Balang hanya memejamkan mata sambil menikmati gosokan spon bercampur sabun di tubuhnya, Balang bukan tipikal orang yang suka memanfaatkan kesempatan.Tapi saat membuka mata, mau tak mau kalamenjing Balang bergerak tak beraturan, saat melihat Sie Jin hanya kenakan beha dan CD saja, saat memandikan tubuh polosnya.Dengan kulit putih bersih dan body khas remaja, di tambah body proporsional Sie Jin, Balang harus akui betapa bagusnya tubuh gadis asal negeri Kim Jong Un ini.Dan mau tak mau, sesuatu yang tak direncanakan, kadang terjadi! Itu diawali saat benda keramatnya perlahan tapi pasti naik sendiri.Balang membiarkan saja, tak berusaha menutupinya. “Tuh Sie Jin udah melihat juga,” pikir Balang cuek.Sie Jin tersenyum kecil sambil menyiram tubuh Balang dengan air bersih melalui shower hingga bersih.Sie Jin sudah bukan anak kecil lagi, dia paham pemuda di depannya sedang menahan diri, untuk tidak kurang ajar dengannya.Inilah yang membuat Sie Jin salut dan kagum dengan Balang, di sampin
Dengan hati nelangsa mendengar kematian Marina saudara se ayahnya, Balang pun berangkat laksanakan tugasnya ke daerah terpencil ini. Walaupun dalam batinnya, setengah hati pergi ke sini.Selain tak kenal daerah yang di sebut Kabupaten Ujung Sabang, dia juga baru tahu tempatnya berada di paling ujung republik ini, dan tinggal nyeberang kurang dari satu jam. Maka sudah masuk wilayah negara tetangga.Ayahnya di Jakarta ikutan kaget bukan main mendengar kabar itu. Hingga Radin langsung terbang ke London temui Gabrille untuk nyatakan belasungkawanya.Karena tahu situasi tak begitu aman, Radin berangkat dengan 2 pengawal setianya, Horman dan Sono. Ketiga istrinya sengaja tak di bawanya, demi ke amanan.Balang kaget juga, karena menuju ke tempat tugasnya yang baru dari Banda Aceh harus naik kapal motor hingga 5 jam lebih.Daerah ini ternyata wilayah pemekaran yang baru setahun berdiri, sehingga cukup pangkat Mayor seperti dirinya yang jadi pelaksana tugas Dandim di sana.Belakangan Balang ba
Balang mengangkat tangannya dan kini salah satu pentolan penyekap ini mendorongnya ke dalam ruangan, dengan menodongkan ujung popor senjata otomatisnya ke tubuh pemuda nekat ini.Pistol di pinggangnya di rampas orang ini, dan malah di gunakan untuk menodongnya. Pistol Balang ini ada tombol khusus, sehingga tak sembarangan orang bisa menggunakan, kalau tak tahu tombol tersembunyi ini.Balang membelinya saat di London dan harganya sangat mahal, hampir 300 jutaan.Sepintas Balang tertawa dalam hati, saat melirik senjata otomatis milik penjahat ini…karena tak ada pelurunya. Sedangkan dua temannya memegang pistol rakitan.Namun Balang pura-pura menyerah saja. “Hei kamu tentara nekat, apakah kamu bawa uang tebusan 25 miliar!” bentak orang yang pegang pistol rakitan, di tatap cemas si ibu guru cantik dan 20 siswa SMP ini dengan pandangan takut.“Ada, tapi saya tak bawa uang cash, kalau kalian ingin tranfer, dalam hitungan menit uang itu akan masuk ke rekening kalian.” sahut Balang kalem.Ket
“Bu Najwa, mau kemana, kenapa sampai kehabisan BBM?” Balang berbasa-basi sambil turun dari motornya. “Mau pulang ke kos, tadi dari pasar, belanja kebutuhan sehari-hari Om, lupa kalau BBM nya tinggal dikit!” Najwa tertawa kecil memperlihatkan giginya yang putih dan rata. Balang melihat ada dua tentara, anak buahnya yang juga naik motor. Balang langsung melambai, sehingga keduanya sigap berhenti sambil memberi hormat. Dia meminta salah satu anak buahnya ini membawakan motor Najwa, dan si guru cantik ini dia antar sampai ke kosnya. “Mau mampir dulu Om?” “Makasih Bu Najwa, lain kali saja ya!” Balang lalu permisi dan langsung kembali ke kantornya. Diatas meja kerjanya, Balang melihat ada sebuah surat, ternyata dari sekolah yang dulu kena jadi tempat 3 penjahat beraksi. Kepala Sekolahnya ternyata mengundangnya untuk selamatan, karena tak ada yang cedera pasca penyanderaan semingguan yang lalu. Dua hari kemudian, seluruh siswa SMP 02 Ujung Sabang ini memandang kagum dengan tentara muda
Setelah 4 bulan bertugas di Kabupaten Ujung Sabang, Balang di panggil ke Makodam di Medan dan di beri kenaikan pangkat luar biasa lagi. Dari Mayor menjadi Letnan Kolonel.Sebuah sejarah baru tercipta, belum 27 tahunan, Balang sudah berpangkat perwira menengah, hal yang sulit di capai serdadu lainnya!Banyak pastinya yang sirik, tapi mau gimana lagi, kalau mau naik pangkat wajib punya prestasi seperti Balang dan nyawa taruhannya.Awalnya mau di Makodam Banda Aceh, tapi di rubah. Di saat bersamaan si KSAD Jenderal Cecep Kuswara ada kunker di Medan, sehinga pelantikan Balang di pindah ke Medan.Jenderal Cecep langsung menatap kagum sosok Balang. “Ganteng banget ternyata aslinya, kokoh tegap lagi,” puji Jenderal Cecep, yang terpaksa agak mendongak, karena si jenderal ini hanya sehidung Balang.Usai pelantikan, Balang kaget, sahabat dekatnya ternyata bertugas di Medan, sebagai Koramil di kota ini.“Gila kamu coii, aku baru saja naik pangkat jadi Kapten, ehh ente udah Letkol ajehh!” sahabat
Lampu kamar kini di ganti lampu tidur yang agak redup, untung saja kamar ini pakai AC, kalau tidak, kebayang gerahnya, karena berada tak jauh dari pantai. Melihat Balang tidur di bawah hanya beralaskan selimut, Najwa jadi tak enak hati, dia bolak-balik di kasur empuk. “Bang…abang…naik ke atas saja, tidur sama-sama di sini!” panggil Najwa pelan. “Jangan Najwa, ga-papa kok!” Balang masih menolak halus, padahal hatinya mulai deg-degan juga. Balang memang bukan fuckboy seperti sahabatnya, Kapten Harden, yang tak pernah mau melewatkan kesempatan. Najwa malah bangkit dan menarik tangan Balang, sehingga mau tak mau Balang mengikuti dan kini tidur di samping bu guru cantik ini. Ranjang ini cukup luas dan tentu saja muat buat berdua, bahkan bertiga sekalipun. “Bang…aku boleh tanya nggak?” “Hmm…boleh tanya apa!” Balang menoleh ke samping dan Najwa kini tidur miring sambil memeluk guling menatapnya. “Abang kan sudah naik pangkat nih jadi Letkol, usia abang berapa sih, cepat banget naiknya.
Tok..tok..Assalamualaikum…!” terdengar ada ketukan di depan rumah dinas Balang, si perwira yang mandi ini buru-buru ke depan. Hari ini hari Minggu, sehingga Balang bisa santai sejenak.“Cut Bella, masuk ya, bapak mau berpakaian dulu!” gadis cantik berkerudung ini melengus malu melihat Balang hanya pakai handuk, sehingga badan kokohnya terlihat jelas.Setelah mengenakan celana olahraga dan kaos, Balang pun keluar menemui muridnya yang paling cantik ini.“Ada apa Bella, kok ke sini..?” awalnya Bella hanya diam, seakan bingung. Balang mendiamkan saja.“Pa Guru…Bella boleh minta tolong nggak…?” terdengar lirih suara Bella.“Boleh banget, mau minta tolong apa…?” sela Balang cepat.“Eee…bapak Bella…berhutang ke rentenir pa Guru, bapak pinjam uang 2,5 juta, Tapi bapak nggak punya uang membayar, bunganya gede, 1 juta, jadi bapak harus bayar 3,5. Nahh kalau nggak di bayar, perahu bapak mau di ambil…kalau di ambil, bapak nggak bisa melaut…kami mau makan apa…!” cerita Bella sambil terisak, hing
Baru saja selesai berpakaian dan bersiap ke kantornya, dan terlihat juga bu guru cantik sudah berpakaian rapih. Tapi masih berada di kamar Balang, setelah tadi malam keduanya berlayar puncak. Balang kaget sekali saat ajudannya Sersan Umar datang tergopoh-gopoh.Najwa langsung bersembunyi, agar anak buah Balang ini tak melihat dirinya ngedon di rumah sang perwira tampan ini.“Lapor Ndan, Plt Bupati dan 10 rombongannya di sandera gerombolan bersenjata di Pulau Ukih, termasuk pa Kapolres AKBP Rohim!”“Whattttss…? Bagaimana ceritanya, kan di kawal polisi hingga 15 orang?” Balang yang baru saja memasang pistolnya di pinggang kini masih terkaget-kaget.“Info terakhir ada dua korban jiwa, yang merupakan personil kepolisian, sisa 13 orang kabur Ndan!”“Hmm…mental tempe…baik, hubungi personel kita rapat darurat!” Setelah Sersan Umar pergi, barulah Najwa keluar dari kamarnya, karena tadi dia sempat kaget melihat anak buah Balang datang, sehingga Najawa terpaksa bersembunyi di kamar ini.“Aku pe
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman