Home / Romansa / Petaka Malam Tahun Baru / Bab 2 : Masuk Koran

Share

Bab 2 : Masuk Koran

Author: Evhae Naffae
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Petaka Malam Tahun Baru

Bab 2 : Masuk Koran

Perkosaan di malam tahun baru : Telah ditemukan korban perkosaan di tepi pantai pasca pesta perayaan malam pergantian tahun. Diduga korban yang seorang mahasiswi jurusan hukum Fakultas xxx diperkosa secara bergantian oleh beberapa orang. Hingga saat ini, korban masih belum bisa dimintai keterangan, ia masih bungkam dan diduga mengalami shock berat.

Agghh ... begitulah isi berita di koran yang kubaca pagi ini tentang petaka malam tahun baru yang baru saja kualami. Kenapa berita memalukan yang merupakan aib ini mesti masuk koran dan menjadi berita utama? Yang lebih gil*nya, ada fotoku yang terbaring di tempat tidur meski foto itu udah diblur.

Belum hilang rasa sakit bekas kejadian naas itu, kini aku juga harus menanggung malu karena aib. Semoga keluargaku dikampung tak tahu tentang berita ini, biarlah aku menanggung semuanya sendiri sebab dari awal semua memang salahku yang terlalu bucin dan tak ingat pesan orangtua. Beberapa orang Polisi sudah mencoba mengintrogasi, tapi aku masih tak ingin bicara. Walau kuberitahu pun, aku yakin sekali Bastian dan teman-temannya sudah melarikan diri dari Kota ini.

*****

Sudah tiga hari aku dirawat di rumah sakit tanpa siapa pun yang menemani sebab aku memang tak mengizinkan pihak rumah sakit tak menghubungi siapa pun. Sore ini, aku merasa sudah agak segar dan berencana untuk melarikan diri dari ruangan serba putih. Aku capek diintrogasi Polisi melulu, aku juga capek mendengar belas kasihan dari penghuni rumah sakit yang mengetahui keadaanku sekarang. Aku malu terus berlama-lama di sini, beberapa orang malah mengintip diam-diam hanya untuk melihat korban perkosaan di malam tahun baru.

Dengan diam-diam, aku melangkah perlahan karena bagian bawah masih terasa nyeri dibawa jalan. Aku berusaha menahan rasa sakit ini, dan berjalan sambil menyusuri dinding lalu menuju pintu keluar rumah sakit kemudian menyetopkan sebuah taxi untuk diantar ke rumah kostku. Untung saja, suasana kost sepi, jadi tak ada yang tahu tentang kepulanganku. Segera kukunci pintu kamar, lalu menjatuhkan diri di tempat tidur. Aku yakin, seisi kost pasti sudah heboh tentang beritaku. Ya tuhan, berat sekali ujian ini dan semoga aku kuat.

Hati terasa semakin nyeri saat melihat foto-foto kebersamaanku bersama Bastian, dua tahun kami lewati bersama jadi begitu banyak kenangan tentangnya. Aku tak pernah menyangka, kalau dia bisa melakukan semua ini kepadaku. Sungguh mahal bayaran untuk semua barang-barang juga uang yang ia berikan selama ini, harga diri dan masa depanku yang jadi taruhannya. Air mata meleleh begitu saja dan segera kusapu dengan kasar lalu melepas foto-foto itu dengan serabutan dan penuh kemarahan. 

Bastian, kamu memang binatang! Kejadian malam itu berputar kembali di ingatan, mereka menggilirku secara beramai-ramai, enam orang. Ternyata cintamu hanya sebatas napsu setan saja, kukira kamu akan puas setelah berhasil merenggut mahkotaku tapi kamu malah membiarkan teman-temanmu untuk ikut andil. Semoga adik atau kakak perempuan atau anggota keluargamu yang lain juga ada yang mengalami nasib serupa denganku. Kamu takkan bisa hidup tenang. Kamu memang bisa melarikan diri dari kejaran Polisi tapi kamu takkan bisa menghindari dari hukuman Tuhan. Kamu mahasiswa jurusan hukum, tapi melakukan perbuatan yang melanggar hukum. Agghh ... kupegangi kepala dan kembali membenamkan kepala ke bantal, menumpahkan segala air mata penyesalan.

Selama seminggu, aku tak keluar dari kamar kost. Pikiran ini masih buntu, aku tak tahu harus melakukan apa. Kuliah, aku tak punya semangat lagi. Aku takkan sanggup mendengarkan cibiran teman-temanku di sana. Seisi kampus juga pasti heboh dan sudah mengetahui berita viral ini. Kalau aku pulang kampung, Ibu dan Ayah pasti sangat sedih karena aku putus kuliah dan petaka yang menimpaku ini. Tuhan, tunjukkan jalan terbaik yang harus hamba tempuh. 

****

“Assalammualaikum, Riva,” suara lembut Ibu lewat telepon membuat lamunanku buyar.

“Waalaikumsalam, Bu,” jawabku sambil menyapu buliran air mata.

“Gimana kabar kamu di sana, Nak? Baik-baik aja ‘kan?” tanya Ibu dengan logat guru sekolah dasar yang memang lemah lembut, sebab dia sudah puluhan tahun mengabdi tapi status honornya tak juga berganti menjadi pns. Kasihan, Ibu.

“Riva baik-baik aja kok, Ibu. Keluarga di sana bagaimana kabarnya? Ayah dan adik-adik?” tanyaku sambil membayangkan wajah mereka.

“Alhamdulillah kalau begitu, kami juga baik-baik saja di sini. Kamu nggak lagi sakit ‘kan, Riva? Soalnya Ibu mimpiin kamu terus dan dari kemarin nelepon, nomor kamu malah nggak aktif.” Suara ibu terdengar cemas.

“Riva sehat-sehat aja, Bu, nggak usah cemas. Keadaan Riva di sini juga baik-baik aja.” Aku berusaha meyakinkan Ibu.

Setelah kurang lebih setengah jam berbicara via telepon dengan Ibu, aku jadi tak tega untuk berhenti kuliah. Aku memang sudah hancur tapi tak boleh semakin hancur, aku tetap harus melanjutkan kuliah yang mungkin tak sampai dua tahun lagi akan selesai. Aku tertegun memikirkan semua ini sambil mengumpulkan semua semangat.

“Kuliah yang benar ya, Nak, jangan kecewakan Ayah dan Ibu. Kamulah tumpuan harapan kami.” Kata-kata dari Ibu selalu terngiang-ngiang sepanjang hari hingga terbawa ke dalam tidur juga. Maka dengan itu, pagi ini sudah kuputuskan untuk ke kampus dan mengejar pembelajaran karena sudah dua minggu lebih absen.

“Itu dia Si Rivana, berani juga dia tetap kuliah, ya!”

“Sttt ... jangan kencang-kencang ngomongnya, entar dia dengar!”

“Dia pikir, dengan mengenakan kacamata dan masker gitu, kita nggak akan kenal lagi dengannya!”

“Udah ah, kasihan tahu!”

“Iya, kasihan dia. Jangan dighibahin lagi, dia itu korban!”

Begitulah ocehan teman-teman sekelas saat melihatku memasuki kelas. Aku sengaja memilih bangku paliang belakang, di pojok dan sendiri. Teman dekatku si Rada juga tak mau mendekat, mungkin dia jijik berdekatan dengan korban perkosaan. Ternyata sanksi di masyarakat lumayan berat, padahal aku korban tapi malah dijauhi dan menjadi bahan gibahan berhari-hari. Bukan mauku seperti ini, semua itu musibah. Biarlah, demi kedua orangtuaku, aku akan menulikan telinga dan membisukan mulut untuk tak terpengaruh akan cibiran itu. Tujuanku datang ke sini hanya untuk kuliah, mendapatkan ilmu juga gelar agar bisa mendapatkan pekerjaan yang bagus suatu hari nanti.

Masalah Bastian dan teman-temannya, aku tak melihat mereka di kampus ini. Mungkin benar kalau mereka telah melarikan diri, walau aku tak ada memberitahukan kepada Polisi siapa pelaku perkosaan terhadapku. Aku yakin, Polisi tetap akan melakukan pengusutan atas kasus ini.

Sudah satu bulan pasca peristiwa naas itu dan kini sudah memasuki awan bulan februari. Sebuah kenyataan pahit terjadi kembali, yang kutakutkan terjadi lagi, testpack di tanganku kini menunjukkan garis dua yang artinya aku positif hamil. Ya tuhan, ternyata ujianku masih terus berlanjut, kini aku hamil akibat perkosaan itu dan tak tahu benih siapakah ini karena ada enam pria yang telah menggagahiku bergantian di malam pergantian tahun itu. Bastian, Andra, Pedro, Bobby, Amrul, dan Seno. Aku yakin keenamnya ikut andil, walau saat itu aku tak lagi dalam keadaan sadar.

Apa yang harus kulakukan sekarang? Kukira, setelah kejadian itu takkan ada kesedihan lagi, tapi ternyata kejadian lebih besar lagi malah menerpa.

Bersambung .... 

Related chapters

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 3 : Janin Enam Pria

    Petaka Malam Tahun BaruBab 3 : Janin Enam PriaKupukuli perut yang kini tumbuh janin enam bajingan itu. Kupikir, setelah ini aku akan bisa melanjutkan kehidupan meski menjadi bahan gunjingan selama sebulan ini, nyatanya ... kepahitan hidup ini akan terus berlanjut. Janin ini harus kumsnahkan, aku tak mau dia hidup, aku tak mau! Aku ingin membalas dendam kepada enam pria tak punya otak itu, tapi dengan keadaanku yang seperti ini, bagaimana mungkin?Segera kukemasi barang-barang, hari ini juga, aku akan pindah tempat kost. Tak ada yang boleh tahu tentang kehamilan ini, cukup kasus perkosaan itu saja yang tersebar luas. Aku tetap harus lanjut kuliah, janin ini harus bisa kulenyapkan. Harus! Aku harus bisa menjadi pengacara dan mempenjarakan para pelaku perbuatan biadab itu. Aku harus bisa membela kaum wanita yang teraniaya, seperti diriku yang sekarang. Aku tak mau ada Rivana yang lainnya, cukup aku saja yang menjadi budak cinta hingga akhirnya terpuruk seperti se

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 4 : Melahirkan di Kamar Mandi

    Petaka Malam Tahun BaruBab 4 : Melahirkan di Kamar MandiSemakin hari, aku semakin kesusahan untuk bergerak karena beban perut yang meskipun tak begitu besar seperti orang hamil lainnya namun tetap terasa berat untukku. Aku mulai kesusahan tidur dengan posisi yang nyaman dan mulai sering lapar walau tak pernah kuturuti untuk rajin makan, aku Cuma makan sekali sehari saja biar perut ini tak terlalu besar juga dan dengan maksud untuk menyiksa bayi yang tak kuinginkan ini. Dia adalah aib yang tak bisa untuk kubuang, maka kusiksa dia dan berharap dia segera mati.Sepulang dari kampus, aku langsung masuk ke dalam kamar lalu membuka ikatan korset diperut agar napas kembali plong. Menyembunyikan kehamilan itu sangat susah ternyata. Mungkin teman-teman di kampus tahu kalau aku hamil, hanya saja aku memang menulikan telinga biar tak mendengar gosip mereka.Aku berusaha mengontrol pernapasan yang masih terasa sesak, lalu berbaring di tempat tidur untuk merel

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 5 : Kado Untuk Bastian

    Petaka Malam Tahun BaruBab 5 : Kado Untuk BastianAda suara tangisan bayi di tepi telinga yang membuat tidurku jadi terusik. Akan tetapi, saat membuka mata dan mengedarkan pandangan ke segala penjuru kamar, suara itu malah tak terdengar lagi. Apakah bayi terkutuk itu hidup kembali? Kutatap tajam kotak di pojok kamar yang sudah terbungkus rapi layaknya kado di hari ulang tahun. Ah, kado itu akan kuberikan kepada Bastian, sebagai ucapan selamat tahun baru. Hahaha ... aku merasa sangat lucu, tawa ini seakan tak bisa kuhentikan. Bastian, tunggu kadomu datang! Hahaa ... aku semakin cekikikan. Membayangkan ekspresi terkejutnya nanti, membuat hati semakin tergelitik. Entah kenapa, hal ini sangat lucu menurutku? Apakah aku sudah mulai gila? Aku tertegun sejenak, lalu menghentikan tawa dan kembali fokus kepada rencana.Kuraih toples biskuit di atas nakas lalu memakannya, aku lapar. Lalu menenggak beberapa botol susu uht yang sengaja sudah kusiapkan dari kemarin. Tubuh i

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 6 : POV Bastian 1

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruPart 6 (POV Bastian 1)Agghh ... sial, kenapa bisa ketinggalan dompet segala? Aku segera berlari menuju ke mobil. Untung saja, Tiara hanya mengajak makan di restoran dekat rumah. Mana dia juga nggak bawa dompet, dasar!Eh, apa ini? Aku mengerutkan dahi saat melihat sebuah bingkisan di kursi kemudi. Aku tersenyum dan menduga ini adalah suprise dari Tiara. Wanita yang sudah tiga bulan ini kupacari. Dia memang selalu membuat kejutan manis untukku. Ah, nanti saja, sebaiknya aku pura-pura nggak tahu biar dia senang.Kupacu mobil menuju restoran, di mana Tiara sedang menungguku. Dia tersenyum saat melihat kedatanganku, ah ... aku semakin tak sabar mendapatkan hadiah lainnya selain dari sekedar bingkisan kado yang harus membuatku pura-pura senang saja.“Sayang, kok lama?” rengeknya manja.“Cuma sebentar kok. Hmm ... kamu udah pesan rupanya, ayo kita makan!” Aku duduk di hadapannya.Tiara

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 7 : POV Bastian 2

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruPart 7 (POV Bastian 2)“Sayang, apa nggak nunggu pagi aja baru kita hubungi Polisi?” tanya Tiara kemudian.“Kenapa nggak sekarang aja?” Aku masih berusaha mengusai diri dan meredam debaran keras di dada, aku masih kaget dan tak menyangka kalau isi kotak kado itu adalah mayat bayi yang aku tak kenal sama sekali.“Yank, ini udah hampir tengah malam, bisa-bisa nggak tidur kita malam ini kalo bikin laporan sekarang. Introgasinya pasti panjang lebar ini, soalnya ini berhubungan dengan kasus pembunuhan."Aku mengangguk pada Tiara, terserah dia saja.“Tapi ... malam ini ... kamu temani aku tidur di sini, ya, Sayang! Aku nggak berani kalo tidur sendirian, tinggal bedua ama mayat bayi, serem .... “ Aku mulai memanfaatkan kesempatan sambil memeluk tubuh ramping Tiara.“Hmm .... “ Tiara tersenyum malu-malu.Tanpa menunggu lama lagi, langsung kugendong dia ke ka

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 8 : Bertemu Dia

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 8 : Bertemu DiaSetelah bayi terkutuk itu enyah dari hidup ini, keberuntungan selalu menyertai langkahku. Penyusunan skripsiku berjalan dengan lancar, berkat kerja keras dan keuletan seorang Rivana, korban pelecehan yang bercita-cita menjadi pembela kaum perempuan yang mendapatkan nasib serupa dengannya. Sidang skripsi juga sudah kudaftarkan dan tinggal menunggu jadwalnya saja, sambil magang juga untuk mengisi waktu.Sebuah panggilan telepon dari Ibu, membuatku tersenyum dan tak sabar untuk memberitahukan tentang pendaftaran sidang skripsi yang sudah kuajukan.“Assalammualaikum, Nak.” Suara lemah lembut Ibu begitu menyejukkan telinga.“Waalaikumsalam, Bu,” jawabku dengan senyum yang tak dapat kutahan.“Bagaimana kabar kamu, Nak? Gimana kabar skripsinya, apa lancar-lancar saja? Oh iya, tadi pagi Ibu ada kirim uang satu juta buat kamu, hemat-hemat, ya, Nak! Beli barang yang penting saj

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 9 : Diperkosa Tiga Bencis

    #Petaka_Malam_Tahun_Baru Bab 9 : Diperkosa Tiga Bencis Ah, kenapa mesti ketemu Seno dan satu kelas pula? Dia temannya Bastian yang hanya berpura-pura lugu dan mengaku tak ikut andil. Bohong, semua itu hanya kebohongannya saja! Aku takkan bisa percaya kepadanya, dia sama gilanya dengan temannya yang bermodal kegantengan namun berotak mesum itu! Cih, aku benci! Kuhempaskan tubuh ke atas tempat tidur, lalu meraih ponsel sambil memikirkan teror selanjutnya yang akan kuhadiahkan kepada Bastian. Aku tersenyum miring sebab ide langsung muncul di kepala ini. Langsung kuketik sebuah pesan yang akan kukirimkan kepadanya. [Kak Icha, nanti jemput Intan di tempat biasa, ya!] Aku pura-pura chat salah nomor. Dua menit kemudian, chatku langsung dibacanya. [Maaf, Dek, kamu salah nomor berangkali. Aku bukan Kak Icha, tapi Davit.] Hmm ... aku menyunggingkan senyum dan kembali mengetik balasan. [Oh, maaf, Bang, abis nomornya mirip. M

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 10 (POV Bastian 3)

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 10 (POV Bastian 3)“Kalian itu bego! Teman dikeroyok bencis malah nggak ditolongin!” umpatku kesal, masih dengan posisi terbaring di tempat tidur.“Sorry lama, Bas, tapi ini udah ditolongin kok,” jawab Andra sambil saling pandang dengan teman-temanku yang lain.“Tapi aku udah ternoda ini!” Kulembar bantal ke wajah Andra.“Sorry, abisnya waktu kamu telepon aku lagi di klab sama cewek.” Andra menundukkan wajah.Agghh ... dasar Andra! Padahal waktu para bencis itu mulai mengeroyokku, aku sempat menekan nomor dia dan berharap ia datang tapi nyatanya mereka datang malah setelah tubuh ini terlecehkan dan lebih tragisnya disiram air cabe pula. S1al!!!“Kamu kok bisa kalah sama bencis sih, Bas?” Amrul mengerutkan dahinya.“Awalnya ... mereka pura-pura jadi kuntilanak gitu, mana pantai gelap pula. Setelah aku lengah karena ketakutan, mereka la

Latest chapter

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 40 : Tamat

    Petaka Malam Tahun BaruPart 40 (Tamat)Hari ini aku sudah bersiap untuk pulang kampung, walau belum tahu apakah akan kembali ke sini lagi atau tidak. Yang jelas, saat ini aku hanya ingin jujur kepada kedua orangtuaku tentang apa yang sudah kualami dulu. Aku tak mau ada yang ditutup-tutupi lagi, meski kenyataan ini sangat pahit tapi aku sudah berhasil melewatinya. Dengan adanya musibah itu, aku dapat menjadi pribadi yang kuat dan tak pantang menyerah serta bisa membuktikan di mana ada kegigihan dan kesungguhan tekat, maka kesuksesan tetap akan kamu tuai. Percayalah, di setiap ada masalah, pasti akan ada hikmahnya. Allah takkan memberika ujian di luar batas kemampuan umat-Nya.Setelah mengunci rumah, aku segera menuju taxi yang sudah menunggu di depan pagar.

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 39 : Nisan Tanpa Nama

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruPart 39 (Nisan Tanpa Nama)Hari terus berlalu, aku masih disibukkan oleh rutinitas sebagai penasehat hukum para klien yang membutuhkan jasaku. Aku jadi bimbang untuk pulang ke kampung karena jika sudah tinggal di kampung, pendidikan advokatku ini tidak akan berguna sebab keluargaku tinggal di desa terpencil dan jauh dari perkotaan, palingan aku hanya bisa bekerja di kantor desa.Aku merenung di depan meja makan, menatap aneka masakan yang kubeli dengan cara catering sebab aku tak sempat untuk masak karena kepadatan rutinitas. Semua telah kumiliki, uang dan rumah yang mewah tapi semua ini terasa hampa. Ibu dan ayah juga tak mau kuajak tinggal di sini, sebab ayah tak bisa meninggalkan ladangnya.

  • Petaka Malam Tahun Baru   Babal 38 : Spageti Untuk Bastian

    Petaka Malam Tahun BaruBab 38 : Spageti Untuk Bastian[Penggerebekan di sebuah losmen yang terletak di belakang Klab malam, Polisi menemukan beberapa pasangan mesum, salah satunya saudara BS bersama dua wanita malam sedang melakukan pesta narkoba. BS sang terdakwa kasus perkosaan juga sebelum, kini malah menambah berat kasusnya. Pria yang sudah tiga kali berganti nama ini akan dihukum dengan banyak pasal.]Aku tersenyum puas, kubuka lembaran berikutnya berita koran hari ini dan membaca tentang terkuaknya pelaku pemerkosaan di malam tahun baru 2020 silam. Ini kasusku dan seminggu yang lalu juga aku sudah dimintai keterangan. Lima pelaku itu kini sudah mendekam di tempat yang semestinya, akhirnya keadilan sudah berpihak kepadaku.Bastian, akhirnya kamu bisa mendapatkan ganjaran yang setimpal. Bagaimana kabarmu di sana? Sepertinya, aku harus melihat keadaanmu dan membawakan oleh-oleh tentunya. Walau bagaimana pun, kamu itu mantan pacarku dan ayah dari mayat

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 37 (POV Bastian 12)

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 37 (POV Bastian 12)Agghh ... foto wanita bernama ‘calon istri’ ini menggunakan masker, jadi aku tak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Aku makin penasaran kalau begini. Kubuka galery ponsel Seno, tanggung banget kalo udah megang ponselnya tapi tak bisa dapat info siapa wanitanya ini. Temanku yang satu ini memang agak kudet masalah wanita sebab ia belum pernah sekali pun berpacaran, sebab aku mengenalnya sudah sejak dari kecil.Mataku langsung melotot kaget, melihat beberapa foto wanita yang sudah tak asing ini. Wooww ... di sini juga ada foto mereka berdua, saat di angkutan umum, saat sang wanita tertidur di pundaknya. Ternyata Seno bermain di belakangku, bisa-bisanya dia mendekati musuh bebuyutanku. Pantas saja dia begitu girang dan mendukung Amrul untuk menyerahkan diri kepada Polisi atau mungkin juga memang ia yang membujuk Amrul agar kami juga terseret.“Kopi, Bas.” Seno meletakkan cangkir kopi di

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 36 (POV Bastian 11)

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruPart 36 (POV Bastian 11)Kulempar ponsel ke sofa, semuanya memang menyebalkan dan ditambah lagi, Seno telah mengundurkan diri sebagai pengacaraku. Ini sih, hukuman 20 tahun sudah di depan mata. Derra, penuturan darinya di depan pengadilan membuatku semakin tersudut. Aku yakin, ini pasti suruhan mamanya. Ia pasti memang disuruh untuk mengaku kalau kuperkosa.Taklama kemudian, terdengar bunyi bel di depan pintu apartementku. Kuraih remot untuk membukanya tanpa harus berjalan lagi. Itu pasti Bobby, sebab tadi dia sudah meneleponku dan mengatakan hendak ke sini. Pintu terbuka masuklah empat temanku, Bobby, Andra, Seno serta Amrul yang kini sudah kurus kering.“Woy, kok Si Penderita HIV ini dibawa ke sini sih?” tanyaku kaget melihat penampakan teman yang sudah lama tak pernah kulihat itu. katanya dia direhap, dan aku tak berkeinginan untuk membesuknya.Amrul duduk agak jauh dari kami, ia juga mengenakan masker, juga

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 35 (POV Seno) : Sidang Pertama

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 35 (POV Seno : Sidang Pertama)Dasar, Bastian, biar sudah begitu juga, dia masih belum bisa insyaf. Aku tak habis pikir dengan cara pikirnya. Wajar saja orangtua Derra begitu meradang, anaknya masih kecil gitu namun sudah diperawani olehnya, dan orangtua mana pun pasti melakukan hal yang sama, walau sang pelaku berniat menikahi putrinya. Aku juga tak yakin, temanku yang bajingan itu benaran tulus kepada bocah 16 tahun ini, bisa-bisa setelah menikah, Derra malah akan tekanan batin hidup bersamanya.Bastian, Bastian, biar sudah tiga kali ganti nama dan identitas pun, kesialan akan terus menerpamu sebelum kamu benar-benar insyaf dan menyesali segala kesalahanmu. Cuma tinggal Bastian dan Andra saja yang masih belum sadar ini, kalau Pedro, kini ia sudah resmi menjadi tersangka penabrakan itu dan kini sedang menjalani masa hukuman.Tiba-tiba, ponsel yang kini ada di dalam genggamanku bergetar, segera dan kulihat notifikasi apakah it

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 34 : Mantan Kurang Ajar

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruPart 34 (POV Bastian 10) : Mantan Kurang AjarSial! Mantan kurang ajar, beraninya dia menyiramku dengan air comberan yang baunya bikin muntah begini. Benar-benar kelewatan dia! Aku mengumpat sepanjang jalan dan menyuruh Seno untuk mengebut biar cepat sampai. Dia sih enak, cuma kecipratan sedikit saja, lahh aku ... pas kena muka dan ada yang masuk ke tenggorokan juga malah.Sesampainya di apartement, aku langsung berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan semua jatah makan siangku karena bau yang teramat sangat ini. Entah apa saja ramuan yang dibuat Pengacara sok kondang itu, awas saja kamu! Bukan Bastian namanya kalau tak bisa membalas perlakuanmu. Akan kudatangi dukun santet, biar kamu yang bakalan ngejar-ngejar aku dan minta ditiduri. Agghh ... kok malah mesum lagi pikiranku, padahal karena efek terlalu mesumlah hingga aku dijeret pasal berlapis dengan ancaman hukuman 20 tahun. Apa jadinya aku jika akan mendekam di sana? Ya Tuhan, terl

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 33 : Memohon Bantuan

    Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 33 (POV Bastian) : Memohon BantuanSore ini, Seno mengajakku untuk ke rumah Rivana. Walau agak ragu, tapi mencoba untuk memberanikan diri, walau pertemuan terakhir kami, dia meneriakiku jambret dan akibatnya harus menginap seminggu di jeruji besi.Seno membunyikan bel dan taklama kemudian, muncullah mantan pacar yang dulu pernah kucintai itu. Begitu banyak kenangan manis yang kami lewati selama dua tahun berpacaran, walau aku hanya kebanyakan napsu saja dengannya. Untuk sesaat, kami saling pandang, dia terlihat terkejut melihat kedatanganku dengan Seno.“Assalammualaikum, Rivana,” ujar Seno dengan raut wajah datar.Rivana tak menjawab salam dari Seno, ia malah hendak menutup kembali pintu tapi temanku itu segera menahan pintu itu.“Riva, aku ke sini hanya mengantar Bastian. Dia ada keperluan denganmu dan ingin menggunakan jasamu, sebagai pengacara” ujar Seno.“Pergi kalian dari

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 32 : Dia Rivana?

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 32 (POV Bastian 8) : Dia Rivana?“Tuhan akan murka jika umat-Nya tak mau mengakui kesalahan dan mempertanggung jawabkannya!”Apa maksud Seno mengatakan hal itu? Kata-kata itu selalu terngiang-ngiang di kepala ini, membuat hidupku tak tenang saja. Apa dia mencoba menghakimiku? Sudah kubilang, aku takkan pernah mau untuk menyerahkan diri kepada polisi, apalagi kejadian itu sudah tujuh tahun berlalu. Rivana saja tak melaporkan hal itu, artinya ia tak masalah akan kelakuanku. Bisa jadi juga, ia telah menganggapnya inpas karena segala yang telah kuberikan selama dua tahun berpacaran dengannya. Bagaimana tidak? Aku sudah menganggap ia seorang istri yang harus kunafkahi setiap bulannya, juga memenuhi segala kebutuhannya mulai dari pakaian dan segala perlengkapan lainnya. Tempat tidur yang ada di kamar kostnya saja, aku yang membelikan. Setiap bulan, aku selalu mentransfernya uang mulai dari dua juta hingga lima juta dan itu hany

DMCA.com Protection Status