Beranda / Romansa / Pewaris CEO yang Terbuang / Mempersembahkan Lagu Untuknya

Share

Mempersembahkan Lagu Untuknya

Penulis: Risca Amelia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Seolah tuli, Rose tidak mendengarkan panggilan pamannya. Ia menaiki dua anak tangga sekaligus lalu masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil biola. Denzel hendak menyusul Rose tapi Josh segera melarangnya.

"Tuan Denzel biarkan saja Rose melakukan apa yang dia mau. Konser biola itu sangat penting untuknya. Mungkin dengan hadir di acara itu, kesedihan Rose bisa sedikit berkurang."

"Tapi dalam kondisinya sekarang, dia bisa pingsan di atas panggung. Lagipula Luke sudah meninggal, dia tidak mungkin muncul," jawab Denzel cemas.

"Sebaiknya kita temani saja Rose sebagai bentuk dukungan kita kepadanya. Besok kita laksanakan upacara pemakaman Luke."

Denzel menarik napas panjang sambil mengangguk. Cukup lama mereka menunggu di ruang tamu, hingga akhirnya Rose turun. Mereka semua terkesiap melihat perubahan pada diri Rose. Wanita muda itu tampak begitu cantik dengan gaun berwarna putih dan rambut yang diikat dengan pita senada. Rose memang merias wajahnya dengan make up tebal untuk menghapus semua
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Pengkhianat di dalam Mansion

    Pria paruh baya itu segera menekan tombol berwarna merah untuk memanggil dokter pribadinya. Tak berselang lama, dua orang pria dan satu wanita masuk ke dalam ruangan. Mereka adalah dokter, perawat, dan asisten pria itu. "Dokter, cepat periksa putra saya. Baru saja dia memanggil nama istrinya. Mungkin dia akan sadar," ujar pria itu penuh harap. "Baik, Tuan Sebastian." Pria bernama Sebastian itu menjauh dari ranjang pasien dan berdiri di samping asistennya. Dengan cemas, ia mengamati bagaimana dokter memeriksa putra tunggalnya. "Maaf, Tuan Sebastian, Tuan Luke belum menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Menurut saya, lebih baik kita pindahkan dia ke rumah sakit pusat yang peralatannya lebih lengkap. Dengan begitu Tuan Luke akan...." "Dokter, sudah saya katakan berulang kali, saya tidak akan membawa Luke kemanapun. Bagi saya keselamatannya jauh lebih penting," pungkas Sebastian dengan suara baritonnya. Melihat ketegasan Sebastian, dokter itu tidak berani membantah lagi. Terlebih pria

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Aku Seorang Diri

    Dengan topi dan kaca mata hitam, Rose menyaksikan peti berukir itu terkubur di dalam tanah. Di kiri dan kanan Rose, berdiri Josh dan Suster Mary. Mereka mendampingi Rose sejak awal untuk menguatkan hatinya. Tidak ada air mata Rose yang mengalir hingga akhir dari upacara pemakaman. Kenyataan ini justru membuat Josh dan Suster Mary sangat khawatir. Mereka takut Rose akan berbuat nekat karena sedang mengalami depresi yang dalam. Padahal Rose tidak bereaksi karena ia menganggap pemakaman ini sekedar formalitas. Keyakinannya tetap teguh bahwa jenazah yang terkubur di bawah sana bukanlah Luke. Sementara Denzel berada dengan para bodyguardnya berjaga di belakang para pelayat. Mereka membentuk barisan untuk menghadang para wartawan yang hendak meliput prosesi pemakaman Luke. Meskipun dilarang, mereka tetap saja berdesakan untuk meliput upacara itu. Sebagian portal berita di internet bahkan sudah merilis headline dengan judul yang bombastis. Sebagian besar warga Amerika juga membicarakan tra

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Kehidupan Baru di Rahimku

    Rose terpaku mendengar ucapan Gwen. Ia baru ingat bahwa setelah percintaan terakhirnya dengan Luke, ia lupa meminum obat pencegah kehamilan. Jika benar dirinya tengah berbadan dua, entah dia harus merasa bahagia atau sedih."Apa mungkin aku hamil, Gwen?" tanya Rose ragu."Dari gejala yang kamu alami, aku rasa kamu memang hamil. Tapi supaya lebih akurat, sebaiknya kamu langsung saja memeriksakan diri ke dokter kandungan. Aku akan menemanimu."Rose mengangguk pertanda menyetujui usulan sahabatnya itu. Gwen pun mengapit lengan Rose dan mengajaknya keluar dari toilet."Nona, bagaimana kondisi Anda? Mau saya antar ke dokter sekarang?" tanya Denzel terlihat khawatir."Iya, Daddy, tapi aku akan ke dokter bersama Gwen.""Nona lebih baik bersama saya. Gwen bisa menunggu disini dengan anak-anak," ucap Denzel menunjukkan sisi posesifnya.Melihat Denzel bersikeras mengantar Rose, Gwen pun mengalah. Ia ingin memberikan kesempatan kepada Rose untuk berduaan dengan Denzel. Lagipula jika benar Rose m

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Ancaman Misterius

    Mendengar ucapan Denzel, Rose justru teringat kenangan dimana Luke melamarnya secara diam-diam kepada pamannya, Josh. Kemudian setelah itu mereka berdua bertengkar tanpa henti hingga tiba hari pernikahan. Namun bila dipikir lagi pertengkaran mereka kala itu sangat manis. Hanya saja kini sudah terlambat untuk menyadarinya. Josh dan Lily sangat terkejut mendengar lamaran yang diajukan Denzel. Apalagi Luke belum lama meninggal dunia. Namun alasan yang dikemukakan Denzel cukup masuk akal. Pria ini ingin melindungi Rose sepenuh hati sehingga bersedia menjadi ayah bagi anak yang dikandungnya. "Tuan Denzel, saya tidak pernah meragukan Anda sedikitpun karena Anda adalah pria yang baik. Jasa Anda begitu besar kepada Rose, terutama dalam menjalankan wasiat terakhir ayahnya. Bagi saya, Anda adalah calon suami yang paling tepat untuk Rose. Namun soal lamaran Anda barusan, saya serahkan semuanya kepada Rose. Dia yang berhak mengambil keputusan atas hidupnya." "Benar, Tuan Josh. Saya belum mengat

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Keputusan yang Keliru

    Ada yang berani mengancammu? Siapa dia?" tanya Peter geram. Ia tidak akan terima bila putra kebanggaannya sampai diusik oleh orang lain. Apalagi ia adalah salah satu tokoh yang cukup disegani di kalangan mafia."Justru itu aku belum tahu. Dia ingin main-main denganku dan aku akan meladeninya," geram Denzel. Matanya berapi-api menggambarkan kemurkaan yang tengah memuncak di kepalanya."Kirimkan saja nomer ponselnya. Papa akan menyuruh anak buah kita untuk melacak lokasinya.""Tidak perlu, aku bisa mengurusnya sendiri, Pa. Lagipula dia pasti memakai nomer samaran untuk menghubungiku.""Denzel jangan sekali-kali meremehkan orang itu. Kita harus waspada terhadap berbagai kemungkinan. Apalagi mayat Luke Brown belum kita temukan sampai sekarang."Denzel menghembuskan napas kasar untuk mengekspresikan kekesalannya."Aku tidak akan membiarkan siapapun mengganggu sampai aku berhasil menikahi Rose."Peter Adams maju lalu menepuk bahu putranya."Bagus, Denzel. Beginilah seharusnya seorang Adams

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Cintaku Telah Kembali

    Entah berapa lama Rose tidak sadarkan diri. Tatkala membuka mata, ia terkejut karena berada di ruangan yang asing. Rose mengerjap beberapa kali untuk memastikan dia tidak berhalusinasi. Ruangan tempatnya berada kini hanya diterangi cahaya samar dari lampu tidur di atas nakas. Dalam suasana temaram, Rose melihat bahwa ia berbaring di atas ranjang besar. Selimut berbahan tebal menutupi setengah tubuhnya. Dari semua petunjuk ini, Rose menyimpulkan bahwa ia berada di sebuah kamar. Tapi kamar milik siapa? Berusaha untuk memulihkan nyawa seutuhnya, Rose duduk bersandar pada kepala ranjang. Masih sedikit pening, Rose coba mengingat apa yang terjadi. Sebelum pingsan, ia berada di Danau Blue Stone untuk menggambar. Namun mendadak datang seseorang yang membekapnya dari belakang. Sesudah peristiwa itu, ia tidak ingat apa yang terjadi. Rose menyibak selimutnya dan memandangi dirinya sendiri. Untunglah dia masih berpakaian lengkap. Dia juga tidak merasakan sakit sama sekali. Artinya orang yang m

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Maafkan Aku, Luke

    Masih berpelukan satu sama lain, Rose membelai lembut wajah Luke. Banyak hal yang ingin dia tanyakan kepada suaminya ini, namun tiba-tiba Rose teringat sesuatu. Rasa bersalah pun memenuhi hatinya. Dengan mata berair, Rose menatap Luke."Maaf Luke, aku sudah bersalah padamu. Aku....," ucap Rose tidak dapat melanjutkan kalimatnya.Luke menarik napas kasar kemudian melerai pelukannya. Ia mengubah posisi dari berbaring menjadi duduk. Rose terkejut karena Luke seperti sedang menahan kegusaran terhadap sesuatu. Terlihat wajah tampannya mengetat dengan tangan yang mengepal erat."Aku tahu apa yang mau kamu katakan, Rose. Jangan menyampaikannya di depanku karena mungkin aku tidak bisa menahan diri," tukas Luke. Suaranya berubah dingin sedingin aura yang terpancar dari tubuhnya.Rose terhenyak. Jantungnya berpacu dengan kencang mendengar ucapan Luke. Mungkinkah Luke semarah ini karena sudah mengetahui rencana pertunangannya dengan Denzel? Jika itu benar, lalu bagaimana caranya menjelaskan kepa

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Terpaksa Bertunangan Dengannya

    "Ini kamu, Rose?" tanya Gwen menggoyangkan lengan Rose. Ia bahkan menyuruh Rose berputar untuk meyakinkan bahwa yang di hadapannya ini adalah sahabatnya, bukan makhluk jadi-jadian."Tentu saja ini aku, Gwen," jawab Rose tenang."Tapi aku baru saja ke kamarmu dan kamu tidak ada.""Benar, Rose. Kami baru akan ke danau Blue Stone untuk mencarimu," timpal Suster Mary.Karena telah membuat semua orang panik, Rose pun memberikan penjelasan."Maafkan saya, Suster. Tadi pagi-pagi sekali saya pergi ke salon untuk mempersiapkan diri."Gwen memanyunkan bibirnya karena kecewa dengan pengakuan Rose."Padahal aku susah payah bangun pagi untuk meriasmu, ternyata kamu malah ke salon. Dan gaun cantik ini, dari mana kamu mendapatkannya?""Maafkan aku, Gwen. Aku berpikir lebih baik ke salon supaya tidak merepotkanmu. Gaun ini juga pihak salon yang menyediakan.""Kalau begitu kita masuk ke aula saja. Tuan Denzel pasti datang sebentar lagi," ucap Suster Mary menggandeng tangan Rose.Sepanjang jalan menuju

Bab terbaru

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Kekuatan Cinta

    Sebastian membisikkan sesuatu ke telinga Luke. Kemudian ia memberi isyarat pada asistennya untuk melepaskan ikatan Denzel. "Baiklah, Peter, kita akan barter. Bebaskan Rose, Tuan Josh, dan Franky. Aku akan membebaskan Denzel." "Tidak bisa, aku akan menukar Rose dengan Denzel. Sedangkan kedua pria ini akan kulepaskan setelah kalian membiarkan aku dan putraku pergi." "Luke, turuti saja kemauannya. Yang terpenting Rose selamat," bisik Sebastian. Luke pun mengangguk. Ia berjalan dan menghampiri Denzel lalu menahan tubuh pria itu. "Aku hitung sampai lima. Kita sama-sama melepaskan mereka!" tegas Luke. Rose yang berada dalam genggaman Peter hanya bisa pasrah. Ia berharap dapat kembali secepatnya ke sisi Luke. Namun ketika bersitatap dengan Denzel, Rose menundukkan kepala. Ia merasa sangat bersalah melihat kondisi Denzel yang memprihatinkan. Apalagi sebagian wajahnya memar karena terkena bekas pukulan. Sebaliknya Denzel menatap nanar kepada Rose dan ayahnya. Hatinya sudah membeku sampa

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Lepaskan Istriku

    Saat Rose turun ke bawah, ia melihat kondisi kediaman Gonzalez yang sangat lengang. Entah kemana semua orang saat ini. Sang suami dan mertuanya juga tidak ada, hanya ada empat orang pengawal yang berjaga-jaga di depan pintu."Nyonya, Anda mau kemana?" tanya salah seorang pengawal di kediaman Gonzalez. Rose tidak tahu nama-nama para pengawal itu sehingga ia bingung harus memberi jawaban apa."Maaf, Tuan, kemana Luke?" tanya Rose mencoba mencari tahu."Nama saya Franky, Nyonya. Tuan Muda dan Tuan Besar keluar rumah karena ada urusan penting. Sebaiknya Anda kembali ke kamar," jawabnya. Ia tidak mengatakan kemana Luke pergi sesuai dengan perintah dari Tuan Besarnya.Rose yakin ada sesuatu yang disembunyikan oleh mereka. Terlebih Luke sengaja meninggalkan ponselnya di kamar sehingga ia tidak bisa dihubungi. Padahal Rose tidak bisa menunda lagi untuk segera membebaskan sang paman. Rose pun memberanikan diri untuk meminta tolong pada pria kekar bernama Franky itu."Franky, bisa aku minta tol

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Barter Keselamatan (Part 2)

    "Siapa kalian?" tanya Denzel bersiap merogoh pistol yang terselip di pinggangnya. Ia memang selalu membawa senjata untuk berjaga-jaga. Sialnya salah satu orang yang mengepungnya ternyata lebih waspada. Ia segera mengacungkan pistol ke arah Denzel."Buang senjatamu dan angkat tangan sekarang!!! Jika tidak, aku akan langsung menembakkan peluru ini ke kepalamu!" serunya dengan suara menggelegar.Karena tidak punya pilihan, Denzel terpaksa menurut. Ia membuang pistol miliknya ke tanah lalu menatap sengit orang-orang yang mengepungnya."Coba saja tangkap aku jika kalian berani! Tapi jangan menyesal bila setelahnya kalian semua akan mati secara mengenaskan. Kalian pasti sudah tahu siapa aku," tantang Denzel. Dilihat dari gerak-geriknya, jelas sudah bahwa orang-orang ini adalah bagian dari kelompok mafia. Hanya saja Denzel belum mengetahui secara pasti nama organisasi mereka.Beberapa dari mereka tertawa terbahak mendengar ancaman Denzel. "Kamu yang belum tahu siapa kami. Bahkan ayahmu pas

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Barter Keselamatan (Part 1)

    Rose berusaha menyembunyikan ketegangannya. Dia tidak boleh menunjukkan sikap yang bisa memancing kecurigaan Denzel. Sambil menunggu kedatangan pria itu, ia memilih untuk menemani anak-anak panti mengerjakan tugas matematika."Rose, siap-siap saja di depan. Tuan Denzel akan datang sebentar lagi," ucap Suster Mary.Rose memegang tangan Suster Mary untuk berpamitan kepadanya."Suster, malam ini dan beberapa hari ke depan mungkin aku tidak kembali ke panti.""Kamu akan kembali ke mansion Brown?" tanya Suster Mary mengerutkan dahi dalam-dalam."Tidak, Suster, aku akan menginap sementara di rumah orang yang aku cintai."Suster Mary terhenyak mendengar perkataan Rose yang mengandung teka-teki. Ia bingung siapa yang dimaksudkan Rose, apakah itu Luke atau Denzel. Namun lebih masuk akal rasanya bila Rose menginap di rumah Denzel mengingat Luke telah tiada."Apapun keputusanmu aku selalu mendoakan yang terbaik. Semoga kamu dan bayimu selalu dalam perlindungan Tuhan," ucap Suster Mary memberikan

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Pembalasan untuk Kejahatan

    Rose berusaha menyembunyikan ketegangannya. Dia tidak boleh menunjukkan sikap yang bisa memancing kecurigaan Denzel. Sambil menunggu kedatangan pria itu, ia memilih untuk menemani anak-anak panti mengerjakan tugas matematika."Rose, siap-siap saja di depan. Tuan Denzel akan datang sebentar lagi," ucap Suster Mary.Rose memegang tangan Suster Mary untuk berpamitan kepadanya."Suster, malam ini dan beberapa hari ke depan mungkin aku tidak kembali ke panti.""Kamu akan kembali ke mansion Brown?" tanya Suster Mary mengerutkan dahi dalam-dalam."Tidak, Suster, aku akan menginap sementara di rumah orang yang aku cintai."Suster Mary terhenyak mendengar perkataan Rose yang mengandung teka-teki. Ia bingung siapa yang dimaksudkan Rose, apakah itu Luke atau Denzel. Namun lebih masuk akal rasanya bila Rose menginap di rumah Denzel mengingat Luke telah tiada."Apapun keputusanmu aku selalu mendoakan yang terbaik. Semoga kamu dan bayimu selalu dalam perlindungan Tuhan," ucap Suster Mary memberikan

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Terpaksa Bertunangan Dengannya

    "Ini kamu, Rose?" tanya Gwen menggoyangkan lengan Rose. Ia bahkan menyuruh Rose berputar untuk meyakinkan bahwa yang di hadapannya ini adalah sahabatnya, bukan makhluk jadi-jadian."Tentu saja ini aku, Gwen," jawab Rose tenang."Tapi aku baru saja ke kamarmu dan kamu tidak ada.""Benar, Rose. Kami baru akan ke danau Blue Stone untuk mencarimu," timpal Suster Mary.Karena telah membuat semua orang panik, Rose pun memberikan penjelasan."Maafkan saya, Suster. Tadi pagi-pagi sekali saya pergi ke salon untuk mempersiapkan diri."Gwen memanyunkan bibirnya karena kecewa dengan pengakuan Rose."Padahal aku susah payah bangun pagi untuk meriasmu, ternyata kamu malah ke salon. Dan gaun cantik ini, dari mana kamu mendapatkannya?""Maafkan aku, Gwen. Aku berpikir lebih baik ke salon supaya tidak merepotkanmu. Gaun ini juga pihak salon yang menyediakan.""Kalau begitu kita masuk ke aula saja. Tuan Denzel pasti datang sebentar lagi," ucap Suster Mary menggandeng tangan Rose.Sepanjang jalan menuju

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Maafkan Aku, Luke

    Masih berpelukan satu sama lain, Rose membelai lembut wajah Luke. Banyak hal yang ingin dia tanyakan kepada suaminya ini, namun tiba-tiba Rose teringat sesuatu. Rasa bersalah pun memenuhi hatinya. Dengan mata berair, Rose menatap Luke."Maaf Luke, aku sudah bersalah padamu. Aku....," ucap Rose tidak dapat melanjutkan kalimatnya.Luke menarik napas kasar kemudian melerai pelukannya. Ia mengubah posisi dari berbaring menjadi duduk. Rose terkejut karena Luke seperti sedang menahan kegusaran terhadap sesuatu. Terlihat wajah tampannya mengetat dengan tangan yang mengepal erat."Aku tahu apa yang mau kamu katakan, Rose. Jangan menyampaikannya di depanku karena mungkin aku tidak bisa menahan diri," tukas Luke. Suaranya berubah dingin sedingin aura yang terpancar dari tubuhnya.Rose terhenyak. Jantungnya berpacu dengan kencang mendengar ucapan Luke. Mungkinkah Luke semarah ini karena sudah mengetahui rencana pertunangannya dengan Denzel? Jika itu benar, lalu bagaimana caranya menjelaskan kepa

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Cintaku Telah Kembali

    Entah berapa lama Rose tidak sadarkan diri. Tatkala membuka mata, ia terkejut karena berada di ruangan yang asing. Rose mengerjap beberapa kali untuk memastikan dia tidak berhalusinasi. Ruangan tempatnya berada kini hanya diterangi cahaya samar dari lampu tidur di atas nakas. Dalam suasana temaram, Rose melihat bahwa ia berbaring di atas ranjang besar. Selimut berbahan tebal menutupi setengah tubuhnya. Dari semua petunjuk ini, Rose menyimpulkan bahwa ia berada di sebuah kamar. Tapi kamar milik siapa? Berusaha untuk memulihkan nyawa seutuhnya, Rose duduk bersandar pada kepala ranjang. Masih sedikit pening, Rose coba mengingat apa yang terjadi. Sebelum pingsan, ia berada di Danau Blue Stone untuk menggambar. Namun mendadak datang seseorang yang membekapnya dari belakang. Sesudah peristiwa itu, ia tidak ingat apa yang terjadi. Rose menyibak selimutnya dan memandangi dirinya sendiri. Untunglah dia masih berpakaian lengkap. Dia juga tidak merasakan sakit sama sekali. Artinya orang yang m

  • Pewaris CEO yang Terbuang   Keputusan yang Keliru

    Ada yang berani mengancammu? Siapa dia?" tanya Peter geram. Ia tidak akan terima bila putra kebanggaannya sampai diusik oleh orang lain. Apalagi ia adalah salah satu tokoh yang cukup disegani di kalangan mafia."Justru itu aku belum tahu. Dia ingin main-main denganku dan aku akan meladeninya," geram Denzel. Matanya berapi-api menggambarkan kemurkaan yang tengah memuncak di kepalanya."Kirimkan saja nomer ponselnya. Papa akan menyuruh anak buah kita untuk melacak lokasinya.""Tidak perlu, aku bisa mengurusnya sendiri, Pa. Lagipula dia pasti memakai nomer samaran untuk menghubungiku.""Denzel jangan sekali-kali meremehkan orang itu. Kita harus waspada terhadap berbagai kemungkinan. Apalagi mayat Luke Brown belum kita temukan sampai sekarang."Denzel menghembuskan napas kasar untuk mengekspresikan kekesalannya."Aku tidak akan membiarkan siapapun mengganggu sampai aku berhasil menikahi Rose."Peter Adams maju lalu menepuk bahu putranya."Bagus, Denzel. Beginilah seharusnya seorang Adams

DMCA.com Protection Status