“Silahkan mampir dulu Bang!” Badriah menawari Balang untuk singgah, Balang melihat jam tangan, masih pukul 21.15, dia pun mengangguk.Balang sebelumnya membantu memapah Badriah, walaupun tak menggunakan parfum wangi, tapi tubuh Badriah enak baunya, seperti bau orang habis mandi, bau sabun yang harum lembut.Namun Balang nggak mikir aneh-aneh, karena dia niatnya menolong. Balang tak mau di sebut kurang ajar. Walaupun berkali-kali bukit kembar Badriah tergencet tubuh kokohnya.Balang bukan pemuda playboy seperti mendiang Abang nya yang tobat usai menikah, tapi dirinya tak pernah melewatkan kalau kesempatan ada!Rumah Badriah masuk ke dalam gang, sekitar 50 meteran dari jalan raya. Sehingga mau tak mau Balang membantu menuntun menuju rumahnya berjalan kaki.Rumah ini cukup sederhana, ada dua kamar tidur kecil, satu ruang tamu dan satu dapur. “Saya tinggal bertiga di sini bang, anak saya yang berusia 5 tahun dan adik saya yang berusia 15 tahun.” Cerita Badriah sampai mengurut-urut kakinya
Kebiasaan Balang jalan malam membuahkan hasil, sejak menghajar 4 begal yang hampir sukses rampas motor Badriah, sudah 2X ia menggagalkan aksi meresahkan warga ini.Begal-begal itu Balang hajar hingga klenger dan hampir tewas di hakimi warga. Saat warga aseek memukuli, Balang diam-diam pergi, sehingga sosoknya tak di kenal orang.Banyak warga yang penasaran…siapakah ‘Batman’ yang malam-malam menghajar para penjahat sadis ini?Seminggu kemudian setelah Badriah menerima uang 100 juta, pagi-pagi si janda denok ini kembali datang ke rumah dinas Balang.Hari ini tanggal merah, sehingga usai olahraga jogging, Balang bermaksud jalan-jalan sambil cari sarapan.“Teteh…tumben datang, gimana kabar warung gorengannya,” sapa Balang sambil mempersilahkan masuk.“Lagi di bangun bang warungnya, juga sekalian rombak rumah, abisnya pemberian Abang banyak banget. Oh ya ini bang saya bawakan sarapan, moga Abang belum makan!”Balang pun kaget dan mengajak Badriah sekalian saja ke meja makan. Ternyata Badri
Letkol Supoyo menatap wajah wakilnya ini, Mayor Balang hari ini ajukan cuti selama 10 hari, untuk ke Surabaya.“Baiklah…aku kasih waktu selama 10 hari, jangan melewati harinya ya, atau hukum disiplin aku berikan ke kamu!” Letkol Supoyo mengingatkan wakilnya ini. Terlebih Balang hanya bilang mau cuti doank, tapi tak sebutkan alasan cuti apa!“Siap Ndan…permisi!” Balang pun berlalu dari hadapan atasannya. Senyum dinginnya keluar saat pergi dari depan atasannya ini.Tanpa buang waktu, sore itu juga Balang langsung ke Bandara Kertajati dan terbang langsung ke Surabaya.Selama perjalanan, Balang hanya ketiduran dalam pesawat plat merah ini, seperti habis kerja keras saja. Tadi malam, dia kembali bercinta dengan Badriah.Kenakalan Balang sudah masuk kategori kakap, walaupun kini dia punya kebiasaan unik, kalau sedang mendekati seorang wanita. Maka dirinya hanya fokus ke wanita itu saja, tidak terpikir menduakannya.Walaupun godaan wanita lain tak sedikit, bahkan diam-diam Balang tahu, istri
Bonang Panther terlihat di kawal 5 orang, dia duduk di sebuah meja yang kayaknya di khususkan buat dirinya dan anak buahnya.“Hmm…aneh, seorang tokoh kriminal di Latau bisa bebas berkeliaran di tempat beginian.” Batin Balang bingung sendiri.Hanya duduk sebentar, Bonang Panther terlihat pindah tempat dan naik ke lantai 2, kembali diikuti 5 anaknya buahnya, 3 orang berbadan gelap dan 2 orang lainnya wajah biasa.Terlihat bersikap angkuh dan seolah tempat ini milik mereka. Beberapa tamu bahkan menyapa dan memberi hormat ke Bonang Panther.Setelah menghilang di lantai 2, Balang pun naik ke sana, ternyata di lantai 2 merupakan room karaoke mewah.Balang menghitung ada 15 room di sini dan lebih separu terisi, Balang lalu menuju ke bagian ujung, di mana ada 3 room yang paling besar dan paling mewah.Saat melewati kamar kecil di mana para waiters pria beristirahat, Balang mengambil satu seragam di sana, pemiliknya ternyata sedang ke toilet.Dengan buru-buru Balang memakain baju itu dan memba
Amukan Balang di club Panther benar-benar membuat geger hingga ke Mabes. Imbasnya, tak sampai 4 bulan bertugas sebagai Wa-Dandim, Mayor Balang pun kembali di mutasi, tapi kali ini tidak di hukum.Balang beralasan dia mengejar pentolan kelompok kriminal bersenjata dan bertindak sesuai prosedur. KSAD nya langsung sependapat dengan alasan sang serdadu nekatnya ini. Apalagi Bonang jadi buruan paling di cari saat ini.Balang di tarik ke Mabes tanpa jabatan, dia pun tak masalah. Tuh dia tak kejar jabatan, apalagi ekonomi! Tapi murni karena panggilan hati dengan menjadi serdadu. Walaupun sampai kini ia masih penasaran, karena Bonang Panther lolos.Radin kaget bukan main saat Balang sebut Bonang Panther ternyata adik dari Bolak Siwandjaja si bos Geng Cicangi, mantan musuh Radin.“Hmm…tak aneh, kalau si Bonang juga bisnis narkoba, karena kakaknya sejak duu berbisnis itu. Berarti pabrik narkobanya yang kamu obrak-abrik itu berada hutan lebat di Latua Puncak,” guman Radin, saat Balang sengaja me
Marina menceritakan, saat bentrok dengan kelompok Jhon White mereka unggul, karena anak buah Marina kini jago-jago berantem. Sama seperti dirinya! Pelajaran pernah kalah dari anak buah Cen Long, membuat Marina mewajibkan anak-anak buahnya berlatih keras di sasana.Namun ketika bentrokan terjadi dan mereka di atas angin, tiba-tiba kelompok Cen Long datang dan menghajar habis-habisan kedua kelompok yang sedang bertikai ini.“Aku…kalau tidak melompat di ketinggian 15 meter, sudah pasti tewas di tembak Cen Long. Saat jatuh ke salju, kaki kananku patah!” cerita Marina, Balang hanya mendengarkan tanpa menyela.Balang tak langsung iyakan keinginan kakaknya ini, Balang kini dan dulu beda, kalau dulu dia bertindak dulu, urusan belakangan. Kini tidak! Balang tidak mau buru-buru mengiyakan ke inginan Marina, walaupun dia ini saudaranya.Balang masih ingat ucapan Naomi, saat mereka berada di motel dulu. Kalau Marina ini cucu musuh besar dirinya dan juga orang tuanya, yakni Dato Simon. Terlepas ka
“Mari Clara, ku antar kamu pulang!” Balang langsung menarik tangan bule cantik ini dan kini keduanya kembali jalan santai di kota London ini.Kali ini Clara benar-benar plong, pemuda tampan dingin ini bukan pemuda biasa, tapi seorang jagoan bukan kaleng-kaleng. Lima orang ajee keokkk, pikir Clara terkagum-kagum.Clara lalu menyetop taksi, ternyata apartemennya masih lumayan jauh, Balang mengikuti kemauan Clara yang minta di antara.Mereka ngobrol ringan-ringan saja. Tidak lagi membahas soal Bornet alias Jornet cs, mantan kekasih Clara, yang baru saja di hajar Balang.“Jadi mami kamu tinggal di Paris tapi ada darah Malaysia?” tanya Balang, ketika mereka sudah berada dalam taksi.“Iya Balang, papiku asli London. Tapi kakek dan Nenek buyutku asli Malaysia. Tapi aku baru sekali ke Malaysia, itupun saat masih berusia 5 tahunan. Tapi aku pingin banget ke Indonesia, negerinya indah. Katanya kulinernya juga enak-enak…murah-murah lagi, kapan ya bisa ke sana!”“Oh ya, kakek buyutku juga orang M
Cen Long dan 20 anak buahnya kaget dan kagum melihat Balang benar-benar datang berterang. Muncul seorang diri, dengan sebuah tas lumayan besar, di tangan kanannya, dan pakaian serba hitam dan jaket hitam.Cen Long mengakui dalam hati, wajar adiknya Naomi sempat suka dengan pemuda tinggi dan berbody makin besar serta kokoh ini.Dua orang anak buahnya yang mengiringi Balang di suruh Cen Long menjauh.“Wow…benar-benar hebat dan bernyali besar…dan pastinya…bawa uang 10 juta ponds,” seru Cen Long sambil berjalan mendekati Balang, dari jarak 3 meter dia berhenti.Pemuda licik dan cerdik tersebut tak berani dekat-dekat pemuda dingin ini, dia sudah melihat bagaimana kejam dan berdarah dinginnya Balang, saat menghajar anak buah geng Jhon Wihte dulu. Saat menolong adiknya dari penculikan geng itu.“Cen Long…kalau kamu mencederai seujung rambut pun Clara, aku tak segan mematahkan leher kamu dan seluruh anak buahmu. Bebaskan Clara sekarang juga, nihh uang 10 juta ponds yang kamu inginkan!” desis
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman