Jelang sore, Radin mengajak Basad kembali ke rumah yang sudah dia tebus, surat-suratnya pun sudah diserahkan Tuti.Saat berpisah, Tuti bercanda dan bilang Radin sudah dapat bonus dari wanita denok ini, yakni bercinta sepuasnya satu malam hingga pagi hari.“Gara-gara kamu, kalau aku kepingin kemana mencari, apa aku harus ke Jakarta?” canda Tuti sambil memeluk dan mencium bibir remaja ini, Radin tersenyum dan berbisik, kapanpun Tuti ke Jakarta dia akan siap menemani sepuasnya, Tuti terbahak dan bilang takut keseringan, takut kecanduan dan melar kayak sudah melahirkan 3 anak.Teringat hal itu, kadang Radin senyum-senyum sendiri sampil memperhatikan jalan, sedangkan Basad yang pegang setiran makin penasaran.“Hei bro, dari tadi kulihat senyum-senyum mulu, cerita deh, jangan-jangan si Tuti udah kamu kerjain, masa istri orang kamu doyan…?” cetus Basad.“Dia janda Sad…ehh maksudnya, dia sudah bercerai…!” Basad langsung tertawa ngakak, tak perlu lagi Radin cerita, Unta Arab ini sudah tahu kel
“Eh Radin, masuk saja, ibu lagi kerja di kebun, adikku si Jaka tadi ke bengkel mencek motornya apakah sudah baik, maklum lah motor tua, peninggalan mendiang abah!” sapa Rose.Rose membuatkan kopi buat Radin dan kini duduk di kursi kayu yang sudah tua. “Rose, rumah ini…milik sendiri atau kalian nyewa?” Radin mulai berbasa-basi.Rose langsung terdiam, lalu meluncurlah kisah yang membuat Radin makin iba, ternyata rumah ini peninggalan orang tua ayahnya, dan mau di ambil pamannya, atau kakak ayahnya.Sehingga Rose bersama ibu dan adiknya kebingungan mau tinggal di mana. Terlebih semenjak ayahnya yang merupakan tulang punggung keluarga sudah meninggal dunia.“Paman kasih tempo sebulan, kami harus angkat kaki dari sini, bingung kami mau tinggal di mana!” terdengar lirih suara Rose, hingga Radin ikutan terdiam, lalu Radin dapat ide.“Rose…rumahku yang dulu tergadai kan kosong tuh, dan saat ini lagi di bersihkan Mang Sasi dan dua anaknya, kalau kamu mau, tinggallah di sana bersama ibu dan adi
Besoknya, diam-diam Radin ke toko elektronik, dia membelikan TV layar datar lengkap dengan antena parabolanya, lalu kulkas, ranjang dan tak lupa kursi tamu, termasuk isi dapur, komplet bersama tabung gas nya.Tak perlu pakai AC, karena daerah ini terkenal kawasan dingin bak di puncak!Semua ranjang dan kursi tamu yang lama di berikan ke Mang Sasi, termasuk alat-alat eletronik tua yang rata-rata sudah rusak, semuanya di angkut Mang Sasi atas perintah Radin.Mang Sasi tentu saja senang dapat bonus ini, karena salah satu anaknya selain nyambi jadi buruh bangunan, juga punya bakat perbaiki alat-alat elektronik, sehingga kelak bisa dipakai atau di jual lagi.Radin kini tersenyum melihat rumah ini terlihat sangat bagus, apalagi saat Radin melihat gorden baru sudah terpasang di ruang tamu, juga di kamar.Kembali ia teringat masa kecilnya yang indah, saat dirinya, Sonia dan ibunya tinggal di rumah ini. Basad lagi-lagi tak ikut dan Radin hanya seorang diri di rumah ini.Sambil menikmati kopi i
Setelah paginya kembali mengulang percintaan, keduanya lalu mandi di toilet rumah yang baru di rehab ini.Untungnya hari ini tanggal merah, sehingga Rose tak perlu sekolah, siang itu juga Radin ikut membantu mengangkut beberapa barang milik Rose, termasuk Ibunya di bantu Jaka, yang dimasukan ke mobil Radin.Barang keluarga ini tak banyak, semua barang sudah di pak dalam kotak, sehingga tinggal di angkut.Bibi Jainab saat masuk ke rumah ini takjub melihat isinya sudah komplet. Walaupun rumah ini dipinjamkan, Radin sudah bilang pada Bik Janah dan Rose juga Jaka, kalau semua fasilitas ini buat mereka dan silahkan di pakai sehari-hari, bak di rumah sendiri.Bik Janah lalu permisi ke Radin, mau mengantar kunci rumah mereka ke rumah paman Rose dan Jaka, sekaligus pamit pindahan.“Jangan buru-buru pulang dulu ya nak Radin, kita makan siang dulu di rumah ini,” pesan Bik Janah, hingga Radin pun mengangguk.Setelah Bik Janah dan Jaka pergi, Rose lalu mulai sibuk di dapur bikin makan siang buat
Ritme kehidupan keluarga Aldot berjalan harmonis dan menjadi ke irian semua orang, tapi ibarat kehidupan, ada malam ada siang, ada kemarau lalu hujan dan ada badai lalu timbul pelangi.Sebuah tragedy yang tak di sangka-sangka menimpa crazy rich tampan ini..!Suatu hari saat Aldot bermaksud membawa ke tiga istrinya ke Singapura, selain tujuan bisnis juga sekalian ingin menikmati liburan berempat ke luar negeri.Selama ini semua berlangsung normal-normal saja, tanpa ada gangguan berarti, kemana-mana Aldot dan keluarga selalu di kawal 3 sampai 5 orang bodyguard.Tapi khusus ke Singapura kali ini, Aldot sengaja ingin waktu private bersama 3 istrinya, dia tak membawa Radin dan juga dua adiknya, Rianti dan Resa.Tak ada yang menduga, seseorang telah menyabotase pesawat private jet mewah miliknya ini. Setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, dan awalnya perjalanan terlihat lancar-lancar saja.45 menit kemudian setelah lepas landas….bommmm…pesawat mewah itu meledak di udara dan hancu
Kampus Universitas Nusantara sedang adakan ospek mahasiswa baru…!Ada 500 mahasiswa baru yang di gojlok para senior, semua kini menatap seorang remaja tampan tapi berwajah cool, yang beranjak jadi pemuda di hari pertama ospek datang telat dan sengaja di jemur di tengah lapangan, di tonton semua mahasiswa baru dan 25 orang panitia ospek. Di dadanya terpampang kartun bertuliskan nama ‘oyokan’ Janke, lalu di bawahnya tertulis nama aslinya yakni Radin.Radin terjebak macet saat berangkat ke kampus ini, hari ini Radin sengaja bawa sendiri mobilnya, tanpa pengawalan.Walaupun Opah Brandon dan juga Omah Tiara serta Omah Gea sudah wanti-wanti, tapi Radin bilang ia bisa jaga diri.Tomo, sang kepala panitia ospek sengaja memasang wajah keren dan sengaja di gagah-gagahin, dia kini menatap wajah jangkung pria tampan bertubuh kokoh ini. Tinggi Tomo hanya sebahu Radin.“Heii mahasiswa baru, baru hari pertama sudah telat, kamu harus di hukum hari ini, yakni lari keliling halaman kampus ini sebanyak
Amanda tertawa kecil dan mengangguk. “Kirain dari Manado atau daerah Sulawesi lainnya, wajah kamu kayak orang-orang dari sono, tapi kok ada arab-arab nya kayak sahabat kamu yang lucu itu si Basad!”“Kamu sendiri…blasteran ya…?” Amanda langsung mengangguk dan bilang, ayahnya asli Inggris dan ibunya Sunda-Jawa.“Jalan-jalan yuks, masa duduk-duduk saja?”Amanda bangkit dan Radin mengangguk lalu mengikutinya. Keduanya kini jalan-jalan di sekitaran itu tapi agak menjauh dari kemah-kemah itu.Dan kini mereka sudah berdiri di sisi sebuah sungai kecil yang airnya bak es saking dinginnya, cuacapun sudah mulai gelap, padahal baru pukul 17.25 sore.“Pasti ayah kamu pejabat yaa, kan hanya orang-orang tertentu yang bisa kuliah di sini,” Amanda kembali membuka obrolan, karena dari tadi Radin hanya diam saja.“Nggak…almarhum papaku…hanya pegawai biasa, aku juga yatim piatu…!” sahut Radin lirih, batinnya kembali terasa perih ingat papahnya dan 3 ibu sambungnya.“Oh ya…kamu juga pasti anak pejabat ka
“Kenalkan, aku Budi dan ini Yuda, kamu hebat bro, bisa taklukan dua preman kampus, selama ini tak ada yang berani dengan si Reynold itu, dia jadi godfather kampus selama ini!” Budi langsung menyalami Radin.“Aku tak pernah cari perkara, tapi kalau ada yang cari perkara…itulah akibatnya,” sahut Radin cuek tapi menerima uluran tangan keduanya.“Wow…ucapan kayak sang Godfather…keren,” ceplos si ceking Budi yang langsung terkagum-kagum, rekannya Yuda yang berbadan gemuk ikutan memuji, Radin kemudian berlalu dan langsung masuk kelas.Ternyata Budi dan Yuda hari ini sama, masuk ke kelas itu juga, karena keduanya merupakan mahasiswa baru dan program study yang sama dengan Radin.Tanpa Radin sadari, mulut ember Budi dan Yudha langsung menyebar ke seantero kampus, kalau Reynold sang preman kampus sudah di taklukan seorang mahasiswa baru bernama Radin ini.Tapi tak satupun tahu, siapa sebenarnya Radin ini, ucapannya dengan Amanda dulu kalau dia hanyalah seorang mahasiswa biasa, tapi beruntung b
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman