Hokida Tanaka menatap anak angkatnya, Dean Tanaka, tubuh anak yang baru berusia 12 tahunan jelang 13 tahun ini terlihat kokoh, tingginya bahkan sudah sebahu Hokida Tanaka.Rambut yang gemuk dan panjang di ikat rapi di atas kepalanya, kulitnya putih bersih, yang bikin Hokida Tanaka agak heran, mata Dean walaupun terlihat agak sipit, tapi kalau dalam keadaan normal, matanya bulat indah. Dean Tanaka bak anak blasteran saja.Sampai-sampai Hokida Tanaka membatin, jangan-jangan anaknya ini ortu aslinya keturunan Jepang-Korea.Apalagi tinggi badannya itu sangat menjulang, anak seusianya hanya se-dada Dean Tanaka. Yang membuat Hokida makin sayang, semua ilmu pedang samurainya sudah di kuasai Dean Tanaka sepenuhnya.Tinggal di matangkan saja lagi, Hokida yakin, paling lama 3 atau 5 tahunan lagi, anak tunggal nya ini akan menjelma menjadi seorang pendekar samurai tak terkalahkan.“Dean…ke sini!” panggil Hokida, sehingga latihan anak kecil berangkat remaja ini terhenti. Dean dengan senyum manisn
Setelah membungkuk dalam ke arah kaisar, Hokida tiba-tiba berdiri tegap, semua orang kaget. Sikap ini sangat tak patut, apalagi di lakukan di depan Kaisaryang sangat di hormati dan dianggap wakil Tuhan di muka bumi.Tapi Kaisar Hotaki diam saja di tempatnya, seolah perbuatan Hokida tak perlu di persoalkan.Diam-diam Kaisar Hokita aslinya sangat segan dan hormat pada sepupu ayahnya ini, yang juga mantan kaisar sebelumnya. Apalagi ia ingat saat kecil, Hokida Tanaka ini sering mengajarinya main pedang samurai.Dengan matanya, Kaisar Hokita memberi tanda pada pengawal utama dan yang lainnya, agar membiarkan ulah Hokida Tanaka.“Yang mulia kaisar…tuduhan penasehat Yosiko itu terlalu mengada-ngada dan ini fitnah besar. Hamba tak pernah mengumpulkan orang untuk membuat pasukan. Apalagi berniat mau memberontak. Kami bahkan di serang sekelompok ninja, tanpa hamba tau apa masalahnya. Karena hamba dan murid-murid hamba tak pernah berbuat apapun, apalagi mengancam keselamatan negeri kita ini.”Be
Tujuan Dean Tanaka bersama Aiwa ibunya dan Ogowa ART-nya, adalah ke pegunungan Hokkaido, di mana paman Ito Kumora, yang merupakan sahabat baik ayahnya, Hokida Tanaka berada.Bukan tempat yang dekat dan mudah, apalagi perjalanan ini dilakukan dengan jalan kaki, dan harus melewati hutan dan pegunungan yang sangat lebat.Dan pada hari 20, Aiwa jatuh sakit, selain usia tua, wanita malang ini juga setiap hari teringat suaminya yang tewas mengenaskan di bantai musuh.Dean Tanaka dan Ogowa merebahkan wanita tua bertubuh kurus ini di bawah pohon pinggir sungai ini. Karena sudah tak kuat lagi jalan, dan kadang menolak di gendong Dean.“Dean…ibu sudah tak kuat lagi…ingat, kamu harus balaskan kematian ayah kamu. Kamu harus bertemu Ito Komura, sahabat baik ayahmu. Ogowa, kamu harus antar anakku bertemu Tuan Ito Komura, sampaikan pesanku, agar mendidik Dean Tanaka menjadi seorang pendekar samurai yang tangguh dan kuat!”“Iya bu…aku akan pertaruhkan nyawa buat Dean Tanaka, untuk sampai ke pegunung
Walaupun tetap kurus, tapi badan Dean Tanaka sangat kokoh dan kuat, wajahnya makin tampan, dengan hidung yang mancung dan kulit putih bersih. Sepintas wajahnya mirip bintang drakor terkenal saat ini, Lee Min Ho.Rambut panjangnya di couple dan diikat dengan rapi, sayangnya ‘Lee Min Hoo’ muda ini berwajah dingin dan tak pernah tersenyum, apalagi tertawa-tawa. Dean Tanaka benar-benar pribadi yang dingin dan tak suka bercanda!Suatu malam, Dean Tanaka di minta datang ke kamar semedhi Ito Komura, yang terlihat makin sepuh. Karena usianya sudah 70 tahunan.Setelah bersujud di depan gurunya ini. Ito membuka matanya dan menatap wajah remaja yang mendekati pemuda di depannya ini.“Dean…saat ini perubahan-perubahan besar sedang terjadi di negara kita, baju kimono sudah banyak di tinggalkan. Juga rambut panjang…ku harap, mau tak mau kamu harus ikuti perkembangan…!”“Maksud sensei bagaimana…maaf Dean kurang begitu paham..?”“Hmm…aku paham apa yang ada di dalam hatimu…kini kamu sudah 18 tahunan,
Ogowa tiba-tiba datang dan menarik mundur tangan Dean Tanaka. “Permisi madam..!” cetus Ogowa dengan nada hormat sambil menunduk dalam-dalam lalu memberi hormat, dia membawa pemuda ini agar menjauh.Wanita cantik jelita ini hanya menatap kepergian Dean dan Ogowa, ada rasa penasaran dalam benaknya. Terutama pada pemuda penolongnya yang tampan dan bertubuh jangkung ini.“Paman kenapa aku di bawa pergi?” Dean agak protes dengan ulah mantan ART kedua orang tua angkatnya.“Kamu tahu siapa wanita tadi?” Ogowa langsung balik bertanya, Dean tentu saja buru-buru menggeleng, karena dia memang tak kenal.“Perempuan itu seorang geisha atau geiko kelas elit..!” cetus Ogowa. Si ART ini pun lalu menjelaskan secara singkat apa itu Geisha itu,.Anehnya Dean hanya diam, dan tak bertanya lebih jauh apa itu geisha. Hanya diam-diam menyukai penampilan wanita cantik itu, yang dianggapnya bak wanita dalam lukisan, saking cantiknya.Bagaimana pun Dean Tanaka lama tinggal di desa, sehingga dia jadi penasaran
Puas jalan-jalan, kini ketiganya kembali pulang ke asrama yang sepi, karena rekan-rekan mereka sedang pulkam. Tapi diam-diam Dean Tanaka berganti baju yang dianggap paling baik, dan dengan alasan ada yang di cari, dia pergi dari asrama ini. Tujuannya adalah, tempat di mana geisha cantik tadi masuk.Dengan usia sudah hampir 20 tahun dan tubuh jangkung, Dean Tanaka tidak dianggap remaja lagi, tapi seorang pemuda. Sehingga dia bisa masuk ke restoran ini, dan melihat suasana restoran mewah ini daru dekat langsung. Keder juga dia, karena rata-rata yang masuk ke sini orang kaya.“Tuan mau duduk di mana, silahkan di pilih, masih banyak meja kosong!” seorang pelayan mendekati Dean Tanaka yang celingak-celinguk, karena mencari-cari di mana geisha itu berada.Dean pun memilih duduk di pojokan, dia pun pesan sebuah minuman dan menolak saat di sodori makanan. Karena uangnya tak cukup!Makin sore, restoran ini makin ramai, dan tak lama kemudian muncullah orang yang Dean tunggu-tunggu, geisha jelit
Kento dan Mako kaget melihat teman mereka baru pulang setelah 5 hari ngilang. Bahkan Dean kini akan pergi lagi, dengan alasan mau jenguk keluarganya.Yang bikin keduanya makin heran, Dean memberi mereka uang tak sedikit, masing-masing 50 ribu yen, buat keduanya belanja.“Tenang saja, aku dapat warisan dari orang tuaku, yang diantar bekas ART ayah dan bundaku,” cetus Dean beralibi, hingga Kento dan Mako tak curiga dan mereka kesenangan bukan main hari ini dapat rejeki nomplok.Tak buang waktu Dean pun pergi, kedua sahabatnya ini tak tahu, Dean malah pergi ke sebuah dealer mobil dan beli satu buah kendaraan baru di sana.Kini, lengkaplah sudah penampilan Dean Tanaka, punya uang banyak dan rumah pribadi, penampilan bak anak bangsawan dan kini miliki sebuah mobil.Walaupun belum terlalu mahir bawa mobil ini, tapi dalam waktu singkat setelah di ajari sales di sana. Sehari kemudian Dean Tanaka sudah nekat muter-muter Kota Tokyo dengan mobil barunya ini.Jaman itu tak ada mobil yang pakai r
Ciiiittttt...Dean Tanaka terpaksa mengerem mendadak mobilnya, karena satu mobil penguntitnya menghadang dan melintang di tengah jalan.5 orang keluar dari mobil dan di tangan mereka sudah terhunus masing-masing sebuah samurai. Lalu dari mobil yang satunya juga datang dan kembali 5 orang keluar dari mobil ini.Dean Tanaka kini di kurung 10 orang sekaligus, pemuda ini sama sekali tak takut. Dia bahkan dengan tenang dan percaya diri keluar dari mobilnya. Lalu melangkah ke depan dan menghadap 10 orang, yang kini langsung mengurungnya.Kini Dean menatap mereka satu persatu, ke 10 orang sampai saling pandang, melihat tenangnya pemuda ini. Seolah-olah mereka ini sekumpulan anak-anak kecil yang tidak menakutkan baginya.“Hmm…1,5 tahun lebih, baru kali ini aku berkesempatan akan bertarung yang sesungguhnya,” batin Dean Tanaka yang diam-diam malah senang, karena niatnya adalah ingin uji kemampuan latihannya sejak usia 4 tahunan.“Heii anak muda, sebelum mayat kamu kami buang ke hutan ini, sebut
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman