salah satu ruang, ruang yang tampaknya sebagai kamar dari pemilik rumah. Pintu terbuka tidak lama kemudian menampilkan sang nyonya rumah atau mamanya Gema melangkah kearahnya dengan tatapan bingung, Lily berdiri dan mencium punggung tangannya. “Libur?” tanya Fiona langsung yang diangguki Lily “Gema mana?” “Gema di kantornya,” jawab Lily yang kali ini Fransiska menganggukkan kepalanya. “Mbak Lily kesini ngapain?” tanya Dian yang sudah duduk d
“Lily!”Merry berteriak cukup keras yang membuat Lily langsung sadar, menatap Merry yang sudah menatap dirinya dengan tatapan tajam. Lily mengangkat kedua alisnya melihat sikap Merry yang seakan ingin menelannya hidup-hidup.“Kamu janjian sama Fatur?” Merry mengatakan dengan nada kesal dan seketika menggelengkan kepalanya “Kenapa dia dibawah dan bilang mau ketemu kamu?” Lily mengerutkan keningnya, mengambil ponsel barangkali ada pesan dari Fatur tapi seketika terhenti saat mengingat jika dirinya memblokir kontak pria itu. Pikirannya benar-benar kacau, pulang dari rumah Gema dan menghabiskan waktu dengan ibunya membuat Lily menyadari sesuatu, salah satunya adalah Fatur dan tampaknya permasalahan mereka atau lebih tepatnya hal gila yang Fatur lakukan harus berakhir.“Kamu nggak cerita sama aku?” tanya Merry dengan nada lembutnya.“Mbak bilang sama Fatur kalau aku nggak ada disini,” ucap Lily langsung tanpa menghiraukan pertanyaan
“Apa yang kita lakukan ini salah.” Lily mendorong tubuh Fatur sedikit menjauh, tenaga yang dimilikinya tidak sebanding dengan kekuatan Fatur. Melihat bentuk badan Fatur yang banyak perubahan, Lily secara tidak sadar membelai dada bidangnya secara perlahan, tatapan mereka bertemu dan tanpa disadari bibir mereka sudah berpagutan dengan lembut. Lily masih membelai dada Fatur, sesekali mencubit putingnya yang membuat desahan keluar disela ciuman mereka.“Kamu tetap sama, sayang.” Fatur kembali mencium bibir Lily.Bibirnya terlepas dari ciuman mereka dengan beralih ke tubuh Lily yang sudah setengah terbuka, tangan dan bibir Fatur berada di bukit kembarnya dan Lily hanya bisa mendesah. Lily meremas rambut Fatur yang berada tepat di wajahnya, gerakan Fatur tidak tinggal diam dengan melepas seluruh pakaian mereka dan tatapan memuja tampak di kedua mata Fatur.Desahan keluar dari bibir Lily saat Fatur sudah menyatukan tubuh mereka, melepaskan semu
“Kemarin kemana?”Lily mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Bella ketika masuk ke tempat tinggalnya, mengambil minuman dan camilan dengan membawanya ke sofa. Melihat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya, memilih bergabung bersama setelah mengambil sama persis dengan Bella.“Pulang jam berapa? Kemana? Jangan bilang ketemu Mas Gema, aku tahu kalau dia keluar kota.” Bella masih dengan tujuan dari pertanyaannya.“Pergi jalan-jalan,” jawab Lily langsung.Bella menghentikan gerakan tangannya dengan menatap kearah Lily “Kak, kamu bukan orang yang bisa bohong depan kami.” Lily menelan saliva kasar, memilih memakan camilannya “Aku ini benaran jalan-jalan, malah nggak percaya.”“Kakak bukan ketemu sama Mas Fatur, kan?” tembak Bella yang kali ini menghentikan gerakan tangan Lily “Kak, benar nggak ketemu Mas Fatur, kan?” ulang Bella.“Memang kenapa?” tanya Lily yang mengalihkan pandangan kearah Bella, tatapan
“Kapan kamu sampai?” Lily menatap Gema yang sudah berada di sofa ruangan saat datang, kegiatannya memang sudah mulai padat dan biasanya akan menghabiskan waktu di apartemen untuk istirahat. Gema melangkah kearahnya, menarik dengan memasukkannya kedalam pelukan disertai dengan ciuman pada puncak kepala Lily.“Pagi tadi, aku ke rumah. Kamu ke rumah?” Gema mengangkat kepala Lily agar mereka saling menatap.“Mama kamu yang bilang?” Gema menganggukkan kepalanya “Ya...sudah tahu kalau aku dari sana, kan? Terus?”“Kenapa nggak bilang?” tanya Gema membawa Lily duduk di sofa.“Kejutan aja, memang nggak boleh aku ke rumah kamu? Ada yang disembunyikan?” Lily memberikan tatapan penuh selidik.“Boleh, aku malah senang. Heran kalian nggak ada yang kasih tahu aku, kamu sekarang sudah mulai kompak ya sama orang rumah.” Gema mencubit hidung Lily pelan “Makasih kamu mau usaha, Ly.”Lily menganggukkan kepalanya “Kita ingin h
“Kamu....Gema, bukan?”Fokus mereka berdua berganti pada seseorang yang memanggil nama Gema, Lily menatap Gema dengan tatapan penasaran setelah melihat wanita yang baru saja memanggil nama Gema. Tampak terdiam beberapa saat, tanpa ada suara yang membalas pertanyaan wanita dihadapan mereka.“Kamu lupa sama aku? Aku Salsa, kita ketemu di...cafe...kapan ya? Aku lupa, kamu yang petugas pemadam itu kan? Rumah ini kamu yang bangun?” Lily memilih diam, tidak mengeluarkan suaranya sama sekali dengan membiarkan Gema yang mengambil alih, ditambah memang dirinya tidak tahu apapun tentang hubungan mereka.“Salsa? Pegawai bank, bukan?” tanya Gema akhirnya.“Betul, aku kira kamu lupa. Rumah ini bangunan kamu ternyata?” “Ya, memang kenapa?” tanya Gema penasaran.“Nggak papa,” jawab Salsa sambil tersenyum “Kalau gitu aku duluan, mari.”Lily menatap kepergian Salsa dengan tanda tanya, tampak ada perubahan sikap