Share

Part 15

Penulis: Rich Ghali
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-04 13:19:57

Aku sedikit gugup saat Jo memperkenalkanku pada semua staf yang dia temui di kantor. Sebagai seorang CEO, Jo sangat ramah dengan semua karyawan. Aku bertanya ruanganku di mana, tapi hanya menjawab, "nanti juga tahu," sambil tertawa. Aku hanya mengikuti langkahnya dan masuk ke dalam ruangan CEO yang setara dengan luas apartemenku.

Ada dua meja kerja dan satu sofa, juga ada beberapa rak yang berisi map-map berjejer. Di meja paling besar dekat jendela, tertulis nama Joshua Alexander sebagai CEO di PT Astaprima ini.

Sementara di meja yang lebih kecil hanya berisi vas bunga mawar dan juga berkas-berkas.

"Kamu kerja di sini, Mir."

Aku membulatkan mata. "Satu ruangan sama kamu?"

"Memangnya kenapa? Aku mau kita sama-sama terus."

"Aku nggak bisa kerja kalau seruangan sama kamu."

"Alasannya?"

Aku terdiam seketika. Masa aku harus bilang kalau alasannya karena deg-degan? Konyol, Mira!

"Iya, udah nggak papa," jawabku akhirnya.

Aku meletakkan tas jinjing dan juga tas laptop di meja, kemudian dudu
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pesona Om Bule   Part 16

    Entah apa yang ada di pikiran papi saat ini, sejak tadi matanya tak beralih dariku. Aku memilih untuk membuang muka, atau lebih sering menundukkan wajah agar tidak bertatapan langsung dengannya. Meski begitu aku senang karena papi tak memberitahu Jo bahwa aku adalah anaknya.Kalau bukan karena meeting bersama Jo hari ini, tentu aku tidak akan tahu kalau ternyata papi sudah lama aktif dalam melakukan kerja sama seperti ini. Aku pikir papi menggunakan uang yang dia dapatkan untuk berfoya-foya saja, nyatanya papi sangat peduli dengan nasib anak-anak yatim dan anak-anak jalanan. Dalam hati aku bangga karena ternyata papi adalah orang yang dermawan seperti namanya. Namun, kenapa dia tidak pernah cerita?Meeting ditutup dengan tanda tangan Jo dan papi di atas materai. Semoga kerja sama kali ini berjalan dengan lancar dan baik. Usai menutup laptop, aku memesan makanan untuk kami. Obrolan berlanjut dengan santai. Mereka membahas keadaan di kantornya masing-masing. "Seingat saya terakhir kit

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-04
  • Pesona Om Bule   Part 17

    Butuh waktu satu jam untuk sampai ke lokasi. Setibanya di kafe, aku segera berlari ke dalam untuk memastikan bahwa Joseph masih ada di sini. Namun, sejauh mataku memandang, aku tak menemukan Bastian, Bianca, dan juga Joseph di sana.Tiba-tiba Imel menaik tanganku, tapi aku menepisnya."Lo ngapain sih, Mel?""Mobil Pak Bas udah keluar dari parkiran, ayo kita kejar!"Tanpa banyak omong lagi, aku dan Imel pun berlari menuju parkiran. Aku memilih mengemudi sementara Imel menjadi petunjuk jalan. Mobil milik Bastian memasuki.kawasan perumahan elit di pusat kota. Aku menghentikan motor tak jauh dari pos satpam. Mustahil diizinkan masuk karena kami tidak tinggal di daerah sini."Gimana, Mir?""Kayaknya gak bakal diizinin masuk, deh, Mel.""Paling nggak lo tahu kalo ini rumah Bianca. Soalnya rumah Pak Bastian bukan di sini."Aku membenarkan ucapan Imel. Mungkin kalau ada waktu, aku akan mengajak Jo untuk mendatangi tempat ini untuk memastikan apakah Joseph benar-benar tinggal di sini.Saat mob

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-04
  • Pesona Om Bule   Part 18

    Jam tujuh pagi aku dan Jo sudah berada di kawasan perumahan mawar biru. Aku memintanya menunggu sebentar di dalam mobil sementara aku menemui satpam dan meminta izin untuk masuk. Usai menunjukkan sebuah informasi lowongan pekerjaan yang berasal dari salah satu rumah di tempat ini, akhirnya dua satpam yang berjaga itu pun mengangguk setuju.Aku memberikan kode kepada Jo dengan gerakan tangan agar dia segera pergi ke kantor sebelum Bianca melihat dia ada di sana.Ketika portal dibuka, aku menarik napasku sedalam-dalamnya. Semoga semua rencanaku berjalan seperti keinginanku. Aku melangkah dengan mantap mencari rumah nomor 9A. Ketika sampai di terasnya, aku langsung bertemu dengan Bianca yang hendak masuk ke mobilnya."Siapa, ya?" tanya Bianca.Aku melangkah mendekat sembari tersenyum ramah."Salam, Bu Bianca, saya Mira. Kedatangan saya ke sini karena melihat ada lowongan pekerjaan sebagai guru privat. Keperluan saya ingin melamar, barangkali masih membutuhkan. Ini data diri saya."Aku me

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-04
  • Pesona Om Bule   Part 19

    Hingga jam tiga sore, batang hidung Bianca belum kelihatan juga. Aku mulai gelisah karena sejak tadi hanya bisa mengabaikan pesan Jo. Bahkan ketika dia minta dikirimi foto Joseph, aku pura-pura tak membacanya.Aku pikir Bianca akan segera datang. Namun, meski Joseph sudah berkali-kali menanyakan keberadaan ibunya pun, aku masih tidak tahu harus menjawab apa. Hebatnya anak itu sama sekali tidak menangis meski ditinggal seharian oleh ibunya dalam keadaan sakit. Andai itu aku, aku sudah pasti menangis seharian. "Joseph kalau ditinggal mommy kerja, di rumah sama siapa?""Sendiri.""Sendiri?"Anak itu mengangguk. Tak ada sorot kebohongan dalam bola matanya."Joseph nggak takut?"Dia menggeleng. Anak sekecil ini ditinggal dalam rumah sendiri selama seharian? Kenapa ibunya tega?"Terus, kalau Joseph mau makan gimana?""Ada yang antar makanan. Kalau ada Miss Dita, biasanya sama Miss Dita.""Miss Dita? Guru privat Joseph sebelumnya ya?"Dia mengangguk. "Sekarang Miss Dita kemana?""Aku tida

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-04
  • Pesona Om Bule   Part 20

    Seorang perawat yang berdiri di sana seketika menoleh padaku. Aku berjalan pelan-pelan mendekati Joseph yang kini sudah terlelap. Berbeda denganku, Joshua datang dengan begitu buru-buru dan menangis, memeluk tubuh Joseph.Aku hanyut dalam suasana itu. Akhirnya setelah bertahun-tahun lamanya, Jo dipertemukan dengan anaknya."Maaf, Bu. Kami terpaksa menyuntikkan obat tidur tanpa menunggu persetujuan dari pihak keluarga karena Joseph menangis sejak sore tadi. Dia bisa dehidrasi."Aku mengatakan tidak apa-apa, toh itu untuk kebaikan pasien. Hanya saja yang membuatku bingung adalah ... di mana Bianca?Saat perawat itu keluar ruangan, aku pun menyusulnya. Meninggalkan Joshua yang masih memeluk putranya."Maaf, Sus. Ibunya Joseph ke mana, ya?""Maaf, saya tidak tahu, Bu. Joseph sendirian sejak jam enam sore tadi, itu sebabnya dia menangis tanpa henti. Kami sudah berusaha menelepon, tapi tidak dijawab."Aku menghela napas dalam. Kenapa Bianca tega meninggalkan Joseph sendirian? Kalau tahu aka

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-04
  • Pesona Om Bule   Part 21

    Apa yang harus aku lakukan? Aku menunggu hasil pemeriksaan dari dokter penjaga dengan tangan yang dingin. Bagaimana kalau Joshua menyusulku ke sini? Bagaimana kalau Joshua bertemu dengan Bianca?"Sepertinya ananda Joseph mengalami radang usus, Bu. Kita harus melakukan USG, rontgen, dan juga CT scan perut besok pagi. Untuk saat ini saya akan memberikan obat pereda nyeri."Bianca mengangguk dan memeluk Joseph yang saat ini sedang disuntikkan obat pereda nyeri.Aku melirik jam dinding, sudah hampir pukul 23.30. Telepon dari Joshua masih kuabaikan sejak tadi, tapi aku tak bisa terus-terusan melakukan hal ini.Bianca masih mengusap-usap kepala Joseph, anak kecil yang masih tampak pucat itu sudah tidak menangis lagi.Aku mendekat kepada Joseph yang masih menatap langit-langit kamarnya itu sambil tersenyum lebar. Aku tak mau membuatnya semakin ketakutan dengan air mataku."Miss Mira pulang dulu, ya. Miss janji besok pagi-pagi sekali akan datang ke sini. Joseph tidur, ya."Joseph mengangguk,

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-04
  • Pesona Om Bule   Part 22

    Pemeriksaan selesai. Bersama Joshua, Joseph akhirnya mau melakukan USG, CT scan perut dan juga rontgen dengan lancar. Sembari menunggu hasilnya, Joshua mengajak Joseph membaca buku cerita. Wajah Joseph sudah tak sepucat tadi, anak itu justru terlihat begitu bahagia bersama daddy-nya. Aku terharu melihatnya.Mereka sangat kompak dan sangat mirip saat tersenyum. Aku hanya memandangi mereka dari sofa sambil memegang ponsel."Si anjir! Anaknya sakit malah sibuk ngurus pernikahan aja mereka."Imel mengirimkan foto Bianca dan Bastian yang entah di mana."Lo di mana? Mereka di mana?""Gue diajak milih-milih souvenir pernikahan. Bayangin aja, kalo otaknya gak geser pasti Bianca milih nungguin anaknya. Emang gak waras ini orang, ya!"Aku geleng-geleng kepala. Bisa-bisanya, ya, anak lagi sakit, tapi dia malah sibuk dengan hari bahagianya? Aku menatap Joseph dengan hati yang terluka. Pasti Joseph pun sangat terluka."Kalo udah mau pulang kasih tahu, ya, Mel." Balasku kepada Imel."Pulangnya nant

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-04
  • Pesona Om Bule   Part 23

    Seorang perawat yang hendak membawa Joseph menuju ruang rawat inap membuat Bianca dan Joshua seketika diam. Aku hanya berjalan perlahan di belakang, menyusul mereka dan memilih berhenti di ruang tunggu. Aku duduk di kursi sembari mengatur napas dan juga menata hati. Apa yang terjadi denganku?Aku tiba-tiba khawatir. Mengkhawatirkan hal yang jelas tidak mungkin terjadi. Apakah aku sedang cemburu? Melihat mata Bianca saat menatap Joshua membuatku bertanya-tanya, mungkinkah masih ada cinta di tatapan matanya?Lalu, bagaimana dengan Joshua? Bagaimana jika mereka sepakat memperbaiki diri agar bisa bersama kembali? Lantas bagaimana denganku yang ternyata sudah jatuh hati kepada laki-laki itu?Aku menunduk semakin dalam, hingga akhirnya mendongak saat sebuah tangan hangat menyentuh tanganku yang dingin.Dia hanya menggenggam tanganku, tapi tak bicara apa-apa. Tatapannya lurus kedepan. Aku pun mengeratkan genggaman dan bertanya, "ada apa? Joseph belum bangun, ya?"Dia menggeleng. "Bantu aku

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-04

Bab terbaru

  • Pesona Om Bule   Part 30

    "Morning, Dear!" "Morning, Miss!"Aku masih mengucek mata saat membuka pintu apartemen. Joshua dan Joseph sudah tampak rapi dengan kemeja dan ... kue di tangan mereka. "Happy birthday, Miss!" Aku menekuk lutut, menjajarkan tinggi badan dengan Joseph sambil tertawa."Tapi, hari ini Miss Mira nggak ulang tahun," kataku."Daddy bohong, ya!" Joseph langsung melotot pada daddy-nya, begitu juga denganku.Sementara laki-laki yang sedang dalam pusat perhatian itu malah tertawa."Prank!' katanya.Aku tertawa ketika melihat Joseph berlari mengejar Joshua. Kubawa dua potong kue tadi ke atas meja dan memotongnya. Kupanggil dua manusia kembar beda usia itu ke meja makan dan menikmati potongan kue red velvet dengan toping buah strawberry diatasnya.Aku selesai lebih dulu dan pergi mandi, berganti baju, dan juga berdandan. Dua laki-laki yang duduk di sofa menungguku itu tampak asyik dan saling bercanda. Setelah siap, aku pun menemui mereka."Are you ready?" tanyaku."Yes, i'am ready!" Joseph ber

  • Pesona Om Bule   Part 29

    "Feeling gue mafia sebenernya tu malah Bastian, deh, Mel.""Sepemikiran!""Tapi, dia cuci tangan. Membuat orang lain terlihat seperti tokoh jahat untuk menutupi kejahatannya.""Sepakat!""Kasihan, ya, Bianca."Kali ini Imel menjawab. "Gak sepakat buat yang ini. Kasihan dari mana? Salah dia sendiri, kok, mau-maunya.'"Dia terpaksa kali, Mel.""Terpaksa karena duitnya.""Bisa jadi.""Lo tahu nggak, Mel? Bianca bilang setelah menikah bakal pindah ke Singapore. Dia bakal tinggal di sana sama Bastian dan Joseph.""Baguslah. Kalo mereka beneran ke Singapore kayaknya gue nggak bakal jadi babunya Bianca lagi.""Kalo bener Bianca keguguran karena ide dari Bastian, gue harus cari cara biar hak asuh Joseph turun ke tangan Joshua secepatnya. Gue takut Joseph kenapa-kenapa.""Kan, udah gue bilang Pak Bastian tu nggak suka anak-anak. Istrinya aja yang punya satu anak langsung diselingkuhin, diceraiin.""Ngeri juga, ya."Aku dan imel menunggu operasi sambil makan kuaci. Mataku sudah hampir terpejam

  • Pesona Om Bule   Part 28

    Aku masih mematung di tempat karena tidak tahu harus berbuat apa. Kalau aku pulang sekarang, Joseph masih harus minum obat satu kali lagi. Aku takut Bianca tak peduli dan Joseph tidak minum obat malam ini. Sebaiknya aku tunggu saja jam minum obatnya kemudian pulang.Aku ikut duduk di sofa, sedikit berjarak dengan Bianca. Namun, bisa kulihat dengan jelas bahwa wajah Bianca pucat dan kelihatan gelisah. Apa yang terjadi dengannya?"Bu, wajah ibu pucat sekali. Apa ibu sakit?" tanyaku.Bianca hanya menggeleng, tapi tangan kirinya memegang perut. Aku membelalak. Jangan-jangan?"Bu, sebaiknya kita pergi ke dokter. Saya takut Bu Bianca kenapa-kenapa."Aku mencoba mendekat, tapi Bianca menepis tanganku. "Tolong ambilkan air hangat dan obat saya di mobil."Aku mengangguk dan bergerak cepat. Bertambah lagi beban di kepalaku. Bukan hanya Joseph, tapi Bianca juga sakit sekarang. Lantas apa yang harus aku lakukan?Bianca merebahkan tubuhnya di sofa, tangan kirinya masih menempel diatas perut dan m

  • Pesona Om Bule   Part 27

    Aku masih mengeratkan pelukan sambil menatap pada pintu. Entah apa yang mereka bicarakan diluar, aku sangat penasaran dengan keputusan yang akan mereka ambil. Tak terasa isak tangis Joseph sudah tak terdengar, saat kulihat ternyata dia tertidur di pelukanku. Mungkin dia terlalu lelah karena menangis cukup lama.Aku meraih ponsel dan menelepon Imel, berharap dia tidak sedang dalam perjalanan. Namun, sepertinya Imel memang belum sampai di kosan karena panggilanku tidak dijawab olehnya. Kulihat lagi undangan pernikahan Bastian dan Bianca yang Imel kirim beberapa hari yang lalu, acara akan diselenggarakan tepat satu bulan lagi, pantas saja Bianca tak begitu peduli dengan Joseph dan sibuk pulang-pergi.Apakah ini bisa menjadi bukti di persidangan nanti? Jika Bianca terbukti akan menikah lagi, apakah peluang Joshua mengambil alih hak asuh Joseph akan menjadi lebih banyak?Joshua masuk dengan wajah tegang, sementara Bianca entah kemana. Dia duduk di sofa sambil mengusap wajahnya. Pelan-pelan

  • Pesona Om Bule   Part 26

    Aku menepikan mobil di sebelah motor Imel. Dia masih nongkrong diatas motornya, tak ikut masuk ke dalam."Udah mau lahiran?" tanyaku yang langsung dijawab dengan toyoran kepala."Yakaliii udah mau lahiran. Periksa doang kali. Bener, kan, apa kata gue? Dia hamil.""Kok, bisa dia nyuruh lo yang nganter?""Lo gak tahu, ya, kalo gue tuh babu dia di kantor? Jabatan gue staf administrasi, tapi semenjak tu nenek lampir dateng ke kantor, gue kudu nurut sama semua perintah dia. Lo bayangin betapa gilanya gue tiap hari ngadepin dia? Makanya gue pengen resign aja.""Maksud gue kenapa nggak sama Bastian gitu?""Gue aja disuruh tutup mulut. Aneh, kan? Hamilnya nggak sama Bastian kali.""Hust!" Sontak aku menutup mulut Imel. Mataku membelalak saat melihat Bianca sudah keluar dari klinik. Aku sontak menutup kaca mobil dan menunduk agar dia tidak melihatku. "Langsung ke rumah Bastian aja, ya, Mel," kata Bianca."Siap, Bu," jawab Imel.Saat suara motor Imel mulai menjauh, aku pun menyalakan mesin dan

  • Pesona Om Bule   Part 25

    Aku menepikan mobil di sebelah motor Imel. Dia masih nongkrong diatas motornya, tak ikut masuk ke dalam."Udah mau lahiran?" tanyaku yang langsung dijawab dengan toyoran kepala."Yakaliii udah mau lahiran. Periksa doang kali. Bener, kan, apa kata gue? Dia hamil.""Kok, bisa dia nyuruh lo yang nganter?""Lo gak tahu, ya, kalo gue tuh babu dia di kantor? Jabatan gue staf administrasi, tapi semenjak tu nenek lampir dateng ke kantor, gue kudu nurut sama semua perintah dia. Lo bayangin betapa gilanya gue tiap hari ngadepin dia? Makanya gue pengen resign aja.""Maksud gue kenapa nggak sama Bastian gitu?""Gue aja disuruh tutup mulut. Aneh, kan? Hamilnya nggak sama Bastian kali.""Hust!" Sontak aku menutup mulut Imel. Mataku membelalak saat melihat Bianca sudah keluar dari klinik. Aku sontak menutup kaca mobil dan menunduk agar dia tidak melihatku. "Langsung ke rumah Bastian aja, ya, Mel," kata Bianca."Siap, Bu," jawab Imel.Saat suara motor Imel mulai menjauh, aku pun menyalakan mesin dan

  • Pesona Om Bule   Part 24

    Aku kembali ke apartemen jam tujuh malam. Akan tetapi, hingga saat ini Jo belum juga membaca pesan dariku tadi siang. Aku mengetik pesan lagi di sana untuk menanyakan keadaan Joseph. Terkirim. Namun, lagi-lagi hanya centang dua abu-abu yang terlihat. Joshua pasti tidak mau melewatkan momen sedetik pun saat bersama Joseph.Aku merasa begitu kosong dan hampa. Baru beberapa hari hatiku terisi, kini sudah hilang lagi. Rasanya aneh saat akhirnya aku sadar bahwa aku mulai jatuh cinta dengan Joshua. Kemarin-kemarin aku masih berusaha mengelak dari rasa yang timbul itu, tapi sekarang benar-benar terasa. Aku membutuhkan Joshua.Mataku mulai terpejam karena merasa sangat lelah hari ini. Aku merasa baru sedetik terlelap, tapi saat aku membuka mata sudah hampir jam sepuluh malam saja. Ternyata sudah tiga jam aku tertidur di sofa.Aku terbangun karena suara ponsel. Ada tiga panggilan tak terjawab dari Joshua dan dua pesan yang baru sempat kubaca."Joseph baik-baik aja. Dia baru tidur, makanya aku

  • Pesona Om Bule   Part 23

    Seorang perawat yang hendak membawa Joseph menuju ruang rawat inap membuat Bianca dan Joshua seketika diam. Aku hanya berjalan perlahan di belakang, menyusul mereka dan memilih berhenti di ruang tunggu. Aku duduk di kursi sembari mengatur napas dan juga menata hati. Apa yang terjadi denganku?Aku tiba-tiba khawatir. Mengkhawatirkan hal yang jelas tidak mungkin terjadi. Apakah aku sedang cemburu? Melihat mata Bianca saat menatap Joshua membuatku bertanya-tanya, mungkinkah masih ada cinta di tatapan matanya?Lalu, bagaimana dengan Joshua? Bagaimana jika mereka sepakat memperbaiki diri agar bisa bersama kembali? Lantas bagaimana denganku yang ternyata sudah jatuh hati kepada laki-laki itu?Aku menunduk semakin dalam, hingga akhirnya mendongak saat sebuah tangan hangat menyentuh tanganku yang dingin.Dia hanya menggenggam tanganku, tapi tak bicara apa-apa. Tatapannya lurus kedepan. Aku pun mengeratkan genggaman dan bertanya, "ada apa? Joseph belum bangun, ya?"Dia menggeleng. "Bantu aku

  • Pesona Om Bule   Part 22

    Pemeriksaan selesai. Bersama Joshua, Joseph akhirnya mau melakukan USG, CT scan perut dan juga rontgen dengan lancar. Sembari menunggu hasilnya, Joshua mengajak Joseph membaca buku cerita. Wajah Joseph sudah tak sepucat tadi, anak itu justru terlihat begitu bahagia bersama daddy-nya. Aku terharu melihatnya.Mereka sangat kompak dan sangat mirip saat tersenyum. Aku hanya memandangi mereka dari sofa sambil memegang ponsel."Si anjir! Anaknya sakit malah sibuk ngurus pernikahan aja mereka."Imel mengirimkan foto Bianca dan Bastian yang entah di mana."Lo di mana? Mereka di mana?""Gue diajak milih-milih souvenir pernikahan. Bayangin aja, kalo otaknya gak geser pasti Bianca milih nungguin anaknya. Emang gak waras ini orang, ya!"Aku geleng-geleng kepala. Bisa-bisanya, ya, anak lagi sakit, tapi dia malah sibuk dengan hari bahagianya? Aku menatap Joseph dengan hati yang terluka. Pasti Joseph pun sangat terluka."Kalo udah mau pulang kasih tahu, ya, Mel." Balasku kepada Imel."Pulangnya nant

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status