Cukup lama Datok menunggu di parkiran pub yang sangat rame ini, Jepang jaman itu alami peralihan yang luar biasa. Warga Jepang kini mulai banyak pilihan tempat hiburan.Selain ke pub, mereka juga pergi ke bioskop yang sangat banyak bertaburan. Bagi yang ogah jalan-jalan, kini ada alternative hiburan di rumah, yakni televisi.Kalau selama ini hanya radio yang di dengar suaranya, kini mereka bisa lihat langsung aksi idola mereka di layar kaca.Saat ini televisi lagi bomming dan makin ramaikan suasana. Dengan harga yang murah, kotak ajaib ini membuat warga Jepang makin betah berada di rumah dan nongki di depan TV. Hampir semua rumah di Jepang kini memiliki televisi.Datok saat ini menunggu musuh besarnya, dari info yang dia terima, para Yakuza sedang berkumpul di tempat ini.Harapan Datok terkabul, saat itu dia melihat Abe Yosiko termasuk ayahnya, Tuan Yosiko keluar dari pub ini di kawal 10 orang anak buahnya.Datok sudah menyiapkan sebuah senapan mesin otomatis, yang bisa semburkan pelu
Kita tinggalkan dulu Datok di alam masa lalu, yang kini hijrah ke Indonesia dan dia punya pesan penting dari Putri Ratu melalui mimpi.Kita kembali ke dunia masa kini yang kelak ada kaitannya dengan Datok, pasca Datok meninggalkan kedua orang tua dan keluarga besarnya dengan rentang waktu 100 tahunan.Kita akan kulik lagi salah satu tokoh yang lama kita tinggalkan, yakni Balang Hasim Zailani, yang di katakan Datuk Hasim Zailani tak beda kelakuan dengan dirinya saat muda. Balang merupakan generasi ke 6 dari keturunannya, yang masa mudanya tak jauh-jauh dari wanita cantik.Kini Balang sudah setengah tua dan tenang hidup bersama dua istrinya Bella dan Viona, dan tiga anaknya, Salman, Biani dan Brandon --yang ini kemenakannya sendiri-- anak Datok dan mendiang Neni.Balang ternyata meninggalkan jejak asmaranya dengan seorang gadis cantik asal Kazakstan bernama Dinara.Tanpa Balang sadari, hubungan asmara dengan gadis cantik berambut hitam, tapi berkulit bule yang berasal dari Desa Hygert i
Balanara tak menolak, dia pun makan dengan lahap makanan yang disuguhkan, inilah untuk pertama kalinya pula remaja jangkung ini makan lauk dan nasi asli Indonesia.Menik dan Lina, dua wanita menor yang berprofesi sebagai kupu-kupu malam ini sampai heran sendiri melihat remaja tampan ini, yang mereka panggil Mas Bulay.Heran melihat Balanara bak baru pertama kali saja makan, saking lahapnya. Bahkan tanpa sungkan minta tambah.“Lina, siapa dia yaa, kok kayak baru pertama makan saja, mana nggak bisa Bahasa Indonesia lagi?” Lina terus menatap wajah Balanara yang sangat lahap makan.“Nanti kita tanyakan, biarkan dia makan dulu sampai kenyang!” bisik Menik lagi pada Lina.Menik lah wanita yang tadi meminta Balanara makan di warung ini, karena kasihan lihat Balanara menatap makanan yang ada di warung ini, dan dia yang siap membayari makanan yang di santap si bule tampan ini.Setelah kenyang bahkan sampai sendawa, Balanara ucapkan terima kasihnya pada Menik dan Lina.Lina yang pintar Bahasa I
Mulai hari ini, Balanara pun kerja di bengkel Mang Agung. Ternyata si pemilik bengkel ini pernah lama kerja di sebuah perusahaan asing sebagai mekanik, inilah kenapa Mang Agung pintar Bahasa Inggris.“Aku baru 2 tahun buka bengkel ini, sebelumnya…aku kena PHK karena pengurangan karyawan!” cerita Mang Agung.Hari ini Mang Agung sumringah, 3 motor kelar di perbaiki. Lalu ada lagi datang dua motor, juga kelar hari itu di kerjakan Balanara. Si Bulay ini ternyata bawa hoky bagi pria setengah tua. Balanara cerita, dia sejak usia 10 tahun hobby otak atik mesin motor.“Saya pernah ikut kerja di bengkel motor di Kazakstan Mang Agung, makanya motor-motor kecil gini gampang di baikin. Di sana saya biasa baikin motor-motor gede!” aku Balanara, hingga Mang Agung makin kagum.Hari ini Balanara dapat upah hingga 150 ribu, dia bahkan ajak Balanara tidur di rumahnya, yang berjarak 500 meteran dari bengkel ini.Walaupun hanya tidur di ruang tengah di rumah kecil ini. Tapi bagi Balanara ini lebih baik,
Ditemani Acu, Kendra membeli sebuah motor sport second seharga 12 jutaan, ponsel seharga 5 jutaan lalu beberapa lembar pakaian. Sisa uang 40 juta setelah di berikan pada Mang Agung dan Acu dipergunakan untuk berbelanja. Masih ada sisa 13 jutaan dan uang ini lalu di simpannya.Sejak ada motor sendiri, Balanara jadi suka jalan-jalan terutama di hari Minggu ketika bengkel sengaja di liburkan Mang Agung. Sehingga kini dia mulai hapal jalan-jalan di Jakarta.Balanara juga makin mahir berbahasa Indonesia, tak lagi dengan logat cadel atau patah-patah. Namun, gara-gara suka jalan-jalan itulah, masalah mulai muncul. Dimulai kala dia seperti biasa bersama Acu jalan-jalan ke Jakarta di hari Minggu.Begitu memasuki perbatasan Banten – Jakarta, tanpa di duga sedang ada razia kendaraan bermotor. Walaupun sudah pakai helm, namun polisi tetap meminta Balanara yang sedang boncengan dengan Acu stop, untuk di cek surat menyuratnya.Kagetlah beberapa polisi lantas ini, karena remaja ini tak punya SIM dan
Irjen Aria menatap wajah Balanara yang agak membiru habis berkelahi ini. “Jadi kamu ke sini mau cari ayah kandungmu yang tidak berjumpa sejak kamu lahir…tapi fotonya tak ada? Juga alamatnya!”“Betul pa Jenderal…!”“Kamu hoby berkelahi yaa…kalau hoby berantem, mending jadi atlet tarung bebas sekalian, dapat duit lagi!” saran Irjen Aria.Hingga Balanara kaget juga dengan ucapan sang jenderal polisi ini, yang malah sengaja alihkan pembicaraan.“Saya hanya terbawa emosi pa Jenderal…saya nggak punya basic beladiri!” aku Balanara apa adanya.“Ahh iya, aku baru ingat, kamu kan pintar otak atik motor gede, aku punya bengkel motor gede dan lagi butuh satu montir, maukah kamu kerja di sana…?”“Tapi…bagaimana dengan status saya pa Jenderal, izin tinggal saya katanya mo habis. Sedangkan saya sendiri belum bertemu ayah kandung?” sela Balanara tanpa sungkan.“He-he…itu soal gampang, Kombes Slamet, bantu si Mas Bulay ini urus izin tinggalnya, perpanjang hingga 6 bulan ke depan. Agar dia bisa bertemu
Bersama Udi dan Lukito, Balanara ikut menyaksikan secara langsung pertandingan tinju bebas di sebuah hotel bintang 4, yang di tayangkan langsung sebuah TV swasta. Balanara pas juga habis gajian di bengkel moge, sehingga ia membelikan tiket buat kedua sahabat dekatnya ini.Ketiganya ingin lihat langsung Maman bertarung untuk perbaikan peringkat melawan Rocko. Maman sudah 4X naik ring dan ini yang ke 5, rekor Maman 3X menang dan 1X seri.Tapi Rocko, musuhnya ini lebih hebat, 6X naik ring octagon dan tak pernah kalah, targetnya, bila mampu kalahkah Mamang, akan langsung nantang juara intercotinental.Gaya Rocko yang berasal dari wilayah Timur Indonesia ini terlihat tengil. Dia sangat percaya diri dan ini adalah pertandingan kedua malam ini, setelah tadi ada partai tambahan di awal.Tapi Maman terlihat tenang, sebagai rekan di sasana jalanan, Balanara tentu berharap Maman yang tak banyak tingkah ini menang.Walaupun tak begitu akrab, tapi Balanara suka dengan Maman yang terkenal ramah den
Terdiamlah kini Balanara mendengar kisah Sertu Kartolo ini, Sertu Kartolo yang kini berusia 48 tahunan tentu saja tahu soal pemecatan Balang ini. Karena ketahuan punya dua istri (baca bab-bab terdahulu).Sebab dulu itu Sertu Kartolo pernah tugas di Latua Puncak, tapi saat dia datang dan mulai bertugas di daerah konflik tersebut. Jenderal Balang sudah di pecat sebagai perwira tentara. Terdiamlah Balanara, apa mungkin Balang Hasim Zailani itu ayahnya? Tapi kata Sertu Kartolo ini, Jenderal Balang itu tak pernah tugas di Kazakstan.Jadi rasa mustahil itu ayah kandungnya, sementara ibunya seumur-umur tak pernah ke luar negeri.“Balanara, kamu punya nggak foto ayahmu itu?”Balanara langsung menggeleng, jangankan foto, wajah ayahnya bagaimana, Balanara tak tahu sama sekali. Karena dia memang tak pernah melihat gambar ayah kandungnya itu.“Waduhh…syuuulittt anak muda…bagaimana kami bisa membantu, wong fotonya saja kamu tak ada!” keluh Sertu Kartolo, yang kini jadi iba juga melihat bule tamp
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman