“Ntar malam saja…perut masih kosong…nggak enak perut kosong harus mengeluarkan energy,” bisik Marcia, hingga Aldot tersenyum paham dan mengecup bibir merah Marcia sambil mengangguk.Inilah sifat yang agaknya menurun dari ayahnya, Aldot tak suka memaksa seorang wanita bercinta, kalau si wanitanya ogah-ogahan.Ternyata mencari makan malam tak perlu jauh-jauh, ada sebuah restoran yang berjarak hanya 200 meteran dari apartemen ini.Usai makan malam, Marcia minta Aldot ke sebuah super market dan dia banyak belanja, katanya buat ngisi kulkas.“Hebat juga yaa daerah kabupaten ini, komplet, supermarket saja ada, mal juga ada, walaupun tak sebesar di Jakarta atau Banjarmasin atau Banjarbaru, lumayan maju kabupaten ini!” “Tau nggak bang, di daerah ini ada seorang crazy rich loh, masih muda, usianya baru 45 tahun…katanya di PT Brolon pun dia punya saham, tapi nggak gede, hanya 5 persen. Karena kabarnya udah di beli Kanah Group dari Jakarta,” ceplos Marcia sambil memilih buah dan sayuran.“Oh
Jam 11 an Aldot dan Marcia menjenguk Ria, usai bercinta sampai puas pagi tadi, kini keduanya sudah berada di rumah sakit dan melihat kondisi Ria yang mulai baikan, walaupun lengan dan bahunya harus diperban, akibat tebasan mantan suamnya.Nasib Ria tertolong karena Aldot datang cepat, dan untungnya lukanya tak begitu parah, apalagi keluarga Ria datang dari kabupaten sebelah dan memberikan Ria semacam obat oles yang bisa menyembuhkan luka dengan cepat, yang di sebut dengan minyak bintang.Aldot memutuskan menunda dulu bertanya pada Ria, juga anak buahnya yang datang belakangan. Karena Ria terlihat agak shock, namun saat melihat Marcia, Ria mau bicara dan keduanya ngobrol santai.“Tunggu sampai ibu Ria sembuh yaa, kalian balik saja dulu markas,” dua anak buahnya langsung bilang siap.Aldot juga permisi dengan Marcia dan Ria, karena ia haru segera ke Mapolres Batupecah, kedua janda cantik ini mengangguk.Aldot langsung ke ruang kerjanya, saat duduk sambil melihat-lihat berkas di meja ke
Kali ini Aldot sendirian mendatangi rumah Pa Sahar, sambil menunggu persiapan yang dilakukan pa Sahar, Bidan Dayang menemani Aldot bercakap di ruang tamu.Ibunya tak terlihat, dan seakan memberi kesempatan pada dua orang ini bicara berdua. bidan Dayang memiliki seorang adik lelaki yang belum pulang dari tadi.“Jadi kalau minum wajib waspada ya, apalagi kalau air yang diberikan seseorang tak kita kenal?”“Iya begitulah bang, kudu hati-hati!” Dayang memberi peringatan pada Aldot.“Tapi perasaan aku minum air yang dibuat di kantor oleh pelayan di Mapolres, apakah mungkin ada yang culas?” Aldot kini termenung, hingga Bidan Dayang yang wajahnya mirip-mirip artis drakor ini menatap serius wajah perwira pertama ini.“Bisa juga bang, tapi bisa juga ada orang lain membuat sesuatu dalam air minum itu tanpa si pelayan itu sadari!” cetus Dayang.“Benar juga, aku tak perlu curiga berlebihan…mungkin saja si pelayan itu tak sadar, ada seseorang atau orang lain yang memuat air yang di jampi-jampi dal
Roji lalu meminta Aldot mendekat dan diapun berbisik dan menyebutkan satu nama, Aldot mengangguk paham.“Oke…soal itu bagian saya nanti, sekarang soal istri kamu, kenapa kamu nekad menyiksa istri sendiri, bukankah kamu yang ketahuan selingkuh lalu istri kamu minta cerai?”“Itu…saya khilaf pa polisi, saya nyesal, terima kasih bapak udah nembak saya, kalau nggak saya mungkin sudah jadi pembunuh!”Aldot tersenyum dan bilang Roji tetap harus mempertanggung jawabkan kesalahannya di meja hukum kelak.Aldot lalu keluar dan meminta anak buahnya melanjutkan pemeriksaan. Dia kini ingin menemui si Tato yang dikatakan sempat menyuruh orang menyantetnya.Aldot minta si Tato di bawa ke ruangan interogasi yang lain dan ia kini menatap si Tato dengan pandangan tajam.Uniknya saat di tatap, mulut si Tato terlihat komat-komit, tapi kini Aldot tak lagi takut, dia malah tersenyum melihat gaya si tato ini.“Siapa nama kamu, nggak usah komat-kamit begitu, ilmu santet kamu nggak ngaruh ke aku, aku malah mau
“Maksud Momi…Maya selama kuliah akan tinggal di sini ya..?” Aldot menatap mominya dengan mimik kaget.“Iya, papi kamu juga sudah setuju, biar saja dia di sini, biar momi ada teman, tau sendiri kan kamu, semenjak adik kamu si Sarah kuliah di Jerman, rumah ini sepi!” Aldot tersenyum dan mengangguk, lalu menatap Maya.“Nahhh Maya, udah dengarkan apa kata Momi, mulai sekarang kamu tinggal di sini ya, jadi nggak usah lagi mikir yang lain-lain, fokus aja kuliah!” Maya langsung mengangguk dan dia mencium tangan Sandrina sambil mengucapkan terima kasihnya.Tak pernah terbersit dalam batin Maya akan tinggal di rumah salah satu orang kaya di republik ini, dia saja sampai capek jalan-jalan di sekitaran rumah mewah ini, saking luas dan mewahnya.Malamnya Sandrina mendelik saat Aldot izin ingin mengajak Maya jalan-jalan. “Awas kalo kamu macam-macam, Maya sekarang jadi anak angkat di rumah ini, kamu wajib jaga dia sebagaimana kamu jaga adik kamu si Sarah!” ceplos Sandrina, hingga Maya mau tertawa m
Si pemabuk yang ingin merampas dompet Aldot tadi kini melancarkan jurusnya ke wajah pemuda ini, tentu saja Aldot cukup menyingkir sedikit, pukulan itu luput.Lalu dengan cepat Aldot menendang sekerasnya hingga kena perut si pemabuk ini. “Ngekkk…wadawwwww…!” teriak si pemabuk ini dan dia langsung terjerembab kena air di jalanan, karena tadi barusan hujan, pakaiannya basah, apalagi dia bergulung-gulung ke sakitan.Tiga rekannya langsung kaget dan kini mereka mencabut belati dan bersiap mengeroyok aparat muda ini. Aldot mulai marah..!“Kalian ini memang perlu di hajar rupanya!” batin Aldot, bukannya menyingkir, tapi Aldot malah duluan menerjang si pemabuk yang tadi menerima uangnya dan berdiri paling depan.Sebuah tendangan pancingan membuat si pemabuk ini menusukan belatinya, tapi sejurus kemudian, wajahnya telak kena jurus keras Aldot dan tepat kena rahang, kini dia juga jatuh tertelungkup, pingsan seketika.Dua rekannya yang tersisa langsung menyerang membabi buta, namun semuanya lupu
Tiba-tiba datang seorang pria yang nyelonong saja masuk, kagetlah Aldot, apalagi saat itu ia lagi memegang tangan Kania.“Kania hari kan…ehhh ini siapa!” seru pria itu kaget, dan menatap Aldot dengan pandangan curiga. Kania langsung menarik tangannya dan berdiri. “Hans ini kenalkan Aldot…dia..!”Aldot lalu berdiri dan menyodorkan tangan, tapi pria yang dipanggil Kania dengan nama Hans ini terlihat kurang senang, agaknya cemburu, dia diam saja tidak menerima uluran tangan pemuda ini.Dua pria yang sama tinggi, walaupun masih tinggi Aldot sedikit ini saling tatap, Aldot paham, ia di curigai dan pastinya di anggap sebagai pengganggu.“Maaf…kalau aku ganggu kalian, baiklan aku pergi dulu, bung Hans, anda jangan curiga dengan kami, aku ke sini…sedang membicarakan soal pekerjaan dengan Kania, aku permisi dulu…Kania soal tawaranku tadi masih belum berubah, silahkan dipikirkan dulu ya…!” Aldot kemudian berlalu, Hans yang berada di dekat pintu menyingkir dengan wajah masam. Setelah Aldot per
Mengingat Angelina, Aldot jadi membandingkan dengan kelakuan Maya, hampir sama persis, jinak-jinak merpati.Namun rasa sayangnya belum berubah jadi cinta, karena dua gadis jelita ini sama-sama dia anggap adik sendiri.Aldot pun menuju ke kampus Maya dan dia menunggu diparkiran sepupu sahabat akrabnya Joko ini, yang masih berada di kampus, Aldot sudah menchat kalau dia menunggu di parkiran dan Maya bilang tunggu saja dia bentar lagi kelar.Aldot berkali-kali menatap dua wajah gadis jelita ini di ponselnya, sebentar Maya, sebentar Angelina, kalau Angelina dia sudah pernah melihat gadis jelita ini seutuhnya, bahkan hampir lepas kontrol.Angelina bahkan sampai menabok tubuh kokoh Aldot berkali-kali, karena bukit kembarnya sampai di bikin merah-merah oleh pemuda ini.Sedangkan Maya, ia hanya melihat sebatas baru lepas kerudung, rambut Maya panjang lurus dan berbau harum, serta pernah secara tak sengaja mengecup bibir gadis imut ini, tak lebih dari itu.Itupun saat Maya masih SMP kala ia be
Keduanya terus bertahan hampir 2 mingguan selama di Jepang, selanjutnya Ange minta di ajak dolanan ke Amerika.“Aku dah lama pingin ke Amrik, tapi nggak punya ongkos,” aku Ange malu-malu, sambil memeluk erat tubuh suaminya. Prem tertawa saja dan mencium tak puas-puasnya bibir istrinya.“Ternyata yang halal jauh lebih nikmat,” batin Prem.Kali ini mereka sengaja tak mau sewa private jet, tapi naik pesawat momersil. Namun yang kelas bisnis VVIP, yang ada tempat tidurnya.Sudah bisa di duga, mereka sempat-sempatnya bercinta dalam pesawat.“Gila kamu sayang, deg-degan aku bercinta di pesawat, kalau-kalau ketahuan pramugari. Malunya itu looh!” sungut Ange jengkel, tapi aslinya dia pun sangat menikmati, ada sensasi aneh bercinta di udara. “Tapi aseek yaa…rasanya gimana gitu,” bisik Prem hingga Ange tertawa sambil mencubit hidung mancung suaminya.Mereka pun jalan-jalan selama di Amrik, tak terasa waktu 2 minggu sangat cepat berlalu, belum puas juga. Ange minta Prem ajak dia ke Dubai dan…
Prem masih ingat di mana dulu terakhir dia bertemu Putri Ako, jaraknya 55 kilo dari Kota Tokyo, ke sanalah mereka menuju dengan taksi yang sengaaj di carter sejak dari stasiun kereta api cepat.Tak bisa di samakan desa ini 80 tahunan yang lalu dengan sekarang, tempat ini bukan lagi berupa desa. Tapi sebuah kota yang ramai dan padat.Dengan kasih sayang Prem memperbaiki baju wol istrinya, saat ini sedang musim salju. Sebagai hadiahnya Ange pun mengecup lama bibir suaminya.“Udah ga sabar ya mau belah duren dan bikin junior?” bisik Ange manja. Prem tersenyum kecil sambil mengangguk.“Aku nggak pasang pengaman yaa, kan aku anak tunggal, jadinya aku pingin punya banyak anak dari kamu!”“Sipp…aku juga ingin rumah besar kita kelak di isi anak-anak yang lucu!” bisik Prem lagi dan mereka pun bergandengan tangan setelah keluar dari stasiun kereta api cepat sebelumnya.Lalu meluncur menuju ke desa di mana dulu Putri Ako tinggal dengan nenek angkatnya. Dan berpisah dengan Prem yang kembali ke ma
Namun Tante Ria kecele, rumah mewah dan besar milik Balang kosong, usai akad nikah dan resepsi Prem dan Ange, Balang sekeluarga liburan ke Eropa. Ajak Biani liburan semester dan Datuk yang sedang liburan sekolah.Tante Ria tak mau menyerah, dia satroni lagi alamat apartemen Prem, setelah tadi bertanya dengan satpam di rumah besar bak istana ini.Tante Ria sendiri pun sebenarnya kagum melihat rumah sepupunya ini luar biasa mewahnya ini. Bandingkan dengan rumahnya di Seoul yang 'biasa-biasa' saja.Datang ke apartemen Prem pun sama, kedua penganten yang sedang berbahagia ini pergi bulan madu ke Jepang.Kesal bukan main Tante Ria, bingung harus kemana lagi 'melabrak' besan dan juga mantunya, semuanya tak ada di rumah dan apartemen.“Sudah lah Mami, kita pulang saja ke Seoul, malu! Yang mau mami labrak bukan orang lagi, keluarga sendiri,” bujuk Park Hyung, yang sebenarnya ketar-ketir juga dengan niat istrinya ini. Malu itulah penyebabnya.“Kurang ajar memang, huhh mentang-mentang keluarga
Saat ini, usai ijab kabul yang bikin heboh keluarga besar Hasim Zailani…!Mendengar kisah ini, Prem langsung memeluk Tasya dan Said barengan dan mengucapkan terima kasihnya. Kisah komplet perjuangan Tasya menyatukan dirinya dengan Ange bikin Prem terharu.“Kamu hebat adikku, pengorbananmu luar biasa!” sambil berkata begitu kembali mata Prem berkaca-kaca.“Eeitss…tuh yang paling besar juga jasanya, Abang kamu itu!” tunjuk Tasya ke arah Balanara yang jadi sibuk jelaskan kejadian hari ini pada seluruh keluarga.Balanara 'terpaksa' jadi Jubir, setelah Balang memanggilnya dengan wajah masam.Balang tentu saja tak ingin bermusuhan dengan keluarga Tante Ina dan Jack Sartono, termasuk Tante Ria dan Park Hyung.Terlebih, kedua keluarga itu termasuk bagian dari keluarga besar Hasim Zailani.Pernikahan diluar rencana ini sudah bikin Balang pusing sendiri, sekaligus butuh penjelasan saat ini juga. Tak terkecuali ortunya Tasya dan kakek Radin serta Nenek Hanum, serta keluarga besar lainnya, yang
Kita tarik kebelakang dua minggu sebelum Prem dan Ange menikah…!Balanara kaget Tasya jauh-jauh datang dari Surabaya bersama seorang pria tampan dengan body kokoh, tak kalah dengannya.Awalnya Balanara tak respeck dengan Tasya, dua minggu lagi akan jadi istri Prem, malah bawa pria lain ke rumahnya.“Dia siapa Tasya?’ tanya Balanara dan sengaja tak mau melihat pria tampan ini.“Said, pacarku Bang!”“Hmm…kamu kan..?” sahut Balanara cepat dan menahan omongan, wajahnya makin masam mendengar jawaban Tasya tadi.Tapi Balanara diam-diam salut juga, pria ini terlihat tenang-tenang saja. Terlihat dewasa dan sikapnya pun terlihat berwibawa, juga berani menatapnya tanpa rasa bersalah.“Bang, tolong bantu aku, aku dan Said sudah lama pacaran, sejak SMU malah dan kami sudah berniat akan menikah setelah aku lulus kuliah. Said ini aparat Bang, dia tentara, pangkatnya Letkol. Aku nggak mau menikah dengan Abang Prem!”“Ohhh…begitu…trus apa rencana kamu?” Balanara tak kaget, kisah ini sudah dia ketahui
Balanara menatap wajah Prem, adiknya ini terlihat sama sekali tak happy, padahal dalam hitungan menit lagi akan ijab kabul. “Senyumlah, jangan dingin seperti wajah Bang Datuk begitu,” tegur Balarana sambil sodorkan sebatang rokok, untuk redakan hati Prem. Prem hanya bisa hela nafas, hari ini sudah di tetapkan sebagai hari ‘bahagia’ baginya dan Tasya. Seluruh keluarga besar Hasim Zailani ngumpul, hanya keluarga Tante Ria dan Park Hyung yang tak datang, termasuk Ange. Balanara lalu tinggalkan Prem yang masih memegang peci hitamnya, walaupun jas dan sarung sudah dia kenakan. Pernikahan ini diadakan di sebuah taman hotel mewah yang di sulap begitu ciamik dan rencananya akan berlanjut resepsi. Hotel mewah ini sahamnya milik keluarganya juga. Wajah Ange dan Putri Ako serta Selena pun menari-nari di pelupuk matanya. “Maafkan aku Putri Ako, cucuku…Selena, grandpa hari ini akan menikahi Tasya, aku janji akan berusaha mencintai dia…!” gumam Prem tanpa sadar. Panggilan agar Prem segera k
Tante Ria menatap tak senang ke arah Balang dan kedua istrinya. Kedatangan Balang bersama Bella dan Viona hari ini dalam rangka untuk melamar Ange buat Prem.“Kedatangan kalian terlambat, Ange sudah di lamar kekasihnya dan paling lama 5 bulanan lagi mereka akan menikah!” Tante Ria langsung bersuara ketus, hingga Balang dan kedua istrinya saling pandang.Suasana langsung hening dan serba tak enak, Park Hyung sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban ‘ngawur’ istrinya ini. Tapi ayah Ange ini seakan tak punya daya untuk membantah ucapan istrinya ini.“Hmm…ya sudah Ria, Park Hyung, aku minta maaf kalau kedatangan kami ini terlambat...baiklah, kami permisi…hari ini rencananya langsung pulang ke Jakarta!” sahut Balang kalem, tanpa buang waktu diapun permisi ke Tante Ria dan Park Hyung, lalu ajak kedua istrinya pulang.Tante Ria hanya menatap kepergian Balang dan kedua istrinya dengan pandangan tajam, gaya elegan Balang di matanya dianggap sangat angkuh.Kedatangan Balang yang bawa kedua
Baru saja Ange mau buka mulut, pintu ruangan ini terbuka, ternyata yang datang Tante Ria dan Tuan Park Hyung, ayah dan ibu Ange.Ternyata Ange lah yang memberi tahu. Sebagai keluarga terdekat di Korea, tujuan Ange baik, setidaknya mereka ada perhatian.Apalagi ibunya keturunan Hasim Zailani juga dan Prem kemenakan misan kedua orang tuanya.Tapi…melihat Ange terlihat rebahan begitu, wajah Tante Ria sudah tunjukan ketidak senangannya.Dipikirnya Ange hanya jenguk doank. Tapi kenapa malah betah di ruangan ini? Batinnya sambil tunjukan ke tidak senangannya dengan ulah Ange ini.Ini jadi perhatian Prem, yang langsung tak enak hati.Prem pun sudah paham, gelagat tante Ria terlihat beda, padahal ibunda Ange ini sepupu ayahnya. Karena nenek Ange atau ibunda Tante Ria, anak dari Kakek Aldot Hasim Zailani.Bahkan mendiang Kakek Bojo, suami nenek Sarah, neneknya si Ange ini, justru teman dekat kakek Radin saat muda dulu hingga meninggal dunia 5 tahunan yang lalu. Tante Ria berbasa-basi singkat,
Ketika sadar, Prem sudah berada di rumah sakit, dia melihat ada dua orang di sisi kasurnya, salah satunya rekannya yang bertugas di intelijen Korea.Keduanya terlihat lega melihat Prem sudah sadar, padahal pemuda ini sudah hampir 1 hari satu malam tak sadarkan diri dan habiskan 2 kantong darah.“Apa kabar brother, hampir saja nyawa kamu melayang, gara-gara wanita itu!” sapa temannya ini sambil tertawa kecil.“Melayang…maksudnya..?”Prem menatap sahabatnya ini dan dia pun melongo, sekaligus senyum masam, saat bercinta dengan Ah Ye, wanita itu mengambil pisau dapur dan hampir saja menusuk punggungnya, tapi entah kenapa malah di batalkan.“Kalian hebat, mampu saja merekam ini semua, sekarang dimana Ah Ye?” Prem pun kini seolah sadar dari kekeliruannya, terbawa hati ingin menolong Ah Ye, dirinya hampir saja jadi korban.Prem lupa pelajaran seorang agen, harusnya yang namanya musuh, tak ada kamu baper. Atau taruhannya nyawa sendiri yang melayang.“Dia sudah tewas!” lalu dengan runtut teman