Regina lama-lama makin tertarik dengan Aldot, tapi Aldot tak terlalu menanggapi, karena ia masih kepikiran dengan Jolie dan Vito.“Regina…aku harus segera menolong dua temanku, thanks ya sudah menjamu minum, semoga kelak kita bertemu lagi…dan maaf saya harus keluar lewat jendela kamu!” Regina tersenyum manis dan bilang tak masalah, sekaligus berharap dua temannya tak apa-apa.“Aldot…hati-hati..?” Regina kembali tersenyum, tiba-tiba dia kaget saat bibirnya disosor pemuda bangor ini.Aldot kini sudah sudah keluar dari jendela flat Regina, ia berpegangan pada teralis jendela flat itu, Regina sampai ngeri juga melihat ulah pemuda nekat ini.Sebab kalau jatuh lumayan tinggi ke bawah, hampir 20 meteran walaupun di bawah penuh salju.Aldot terus bergelantungan dan kini pelan tapi pasti dia sudah dekat dengan kamar 521, akhirnya Aldot sampai juga di depan jendela ini, ia mulai mengintip ke dalam, di lihatnya Vito dan Jolie di ikat di sebuah kursi dan di jaga 5 orang.Mulut keduanya di tutup p
Ketiganya kini datang ke pub, Aldot dan Vito menyaksikan Jolie dengan indahnya melantunkan sebuah lagu dari band lokal di pub ini.Ketegangan setelah penculikan membuat Jolie mengajak Aldot dan Vito rehat sejenak di pub ini.Aldot, termasuk Jolie dan Vito juga sempat di panggil kepolisian federal, namun semuanya beres setelah ada telpon dari Jakarta. Aldot kini bak mengulang kelakuan ayahnya di masa muda.Vito terlihat berbincang akrab dengan bule berambut jagung yang baru dikenalnya. Vito walaupun ngondek, lucunya masih suka cewek, dia tak begitu suka pria.Jolie lalu turun ke panggung dan mengajak Aldot berdansa. “Kamu laki-laki gagah yang paling tampan yang ku kenal…sayangnya kita berbeda bangsa..!” bisik Jolie, sambil menggoyangkan kaki ke kiri dan kanan, mengikuti irama musik lembut, Aldot hanya hmm-hmm saja tak menyahut ucapan Jolie.Jolie terpaksa membatalkan ikut ke Jakarta, setelah menerima telpon dari agennya di Los Angles, kalau dia harus melakukan penandatanganan kontrak b
“Perlahan bung, anda mau apakan wanita itu!” Aldot mencoba bernegoisasi dengan dua orang pria yang terlihat menodong Steria dengan belati.“Anda jangan ikut campur, dia ini wanita berbahaya!” kagetlah Aldot, sampai terdiam ia mendengar ucapan dua pria itu, ia saling pandang dengan Vito.“Apa maksud anda berbahaya?” pancing Aldot lagi.“Dia ini mafiaa….aauhhhh!” pria penodong itu mengaduh saat Steria tiba-tiba mengigit lengannya, lalu sebuah pukulan karate membuat si penodong ini terjengkang, kawannya yang mencoba melawan juga bernasib sama, sebuah tendangan karate membuat penodong kedua yang memegang belati juga terkapar di tanah ang masih tertutup salju.Aldot dan Vito langsung melongo, mereka tak mengira kalau Steria ternyata jago karate. Namun, sebagai ahli beladiri, Aldot melihat ada yang janggal, walaupun pukulan Steria refleks, tapi di matanya tak begitu kena telak, tapi kenapa malah terjengkang begitu, Aldot hanya simpan di hati keheranannya itu.“Maaf mengagetkan kalian, merek
“Sekarang katakan di mana Dato F bersembunyi, ingat aku tak pernah bisa sabar, tak peduli kamu wanita!” Aldot menatap bengis wajah Gabrile.Melihat Gabrile masih berdiam diri, Aldot membuktikan ucapannya, pistolnya menyalak dan wanita ini kembali melolong kesakitan, karena pahanya tertembus peluru, yang artinya kini sudah dua peluru bersarangnya di tubuhnya.Gabrile tak punya pilhan lain, dia menyebutkan tempatnya, kali ini Aldot percaya, sebuah ketukan di kepala membuat wanita yang sempat bercinta dengan Vito ini pingsan seketika.Aldot lalu mengontak kepolisian setempat dan tak lama berdatangan puluhan polisi dan ambulans, Gabrile dan 5 anak buahnya di bawa, Aldot juga di bawa ke rumah sakit untuk mengobati luka bekas tembakan di pahanya.Vito terlihat shock, dia menyumpah-nyumpah Gabrile dan tiada hentinya bilang wanita racun dunia.Untunglah peluru yang ditembakan Gabrile tidak mengenai tulangnya, setelah peluru itu diangkat, lukanya terlihat cepat mengering, sampai dokter yang me
Pagi jelang Aldot mendengar ada ketukan di kamarnya, setelah dibuka ternyata Regina yang sudah bangun, bahkan sudah mandi sehingga harum tubuhnya tercium lembut.“Sorry ya tadi malam aku mabuk, untung ada kamu yang ngajak pulang!” Aldot yang barusan mandi dan hanya pakai handukan tersenyum dan mempersilahkan Regina masuk ke kamarnya.Regina memperhatikan pria tampan ini berpakaian, dia memuji juga, Aldot bukan tipikal yang suka memanfaatkan dia. Andai tadi malam dia diapa-apakan, tentu Regina tak tahu.“Regina…kamu mau ikut ke London nggak?”“Hmm…boleh, tapi aku nggak bawa baju ganti, apa perlu aku balik ke flat dulu?”“Tak perlu, beli di sini saja, kulihat di bawah apartemen ada butik!” Aldot lalu membuka dompetnya dan menyerahkan uang hingga 20 lembar uang pounds pecahan 50, terbelalak mata Regina melihat banyaknya uang di beri buat dia belanja pakaian di butik bawah. “Moga saja mereka masih menerima uang cash yaa?” canda Aldot dan Regina ikutan tertawa dan langsung keluar kamar,
Aldot mendengus melihat secara langsung wajah si musuh besar keluarganya. Walaupun baru pertama kalinya melihat tampang Dato F, tapi Aldot yakin inilah musuh besar keluarganya yang selama ini ia cari-cari.Seorang pria tua yang seumuran dengan kakeknya Robert Jr di Kualau Lumpur, wajahnya terlihat ada bekas luka bakar. Termasuk lengannya ada putih-putih seperti bekas luka bakar.“Aldot…cucuku…tak kusangka kamu ganteng sekali, jauh lebih ganteng dari ayahmu!” puji Dato F.“Hmm...tak usah kamu muji-muji aku pa tua, kematian dua kakekku, dan dua ibuku sudah membuktikan kejahatan dan kekejaman kamu,” dengus Aldot dengan mata tajam menusuk.“Ahh kamu salah sangka cucuku…bukan aku yang melakukan itu semua, tapi orang lain lagi!”“Tak usah berkelit pa tua, siapa lagi orang lain selain kamu!” Aldot masih mendebat Dato F ini, tanpa Aldot sadari, salah satu anak buah si Dato F terlihat bergerak dan meraba pistolnya, lalu bangkit pelan-pelan.“Hmmm…jangan lupa cucuku, kamu masih punya seorang ka
Aldot bertahan sampai seminggu di London dan ia bersama Regina terus memadu cinta tak kenal puas, baik di apartemen Aldot atau sesekali di flat milik Regina.Namun kebersamaan penuh hasrat tinggi harus berakhir, sebabnya telpon dari Jakarta, yang dilakukan sang Kabareskrim alias atasan Aldot.Komjen Polisi Indra memintanya segera pulang ke tanah air, Komjen Indra tentu saja sudah tahu apa yang terjadi dengan anakbuahnya ini selama berpetualang di Inggris hampir 4 minggu.Setelah berunding dengan Brandon yang juga tak menyangka Aldot menewaskan Dato F, yang dulu dikira tewas olehnya, Brandon setuju untuk memanggil anak lelakinya segera pulang.“Semakin lama dia di Inggris, aku khawatir dia malah akan di tangkap polisi di sana, sepak terjangnya lebih ngeri dari aku dulu!” itulah ucapan Brandon yang langsung di iyakan sang calon Kapolri ini.Malam sebelum pulang, Aldot dan Regina menghabiskan waktu berduaan dan jalan-jalan di sekitaran kota Manchester.Regina kini sudah pindah ke apartem
“Maya…abang mau bicara…boleh yaaa..?” Maya yang saat itu akan ke kampus dan baru mau masuk mobilnya berbalik, Aldot sampai menatap dari ujung rambut hingga ke wajah gadis yang makin cantik jelita dengan kerudungnya yang kekinian ini, lalu tersenyum.“Iya bang…boleh!” Aldot lalu menggandeng gadis cantik ini dan duduk bangku taman samping, kelakuannya di tatap dua orang wanita yang tak kalah jelitanya dari Maya dan baru keluar dari lobby rumah mewah ini, mereka berdua saling berbisik dan terus memperhatikan Maya juga Aldot .“Maya…abang sudah tahu rencana papa dan momi yang ingin menjodohkan kita…apa tanggapan Maya, tentang perjodohan kita ini?” pancing Aldot. Maya yang biasa ceria langsung bak udang rebus, dia malu sekali, wajahnya yang makin glowing dan putih kini merah marun.“Ma-maya…nggak tahu bang…Maya nggak pernah ngarap jadi istri abang, kan Maya hanya…!”“Sudahlah, jangan merasa kamu anak angkat Maya, kamu sudah jadi bagian dari keluarga di sini…tapi abang minta maaf…abang sebe
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman