“Selamat pagi York.” Avery menyapa York tampak asik menikmati kopinya di kafetaria.
“Oh hai Avery, selamat pagi juga. Mau kopi?”
“Aku tidak terbiasa minum kopi di pagi hari, aku lebih memilih untuk sarapan dan minum air putih.”
“Sepertinya kau memiliki gaya hidup yang baik.” York tersenyum sambil menghirup kopi hitamnya.
“Kopi hitam? Bagaimana gadis yang baru dewasa sepertimu minum kopi hitam?” Avery mengerutkan keningnya saat melihat York tampak menikmati kopi hitam tersebut.
“Aku terbiasa begadang dan kopi ini adalah teman terbaik untuk menghabiskan malam yang panjang di depan komputer.” Reo sangat menyukai kopi hitam dan berhubung York sangat mengagumi Avery dan banyak menghabiskan waktu bersama Reo di depan komputer tanpa sadar ia mengkloning semua kebiasaan Reo termasuk meminum kopi hitam. Dan ternyata rasanya tidak seburuk warnanya.
“Sepertinya masa-masa rema
“Apa yang ingin kau capai dengan menantang Ecollin York?” Avery menatap lurus ke mata York.“Kebenaran dan keadilan. Aku mengajakmu bekerja sama bukan hanya untuk mencapai tujuanku saja tapi karena aku tahu bagaimana rasanya ketika orang lain menunggangi kepalamu, bagaimana rasanya ketika hasil kerja kerasmu siang dan malam dengan seenak udelnya di caplok orang lain, bagaimana rasanya ketika orang lain mendapat pujian atas sesuatu yang sebenarnya tidak mereka lakukan dan tidak ada hubungannya dengan mereka. Pasti kamu tidak bisa tidur nyenyak di malam hari kan? Jika kamu tidak memperjuangkan apa yang harusnya menjadi milikmu maka milikmu yang lainnya juga akan dicaplok orang lain suatu hari nanti. Belajar tegas dari hal-hal kecil Ve.”Avery menopang kepalanya dengan frustasi. “Bisa kah kita melupakan ini dan tidak membahasnya lagi York? aku bahkan sudah lupa tentang segalanya.”York mendesah pelan “Ve lihat aku, ka
York menyusuri kota dengan kaki jenjangnya yang berbalutkan celana training dan sepatu kets. Rambut ikalnya di kuncir kuda yang memamerkan leher jenjangnya. Hidungnya tampak rakus menghirup udara pagi yang membuatnya tak merasakan dinginnya pagi. Beberapa sudah tampak beraktivitas di pagi buta seperti paman pengangkut sampah, bibi penyapu jalanan, yang membuat pagi ini sedikit semarak meski dapat di hitung jari jumlah orang yang beraktivitas di luar.Ini adalah hari minggu, hari libur, hari bersantai, dan hari untuk bermalas-malasan namun sejak ia tiba di kota ini ia belum sempat mengunjungi tempat apapun selain kantor, rumah tuan tua Portland, dan supermarket sungguh kunjungan yang membosankan bukan? Dan jadilah pagi ini York memutuskan untuk berjalan-jalan alih-alih tidur dan menghabiskan satu hari penuh rebahan di kasur.York sengaja keluar dari komplek apartemennya dan menyusuri jalanan yang tampak lengang meski ada satu atau dua kendaraan yang melintas setia
Perlahan mobil tersebut semakin mengecil meninggalkan York yang sedang berusaha mencerna kejadian sejam yang lalu sambil berjalan pulang ke apartemennya. Ia membuka jaketnya yang berlumuran darah lalu membuangnya ke tong sampah terdekat. Karena kalau Reo melihat jaket berlumuran darah ini bisa makin panjang urusannya, Reo pasti akan menggali sampai ke akar-akarnya jadi lebih baik menghilangkan hal-hal yang memicu kecurigaan terlebih dahulu.Dan benar saja ketika York membuka apartemennya, Reo tampak sibuk di dapur sepertinya menyiapkan sarapan. Wangi masakan menguar di apartemen menggugah selera membuat siapapun lapar seketika. Masakan Reo memang tidak pernah gagal, jika suatu hari nanti Reo bosan dengan IT dan ingin berganti profesi mungkin York bisa menyarankan Reo untuk membuka restoran di jamin pasti akan menjadi restoran viral mengalahkan restoran Michelin. Oke, kalau yang terakhir York agak lebay sih tapi memang masakan Reo itu nggak tandingannya.“Pa
“Dia itu mantan pacar seharimu itu kan?”“Bukan sehari tapi 23 jam, sehari itu 24 jam jadi tolong jangan di lebih-lebih kan ya.”“Sama saja, 1 jam lagi genap sudah 1 hari. Sepertinya dia benar-benar buaya kelas kakap ya?”“Dia bukan buaya kelas kakap tapi dia presdir dari buaya internasional. Apakah aku pengkhianat bangsa di masa lalu sampai harus di pertemukan dengan manusia paling manipulatif seperti dia.” York tampak kesal saat mengingat dirinya yang dengan konyolnya menerima ajakan frederick untuk dating, dan beberapa jam kemudian ia baru tahu kalau ia juga baru saja menyatakan cinta pada wanita lain di sebuah kafe sehingga ia memutuskan hubungannya dengan Frederick lewat we chat. Beruntung saat itu ia belum memiliki perasaan apapun pada Frederick.Tidak memiliki perasaan apapun? Lalu kenapa York menerimanya? Itu karena Frederick menembaknya di depan umum dan rasanya sangat jahat kalau York menolaknya di
Bagaimana dengan Liza? Liza hanya terpaku ketika mendengarkan penuturan dari mulut pria tersebut. Ini adalah pria yang dicintainya selama bertahun-tahun, ini adalah pria yang membuat hari-hari suramnya menjadi berwarna selama bertahun-tahun, namun ini adalah pria yang sekarang bersimbah air mata dan menuduhnya egois serta menginjak-nginjak harga dirinya sebagai pria.Liza tidak tau harus menangis atau tertawa, ia sedih karena pria yang diperlakukannya dengan tulus ternyata menganggap apa yang dia lakukan adalah bentuk simpati dan amal bukan cinta. Ia ingin menangis namun hatinya dingin dan amarahnya melonjak.“Aku tidak pernah menyangka bahwa kau ternyata memiliki perasaan rendah diri yang ekstrim, aku memperlakukanmu dengan tulus tapi kau menganggapnya sebagai bentuk simpati dan amal. Apa kau tau kenapa aku menolak barang-barang yang kau berikan hm? Itu karena kau membelikanku barang-barang mahal yang setara dengan 3 bulan gajimu. Lalu bagaimana kau akan h
"Jujur, saya sangat menyukai desainmu York tapi dari sudut pandang ekonomi saat ini perusahaan belum memiliki kapasitas untuk menciptakan teknologi se-inovatif ini. Karena kondisi finansial perusahaan saat ini tidak stabil. Durasi pengerjaan juga terlalu singkat, untuk teknologi se-inovatif ini butuh waktu untuk mendapatkan hasil yang akurat. Lebih baik di pending dulu dan tidak usah diikutkan dalam kompetisi.”"Selain itu, perusahaan juga sedang mengerjakan proyek besar yang tentunya membutuhkan atensi dan waktu lebih untuk menyelesaikannya." Arthur menjelaskan kepada York."Tapi bukankah jika teknologi ini berhasil akan menambah value perusahaan? dan investor bahkan tender akan berbondong-bondong ke winter tech pastinya profit perusahaan juga akan naik." York mencoba menjelaskan manfaat yang akan di dapatkan oleh perusahaan apabila mereka mendukungnya untuk menyelesaikan proyek ini."Aku tau, tapi sebagai direktur yang memahami kondisi perusa
Arthur terdiam tampak merenung dengan tatapan kosong. Tuan tua Portland mencicipi tehnya sembari menunggu Arthur angkat suara, ia tidak mendesak dan menunggu dengan sabar.Arthur menghembuskan nafasnya dengan kasar "Dia ingin membuat Chip yang di tanam ke otak manusia untuk mengendalikan aplikasi yang terdapat pada ponsel, laptop ataupun perangkat teknologi lainnya."Deg...Tuan tua Portland yang sedang menyesap tehnya hampir menyemburkan teh tersebut dari mulutnya. Beruntung sebagian teh sudah hampir mencapai lambungnya jika tidak ntah seperti apa nasib wajah tampan Arthur yang akan banjir semburan tuan tua Portland."Bukankah itu teknologi yang dulu Steve kerjakan ?" tuan tua Portland meletakkan cangkir tehnya sambil mengingat betapa bahagianya wajah putranya saat membicarakan ide itu padanya."Yah, teknologi yang gagal dan merupakan teknologi terakhir yang Steve kerjakan sebelum ia menghilang." Arthur berucap dengan lirih
York memejamkan matanya sembari sesekali menyesap teh susu yang dipesannya dari waiter yang sedari tadi berseliweran mengantarkan pesanan pengunjung. Sungguh ini adalah hal terandom dari sekian hal random yang York pernah lakukan yaitu mengunjungi cafe pukul 02 pagi. Di saat yang lain sibuk beradu dalam alam mimpi, York sibuk berada dengan pikirannya.Beruntung cafe ini buka 24 jam dan suasana tropical yang sudut diisi dengan deretan buku-buku yang tertata rapi pada rak-rak kayu yang semakin menambah kesan minimalis namun aesthetic cafe ini.York mengamati cafe yang hanya menyisikan beberapa orang saja. Termasuk seorang pria yang duduk dengan anggun sambil membolak-balikkan buku seolah ia adalah objek yang baru keluar dari lukisan. Jangankan pengunjung bahkan para waiters pun curi-curi pandang bahkan memandang dengan terang-terangan ke arah pria berkulit putih pucat tersebut seolah siap untuk memangsanya. Kaos hitam yang dikenakannya tampa
Celeste memasuki bandara sambil memegang kertas bertuliskan "Reo". Inilah akibat kelakuan laknatnya York, saat Celeste meminta foto Reo agar ia tidak celingak-celinguk di bandara nanti York berkata bahwa ia tidak punya foto Reo dan Reo tidak menolak keras untuk berfoto maupun di foto. Oke untuk ini Celeste paham karena tidak semua orang nyaman berada dalam jepretan kamera. Lalu Celeste pun meminta nomor ponsel Reo dan nama lengkapnya tiba-tiba saja York offline dan tidak aktif lagi hingga sekarang. Ingin rasanya Celeste berkata kasar, andaikan saat ini York ada di depannya mungkin ia akan memutilasi York menjadi delapan bagian. Celeste keluar dari mobilnya dan bergegas ke pintu kedatangan. Sambil memegang kertas di kedua tangannya ia melihat ke pintu kedatangan sembari menebak-nebak yang mana kira-kira pria bernama Reo. Sudah 10 menit Celeste menunggu, namun pria yang bernama Reo tersebut tak kunjung menghampirinya."Apa tulisanku tidak terbaca? tapi kan aku
York memejamkan matanya sembari sesekali menyesap teh susu yang dipesannya dari waiter yang sedari tadi berseliweran mengantarkan pesanan pengunjung. Sungguh ini adalah hal terandom dari sekian hal random yang York pernah lakukan yaitu mengunjungi cafe pukul 02 pagi. Di saat yang lain sibuk beradu dalam alam mimpi, York sibuk berada dengan pikirannya.Beruntung cafe ini buka 24 jam dan suasana tropical yang sudut diisi dengan deretan buku-buku yang tertata rapi pada rak-rak kayu yang semakin menambah kesan minimalis namun aesthetic cafe ini.York mengamati cafe yang hanya menyisikan beberapa orang saja. Termasuk seorang pria yang duduk dengan anggun sambil membolak-balikkan buku seolah ia adalah objek yang baru keluar dari lukisan. Jangankan pengunjung bahkan para waiters pun curi-curi pandang bahkan memandang dengan terang-terangan ke arah pria berkulit putih pucat tersebut seolah siap untuk memangsanya. Kaos hitam yang dikenakannya tampa
Arthur terdiam tampak merenung dengan tatapan kosong. Tuan tua Portland mencicipi tehnya sembari menunggu Arthur angkat suara, ia tidak mendesak dan menunggu dengan sabar.Arthur menghembuskan nafasnya dengan kasar "Dia ingin membuat Chip yang di tanam ke otak manusia untuk mengendalikan aplikasi yang terdapat pada ponsel, laptop ataupun perangkat teknologi lainnya."Deg...Tuan tua Portland yang sedang menyesap tehnya hampir menyemburkan teh tersebut dari mulutnya. Beruntung sebagian teh sudah hampir mencapai lambungnya jika tidak ntah seperti apa nasib wajah tampan Arthur yang akan banjir semburan tuan tua Portland."Bukankah itu teknologi yang dulu Steve kerjakan ?" tuan tua Portland meletakkan cangkir tehnya sambil mengingat betapa bahagianya wajah putranya saat membicarakan ide itu padanya."Yah, teknologi yang gagal dan merupakan teknologi terakhir yang Steve kerjakan sebelum ia menghilang." Arthur berucap dengan lirih
"Jujur, saya sangat menyukai desainmu York tapi dari sudut pandang ekonomi saat ini perusahaan belum memiliki kapasitas untuk menciptakan teknologi se-inovatif ini. Karena kondisi finansial perusahaan saat ini tidak stabil. Durasi pengerjaan juga terlalu singkat, untuk teknologi se-inovatif ini butuh waktu untuk mendapatkan hasil yang akurat. Lebih baik di pending dulu dan tidak usah diikutkan dalam kompetisi.”"Selain itu, perusahaan juga sedang mengerjakan proyek besar yang tentunya membutuhkan atensi dan waktu lebih untuk menyelesaikannya." Arthur menjelaskan kepada York."Tapi bukankah jika teknologi ini berhasil akan menambah value perusahaan? dan investor bahkan tender akan berbondong-bondong ke winter tech pastinya profit perusahaan juga akan naik." York mencoba menjelaskan manfaat yang akan di dapatkan oleh perusahaan apabila mereka mendukungnya untuk menyelesaikan proyek ini."Aku tau, tapi sebagai direktur yang memahami kondisi perusa
Bagaimana dengan Liza? Liza hanya terpaku ketika mendengarkan penuturan dari mulut pria tersebut. Ini adalah pria yang dicintainya selama bertahun-tahun, ini adalah pria yang membuat hari-hari suramnya menjadi berwarna selama bertahun-tahun, namun ini adalah pria yang sekarang bersimbah air mata dan menuduhnya egois serta menginjak-nginjak harga dirinya sebagai pria.Liza tidak tau harus menangis atau tertawa, ia sedih karena pria yang diperlakukannya dengan tulus ternyata menganggap apa yang dia lakukan adalah bentuk simpati dan amal bukan cinta. Ia ingin menangis namun hatinya dingin dan amarahnya melonjak.“Aku tidak pernah menyangka bahwa kau ternyata memiliki perasaan rendah diri yang ekstrim, aku memperlakukanmu dengan tulus tapi kau menganggapnya sebagai bentuk simpati dan amal. Apa kau tau kenapa aku menolak barang-barang yang kau berikan hm? Itu karena kau membelikanku barang-barang mahal yang setara dengan 3 bulan gajimu. Lalu bagaimana kau akan h
“Dia itu mantan pacar seharimu itu kan?”“Bukan sehari tapi 23 jam, sehari itu 24 jam jadi tolong jangan di lebih-lebih kan ya.”“Sama saja, 1 jam lagi genap sudah 1 hari. Sepertinya dia benar-benar buaya kelas kakap ya?”“Dia bukan buaya kelas kakap tapi dia presdir dari buaya internasional. Apakah aku pengkhianat bangsa di masa lalu sampai harus di pertemukan dengan manusia paling manipulatif seperti dia.” York tampak kesal saat mengingat dirinya yang dengan konyolnya menerima ajakan frederick untuk dating, dan beberapa jam kemudian ia baru tahu kalau ia juga baru saja menyatakan cinta pada wanita lain di sebuah kafe sehingga ia memutuskan hubungannya dengan Frederick lewat we chat. Beruntung saat itu ia belum memiliki perasaan apapun pada Frederick.Tidak memiliki perasaan apapun? Lalu kenapa York menerimanya? Itu karena Frederick menembaknya di depan umum dan rasanya sangat jahat kalau York menolaknya di
Perlahan mobil tersebut semakin mengecil meninggalkan York yang sedang berusaha mencerna kejadian sejam yang lalu sambil berjalan pulang ke apartemennya. Ia membuka jaketnya yang berlumuran darah lalu membuangnya ke tong sampah terdekat. Karena kalau Reo melihat jaket berlumuran darah ini bisa makin panjang urusannya, Reo pasti akan menggali sampai ke akar-akarnya jadi lebih baik menghilangkan hal-hal yang memicu kecurigaan terlebih dahulu.Dan benar saja ketika York membuka apartemennya, Reo tampak sibuk di dapur sepertinya menyiapkan sarapan. Wangi masakan menguar di apartemen menggugah selera membuat siapapun lapar seketika. Masakan Reo memang tidak pernah gagal, jika suatu hari nanti Reo bosan dengan IT dan ingin berganti profesi mungkin York bisa menyarankan Reo untuk membuka restoran di jamin pasti akan menjadi restoran viral mengalahkan restoran Michelin. Oke, kalau yang terakhir York agak lebay sih tapi memang masakan Reo itu nggak tandingannya.“Pa
York menyusuri kota dengan kaki jenjangnya yang berbalutkan celana training dan sepatu kets. Rambut ikalnya di kuncir kuda yang memamerkan leher jenjangnya. Hidungnya tampak rakus menghirup udara pagi yang membuatnya tak merasakan dinginnya pagi. Beberapa sudah tampak beraktivitas di pagi buta seperti paman pengangkut sampah, bibi penyapu jalanan, yang membuat pagi ini sedikit semarak meski dapat di hitung jari jumlah orang yang beraktivitas di luar.Ini adalah hari minggu, hari libur, hari bersantai, dan hari untuk bermalas-malasan namun sejak ia tiba di kota ini ia belum sempat mengunjungi tempat apapun selain kantor, rumah tuan tua Portland, dan supermarket sungguh kunjungan yang membosankan bukan? Dan jadilah pagi ini York memutuskan untuk berjalan-jalan alih-alih tidur dan menghabiskan satu hari penuh rebahan di kasur.York sengaja keluar dari komplek apartemennya dan menyusuri jalanan yang tampak lengang meski ada satu atau dua kendaraan yang melintas setia
“Apa yang ingin kau capai dengan menantang Ecollin York?” Avery menatap lurus ke mata York.“Kebenaran dan keadilan. Aku mengajakmu bekerja sama bukan hanya untuk mencapai tujuanku saja tapi karena aku tahu bagaimana rasanya ketika orang lain menunggangi kepalamu, bagaimana rasanya ketika hasil kerja kerasmu siang dan malam dengan seenak udelnya di caplok orang lain, bagaimana rasanya ketika orang lain mendapat pujian atas sesuatu yang sebenarnya tidak mereka lakukan dan tidak ada hubungannya dengan mereka. Pasti kamu tidak bisa tidur nyenyak di malam hari kan? Jika kamu tidak memperjuangkan apa yang harusnya menjadi milikmu maka milikmu yang lainnya juga akan dicaplok orang lain suatu hari nanti. Belajar tegas dari hal-hal kecil Ve.”Avery menopang kepalanya dengan frustasi. “Bisa kah kita melupakan ini dan tidak membahasnya lagi York? aku bahkan sudah lupa tentang segalanya.”York mendesah pelan “Ve lihat aku, ka