“Iya ayah…Brandon akan selalu ingat!” sahut Brandon sambil terus menciumi tangan ayahnya, yang tanpa Brandon sadari mulai dingin, bukan dingin karena AC, tapi dingin yang berbeda.“Brandon…satu lagi pesan ayah…nikahi Kelly…dia anak baik, bimbing dia kelak agar tak seperti ayahnya yang kemaruk harta, ini juga sekaligus memperbaiki hubungan kita dengan kakeknya, Dato Rahim Lim…kakeknya yang juga ayah dari istri ayah, Encik Ela, ingat harta yang ayah dan kamu nikmati sekarang berasal dari Dato Rahim Lim, jangan lupa sejarah!”“Baik ayah…Brandon kelak akan melamar Kelly!”Brandon tak ingin mengecewakan ayahnya, walaupun sampai detik ini, dia sama sekali tak ada rasa cinta dengan Kelly, kecuali cinta abang ke adik, karena hatinya masih teringat Sarah, yang lost kontak dan bingung kemana mencari gadis cantik tersebut.Wajah Dato Hasim terlihat berbinar mendengar jawaban an
“Tak bisa ku andalkan aparat yang lamban bergerak, seakan-akan dalangnya ini orang yang sangat sulit dan tak tersentuh hukum!” batin Brandon.Terbunuhnya Dato Hasim menjadi headline semua koran-koran Malaysia selama berhari-hari, sampai akhirnya sang Dato meninggal dunia 3 hari setelah penembakan itu.Dari keterangan Asisten Rahman, Brandon mengetahui kalau penembakan itu terjadi saat Dato Hasim sedang jalan-jalan di sebuah taman di Kota Penang.Walaupun pengawalan sangat ketat, tapi sniper ternyata lebih lihai, sniper ini mampu memanfaatkan kelengahan para pengawal.Hanya satu tembakan yang tepat mengarah dadanya, Dato yang sudah renta inipun tersungkur ke tanah. Walaupun tak telak mengenai jantung, namun karena usia Dato yang uzur, Dato pun meninggal dunia di samping anak kandungnya, setelah di rawat intensif selama 3 hari di rumah sakit.Walaupun para pengawal sudah berusaha mengejar, tapi sniper ini mampu kabur dan menghilang, usai
Diam-diam Brandon terus memantau perkembangan Gerakan Brigjend Amri dan anak buahnya, untuk menyergap para pembunuh ayahnya. Brigjend Amri yang tahu latar belakang Brandon mengingatkan Brandon agar jangan bertindak di luar instruksinya, karena ini sudah masuk dalam planning mereka.Brigjend Amri curiga kalau sang crazy rich ini akan bertindak sendiri, dan sang jenderal polisi ini ngeri sendiri, karena tatapan Brandon menyiratkan dendam dan ada kekejaman di mata itu. Sebagai polisi senior di bidang intelejen, sang komandan intel ini tahu apa yang ada di dalam hati Brandon.Brigjend Amri Amran pun sampai kini tak mau menyebutkan di mana kelak mereka akan lakukan penyergapan.Hampir dua minggu semenjak meninggalnya Dato Hasim, Brandon belum juga dapat informasi baru lagi terkait penyergapan yang akan di lakukan Brigjend Amri.Saking fokusnya, Brandon sampai rehat sejenak dari rutinitasnya di kantor, ia benar-benar ingin membongkar siapa dalang pembunuhan ayahnya ini ada apa motif sesungg
“Namanya Mr Chen!” Takur lalu menyebutkan alamatnya secara lengkap, Brandon langsung mencatat dalam hati.“Ngeekkk…!” Takur kembali pingsan yang kedua kalinya karena kembali pukulan karate Brandon mengenai tengkuknya.Setelah kepala Takur terkulai, Brandon melepaskan ikatan di lengannya dan mendudukan Takur bersandar di sebuah dinding beton di jalanan tersebut, ia pun kemudian meninggalkan tempat itu.Brandon langsung pulang setelah mengambil motor Harley nya di parkiran, motor itu sebetulnya milik ayahnya Dato Hasim, yang lama tersimpan di garasi, tapi selama ini selalu dipanaskan para ART. Sehingga motor ini tetap terpelihara baik, walaupun tersimpan bertahun-tahun di dalam garasi.Sebelumnya Brandon melihat ada 5 buah motor di sana dari berbagai merek, tapi ia suka melihat merek Harley ini.Ali yang melihat tuannya ini baru datang kaget, karena wajah Brandon makin hari dilihatnya makin dingin dan hanya
Pria kasar yang ternyata preman atau penguasa wilayah ini langsung berkacak pinggang di hadapan Brandon, sementara wanita yang ternyata masih muda ini menyingkir ke samping, tanpa Brandon sadari, wanita hamil itu menatapnya dengan wajah tercengang.Brandon berdiri berhadapan kini jarak mereka hanya 1,5 meteran, tinggi Brandon dan pria itu hampir sama, tapi badan orang itu lebih gemuk sehingga terlihat lebih besar, sementara tubuh Brandon yang tertutup jaket kulit ramping dan kokoh.Sedangkan dua orang yang ternyata anak buahnya kini mengurung Brandon, tubuh mereka agak pendek dan hanya sebahu Brandon.“Saya tak bermaksud ikut campur, hanya tak tahan lihat perempuan hamil kalian perlakukan kasar begitu!”“Hantam saja bos, ni orang ganggu kita saja!” nyolot seorang yang berdiri di sisi kiri Brandon.Pria tinggi besar ini melirik anak buahnya, lalu menatap wajah Brandon, tiba-tiba dia melayangkan tamparannya yang keras ke wajah
Yang bikin Brandon penasaran lagi Sarah kini hamil, siapa suami Sarah saat ini.Sepanjang jalan mengikuti langkah Sarah, pikiran Brandon teringat saat mereka bercinta. Ia masih tak bisa melupakan kalau wanita itu merelakan mahkotanya buat Brandon.“Kenapa ia tiba-tiba sudah bersuami…aku kurang yakin, agaknya ada yang dia sembunyikan!” batin Brandon sambil terus mengikuti langkah Sarah dan Ferdi tadi.Brandon juga masih ingat dengan jelas, malamnya mereka bercinta, tapi pagi-pagi sekali Sarah sudah tak ada lagi di kamarnya.Dan sehari kemudian ia dapat kabar dari Regina kalau Sarah sudah resign dari pekerjaannya, dengan alasan dapat telpon dari Kuala Lumpur kalau ibunya sakit.Sejak saat itulah, hati Brandon sebenarnya sudah tergetar, sudah ada timbul rasa sayang pada gadis jelita itu. Namun ibarat lampu, rasa itu padam setelah Sarah seakan menghilang.Kini malam semakin larut, sudah hampir jam 10 an, inilah yang menolong B
Padahal gaji Sarah lumayan tinggi dan ekonomi keluarga mereka terangkat naik, kini mereka terpaksa tinggal di kontrakan kecil ini, karena rumah mereka sebelumnya habis sewanya dan tak sanggup lagi membayar, bahkan buat makan sehari-hari pun mereka kekurangan.Kini saat uang pesangonnya habis karena saat bersamaan Makcik juga pakai buat berobat ke dokter.Sementara saat ini perutnya makin membesar, di tambah uang makin tipis, membuat Sarah terpaksa berjualan makanan ringan di jalan dari sore hingga malam hari, yang hasilnya tak seberapa bersama adiknya, Ferdi.Setelah hampir satu jam bercerita, Makcik Lora yang sampai lupa menawarkan air minum ke Brandon kini terdiam sambil bersandar, dia agak terbatuk-batuk karena sejak tadi terlalu bersemangat saat bercerita.Brandon yang aslinya sangat cuek dan tak begitu memusingkan sesuatu yang bukan persoalannya, kini menatap iba Makcik Lora.“Makcik…apakah tau di mana Sarah menyimpan buku tabunga
Brandon kini kembali ke apartemennya, ia berencana akan mulai menyelidik sebuah tempat berdasarkan keterangan Kumar dan juga Takur. Dia sejenak melupakan pertemuan dengan Sarah dan ibunya.Misinya tentu saja ingin bertemu dengan Mr Chen, pria yang di sebut Takur sebagai penghubung dengan Mr Bhat yang misterius.Berhari-hari Brandon nongkrongin tempat itu, bahkan hampir tiga mingguan lebih tapi ia belum juga bertemu dengan orang di maksud.Pada suatu hari, Brandon kembali ke sebuah pub yang selama ini ia intai, tempat itu ternyata sebuah pub kelas atas, yang terkenal hanya tokoh-tokoh penting dan artis-artis top Malaysia yang suka dugem ke sini. Orang biasa tentu mikir panjang, selain sangat mahal, juga masuk ke sini tak sembarangan, kecuali punya member khusus saja.Seperti biasa Brandon pasti akan memilih tempat agak di pojokan dan melihat-lihat sekelilingnya, tempat ini belum begitu rame, tapi semakin malam makin banyak yang datang, tentu saja pakaian m
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman