Balang bukannya mundur, dia justru maju dan melototlah 9 kawan Rafael, melihat aksi nekad Balang.Saat Balang menjatuhkan diri disertai sapuan keras kaki Balang, langsung membuat Rafael terjungkal ke tanah. Dan kini berkaok-kaok kesakitan.Kakinya panjangnya terkilir, sepakan Balang yang sangat terlatih di sasana benar-benar telak.Serempak 9 orang rekannya ini menyerbu Balang, bahkan yang paling sok dan merokok tadi terlihat maju duluan.Tapi remaja tanggung yang banyak gaya itu langsung semaput saat Balang dengan indahnya berdiri refleks. Lalu dengan tendangan memutar menghajar wajahnya dan si songong ini terjungkal langsung ke aspal.8 yang lain kini menyerang, tapi Balang benar-benar menunjukan nyali luar biasa, dia seakan tak merasakan pukulan-pukulan yang bertubi-tubi menghajar badannya.Tapi ke 8 orang ini sama dengan cari penyakit, Balang kembali bersikap bak kesetanan, emosinya sudah naik ke ubun-ubun.Balang yang jadi sasaran pengeroyokan bergulingan dan saat itulah dia berh
Melihat ada parkiran yang kosong, Balang langsung masuk saja, lalu buru-buru ke kelas dengan berlari, karena hujan makin lebat. Apalagi ini hari pertama ulangan kenaikan kelas di mulai.Semua siswa tak tahu kalau pemilik mobil mewah ini Balang. Remaja bahkan tak tak tahu kalau lapak di parkiran kosong itu milik…Boni.Tak sampai 2 menit sang ‘pemilik’ ini datang dengan mobilnya dan seperti biasa kekasihnya, Grace di samping.“Heehh siapa ini berani parkir di tempat aku!” dengus Boni marah.“Olalaa….ini mobil keren bingittt…siapa yang punya yaa…eh Boni, mobil kamu kalah nih!” ceplos Grace sambil melotot melihat mobil mewah ini.Boni langsung kheki melihat kelakuan kekasihnya. Mobilnya yang berharga 1 miliaran kalah mewah dengan mobil yang parkir di tempatnya.Untungnya baris 3 dari mobil Balang, ada yang kosong dan Boni pun terpaksa pindah parkir ke sana.Saat istirahat di kantin sekolah, karena hari ini ulangan, sehingga tak full day. Balang pura-pura tak tahu saja. Saat para siswa ram
“Hmm…siapa anak sekolah ini, kenapa ada di kamar kamu?” “Dia…sepupuku Bu Palalau…bu bolehkah aku minta waktu seminggu lagi, aku janji akan bayar sewa kos ini. Aku masih nunggu jawabn manajer di tempatku kerja!”“Nggak bisa Cindy, kamu sudah 4 bulan nunggak. Aku sudah cukup lama bersabar!” Bu Papalau sang pemilik kos ini masih ngotot. Hingga Cindy pun langsung terdiam, tak berkutik. Bayangan di usir pun membayang di wajahnya. Bingung kalau harus pindah kemana? sedangkan saat ini dia tak pegang uang.“Maaf…kalau aku ikut nimbrung, berapa sewanya sebulan bu Palalau di kali 4?” Balang yang iba melihat Cindy kini menatap sang pemilik kos.“Ah iya, kamu sepupunya pasti kaya raya, mobil kamu saja bagus. Sebulannya 1 juta, artinya 4 bulan totalnya 4 juta.”“Baiklah…ibu punya nomor rekening..? Aku nggak bawa uang cash sebanyak itu!” sahut Balang kalem.Bu Palalau pun sebutkan nomor rekening juga nama bank nya sambil buka ponselnya, yang langsung di catat Balang di smartphonenya.Dan wanita s
“Minggir Mba Cindy, biar aku beri pelajaran tiga orang ini!” Balang pun kini bersiap dan tak ada takut-takutnya, menghadapi 3 orang dewasa ini.Hiattt…! Dua orang teman Parjo langsung melayangkan pukulan, mereka panas juga melihat lagak Balang, yang di mata mereka masih bocil, tapi berlagak jagoan bak saja.Cindy dengan takut-takut menonton pertarungan 3 lawan 1 ini. Beberapa orang juga nonton pertarungan ini. Tapi tak ada yang berani melerai.Dengan mudah Balang menghindari pukulan dan tendangan bertubi-tubi yang Parjo cs layangkan. Mereka makin emosi, melihat Balang tenang-tenang saja.Balang sudah bisa menilai, ketiganya hanya menang nyali dan keroyokan. Tapi tak punya basic ilmu beladiri seperti dirinya. Srattt….dua orang mencabut belati dari pinggangnya, Cindy sampai terpekik melihatnya, juga puluhan warga yang menyaksikan pertarungan ini.Balang akhirnya mulai emosi, sudah main keroyok malah cabut belati lagi. Begitu sebuah tusukan dilayangkan. Balang bisa menghindari.Tapi
Balang pulang ke rumah siang Minggunya, itupun setelah Cindy bilang nyerah bersama remaja ini.“Rontok tulangku gara-gara kamu!” canda Cindy saat meminta remaja ‘ganas’ yang tak banyak omong ini pulang. Balang yang berubah nakal hampir saja membuat Cindy lunglai lagi.Si bangor muda ini kembali bikin Cindy terpekik, karena dadanya dipegang gemas Balang dan memepetnya ke dingin kos. Lalu sempat-sempatnya menarik baju dasternya ke atas.“Udah ahhh…capek aku, ntar ajah lagi, kapan-kapan aja lagi yaa…nggak bisa jalan aku kalau kamu giniian mulu,” Cindy mendorong tubuh Balang agar menjauh.Balang tertawa kecil dan bilang maaf. Balang kini sudah berubah total, dia bukan lagi remaja polos dan lugu.Pelajaran sejak malam hingga pagi hari bersama Cindy, telah membuatnya kini mulai suka menelusuri bentuk tubuh lawan jenis.Di balik sikap cueknya, Balang diam-diam sudah menjelma jadi bangor generasi baru dari keluarga Hasim Zailani.Tapi Balang tetaplah remaja yang unik, dia tak mau memanfaatkan
“Hmm…jadi gara-gara Abang godain seorang cewek, yang ternyata pacar salah satu geng di sekolah. Musuh itu Abang marah dan nebar ancaman gitu?” Balang bertanya sambil menatap jalanan.“Iya begitulah Lang, Abang sih kalau duel satu lawan nggak masalah. Lha dia bawa anggota geng dan nantang aku besok di sebuah tempat. Malu lah kalau aku mundur, lagian aku tak salah. Pacarnya saja yang ngejar-ngejar aku!” cetus Dean, sambil terus mengemudikan sport mewahnya.“Tapi kan Abang juga yang sebelumnya godain pacarnya?” Balang seakan menyalahkan kelakuan Abang nya ini.“Iya sihh…tapi abis di pake, ku kembalikan lagi kok…utuh lagi. Cuman pinjam semingguan doank aje. Nggak enak, gayanya kaku, belum pengalaman soalnya, he-he!”“Hadeuhh…parah…iya udah, besok kita datangin. Mau 10 orang bawa anggota geng, tak apa. Kita berdua saja yang datangin. Tak usah bawa teman-teman Abang, malah entar ribut, panjang lagi urusannya. Malas banget berurusan dengan aparat!” sahut Balang cuek.Dean tertawa mesem meli
“Heii kalau kamu merasa jago, kita duel satu lawan satu. Lagian aku nggak nge-rebut pacar kamu kok, dia aja yang mau. Ya udah aku cuman pinjam bentar kok!’ ceplos Dean enteng, Balang sampai mau ketawa melihat gaya tengil Abang nya ini. “Cocok…!’ batin Balang, songong lawan tengil.Remaja itu langsung merah padam wajahnya, dengar tantangan Dean. Tapi dasar pengecut, di ajak duel satu lawan dia malah ragu dan kini menoleh ke teman-temannya.“Kawan-kawan, tunggu apa lagi, ayoo kita hajar mereka berdua!”Ke 10 orang ini maju serentak, rata-rata bawa balok kayu sebesar lengan. Dean dan Balang kini di kurung di tengah-tengah.“Sialan, moga saja badan kita tak bonyok Lang!” sungut Dean melihat musuh-musuhnya pegang senjata kayu.5 orang serempak menyerbu ke Dean, remaja ini kelabakan menangkis serangan kayu tersebut ke badannya. Kini terlihatlah masing-masing 5 orang melawan 1.Balang tenang-tenang saja, begitu serangan itu menerjang badannya, Balang langsung merunduk lalu bergulingan.Tap
Planning itu mulai di jalankan Dean, secara tak langsung, Dean sudah mengajarkan pada adiknya yang masih polos dan lugu ini. Bagaimana caranya bersikap sebagai lelaki sejati di hadapan dua gadis jelita.Melihat gaya Dean, tak ada yang menyangka kalau remaja ini baru naik ke kelas 12 atau kelas 3 SMU. Gaya Dean bak anak kuliahan saja, terlihat lebih dewasa dibandingkan umurnya yang belum 20 tahun.Dean sudah melayang perjakanya tak lama setelah lulus SMP. Pas malam ultahnya yang ke 17 tahun, Dean dan pacarnya nginap di sebuah cottage di puncak.Malam itu pula Dean bablas. Namun, gara-gara kecewa pacarnya yang jelita tak perawan lagi. Sejak saat itulah Dean mulai berpetualang dari satu cewek ke cewek lainnya.Gayanya yang flamboyan dan supel serta dengan ketajirannya, semua cewek yang dia incar mudah di taklukan.Kini di usia 19 tahunan lebih, Dean menjelma jadi sosok Don Juan sejati. Tampan macho, badan kokoh karena rajin olahraga, di tambah uang tak berseri. Terkenallah seorang Dean H
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman