Home / Romansa / Petaka Malam Tahun Baru / Bab 11 (POV Bastian 4)

Share

Bab 11 (POV Bastian 4)

Author: Evhae Naffae
last update Last Updated: 2021-08-16 23:48:47

#Petaka_Malam_Tahun_Baru

Bab 11 (POV Bastian 4)

Keparat! Kupacu mobil dengan kecepatan kencang. Hati ini terasa sangat sakit melihat penghianatan Tiara padahal aku tak pernah merasakan hal ini sebelumnya dengan pacar terdahulu. Selama ini, aku tak pernah punya perasaan serius dengan seorang wanita karena yang kuinginkan hanya tubuh mereka saja tapi dengan Tiara aku merasa berbeda, aku ingin serius dengannya dan aku tak rela dia disentuh pria lain walau sahabatku sendiri.

“Bas, jangan ngebut ah!” tegur Seno sambil menepuk pundakku.

Tak kuhiraukan perkataan Seno, mobil tetap kupacu dengan kecepatan kencang. Beberapa saat kemudian, mobilku telah telah berhenti di sebuah klab, tempat inilah yang bisa menghilangkan stres dan penatnya pikiran.

Aku langsung turun dan masuk ke tempat yang merupakan surga dunia. Segala kenikmatan ada di sana, tinggal pilih saja. Ada minuman pereda pikiran, ada obat-obatan yang bisa membuat terbang melayang dan ada wanita yang akan melayanimu hingga terlena.

Ternyata sudah ada Amrul, Bobby dan Pedro di sana. Mereka sedang menari-nari menikmati musik yang bikin geleng-geleng, dengan sambil membawa botol minuman. Aku langsung duduk depan meja bartender dan memesan minuman favorit. Seperti biasa, Seno selalu menjadi penonton. Aku heran dengannya, temanan dengan para bajingan tapi kok masih betak sok alim begitu. Kuarahkan segeles minuman kepadanya rapi dengan sopan ia menggeleng dan memberi isyarat dengan tangannya kalau ia tak mau.

“Kalian udah lama di sini?” tanyaku kepada ketiga temanku yang sepertinya sudah mulai teler itu.

“Barusan datang sih,” jawab Amrul sambil duduk di sampingku.

“Ngajakin Andra, tapi .... “ Bobby menggantung kata-katanya.

“Tapi apa?” tanyaku mulai terpancing emosi, teringat kelakuan Andra dan Tiara.

“Nggak apa-apa. Ayo minum lagi!” Bobby menuangkan minuman ke gelasku.

“Hmm ... apa kalian udah lama tahu tentang Andra dan Tiara?” tanyaku dengan sorot mata tajam kepada tiga temanku itu.

“Kamu udah tahu, Bas?” tanya Pedro terbelalak.

“Hmm ... kalau kalian udah tahu sejak lama, kenapa nggak ngsih tahu aku?” ujarku geram sambil mendaratkan tinju ke perut Pedro.

“Agghh!” Pedro mengaduh sambil memegangi perutnya dan bersiap membalas pukulanku tapi Seno sudah keburu menghalanginya.

“Jadi kalian pendukung Andra?!” Aku semakin meradang, menatap tajam Pedro yang sama keturuan bule sepertiku.

“Bukannya gitu, Bas, kukira kamu sengaja mengoper Tiara kepada Andra,” jawab Pedro dengan membalas tatapan tajamku, sambil memegangi perutnya.

“Enak saja! Kalian kira, Tiara itu bola apa ... pakai acara dioper segala?!” Aku turun kembali dari kursi dan langsung menyerang Pedro dengan membab1 buta, kupukuli dia dengan geram, menumpahkan segala sakit hati karena ulah Andra dan Tiara.

Seno, Bobby dan Amrul berusaha melerai kami, tapi mereka semua berhasil kudorong dengan kasar. Kudaratkan beberapa kali pukulan keras ke wajah Pedro, dia juga tak mau hanya tinggal diam, wajahku juga bonyok karena tinjunya.

Beberapa saat kemudian, kami sudah diamankan dua penjaga klab dan diusir keluar. Kusapu dengan kasar, darah yang di tepi bibir. Rasa sakit di wajah juga tubuh ini masih tak sebanding dengan rasa sakit hatiku atas perselingkuhan Tiara. Aku benar-benar terhina, aku merasa harga diri ini begitu jatuh dan turun level pasca pelecehan enam bencis itu dan kini malah diselingkuhi. Semua rasa bercampur aduk jadi satu, aku benci semua ini.

“Ayo pulang!” Seno memapahku masuk ke mobil.

Di depan kami, Bobby dan Amrul juga memapah Pedro untuk masuk ke mobil mereka.

“Ikut ke rumah Bastian dulu, guys!” perintah Seno kepada mereka bertiga.

Aku hanya terdiam dengan pikiran yang tak tentu arah.

***

Beberapa saat kemudian, kami telah tiba di depan rumahku dan ternyata ada Andra dan Tiara di sana. Setan! Ada apa lagi mereka ke sini?

Ketika turun dari mobil, Tiara langsung berlari menghampiriku.

“Sayang, maafkan aku ... aku nggak mau kita putus!” ujarnya dengan menatap terkejut keadaan diriku yang sudah babak belur. “Kamu kenapa?” sambungnya dengan mencoba memegang wajahnya.

Sebelum jarinya menyentuh wajahku, segera kutepis dengan kasar. Aku mendadak jijik dengannya. Tiba-tiba, Andra langsung berlutut di hadapanku.

“Apalagi ini? Sudahlah! Sudahi drama ini, aku muak dengan kalian berdua!” Kudorong kasar tubuh Andra yang membuatnya jatuh terlentang.

“Yank, maaf .... “ Tiara tiba-tiba memelukku dari belakang.

Beraninya dia menyentuhku! Kubalikkan tubuh ini dan mendorongnya dengan kasar dan tak lupa kutonjok wajah sok cantik itu.

“Bas!” Seno segera menarik tubuhku untuk menjauh dari Tiara.

Andra langsung menolong selingkuhannya itu dan menatapku dengan marah. Seno menarikku masuk ke dalam rumah, sebelum pertempuranku dengan Andra terjadi lagi namun kami sempat beradu tatap.

Aku tak habis pikir, mau apalagi kedua cecunguk itu datang ke rumahku? Belum puas apa bermain kucing kawin di depan mataku. Dasar seta*!

Langsung kujatuhkan tubuh ke sopa, dengan napas naik turun, emosi ini masih meletup-letup rasanya. Kurang aja*, bajin*an!

“Minum dulu!” Seno membawakanku sebotol air mineral dingin.

Langsung kuraih dengan malas dan meminumnya sedikit.

“Mabok kamu, Bas? Kok tega sekali main tonjok aja Tiara?” ujar Seno sambil duduk di hadapanku.

Aku hanya diam lalu mengusap wajah, kepala ini terasa sakit dengan perut yang mual. Woekk ... aku berlari menuju dapur dan memuntahkan segala yang kumakan seharian ini.

“Besok pagi, aku temani kamu ke rumah sakit!” ujar Seno tiba-tiba saat aku hendak melangkah keluar dari dapur.

“Ah, mau ngapain?” tanyaku malas sambil menuju ruang tengah dan berbaring di sprimbeb yang sengaja kuletakkan di situ.

“Ya, berobatlah. Lihat saja wajahmu babak belur begitu, nggak takut infeksi? Aku jemput pukul 09.00.” Seno berlalu dari hadapanku sambil meraih kunci mobilku.”Aku pinjam mobilmu, Bas, buat pulang, ya! Istirahatlah!”

Aku melengos dan memejamkan mata, namun bayangan ulah Andra dan Tiara kembali terngiang di ingatan. Fuck! Aku benci!

Sesuai janji, pagi ini, Seno sudah muncul kembali di hadapanku. Dia memaksaku untuk susah memeriksakan segala penyakitku, mulai dari susah buang air kecil hingga susah buang air besar. Bagian belakang ini pernah mengeluarkan darah hingga menetes di kloset yang membuatku shock.

“Saudara Davit terkena penyakit proctitis,” ucapan dokter membuatku menautkan alis. Sakit apa itu? Aku baru kali ini mendengar nama penyakit itu.

"Apa itu ... Proctitis?" tanyaku terbata-bata.

"Proctitis adalah peradangan pada lubang anus dan lapisan rektum (bagian bawah usus yang menuju ke anus). Rektum adalah saluran berotot yang tersambung dengan ujung usus besar. Feses keluar dari tubuh melalui rektum. Proctitis dapat menyebabkan nyeri pada rektum dan sensasi seperti ingin buang air besar secara terus-menerus. Gejala proctitis dapat berlangsung sebentar ataupun kronis alias menahun," jelas sang dokter.

Aku menghela napas berat, kesialan seakan bertubi-tubi menyerangku. Oh, Tuhan, apa salah dan dosaku sehingga kamu begitu sentimen terhadapku? Agghh ... aku tak percaya adanya Tuhan, bulshit saja!

Seno mengantarku pulang ke rumah dan kejutan kembali menyambutku. Dua orang polisi sedang berada di depan rumahku.

“Maaf, dengan saudara Davit?” tanya sang polisi.

“Eh iya, eh ... bukan, eh ... benar ... saya ... Davit.” Aku tergagap.

“Kami membawa surat penangkapan untuk anda, atas tuduhan tindakan tak menyenangkan kepada saudari Tiara. Anda terkena pasal, penganiayaan berencana,” ujar sang Polisi yang kembali membuat jantung ini serasa mau putus.

Rahangku mengeras, sungguh berita yang hampir membuat jantungan. Tega sekali Tiara mengadukanku ke Polisi. Dia memang wanita tak punya otak! Hari ini benar-benar s1al! Kemalangan beruntun menerbaku.

“Ini fitnah, Pak.” Aku mencoba mengelak saat Polisi mengapit kedua tanganku.

“Silakan jelaskan di kantor saja!” Dua Polisi itu langsung menyeretku masuk ke dalam mobil Polisi.

Bersambung ....  

Related chapters

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 12 : Bertemu Dua Setan

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 12 : Bertemu Dua SetanAku sedang duduk di sebuah rumah yang terasa sangat asing. Rumah ini tak terlalu besar namun terlihat megah, aku celingukan, heran akan sebab keberadaanku di sini. Taklama berselang, muncullah beberapa orang wanita berpakaian serba putih dengan dandanan ala princes sambil menggendong seorang bocah laki-laki.Mereka membawa sang bocah keluar dari rumah itu dan bermain di halamannya. Aku mengekor di belakang, meski tak disapa. Kini kulihat empat orang wanita itu sedang berlari-lari kecil dengan sang bocah yang tawanya terdengar begitu renyah. Aku seperti mengenal bocah yang usianya mungkin dua tahunan itu, tapi di mana dan siapa, aku tak bisa mengingatnya.Kuamati mereka yang sedang bermain dengan sangat ceria dan tanpa beban itu. Aku ingin bergabung, tapi mereka tak ada mengajakku. Eh, aku mulai ingat dia mirip siapa, dia mirip denganku. Siapa dia? Mengapa dia bisa mirip denganku?Karena pena

    Last Updated : 2021-08-18
  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 13 : Dilema

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 13 : DilemaSore ini, aku sedang nyantai di kafe pinggir sungai sambil menikmati jus jeruk dan kentang goreng. Tadi aku baru saja habis ketemu klien dan mencatat permasalahannya. Pak Nanda, advokat yang membimbingku dalam kegiatan magang ini menugaskanku untuk menganalisa permasalahan yang dialami kliennya tentang sengketa perebutan harta peninggalan orangtua mereka yang belum sempat dibagi dan kini tiga orang anaknya memperkarakannya karena masing-masing merasa paling berhak. Pak Nanda ingin kliennya bisa menang, dan ini adalah tantangan pertama karir yang akan kujalani nanti.Dari arah pintu masuk kafe, aku melihat dua orang teman Bastian lagi, yaitu Bobby dan Andra. Sepertinya Tuhan memang mempertemukan kami agar aku bisa mengerjai mereka. Tinggal mereka berdua saja yang belum mendapatkan pembalasan part awal, mungkin inilah saatnya. Segera kunaikkan masker wajah dan memasang kaca mata serta menguncir rambut panjangku ke bel

    Last Updated : 2021-08-18
  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 14 : Terbangkan Bastian

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 14 : Terbangkan BastianPukul 09.00, aku sudah berada di Pengadilan untuk menghadiri sidang pertama dari klien Pak Nanda. Taklama kemudian, Pak Nanda sudah datang bersama pria yang memang tak asing lagi. Hmm ... dugaanku benar, dia Davit alias Bastian, pria terkutuk yang telah merenggut kesucianku. Dia yang dulu pernah amat kucintai tapi kini begitu kubenci hingga ke urat nadi. Untung saja, aku menggunakan masker dan kacamata, jadi dia takkan mengenaliku.Hakim sudah mengetuk palu sebanyak tiga kali tanda persidangan akan segera dimulai. Jaksa penuntut umum mulai membacakan tuntutannya untuk sang terdakwa. Wanita yang bernama Tiara itu juga hadir di sini, dia mengapit Pengacara Kondang yang memang sudah terkenal. Mantan pacar Bastian ini cantik dan modis, tapi sayang ... dia malah menyelingkuhinya. Dugaanku pasti dengan Andra, sebab dia memang duplicate Bastian, dan hanya dia saja yang bisa men

    Last Updated : 2021-08-18
  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 15 : Hempaskan!

    Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 15 : Hempaskan!Bastian alias Davit dibebaskan dari segala tuntutan di muka pengadilan, proses damai berjalan lancar dan semua ini karenaku. Pak Nanda tak hentinya memujiku, namun aku tak ingin musuh bebuyutanku itu sampai tahu, kalau akulah yang berada di balik kebebasannya. Biarlah keberuntungan sedikit berpihak kepadanya, anggap saja ini hadiah untuk menuju kesialan yang akan lebih dahsyat tentunya. Taklama lagi, dia juga bakal kembali kuhempaskan setelah terbang melayang. Ah, Bastian, aku takkan bahagia jika melihat senyummu. Aku akan lebih suka jika melihat penderitaanmu.Hari ini, semua keinginanku telah tercapai. Aku baru saja menyelesaikan proses pengangkatan dan sumpah advokat, kini gelar Pengacara resmi kusandang. Terima kasih, Tuhan, cita-cita yang kuimpikan bisa kuraih juga. Terima kasih Ayah, Ibu, berkat dukungan kalian, profesi yang hanya menjadi mimpi selama ini bisa menjadi kenya

    Last Updated : 2021-08-18
  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 16 : Video Viral

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruPart 16 (POV Bastian 5) : Video Viral“Bas, kamu udah lihat trending topik twetter hari ini?” Suara Seno terdengar samar-samar, sebab kesadaranku masih berada di awang-awang.“Apaan, Sen?” Kubuka mata dan membenarkan letak ponsel yang melorot dari telinga.“Kamu masih tidur, Bas?” tanyanya lagi.“Iya,” jawabku malas sebab mata ini masih sulit untuk dibuka.“Ya sudah, nanti sore aku ke rumah. Sebaiknya kamu jangan ke mana-mana dulu hari ini, ujarnya lagi.“Hmm .... “ Kuputuskan sambungan telepon.Dasar Seno, entah apa maksudnya menelepon pagi-pagi begini, padahal dia sudah tahu kebiasaanku yang memang tak bisa bangun pagi. Apalagi semenjak sakit Proctitis yang kuderita dan perkara dengan Tiara, setiap malam kuhabiskan di klab biar pikiran tak stres.

    Last Updated : 2021-08-18
  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 17 : Malu

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 17 (POV Bastian 6) : MaluBunyi bel berkali-kali di depan pintu membuatku harus keluar dari kamar. Saat membuka pintu, terlihat empat temanku di depan sana dan langsung masuk tanpa kusuruh lagi. Dari mobil merah milik Seno, Andra keluar belakangan dan melangkah ragu. Aku sedang malas marah dengannya, ya sudahlah, yang sudah berlalu takkan kubahas lagi.Ada Seno, Andra, Bobby, Amrul, dan Pedro. Mereka kini menatapku dengan prihatin. Sudah lama kami tak pernah berkumpul selengkap ini, biasanya mereka selalu sibuk sendiri.“Bas, kamu belum ada ke mana-mana ‘kan hari ini?” tanya Seno sambil berlalu menuju dapur.Aku menghela napas dan menunggu kedatangan temanku yang sudah jadi pengacara itu kembali ke ruang tamu ini. Dia pasti bisa menolongku untuk membereskan semua permasalahan yang sedang kuhadapi sekarang.Seno kembali dari da

    Last Updated : 2021-08-20
  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 18 : Pertemuan Mengenaskan

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 18 (POV Bastian 7) : Pertemuan MengenaskanSudah seminggu aku tak berani keluar dari rumah. Ponsel juga sengaja kumatikan agar tak ada yang menghubungiku untuk menanyakan berita viral itu. Entah kenapa? Kesialan beruntun ini menimpaku tanpa henti. Semenjak berganti nama dengan maksud menghilangkan jejak perkosaan terhadap Rivana, seolah masalah tak hentinya menyerangku dari berbagai penjuru. Nama ‘Davit’ ini hanya membawa kesialan saja, apa aku harus ganti nama dan identitas lagi? Agghh ... tapi tak mungkin juga harus ganti wajah!Kupegangi kepala yang terasa sakit saat memikirkan semua ini, kurasa semua cobaan Tuhan ini teramat berat untuk kejalani. Segera kukemasi semua pakaian lalu memasukkan ke dalam koper. Besok aku akan pulang ke Jerman, walau sebenarnya tinggal sendiri di sini yang paling nyaman. Kalau di rumah sana, aku akan terikat banyak aturan yang dibuat oleh Daddy. Aku takkan bisa hidup bebas lagi. Bisa jadi

    Last Updated : 2021-08-20
  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 19 : Tiga Tahun Kemudian

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 19 : Tiga Tahun KemudianHari terus berlalu, karirku sebagai pengacara semakin berkembang. Tiga tahun merintis karir dari bawah, membuatku begitu mensyukuri nikmat kesuksesan yang saat ini kurasakan. Kini aku tak lagi tinggal di kamar kost, tapi dengan jerih payah dan keuletan, aku bisa membeli sebuah rumah sederhana yang kini kujadikan sebuah kantor.Aku sudah bersiap untuk pergi ke Pengadilan, pukul 10.00 nanti aku akan mendampingi klienku sidang perebutan hak asuh anak. Dia seorang wanita yang teraniaya oleh suami yang bertindak semena-mena, dipukuli dan diselingkuhi di depan mata. Keputusan cerai sudah ketuk palu, tapi sang suami malah mempermasalahan hak asuh anak yang menurut sang suami anaknya takkan bisa sejahtera jika tinggal bersama sang ibu, sebab sang suami yang memang orang kaya itu selalu merendahkan istrinya yang hanya bekerja sebagai penjual kue online.Marlina, itulah nama klienku ini.

    Last Updated : 2021-08-20

Latest chapter

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 40 : Tamat

    Petaka Malam Tahun BaruPart 40 (Tamat)Hari ini aku sudah bersiap untuk pulang kampung, walau belum tahu apakah akan kembali ke sini lagi atau tidak. Yang jelas, saat ini aku hanya ingin jujur kepada kedua orangtuaku tentang apa yang sudah kualami dulu. Aku tak mau ada yang ditutup-tutupi lagi, meski kenyataan ini sangat pahit tapi aku sudah berhasil melewatinya. Dengan adanya musibah itu, aku dapat menjadi pribadi yang kuat dan tak pantang menyerah serta bisa membuktikan di mana ada kegigihan dan kesungguhan tekat, maka kesuksesan tetap akan kamu tuai. Percayalah, di setiap ada masalah, pasti akan ada hikmahnya. Allah takkan memberika ujian di luar batas kemampuan umat-Nya.Setelah mengunci rumah, aku segera menuju taxi yang sudah menunggu di depan pagar.

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 39 : Nisan Tanpa Nama

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruPart 39 (Nisan Tanpa Nama)Hari terus berlalu, aku masih disibukkan oleh rutinitas sebagai penasehat hukum para klien yang membutuhkan jasaku. Aku jadi bimbang untuk pulang ke kampung karena jika sudah tinggal di kampung, pendidikan advokatku ini tidak akan berguna sebab keluargaku tinggal di desa terpencil dan jauh dari perkotaan, palingan aku hanya bisa bekerja di kantor desa.Aku merenung di depan meja makan, menatap aneka masakan yang kubeli dengan cara catering sebab aku tak sempat untuk masak karena kepadatan rutinitas. Semua telah kumiliki, uang dan rumah yang mewah tapi semua ini terasa hampa. Ibu dan ayah juga tak mau kuajak tinggal di sini, sebab ayah tak bisa meninggalkan ladangnya.

  • Petaka Malam Tahun Baru   Babal 38 : Spageti Untuk Bastian

    Petaka Malam Tahun BaruBab 38 : Spageti Untuk Bastian[Penggerebekan di sebuah losmen yang terletak di belakang Klab malam, Polisi menemukan beberapa pasangan mesum, salah satunya saudara BS bersama dua wanita malam sedang melakukan pesta narkoba. BS sang terdakwa kasus perkosaan juga sebelum, kini malah menambah berat kasusnya. Pria yang sudah tiga kali berganti nama ini akan dihukum dengan banyak pasal.]Aku tersenyum puas, kubuka lembaran berikutnya berita koran hari ini dan membaca tentang terkuaknya pelaku pemerkosaan di malam tahun baru 2020 silam. Ini kasusku dan seminggu yang lalu juga aku sudah dimintai keterangan. Lima pelaku itu kini sudah mendekam di tempat yang semestinya, akhirnya keadilan sudah berpihak kepadaku.Bastian, akhirnya kamu bisa mendapatkan ganjaran yang setimpal. Bagaimana kabarmu di sana? Sepertinya, aku harus melihat keadaanmu dan membawakan oleh-oleh tentunya. Walau bagaimana pun, kamu itu mantan pacarku dan ayah dari mayat

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 37 (POV Bastian 12)

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 37 (POV Bastian 12)Agghh ... foto wanita bernama ‘calon istri’ ini menggunakan masker, jadi aku tak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Aku makin penasaran kalau begini. Kubuka galery ponsel Seno, tanggung banget kalo udah megang ponselnya tapi tak bisa dapat info siapa wanitanya ini. Temanku yang satu ini memang agak kudet masalah wanita sebab ia belum pernah sekali pun berpacaran, sebab aku mengenalnya sudah sejak dari kecil.Mataku langsung melotot kaget, melihat beberapa foto wanita yang sudah tak asing ini. Wooww ... di sini juga ada foto mereka berdua, saat di angkutan umum, saat sang wanita tertidur di pundaknya. Ternyata Seno bermain di belakangku, bisa-bisanya dia mendekati musuh bebuyutanku. Pantas saja dia begitu girang dan mendukung Amrul untuk menyerahkan diri kepada Polisi atau mungkin juga memang ia yang membujuk Amrul agar kami juga terseret.“Kopi, Bas.” Seno meletakkan cangkir kopi di

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 36 (POV Bastian 11)

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruPart 36 (POV Bastian 11)Kulempar ponsel ke sofa, semuanya memang menyebalkan dan ditambah lagi, Seno telah mengundurkan diri sebagai pengacaraku. Ini sih, hukuman 20 tahun sudah di depan mata. Derra, penuturan darinya di depan pengadilan membuatku semakin tersudut. Aku yakin, ini pasti suruhan mamanya. Ia pasti memang disuruh untuk mengaku kalau kuperkosa.Taklama kemudian, terdengar bunyi bel di depan pintu apartementku. Kuraih remot untuk membukanya tanpa harus berjalan lagi. Itu pasti Bobby, sebab tadi dia sudah meneleponku dan mengatakan hendak ke sini. Pintu terbuka masuklah empat temanku, Bobby, Andra, Seno serta Amrul yang kini sudah kurus kering.“Woy, kok Si Penderita HIV ini dibawa ke sini sih?” tanyaku kaget melihat penampakan teman yang sudah lama tak pernah kulihat itu. katanya dia direhap, dan aku tak berkeinginan untuk membesuknya.Amrul duduk agak jauh dari kami, ia juga mengenakan masker, juga

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 35 (POV Seno) : Sidang Pertama

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 35 (POV Seno : Sidang Pertama)Dasar, Bastian, biar sudah begitu juga, dia masih belum bisa insyaf. Aku tak habis pikir dengan cara pikirnya. Wajar saja orangtua Derra begitu meradang, anaknya masih kecil gitu namun sudah diperawani olehnya, dan orangtua mana pun pasti melakukan hal yang sama, walau sang pelaku berniat menikahi putrinya. Aku juga tak yakin, temanku yang bajingan itu benaran tulus kepada bocah 16 tahun ini, bisa-bisa setelah menikah, Derra malah akan tekanan batin hidup bersamanya.Bastian, Bastian, biar sudah tiga kali ganti nama dan identitas pun, kesialan akan terus menerpamu sebelum kamu benar-benar insyaf dan menyesali segala kesalahanmu. Cuma tinggal Bastian dan Andra saja yang masih belum sadar ini, kalau Pedro, kini ia sudah resmi menjadi tersangka penabrakan itu dan kini sedang menjalani masa hukuman.Tiba-tiba, ponsel yang kini ada di dalam genggamanku bergetar, segera dan kulihat notifikasi apakah it

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 34 : Mantan Kurang Ajar

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruPart 34 (POV Bastian 10) : Mantan Kurang AjarSial! Mantan kurang ajar, beraninya dia menyiramku dengan air comberan yang baunya bikin muntah begini. Benar-benar kelewatan dia! Aku mengumpat sepanjang jalan dan menyuruh Seno untuk mengebut biar cepat sampai. Dia sih enak, cuma kecipratan sedikit saja, lahh aku ... pas kena muka dan ada yang masuk ke tenggorokan juga malah.Sesampainya di apartement, aku langsung berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan semua jatah makan siangku karena bau yang teramat sangat ini. Entah apa saja ramuan yang dibuat Pengacara sok kondang itu, awas saja kamu! Bukan Bastian namanya kalau tak bisa membalas perlakuanmu. Akan kudatangi dukun santet, biar kamu yang bakalan ngejar-ngejar aku dan minta ditiduri. Agghh ... kok malah mesum lagi pikiranku, padahal karena efek terlalu mesumlah hingga aku dijeret pasal berlapis dengan ancaman hukuman 20 tahun. Apa jadinya aku jika akan mendekam di sana? Ya Tuhan, terl

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 33 : Memohon Bantuan

    Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 33 (POV Bastian) : Memohon BantuanSore ini, Seno mengajakku untuk ke rumah Rivana. Walau agak ragu, tapi mencoba untuk memberanikan diri, walau pertemuan terakhir kami, dia meneriakiku jambret dan akibatnya harus menginap seminggu di jeruji besi.Seno membunyikan bel dan taklama kemudian, muncullah mantan pacar yang dulu pernah kucintai itu. Begitu banyak kenangan manis yang kami lewati selama dua tahun berpacaran, walau aku hanya kebanyakan napsu saja dengannya. Untuk sesaat, kami saling pandang, dia terlihat terkejut melihat kedatanganku dengan Seno.“Assalammualaikum, Rivana,” ujar Seno dengan raut wajah datar.Rivana tak menjawab salam dari Seno, ia malah hendak menutup kembali pintu tapi temanku itu segera menahan pintu itu.“Riva, aku ke sini hanya mengantar Bastian. Dia ada keperluan denganmu dan ingin menggunakan jasamu, sebagai pengacara” ujar Seno.“Pergi kalian dari

  • Petaka Malam Tahun Baru   Bab 32 : Dia Rivana?

    #Petaka_Malam_Tahun_BaruBab 32 (POV Bastian 8) : Dia Rivana?“Tuhan akan murka jika umat-Nya tak mau mengakui kesalahan dan mempertanggung jawabkannya!”Apa maksud Seno mengatakan hal itu? Kata-kata itu selalu terngiang-ngiang di kepala ini, membuat hidupku tak tenang saja. Apa dia mencoba menghakimiku? Sudah kubilang, aku takkan pernah mau untuk menyerahkan diri kepada polisi, apalagi kejadian itu sudah tujuh tahun berlalu. Rivana saja tak melaporkan hal itu, artinya ia tak masalah akan kelakuanku. Bisa jadi juga, ia telah menganggapnya inpas karena segala yang telah kuberikan selama dua tahun berpacaran dengannya. Bagaimana tidak? Aku sudah menganggap ia seorang istri yang harus kunafkahi setiap bulannya, juga memenuhi segala kebutuhannya mulai dari pakaian dan segala perlengkapan lainnya. Tempat tidur yang ada di kamar kostnya saja, aku yang membelikan. Setiap bulan, aku selalu mentransfernya uang mulai dari dua juta hingga lima juta dan itu hany

DMCA.com Protection Status