Share

32. Bar informasi

Author: Isqa
last update Last Updated: 2023-04-16 07:22:59

“Lucius. Kamu kenapa?” bingung Evelin melihatnya. Terlebih pemuda itu menjatuhkan kasar badan ke ranjang kakaknya.

“Aku lelah.”

“Memangnya kamu habis melakukan apa?” Pemuda yang menatap langit-langit kamar itu pun melirik sekilas. Mulutnya sedikit terbuka namun tak terdengar suara. Membuat sang penonton bingung dengan tingkahnya. “Hei, aku bertanya padamu.”

Lucius hanya terkekeh pelan, memaksa Evelin yang rebahan di sofa membenarkan posisi duduknya.

“Apa yang lucu?” bingung gadis itu.

“Tidak ada.”

Decihan pun terlontar. Jelas kakaknya merasa kesal, terlebih respons aneh yang diberikan adiknya tidak menyamankan hati. Sosoknya pun langsung menghampiri Lucius dan duduk di tepi ranjang.

“Lehermu kenapa?” tunjuknya pada area bawah telinga sang pemuda. Terlihat jejak kemerahan seperti digigit serangga.

“Ah,” pemuda itu terdiam sejenak. Perlahan guratan di bibir terkesan meremehkan, dan semakin mengundang rasa heran juga penasaran Lucia. Kakaknya benar-benar tampak polos di mata.

“Kamu seben
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pesona Wanita Terkutuk   33. Ribuan gagak

    Evelin tertegun. Jujur ia tak menyangka kalau orang ini mengetahui tentang dirinya dan Lucius. Tapi sosoknya juga penasaran dari mana sang adik mendapatkan berita tentang laki-laki ini sebagai ladang informasi liar di Darkas.Terlebih perawakan yang mirip bangsawan gelap benar-benar mengusik perasaan gadis itu saat bertatapan dengannya.“Tentang kerajaan ini, apa pun itu aku butuh semua informasinya.”Permintaan Lucius pun membuat sang kakak mengernyitkan dahi. Tapi ekspresi berbeda dipamerkan orang di hadapan mereka. Dia tersenyum lalu mengulurkan tangannya.“Kalau begitu bagaimana jika kita berkenalan dulu? Namaku Drain.”Dua bersaudara itu terdiam sejenak. Beberapa saat kemudian barulah Lucius membalas perkenalannya.“Lucius, dan ini kakakku Lucia.”Walau hanya sang pemuda yang membalas jabat tangan Drain, tapi sosok itu menatap lekat telapak tangannya. Menimbulkan lirikan aneh dari kakak beradik di depannya.“Ada apa?” bingung Lucia.Masih tak ada tanggapan. Walau pandangan si ram

    Last Updated : 2023-04-16
  • Pesona Wanita Terkutuk   34. Sang Atasan VS Sang Pujaan

    “Kau!” pekik Evelin.Tapi terlambat. Pedang sudah diayunkan Fabina ke arah keduanya. Dengan cepat Lucius menarik kakaknya agar mereka menunduk menghindar.“Lihai juga,” seringai pengendali hewan itu. Bersamaan dengan gumamannya, berisik dari gagak di sekitar terasa kian menakutkan.Tanpa aba-aba hewan itu mulai berterbangan ke arah dua bersaudara Tenebris. Lucia dan Lucius pun terperangah sehingga tanpa pikir panjang mereka langsung lari dari sana.Berusaha keras menghindari amukan para pemakan daging yang menggila.“Sial! Kita harus melawannya!”Lucius yang mendengar ucapan itu menggeram. Memang benar perkataan Lucia, sampai kapan mereka bisa lari? Posisi yang memasuki hutan di belakang menara jam jelas tidak aman.Tanpa basa-basi ia tarik pedangnya. Senjata terselubung yang membuat Evelin berhenti di sampingnya.“Lucius!”“Larilah!”“Apa!”“Kembalilah ke istana dan katakan kalau Orion menyerang!”“Jangan gila! Aku tak mungkin meninggalkanmu!” hardik Evelin tak terima.Tapi sekejap m

    Last Updated : 2023-04-16
  • Pesona Wanita Terkutuk   35. Ketahuan

    Pertarungan sengit menghiasi dua sosok dengan usia yang terpaut tidak begitu jauh.Fabina dan Lucius.Begitu banyak helaian sayap gagak berguguran. Bahkan mayat hewan pemakan bangkai itu juga berserakan. Bunyi bilah pedang yang saling beradu melukiskan sesuatu.Arti dari keseimbangan kemampuan.Walau begitu, tak dapat dipungkiri kalau wajah Fabina terlihat tertekan. Bahkan jika goresan sama-sama menghiasi pipi kiri mereka, seringai lebar malah menyeruak ke permukaan. Milik Lucius yang tampak senang.“Kau gila!” sang pengendali hewan mengumpat. Bahkan di sela-sela adu kekuatan, pembunuh bayaran itu sempat-sempatnya menebas gagak yang tersisa. Dan memaksa darah di mata pedang agar terbang berceceran.Andai Fabina tak menghindar, maka itu akan menjadi senjata makan tuan. Di mana darah hewan yang dikendalikan hampir mengenai mata.Sayup-sayup tawa pelan mengalir ke pendengaran. Tak jelas apa yang lucu, tapi Lucius mulai mengambil jarak. Dahi berkerut karena penasaran menjadi jawaban dari

    Last Updated : 2023-04-16
  • Pesona Wanita Terkutuk   36. Sang singa belantara, Tenebris

    Seringai lebar membelah wajah pemuda itu. Sosok berusia 18 tahun, namun mampu menyudutkan musuhnya.Gemuruh di langit sana seolah mendukung sang pemuda, dan jangan lupakan sensasi menakutkan dari bilah aneh miliknya.Pedang hitam namun tak henti-hentinya memamerkan asap.‘’Kau, siapa kau sebenarnya?’’ Fabina bersuara. Sayangnya pertanyaan itu lolos begitu saja di pendengaran.Terlihat kalau sosok Lucius tidak berniat menjawabnya.‘’Pedang itu,’’ akhirnya Kaizer pun bersuara. Tatapan tajam yang ia miliki sukar menggertak lawan. Sungguh ia tak menyangka kalau sosok pembunuh bayaran yang ia buru ternyata sehebat ini. ‘’Aku ingat tentang kisah di masa lalu. Sebuah kisah tentang sebuah kerajaan yang terobsesi dengan kekuatan. Mereka memicu perperangan di balik layar, menumbalkan banyak nyawa demi senjata gila di sana.’’Fabina menatap tak percaya sang pangeran. Berbeda dengan Lucius yang memasang ekspresi datar. ‘’Apa mungkin kau keturunan mereka? Keturunan kerajaan iblis, Tenebris.’’Raha

    Last Updated : 2023-04-16
  • Pesona Wanita Terkutuk   37. Rahasia gelap

    “Apa maksudmu?” pertanyaan itu terdengar lantang. Tangan terkepal menghiasi sosok Lucia, dan jangan lupakan tatapan tajam yang terpatri di wajah.Hanya saja, Bharicgos memamerkan ekspresi tak berminat. Sekejap mata dirinya muncul di depan Lucia, menguarkan aroma seperti cendana dari balik tubuhnya.Ia tersenyum, tangannya perlahan terulur, menyentuh dengan lembut pipi sang putri. Membuat gadis itu bergidik ngeri.“Ingin kuceritakan sesuatu?”Sementara suasana berbeda terlukis di ruangan itu. Tempat di mana tuan putri Tenebris terlelap dalam tidurnya. Dan kehadiran sang adik dengan luka yang menganga ditatap datar oleh pangeran kerajaan Darkas.“Ingin kucarikan tabib?”Lucius mengabaikan, memilih mendekat pada sang kakak. Perlahan digenggamnya tangan Lucia, dan aksi selanjutnya benar-benar membungkam Siez yang menyaksikan.Taring, terlihat nyata. Seperti siluman dengan warna kedua mata yang berbeda. Tanpa aba-aba gigi runcing itu ditancapkan ke lengan sang gadis muda, memancarkan aroma

    Last Updated : 2023-04-16
  • Pesona Wanita Terkutuk   38. Racun kutukan

    Mendingin, begitulah ekspresi Lucius.Seakan dinginnya malam mendukung tekanan sang pemuda, sang kakak pun dipaksa meneguk ludah kasar. Cengkeraman di lengannya cukup menyakitkan, namun dirinya enggan menyela.“Kakakku?”“Benar.”Tiba-tiba Lucius menarik Lucia agar berdiri di belakangnya.“Kau menginginkan kakakku?”“Apa kalimatku barusan kurang jelas?” pandangan pun perlahan diedarkan. Siez melangkah menuju balkon yang terbuka, menyaksikan hamparan di sekitar dengan mata sayunya.“Apa kau menyukai kakakku?”Evelin terperangah. Tak menyangka, adik sang raga akan bertanya terang-terangan. Tatapannya pun teralihkan pada sosok di seberang, di mana laki-laki itu menatapnya sempurna.Mengusik masa lalu akan lirikan milik sang bos yang agak dibencinya.“Mungkin, aku lebih tertarik pada kakakmu.”Lucius tak lagi mengatakan apa-apa. Dirinya memilih melonggarkan cengkeraman pada lengan kakaknya. “Kakakku,” ia pun menoleh pada Lucia. “Terlalu berharga untuk disandingkan denganmu.”“Hm?” Siez pu

    Last Updated : 2023-04-16
  • Pesona Wanita Terkutuk   39. Ciuman di bawah hujan

    Kastil Erabiel. Bagi rakyat Orion, kediaman kuno itu tak lebih dari sekadar sarang singa. Mengingat banyaknya calon prajurit baik bangsawan atau jelata dikirim untuk dilatih di sana. Tak terhitung pula yang melarikan diri atau tinggal nama, mengingat pelatihan keras dan gila mampu melumpuhkan mental mereka. Memaksa angan juga harapan untuk menjadi ksatria harum pangkatnya berakhir sia-sia. Dan sekarang di sinilah Kaizer. Bersama Fabina sang pengendali hewan yang tersohor julukannya, menapaki lorong di dalam kastil menuju lantai dua. Penerangan bermodal cahaya obor menemani mereka. Sesekali kepakkan sayap kelelawar di atas kepala tak mengganggu pandangan. Atau dinginnya udara malam nan merembes melalui jendela tanpa kaca tak meruntuhkan langkah tegap keduanya. Sampai akhirnya salah satu dari mereka berhenti tiba-tiba. Perlahan, tangan pucat itu menyentuh dinding dari batu hitam di sampingnya, mengusapnya pelan sambil diiringi seringai tipis di bibir. "Ada apa?" sosok berambut p

    Last Updated : 2023-05-29
  • Pesona Wanita Terkutuk   40. Logos

    "Kau-" ucap Lucia akhirnya. Bahkan pelukan dilepas secara tergesa-gesa. "Siapa kau?! Berani-beraninya kau bersikap kurang ajar padaku!" Sosok itu tertawa remeh. Pandangannya menyapu Lucia, seakan ada yang salah dengan penampilannya. "Bukankah kita sudah bertemu? Di istana agung Tenebris." Gadis itu terkesiap. Pikirannya melalang buana pada ingatan sebelumnya. Anehnya ia mendadak lupa. Dan begitu tangan kokoh sang lelaki menyentuh pipinya, dirinya tersadar seketika. Akan pertemuan yang dimaksudkan. "K-kau-" "Bharicgos Vez Ignatius. Leluhurmu, sayang." Lucia pun memandang jijik padanya. Tak habis pikir dengan sifat orang di depan mata. "Kenapa kau bisa ada di sini?" "Memangnya kenapa?" "Bukankah kau-" kalimat tak lagi dilanjutkan. Ia menengadah karena gemuruh di atas sana kembali berteriak. Menyampaikan insting yang berbahaya akan suasana sekitarnya. Tiba-tiba Bharicgos menunjuk keningnya. "Trucar en absència (memanggil dalam ketiadaan)" selesai mengatakan itu, penutup mata Lu

    Last Updated : 2023-06-02

Latest chapter

  • Pesona Wanita Terkutuk   48. Pedang Sova

    “Sova, seandainya kita mati, bagaimana?” pertanyaan sosok bersurai merah itu membuat laki-laki berambut coklat terang di depannya mengernyitkan dahi. “Kau takut?” Bharicgos terkekeh pelan. Perlahan pandangan diedarkan ke sekitar, sayup-sayup suara gagak menyusup masuk ke telinga. Semakin lama semakin terdengar keras mengiringi langkah keduanya. “Aku hanya bertanya, kenapa jawabanmu malah seperti itu?” “Kita takkan mati dengan mudah. Apa lagi kau Bharicgos, mereka hanya membuang nyawa ke hadapan kita.” Dan ringkik kuda yang terasa jelas mulai menghampiri keberadaan mereka. Tampak di halaman istana Tenebris, kehadiran beberapa prajurit berzirah merah. Semangat yang tercetak di wajah mereka, senjata beserta bendera yang dikibarkan di tangan pun menjadi tanda dimulainya pertarungan keduanya. “Begitu ya, kau benar juga. Terima kasih sudah menghiburku, Sova Aviel Ignatius.” “Sova, padahal kau bilang kita tidak akan mati. Lalu kenapa pedang iblismu ada di bocah ini?” bersamaan dengan o

  • Pesona Wanita Terkutuk   47. Hion & Bharicgos

    Hempasan angin kasar menghantam mereka. Semua disebabkan oleh senjata Haina dan juga Lucius yang beradu. Rantai berduri ataupun pedang terselubung itu tampak seimbang. "Kau Tenebris. Kenapa menyerang?" Mendengar itu Haina menyentak rantainya. Memaksa Lucius mundur beberapa langkah. Walau sosoknya terluka namun tak meruntuhkan kekuatan Haina. Selain tampang angkuh yang sekarang melekat di muka. "Bukankah sudah jelas? Tentu saja untuk membasmi kalian." Seketika mata Lucius menyipit tajam. Jawaban konyol barusan jelas bukanlah yang ia harapkan. Sementara di satu sisi, Hion sekarang sedang berhadapan dengan dua Darkas. "Hati-hati. Dia sepertinya menguasai beberapa aliran pedang." Tentu saja penjelasan Bharicgos menyentak pendengaran rekan-rekannya. "Sepertinya Ignatius memang terlahir luar biasa ya," Siez menggeleng pelan. Teringat kembali dengan sosok Lucius di seberang. Pemuda delapan belas tahun itu pun juga serupa. Dilihat dari keahlian berpedangnya bisa dipastikan ia memaka

  • Pesona Wanita Terkutuk   46. Pertemuan para Ignatius

    Sorot mata tenang sosok berambut perak itu, terus saja memandangi pemuda bersurai coklat. Bahkan setelah pertemuan para utusan delapan kerajaan berakhir dengan ketegangan, Lucius tak terlihat menyesal. Ia bahkan sempat menatap remeh pada laki-laki di depan mata. Siez Nel Armarkaz. Penolongnya yang sudah membuat mereka bisa pergi dari sana. Andai Lucius tetap gigih memprovokasi Orion, mungkin saja beberapa orang yang menganggapnya ancaman akan segera membantainya. Terlihat dari tatapan tajam ratu Virgo kepadanya. "Darkas, apa kalian berkhianat?" pertanyaan Raja Aquarius saat Siez dan pamannya maju untuk menengahi keadaan memantik sebuah kenyataan. "Berkhianat?" Siez tersenyum hangat. "Dia rekan kami. Tak peduli siapa sosoknya, sudah tugas Darkas untuk melindungi orang-orang yang bekerja sama dengannya. Bukankah begitu? Pangeran Kaizer." Tapi tak ada tanggapan dari laki-laki yang diajak bicara. Selain tatapan tajam memenuhi suasana. Tanpa kata Lucius berlalu dari sana dan diiri

  • Pesona Wanita Terkutuk   45. Tantangan Ratu Virgo

    Pertarungan antara Kaizer atau pun Eran Lybria dengan para pengganggu memang telah selesai. Tapi tidak dengan Fabina, pedang di tangan pun diarahkan pada leher Lucius yang sudah tak lagi menyerangnya. "Hei! Apa yang kau lakukan?" Dusk Teriel masih bingung dengan mereka. "Musuh memang sudah tak ada. Tapi kita tak bisa menutup kemungkinan akan Tenebris yang tersisa." Orang-orang di sana pun kembali terhenyak. Dan menatap tak percaya pada sosok yang berbicara. "Ada bukti?" Lucius menyeringai. "Tutup mulutmu, hanya karena matamu sekarang tidak merah lagi bukan berarti kau bisa menipuku. Kau sendiri bukan yang mengatakan akan perperangan itu." Dan tak disangka, sebuah hempasan kasar pun menghantam Fabina. Tubuhnya langsung menghantam tanah akibat ulah perempuan yang menatap murka. "Yang Mulia!" Agrios syok melihatnya. Karena bagaimanapun juga dirinya jelas tak mengira kalau sang ratu akan menyerang kerajaan rekan mereka. "Fabina!" Kaizer pun menghampirinya. "Kau baik-baik saja?!"

  • Pesona Wanita Terkutuk   44. Dua iblis Tenebris

    Kehadiran pria itu sontak membuat para utusan Libra murka. Tanpa ragu Tarbias dan juga Eran menarik pedang mereka. Berbeda dengan seseorang yang hanya bersikap waspada pada pembantai kerajaannya. Prizia D'Librias. Sosoknya justru tak terlihat marah. "Siapa kau?!" Dusk Teriel jelas terkejut melihat respons para utusan Libra. "Tel Avir Ignatius. Jadi, apa kalian juga ingin bertarung denganku?" Ignatius.Nama belakang itu menyentak Lucius. Ia menatap tak percaya pada laki-laki yang bisa dipastikan berasal dari kerajaannya. Namun rupa asing Tel Avir membuatnya waspada. Karena bagaimana pun tak semua Ignatius sejalan dengan prinsip Tenebris. Apa lagi orang asing di depan mata tak pernah tampak di kerajaan semasa hidupnya. "Berani-beraninya keparat sepertimu muncul di sini!" suara senjata yang beradu pun melukiskan suasana. Pedang sang komandan Eran Lybria, dan juga pisau panjang tamu tak diundang itu saling bertemu dengan percikan di mata bilah keduanya. Seolah tak peduli lagi pada

  • Pesona Wanita Terkutuk   43. Tenebris Pengganggu

    Kalimat laki-laki itu pun memaksa beberapa orang memasang muka masam. Hanya seseorang yang menyeringai, siapa lagi kalau bukan Siez Nel Armarkaz. Sosoknya yang berpakaian serba hitam itu memang mampu membuat Orion menatap murka. Dan akhirnya Kaizer hanya bisa mengepal erat kedua tangannya. Sorot mata yang tak lepas dari dua utusan Darkas menandakan kalau dirinya masih tak terima. Tapi senggolan pelan yang dilayangkan Fabina menyadarkan sang pangeran. "Tenanglah, kita akan berurusan dengan mereka nanti." Kaizer terpaksa membuang muka. Pertanda kalau dirinya setuju akhirnya. "Jadi, apa yang ingin di bahas pada pertemuan ini?" Aqua D'Rius Argova bersuara. Raja kerajaan Aquarius itu menatap lekat utusan salah satu kerajaan yang memicu kehadirannya di sana. Dan orang-orang yang duduk di meja itu ikut menatap sumber pandangan. Tiga utusan dari kerajaan Libra pun dilirik bergantian. Sampai akhirnya salah seorang yang memiliki surai pirang dan bermata hazel menghela napas pelan. "Juj

  • Pesona Wanita Terkutuk   42. Delapan kerajaan

    Rambut pirang sepinggang itu bergerak indah saat disapu angin. Mata ambernya, sosok tenang nan berwibawa, dialah Ratu Ariena Vergiva yang baru saja turun dari kereta kuda. Kerajaan Aries. Dialah pemimpinnya sekaligus utusan yang hadir di sana. Di sisi wanita itu turut hadir seorang pemuda yang tampak pemalu. Surai blonde dengan mata emerald nan sesekali melirik sekitarnya. Walau dirinya lebih banyak menunduk di samping sang ratu. Dusk Teriel. Komandan utama kerajaan Aries itu sesekali melempar senyum pada sosok yang ditemuinya. Pria 40 tahun dengan rambut, netra, dan juga kulit serba coklat. Walau begitu ia cukup menawan, apa lagi fisik kokoh miliknya, akan sangat menyenangkan bagi para pemuja untuk bersandar di dadanya. "Selamat datang di tanah Hades, Yang Mulia Ratu, suatu kehormatan bagi keluarga kami bisa menyambut anda di sini," begitulah sambutan dari kepala keluarga Hadesia. "Terima kasih, Tuan. Seharusnya aku yang berterima kasih karena kalian sudah memberikan izin bagi

  • Pesona Wanita Terkutuk   41. Wanita Penggoda

    Haina Ver Ignatius. 23 tahun, sosok yang memiliki tato di bahu kanan dan juga paha itu menggerutu pelan. Memakai pakaiannya yang cukup menggoda. Belahan dada yang terpamer nyata, atau keindahan pahanya menjadi sensasi tersendiri untuk cuci mata. Hanya saja ada satu orang yang selalu mengganggap badannya tak lebih dari sekadar buah busuk di dekatnya. Siapa lagi kalau bukan sang kembaran, Hion Ver Ignatius. Entah kenapa dia selalu menatap dingin pada wanita. Terkadang tatapan muak seakan ingin mengenyahkan mereka dari pandangan juga ikut tampil di mukanya. Satu hal yang menjadi keuntungan bagi Haina agar tak ditendang dari sisinya, cuma ikatan darah sebagai saudara kembar. "Hion, aku masih belum mandi," lirihnya manja. Tapi sosok itu mengabaikan, langkahnya terus menapaki jalanan ke arah hutan. Membuat sang kembaran menyorot sinis dirinya. "Lihat saja, suatu saat aku pasti akan membunuhmu." "Jika kau benar-benar leluhur pertama, kenapa kau tidak mati?" pertanyaan yang dilontark

  • Pesona Wanita Terkutuk   40. Logos

    "Kau-" ucap Lucia akhirnya. Bahkan pelukan dilepas secara tergesa-gesa. "Siapa kau?! Berani-beraninya kau bersikap kurang ajar padaku!" Sosok itu tertawa remeh. Pandangannya menyapu Lucia, seakan ada yang salah dengan penampilannya. "Bukankah kita sudah bertemu? Di istana agung Tenebris." Gadis itu terkesiap. Pikirannya melalang buana pada ingatan sebelumnya. Anehnya ia mendadak lupa. Dan begitu tangan kokoh sang lelaki menyentuh pipinya, dirinya tersadar seketika. Akan pertemuan yang dimaksudkan. "K-kau-" "Bharicgos Vez Ignatius. Leluhurmu, sayang." Lucia pun memandang jijik padanya. Tak habis pikir dengan sifat orang di depan mata. "Kenapa kau bisa ada di sini?" "Memangnya kenapa?" "Bukankah kau-" kalimat tak lagi dilanjutkan. Ia menengadah karena gemuruh di atas sana kembali berteriak. Menyampaikan insting yang berbahaya akan suasana sekitarnya. Tiba-tiba Bharicgos menunjuk keningnya. "Trucar en absència (memanggil dalam ketiadaan)" selesai mengatakan itu, penutup mata Lu

DMCA.com Protection Status