Home / CEO / Petaka Menikah Muda / Pertemuan Terakhir

Share

Pertemuan Terakhir

Author: ERIA YURIKA
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Aku sibuk, enggak mungkin bisa libur,” ucap Hana.

Kali ini ia sudah jauh lebih tenang.

“Aku bisa minta Data buat izinin kamu cuti.”

“Masalahnya aku sudah izin cuti lusa, untuk sidang kita.”

“Kita? Bahkan aku tidak pernah menginginkan perpisahan.”

“Sebaiknya Abang pulang, lihat ojek langgananku sudah datang.”

Perhatian keduanya mendadak beralih pada seseorang dengan jaket hitam lengkap dengan helm berwarna senada menghampiri mereka.

“Malam begini, bisa-bisanya kamu pergi berdua dengan laki-laki asing.”

“Mas jangan sembarangan ya, saya ini perempuan,” ucap pengemudi ojek itu.

Ia lantas membuka helmnya, demi menunjukkan wajahnya pada Raka. Wanita dengan gaya rambut ponytail itu mengerucutkan bibir. Kemudian, melirik Hana yang hanya tersenyum tipis.

“Apa lagi perempuan, akan sangat berbahaya.”

“Perempuan engga

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Petaka Menikah Muda   Imam yang Gagal

    “Anggap saja begitu,” ucap Raka.Bibirnya mengulas senyum, meski hatinya tengah menahan getir yang entah. Beruntung saat itu anak-anak menariknya pada hamparan rumput di tanah lapang. Keduanya berlarian ke sana ke mari.Sementara, sepasang suami istri itu duduk dalam hening, memperhatikan mereka dari kejauhan.“Haus enggak?” tanya Raka.“Sedikit,” kata Hana.“Abang belikan minum, ya?”Hana hanya mengangguk, sejujurnya ia tak benar-benar menginginkan air. Hanya hatinya yang butuh ruang kosong. Sejak keduanya berada dalam jarak yang begitu dekat. Sesak seakan memenuhi relung hatinya, tanpa menyisakan sedikit ruang untuk bernafas dengan lega.Ia menatap langit cerah hari itu. Menyilaukan, tetapi cukup bisa diandalkan untuk kembali memupuk asa yang hampir pupus.Tak berselang lama Raka kembali dengan sekantong plastik berisi minuman dan beberapa camilan. Ia memanggil anak-anak mendeka

    Last Updated : 2024-10-29
  • Petaka Menikah Muda   Jangan Minta Aku Menyerah!

    “Maaf.”Raka terkekeh pelan. Bukan karena ia bahagia tetapi sebaliknya mencoba menepis luka dengan tawa.“Aku memang enggak tahu diri,” ucapnya, sambil melepas lengan Hana.“Aku yang minta maaf, Hana.”“Hm.”Hana langsung keluar. Beralih ke kursi belakang untuk menggendong Rifa. Sedangkan, Rafa digendong Raka.“Loh, cucuk Nenek pada tidur toh?” ucap Bu Sundari saat ketiganya berpapasan.Saat hendak masuk ke kamar kecanggungan kembali terjadi.“Boleh?” tanya Raka.Bukan apa-apa, ia hanya tidak ingin Hana mengecapnya pria yang tak tahu diri.“Masuk aja, Bang!” kata Hana.Raka langsung membaringkan putranya dengan lembut, tak lupa ia mencium keduanya bergantian cukup lama. Sampai tak sadar jika sudut matanya kembali basah.“Besok, Abang bawa kuasa hukum?”“Ya.”“Aku akan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Petaka Menikah Muda   Menjalankan Tugas

    “Ada apa lagi ini, Bu?” tegas Bu Sundari, dengan pandangan heran.Meski ia tak menampik ada sedikit geram bertatapan langsung dengan wanita yang sudah membuat putrinya terluka lahir dan batin.Tak jauh dari tempat Mama Sina berdiri, seorang pria berkemeja rapi, menyusulnya. Pria itu cukup sopan dan ramah.“Aduh, kenapa jadi pada ke sini? Kita mau pergi ke pengadilan. Enggak bisa lama-lama,” ucap Bu Sundari.“Kita enggak akan lama, Bu. Silakan Nyonya!” ucap Bobon.Pria itu asisten pribadi Raka. Entah apa tujuannya datang kemari dengan Sina. Wanita itu bukannya segera menjawab, justru hanya diam saja.“Izinkan saya masuk dulu, Bu!" pinta Mama Sina.“Ya sudah masuk dulu!”Setelah mempersilakan tamunya untuk duduk di ruang tamu. Pak Ramdan dan Bu Sina memilih duduk mengapit Hana yang terlihat datar.Ingin sekali membenci wanita itu, tetapi Hana sadar. Tanpanya

    Last Updated : 2024-10-29
  • Petaka Menikah Muda   Kenapa Tidak Jujur?

    “Apa surga menerima orang yang bunuh diri.”“Hanya Allah yang tahu.”“Kalau begitu, jangan mempercepatnya!”Raka malah tersenyum melihat bagaimana Hana menahan kesal. Wanita itu menyenderkan punggungnya ke bangku. Sambil menghela nafas panjang. Wanita itu terlihat sekali jika ia sedang berpura-pura baik-baik saja. Kembali menipu semua orang. Padahal rasanya ingin sekali melakukan sesuatu.Seperti mengetahui, seberapa parah lukanya atau merawatnya sekali saja.“Khawatir?” bisik Raka dengan smirk.“Enggak.”Saat itu sidang kembali dimulai. Hakim menyarankan Hana untuk mengurungkan niatannya menggugat cerai. Sebagai gantinya ia akan diberikan kompensasi sebagai ganti rugi atas kecelakaan yang menimpanya. Namun, Hana tetap menolaknya.Ia bilang tidak butuh uang.Hingga akhirnya sidang itu ditunda, hingga 2 minggu ke depan. Raka tersenyum begitu lebar, ketika mendeng

    Last Updated : 2024-10-29
  • Petaka Menikah Muda   Aku Kabulkan

    “Aku hanya ingin menjalani kehidupan dengan tenang.”“Aku bisa memberikan itu.”“Kamu enggak bisa, Bang.”“Bukankah dia sudah minta maaf? Kenapa enggak coba buat kasih kesempatan sekali lagi. Biar aku bisa buktikan ke kamu kalau kekhawatiran itu hanya ada di pikiranmu.”“Bagaimana kalau anak-anak yang jadi korban selanjutnya. Bisa aja ‘kan mereka diracun.”“Mamahku sejahat itu ya, di mata kamu?”Sadar jika kalimat itu seharusnya tak perlu diucapkan. Seketika Hana mencoba melepaskan diri dari pelukan Raka.“Maafkan aku.”“Enggak apa-apa, Sayang.”Raka bahkan masih saja tersenyum begitu tulus. Setelah berkali-kali hatinya dipatahkan oleh penolakan Hana.“Berhenti memanggilku seperti itu!”“Tapi, suka ‘kan?”“Sebaiknya Abang kembali ke rumah sakit. Jangan kabur begini

    Last Updated : 2024-10-29
  • Petaka Menikah Muda   Biarkan Abadi

    Sawa mengusap pipinya yang memerah, jejak dari tamparan Hana.“Kamu nampar aku? Berani kamu, ya?” sentak Sawa.Sudah sampai tersungkur pun gadis itu masih tak malu, justru semakin tertantang.Tepat saat tangan Sawa melayang di udara, hanya butuh beberapa detik sebelum telapak tangannya mendarat di wajah Hana, seseorang tiba-tiba datang dan mencengkeram lengannya dengan begitu kuat.Sawa sudah meronta minta dilepaskan, tetapi pria itu justru membawa gadis itu keluar ruangan. Ke tempat di mana terdapat ruang kosong, yang lebih sedikit pengunjung. Sementara itu, Hana masih sibuk membereskan kekacauan yang terjadi. Setelah meminta maaf pada para tamu, Hana segera meninggalkan tempat itu untuk menyusul Sawa. Itu pun atas izin dari Manager.Sejak tahu, Hana adalah istri dari Raka. Salah satu owner resto. Sikapnya melunak. Meski, dari awal Hana sudah mengatakan jika ia hanya karyawan dan tidak perlu merasa sungkan. Tetap saja statusnya tak bis

    Last Updated : 2024-10-29
  • Petaka Menikah Muda   Tidak akan Berubah

    Raka sedikit membungkuk hanya untuk melihat wajah Hana yang menunduk. Ia menarik dagu Hana ke atas, sehingga ia bisa dengan mudah menyeka sudut mata Hana yang basah.“Cantikmu jadi enggak kelihatan kalau nangis.”“Bukankah aku sudah menentangmu begitu kerasnya, lalu hal apa lagi yang mau kamu tunggu!”“Karena, aku tetap pada keyakinanku. Bahkan jika, kamu menolaknya 100 kali lagi. Jika yang bersanding dengan namaku di lauhul mahfudz itu namamu. Enggak akan ada yang bisa mengubahnya.”Pria itu masih saja begitu keras kepala. Sekarang keduanya telah menjadi pusat perhatian semua orang.Demi menghilangkan perasaan haru yang menyeruak dalam dada. Hana memilih mengalihkan pandangan.“Duduklah di tempatmu, Bang. Sidangnya akan segera dimulai,” ucap Hana tanpa berpaling.Sialnya Raka yang nakal malah membawa kursinya menjadi lebih dekat dengan Hana. Sontak saja, tingkahnya itu

    Last Updated : 2024-10-29
  • Petaka Menikah Muda   Aku Gugup

    Sadar akan maksud dan tujuan suaminya. Hana menjadi salah tingkah sendiri.Selayaknya anak gadis, ia yang lama tak disentuh suaminya. Mendadak malu membahas hal seintim itu. Apa lagi di depan Bapak.“Bu, ayo cari yang seger-seger di luar! Kayaknya sudah lama kita enggak makan bakso. Ajak anak-anak keluar juga!”Pak Ramdan sengaja mengeraskan suaranya. Hanya agar Bu Sundari yang sejak tadi sibuk di dapur itu mendengarnya.Bu Sundari tahu dengan jelas apa maksud dari suaminya itu. Lamanya menjalin ikatan pernikahan membuatnya mengerti tanpa harus memberi banyak penjelasan. Bu Sundari, lekas mempercepat langkah.Sembari, menggiring kedua cucunya itu. Ia masih sempat menggoda putrinya yang kini bahkan wajahnya terlihat merona serupa mawar.“Bunda, Ayah kita pamit ya. Wassalamualaikum,” ucap si kembar kompak.“Wa-waalaikumsalam. Hm pergi semua ini?” tanya Hana yang gugup.“Sudah toh

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Petaka Menikah Muda   Hari Kelahiran

    “Mamah kok pergi?” tanya Raka, kala melihat Sina keluar dari halaman belakang.“Kalian sengaja melakukan ini?” tanya Sina menatap Raka yang masih bingung.“Maaf kalau itu bikin Mamah tersinggung.”“Mamah permisi Raka, salam buat Hana. Maaf, karena Mamah enggak bisa di sini sampai selesai acara.”Sina meninggalkan tempat itu dibantu Suster Nara. Ia merasa seperti dipermainkan. Kondisinya memang menyedihkan, tetapi ia tak suka dikasihani. Ia masih mampu membiayai hidupnya sendiri. Bahkan, jika ia harus menjual rumah untuk perawatannya, ia akan melakukan hal itu. Dari pada menikah dengan pria hanya karena rasa iba.~“Enggak apa Yah, baru sekali ‘kan. Aku bahkan harus mengalami berkali-kali penolakan dulu, baru kami bersatu.”“Seharusnya Ayah enggak terlalu gegabah.”“Tindakan Ayah udah benar kok, bukankah semuanya membuahkan hasil?”A

  • Petaka Menikah Muda   Bagaimana Kabarmu?

    “Ibu pasti bisa, pelan-pelan saja. kalau, begitu saya memaafkan Ibu dan akan selalu berdoa semoga Ibu bisa segera sembuh.”“Aamiin. Kamu perempuan yang baik dan lembut. Sama seperti Hana. Entah kenapa dia sangat tidak beruntung memiliki mertua sepertiku.”Suster Nara hanya diam saja. Ia memang lebih suka mendengarkan dari pada harus mengutarakan pendapatnya.Waktu berlalu, kesehatan Sina semakin membaik. Di mana ia sudah sembuh dari inkontinensia. Ia juga sudah mampu, mendorong kursi rodanya sendiri.“Assalamualaikum, Omah!” teriak Rafa dari arah luar.Tak menunggu lama. Rifa menyusulnya dari arah belakang.Hubungan ketiganya mulai membaik akhir-akhir ini. Hana rutin mengajak mereka mengunjungi Omahnya. Ia pikir, tak baik jika trauma berkepanjangan ini terus berlanjut. Hidup dalam rasa damai, nyatanya jauh lebih menenangkan.Kandungan Hana kini menginjak usia 7 bulan. Perutnya semakin membesar, jadi

  • Petaka Menikah Muda   Bukan Orang Tua yang Baik

    “Hana! Sayang kamu di mana? Sayang!”Dari arah luar teriakan Raka menggema. Hana hanya tertawa, mendengar pria itu mengeraskan suaranya seolah tempat ini hutan belantara.“Dia pasti mengkhawatirkanmu,” ucap Sina, kala Hana membantunya memasangkan pakaiannya kembali.Namun, Hana justru cuek.“Sebentar lagi selesai, biarkan saja, Mah!”Kali ini Hana kembali fokus memakaikan celana pada mertuanya. Meski, canggung pada awalnya, tetapi Hana yang meyakinkannya berkali-kali membuat Sina pasrah. Ia tak menyangka jika perlakuan gadis itu benar-benar bisa diandalkan. Gerakannya lembut dan hati-hati. Ia bahkan tak merasa sakit sama sekali, saat Hana membantunya membersihkan kotoran yang menjijikkan itu.“Dia sangat menyayangimu, ya?”Pertanyaan dari Sina sontak saja membuat Hana terdiam. Ia tak terbiasa dengan nada bicara Sina yang terlalu melembut. Sehingga, entah kenapa rasanya tak percaya menden

  • Petaka Menikah Muda   Benci Kebaikanmu

    Raka tersenyum nakal.“Semua kucing jantan sama saja.”“Aku bukan kucing jantan, Hana.”“Lalu?”“Kamu tahu, sangat menyebalkan mendengarmu mengatakan itu.”Akhirnya senyum Hanamerekah kembali. Senyum yang Raka rindukan.~Setelah berpamitan dengan Bapak dan Ibu. Mereka memutuskan untuk kembali ke rumha besar yang dulu ditinggalkan begitu saja.Bangunan itu tampak terawat. Ada Daniah di sana, juga 2 orang petugas keamanan yang senantiasa menjaga rumah itu.“Akhirnya Ibu balik lagi ke sini. Saya sudah terlalu lama sendirian. Rumah ini sepi banget, setelah ditinggal Ibu dan anak-anak,” ucap Daniah kala membantu Hana merapikan beberapa barang bawaannya.Sementara, Raka sibuk mengajak main anak-anak di ruang tamu.“Bapak jarang pulang?”“Hampir enggak pernah, paling ke rumah buat ambil baju ganti. Atau terkadan

  • Petaka Menikah Muda   Temu yang Dingin

    “Ke dokter mana? Kamu bisa kasih tahu alamatnya?”“Kenapa enggak telepon aja sih? Lagian kalau saya kasih tahu, memang Mas hafal daerah sini?”Raka hanya bisa menahan kesal. Kenapa wanita ini terlalu bertele-tele? Padahal, hatinya sudah diselimuti perasaan khawatir yang teramat sangat.“Makasih buat informasinya, saya akan menelepon Hana.”“Oh, oke. Saya juga lagi buru-buru. Permisi, ya. Tolong teman saya jangan di sia-siakan!”“Oh, tentu. Terima kasih sudah menemani Hana selama di sini.”Wanita itu tampak acuh. Namun, tatapan tajamnya menyiratkan kebencian yang nyata.Pria itu masih mencoba berbagai cara untuk menghubungi Hana, dengan segala akses yang tidak memungkinkan. Entah kenapa, setiap hari ia merasa wanita itu semakin memberi jarak. Tak ada lagi kata rindu yang terucap di bibirnya, seolah ia memang berhenti merindukannya.Hampir 10 menit berlalu. Namun, tak ad

  • Petaka Menikah Muda   Pulang

    “Mah, tenang! Aku enggak pergi selamanya. Aku cuma mau nengok anak-anak. Mereka kangen Ayahnya.”“PERGI!”Suara Sina yang semakin meninggi, memancing perhatian beberapa perawat yang kebetulan melintas di depan ruangan. Mereka lantas masuk, mencoba memeriksa apa yang terjadi.Merasa kondisi mulai tidak kondusif. Ketiga perawat itu, meminta Raka meninggalkan ruangan. Sementara, salah satu dari mereka menuju ke ruangan yang lain. Dan kembali, tak lama kemudian, dengan perlengkapan medis.Namun, Raka hanya bisa pasrah, saat perawat itu melarangnya masuk ke dalam. Ia menunggu dalam gelisah, sampai teriakan Sina tak terdengar barulah ia bisa bernafas lega.“Lain kali tolong pasiennya jangan dibikin stress! Enggak bagus juga buat kesehatan.”Seiring dengan kepergian perawat. Raka memberanikan diri untuk masuk. Jam makan siang sudah berlalu sejak tadi, tetapi ia masih tertinggal di tempat ini.Piki

  • Petaka Menikah Muda   Terlalu Memalukan

    “Enggak usah dipikirin! Ayo aku bantu bangun.”Kecanggungan mustahil tal terjadi. Namun, tak banyak yang bisa Sina perbuat. Selain menahan malu, rasa sungkan membiarkan putranya membersihkan kotorannya.Sina didiagnosis mengalami inkontinensia usus, yang suatu kondisi di mana ia tidak.mampu mengendalikan kentut atau kotoran yang menyebabkan buang air besar tanpa dikendaki.Sampai dokter memberikan penjelasan pada Raka. Pria itu diam-diam melirik ke arah Sina, yang masih murung.“Mamah denger apa yang tadi dokter bilang ‘kan? Ini normal terjadi pasca kecelakaan, akan sembuh secara bertahap.”“Mereka terus bilang tenang, akan sembuh, semua normal. Mereka enggak pernah ngalamin, Raka! Mereka enggak tahu rasanya jadi orang cacat. Beber-bener enggak berguna. Aaa!”“Astaghfirrullah. Istighfar Mah, kita lagi berusaha buat Mamah sehat lagi. Prosesnya memang enggak mudah, tapi sabar.”

  • Petaka Menikah Muda   Kenyataan Pahit

    “Kamu seharian di rumah sakit? Enggak pulang?” tanya Sina.Tak terasa sudah sepekan ia dirawat di rumah sakit. Namun, rada penasarannya muncul mana kali ia tal pernah mendapati Hana berada di sisi putranya. Padahal biasanya wanita itu kerap kali menempel ke mana pun Raka pergi.“Aku di sini, buat Mamah.”“Mamah tanya istrimu?”Raka tersenyum sekilas.“Kenapa Mamah kangen, mau ketemu Hana?”Sontak saja Sina berpaling sejenak. Ia mendecak. Bukan itu, hanya saja ini terlalu aneh. Sudah malam hari, Raka masih saja betah berlama-lama mengurusnya. Apa lagi ia masih lengkap dengan pakaian dinasnya.“Kamu enggak ganti baju dulu? Istrimu marah, karena kamu sibuk ngurus Mamah, sampai-sampai kamu enggak sempat ganti baju?”“Hana enggak pernah marah.”“Terus saja membanggakan istrimu itu.”Pria itu malah tersenyum bodoh,

  • Petaka Menikah Muda   Surat Cinta

    “Aku masih berharap kalau kita masih punya solusi lain. Long distance marriage itu enggak mudah. Apa lagi buat kita yang sebelumnya belum pernah melakukannya,” ucap Hana sembari melipat pakaian yang hendak ia masukan ke dalam koper.“Semua hal baru memang sulit, tapi akan mudah kalau sudah terbiasa.”Raka yang sejak tadi sibuk dengan laptopnya kini membalikan punggungnya. Ia menatap Hana yang tengah memajukan bibirnya. Merasa gemas, pria itu menghampiri Hana, lantas mulai membantu memasukan tumpukan pakaian ke dalam koper.“Aku bisa sendiri!”“Ngambek?”“Enggak.”“Terus kenapa ini maju terus? Kayak jambu –““Enggak usah diterusin!” pangkas Hana yang semakin memajukan bibirnya.“Tuh ‘kan ngambek.”Hana memilih menghembuskan nafas kasar. Ia lelah berpura-pura kuat, tetapi melihat pria di hadapannya. Hatinya sea

DMCA.com Protection Status