Suka duka cerita Pondok sudah kembali harus dijalani santri Al khodijah, setelah cukup puas dengan liburan, mereka harus kembali berjuang tholabul 'ilm di ma' had tercinta.Siang ini Kinan dan Rahma juga beberapa santri putra membantu membersihkan ndalem. Dua santri itu langsung lanjut masak."Coba bayangin, tiap hari kamu tidur di sini terus beres-beres sendiri. Aku ogah bantuin..!" canda Rahma sambil tertawa lirih, dia dan Rifah adalah orang yang sudah mengetahui tentang lamaran Alfa."Ih, aku duduk sambil minum teh dong, terus aku panggil Mbak Rahma buat bikin sarapan." balas Kinan lirih lalu keduanya tertawa, tentunya dengan lirih."Aku nggak nyangka deh, amalan kamu apa sih? Sampai gus-gus pada dateng gitu!""Ah Mbak Rahma, situnya sendiri juga banyak yang datang tapi dicuekin!"Rahma kembali tertawa, "ngomong-ngomong calon suami kamu di mana? Sejak balik pondok aku belum lihat loh!"Kinan mengangkat bahunya tanda tidak tahu. Dia sendiri juga belum bertemu dengan Alfa sejak bal
Kinan mengerjapkan matanya berkali-kali, sejak lama telinganya mendengar suara merdu lantunan ayat alquran, tapi kepalanya terlalu berat untuk digerakkan.Perlahan dia membuka mata, memfokuskan pandangan dan mencoba mengenali lingkungan sekitarnya. Butuh waktu cukup lama sampai dia paham bahwa sekarang ada di rumah sakit, dia tidak ingat persis apa yang terjadi, dia hanya ingat tadi mau membeli gas tapi tiba-tiba semuanya gelap.Kinan sedikit menggerakkan kepalanya, menoleh ke kanan dan mendapati seseorang yang sedang melantunkan ayat suci Al quran, matanya terpejam, bacaan dan suaranya sungguh indah, sepertinya karena terlalu khusyuk ngaji dia tidak tahu bahwa Kinan sudah sadar.Kinan melihat sekeliling ruangan yang sedang dia tempati, ruangan yang lebih besar dan bagus dari kamarnya, yang jelas hanya ada dia sendiri diruangan ini, tidak ada pasien lain."Gus Alfa!" panggil Kinan dengan sangat lirih tapi cukup membuat lelaki itu membuka mata dan menghentikan bacaannya."Kinan," pangg
"Pulang ke rumah ya?" tanya Alfa sesaat setelah dia selesai memakaikan sabuk pengamanan untuk Kinan. Setelah lima hari dirawat, siang ini Kinan diperbolehkan pulang."rumah Ibuk kan?""Bunda!" ujar Alfa bermaksud mengingatkan agar Kinan memanggil mertuanya dengan benar. Kinan hanya tersenyum, masih terlalu sungkan menganggap guru ngajinya itu sebagai mertua."Aku sudah bilang ke bunda, mau bawa pulang istri ke rumah. Atau kamu mau pulang ke pesantren aja?" tanya Alfa basa-basi, sejujurnya dia berharap agar Kinan tidak menerima basa-basinya.Kinan berpikir sebentar, kalau ditanya pasti dia ingin pulang ke pesantren, tidur di kamar kesayangannya -B1- tapi kembali lagi, dia harus sadar posisinya sekarang, dan yang terl
"Shodaqallahul 'adziim..""Alhamdulillah, setengah juz an sudah hampir selesai. Kamu kalau murojaah satu juz annya mau sama Alfa nggak apa-apa Kinan! Kesininya nggak usah setiap hari." ujar Syifa ketika selesai menyimak menntunya ini.Sudah hampir satu bulan Kinan menyandang status istri Alfa, dan selama itu juga dia bolak-balik rumah ke pondok untuk menyelesaikan kewajibannya sebagai santri."Nggak apa-apa, Ibuk! Malah seneng kesini, bisa ketemu teman-teman sama bantuin ibuk juga!"Syifa tersenyum, sebenarnya dia pengen Kinan memanggilnya dengan sebutan bunda, sama dengan Alfa tapi wanita itu tetap terbiasa memanggil ibuk, agak cemburu juga sama Rizky pasalnya kalau sama bapak mertuanya itu Kinan tidak sungkan memanggil 'abi'."Bunda juga seneng sih, tapi kalau kamu tahu bunda sering tuh diteror sama suami kamu, katanya bunda suka nahan-nahan kamu!" kata Syifa sambil tertawa mengingat tingkah putranya itu, membuat Kinan juga harus tertawa kalau mengingat tingkah konyol suaminya."Kal
Seribu hari yang dinanti Alfa akhirnya terlewati dan hari ini satu hari menjelang pernikahan resminya, dia harus rela berpisah dulu dengan istrinya. Hari ini dia dan seluruh keluarganya sudah berada di Salatiga menyewa beberapa homestay untuk keluarganya.Sejak shubuh tadi dia masih uring-uringan karena Kinan belum bisa dihubungi, sampai sore ini pun baru sebentar telepon sudah ditutup lagi. Bukan tanpa sebab, karena saat ini Kinan masih menyelesaikan simaan 30 juz nya di rumah. Alfa sendiri sudah melakukan simaan 30 juz seminggu yang lalu di pesantren."Allahu Akbar!" Pekik Alfa dan langsung menarik perhatian yang lain. Dito yang sedang ngobrol dengan abinya langsung berlari mendekat karena Alfa sedang menggendong Acha."Kenapa Al?" tanya Dito yang disusul Sean dibelakangnya."Anget-anget, Kak!" keluh Alfa sambil sedikit mengangkat Acha.Sean yang langsung paham malah tertawa puas banget melihat sarung adiknya itu basah karena Acha ngompol."Maaf ya Om, tadi Acha lupa pakai diaper!"
Sehabis jamaah subuh, suasana di sebuah home stay itu seperti suasana menjelang lebaran. Ada yang sibuk menata sarapan, ada yang sudah mulai mandi, ada yang masih menimang bayinya.Reyshaka dan Fahmi masih duduk bersama Nazril dan Arkan ditempat sholat, sekedar membahas permasalahan agama yang saat ini sedang heboh.Ralin, Salma dan beberapa yang lain menata sarapan, Rizky, mertuanya dan para orangtua sejajar Kafa masih ngobrol di ruang tengah sambil menikmati teh.Sementara itu di sebuah kamar..."Kamu kenapa nangis? Sini Acha biar aku gendong."Dito mengambil alih putri keduanya itu dari sang mama, sedangkan Atta-putra pertamanya masih bergulung selimut."Aku terharu, Dit! Pengen nangis aja lihat baju itu. Alfa udah mau nikah, baru lihat baju seragam aja udah mewek, apalagi nanti lihat Alfa sama Kinan!" jawab Sean, Dito menahan tawanya kalau nggak bisa ngamuk istrinya ini karena ditertawakan. Dito menidurkan Acha di strolernya lalu beralih merengkuh pundak istrinya."nikahnya udah d
Rutinitas baru Kinan semenjak resmi menjadi istri Alfa adalah ngaji bareng, atau lebih tepatnya Kinan yang ngaji. Mengingat hafalannya masih sangat jauh dari lanyah karena belum lama dari khatam dia langsung menikah maka dia berniat melancarkan hafalannya pada Sang suami yang jauh lebih dulu menyandang predikat hafidz quran.Kinan perlahan bisa menghilangkan rasa malu pada Alfa dan dia punya waktu khusus ngaji dengan Alfa. Jika pagi hari dia ke pesantren untuk murojaah dengan Syifa, malam hari dari setelah maghrib dilanjut setelah isya dia murojaah dengan sang suami. Kadang juga gantian Alfa yang ngaji. Kinan selalu kagum saat dia menyimak sang suami, sampai dia bingung dulu gimana caranya Alfa menghafal dan melancarkan hafalannya."dulu aku Menghafalnya cuma butuh waktu dua setengah tahun, tapi melanyahkannya bertahun-tahun, bahkan mungkin bisa sampai mati masih merasa kurang. Kuncinya itu murojaah, murojaah dan murojaah. Mau itu juz nya pas yang lancar atau enggak, tetap diulang-ula
"Nduk!"Kinan langsung mematikan kompornya lalu berlari menuju halaman belakang dimana Alfa sedang menguras kolam ikan mini miliknya. Sejak alfa menikah, mereka tinggal berdua di rumah Rizky yang saat ini sudah menjadi milik Alfa. Jika sebelumnya ada orang yang Alfa mintai tolong menjaga rumah kini setelah dua bulan pernikahan resmi Alfa, Pak Gino memutuskan untuk berhenti kerja karena Alfa sudah beristri."Iya Mas?" jawab Kinan setelah sampai di halaman belakang, sejenak dia tersenyum melihat pemandangan di kolam itu. Alfa dan Atta yang basah kuyup karena bermain air, sebenarnya sudah sejak tadi Alfa selesai menguras, tapi main sama Attanya lebih lama. Imajinasi Kinan langsung bekerja, seandainya suatu saat dia memiliki anak pasti akan sebahagia ini melihat anaknya bermain dengan ayahnya."Minta tolong mandiin Alfa ya!""Hah?"Alfa langsung terbahak, "Halah kamu pura-pura kaget.""Jangan mancing-mancing deh Mas!""Mancing dikit nggak masalah." jawab Alfa disertai cengiran lebar. "Min
Dulu ada masanya aku pernah begitu kepikiran kenapa orangtua selalu mengutamakan bibit, bebet dan bobot jika memilih jodoh untuk anaknya. Dan kenapa agama sangat menyarankan agar kriteria utama memilih pasangan adalah yang baik agamanya. Padahal tidak ada yang tahu bagaimana hidup seseorang kedepannya. Bagaimana kalau kita cinta sama orang yang tidak baik agamanya, atau berasal dari keluarga yang tidak jelas? Bisa saja saat ini dia terlihat buruk tapi seiring berjalannya waktu kita bisa merubahnya lebih baik, atau bisa saja dia berasal dari keluarga yang kurang baik tapi pribadi nya sendiri baik dan bisa dijadikan pasangan. Dan butuh waktu lama aku bisa mendapat jawaban.. Karena menikah itu bukan hanya persoalan dua orang, tapi menyangkut keluarga besar. Menikah bukan untuk coba-coba merubah hidup seseorang, tapi harus bisa menerima segala kekurangannya dan segala keadaan keluarganya. Kembali bertanya pada hati masing-masing, sanggupkah kita merubahnya menjadi lebih baik? Atau jang
Alfarras Syafi Mubarak Tentang mengikhlaskan.. Memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Terkadang sebagai manusia, kita sudah merencanakan kehidupan dengan sedemikian sempurnanya. Terkadang juga mengeluh bahkan putus asa ketika takdir tak sesuai rencana.Salahkah?Tidak. Karena kita manusia biasa. Wajar bila mengeluh akan beratnya ujian Allah, yang tak wajar adalah ketika datang ujian tapi kita marah dan menjauh dari-Nya. Allah memberikan cobaan agar kita semakin mendekat, agar kita tidak pernah lupa bahwa diri kita hanyalah makhluk lemah tanpa kasih sayangNya.Ikhlas. Andai saja menjalaninya semudah mengucapkannya, pasti banyak orang yang bahagia walaupun mendapat ujian, karena yakin bahwa Allah membalasnya dengan pahala besar."Pulang yuk!" ajakku pada Kinan yang masih nyaman duduk di tempat favoritnya belakangan ini."Sebentar lagi ya Mas!" jawabnya pelan.Aku mengangguk dan pilih menemaninya di sini lebih lama lagi. Membiarkan dia melepas rindu dengan putra kecilnya. Putra
Pada malam hari kembali digelar acara resepsi Zein dan Ayesha, rangkaian acaranya tetap sama pada umumnya namun yang membedakan adalah jumlah tamu. Hingga malam ini, tamu dari kedua keluarga masih terus berdatangan membuat semua keluarga besar Al Anwar harus sedikit lebih banyak menyiapkan tenaga, tapi tentu saja para santri senang bisa membantu."Ay, kamu udah benar-benar sudah ikhlas menjadi istriku?" tanya Zein disela-sela acara.Ayesha mendengus pelan mendengar pertanyaan konyol dari pria yang sudah berstatus suaminya ini. "Telat tanyanya, Bapak! Kalau mau tanya ya tadi pagi!" jawabnya lalu tersenyum karena saat ini ada salah beberapa temannya yang minta foto di pelaminan. Ayesha menyapa hangat teman-temannya yang sudah datang lalu mempersilahkan mereka duduk dengan nyaman."Gimana?" tanya Zein lagi ketika deretan teman Ayesha sudah meninggalkan pelaminan."Ikhlas lillahita'ala, Mas Zein!" jawab Ayesha."Aku mau minta maaf!" ucap Zein di dekat telinga Ayesha karena memang suara mu
"Ma! Abang nggak mau bangun!"Arsha mengadu pada Sang Mama yang sedang sibuk mengarahkan santri-santri untuk menata perasmanan."Udah pakai berapa cara, Nak?" tanya Ralin, dia masih sibuk menata piring di meja."Cara halus sampai cara kasar, Ma! Nggak ngaruh sama sekali ke Abangnya!"Ralin menghela nafasnya lalu ikut Arsha munuju kamar.Hari masih gelap tapi suasana pesantren Al Anwar sudah sangat sibuk karena hari ini akan ada dua acara besar sekaligus, khataman dan pernikahan Zein.Berdasarkan hasil musyawarah keluarga setelah Zein melamar Ayesha, seluruh keluarga sepakat untuk menyatukan acara pernikahan Zein dan khataman. Hanif juga meminta agar akad nikah sekalian di pesantren ini. Walaupun lahir dan tinggal di Jakarta, ibunda Ayesha asli Semarang. Semenjak menikah dengan Habib Yakub Nur Alatas, Sang Ibunda diboyong ke Jakarta hingga menetap disana. Setelah musyawarah panjang, akhirnya keluarga Ayesha setuju untuk menggelar acara di Al anwar."Rey, bangun! Udah subuh kan?" Ralin
Di hari minggu siang kediaman Alfa dan Kinan terlihat ramai, hampir semua keluarga dan kerabat, juga tetangga berkumpul. Ditambah hadirnya beberapa santri dan juga anak-anak dari panti asuhan semakin menambah ramai suasana. Alfa sengaja mengundang orang-orang ini dalam rangka tasyakuran empat bulan kehamilan Kinan.Di sepanjang jalan komplek rumah Alfa dipenuhi mobil-mobil box yang berlogo restoran dan supermarket milik Alfa, dia sengaja mem-booking restorannya sehari itu untuk menyediakan makanan bagi para tamu. Alfa juga meminta sebagian karyawan supermarket untuk menyiapkan hampers (aka berkat) yang nantinya juga untuk tamu."Mbak Kinan beruntung sekali ya menikah sama Gus Alfa!" ujar Via saat mengintip acara di luar. Saat ini dia, Rifah, Rahma, Nur dan beberapa santri putra diajak Syifa ke rumah Alfa. Ada Dini juga tapi dia bergabung bersama keluarganya."Iya. Gagal sama om-om nggak sedih soalnya dapat gantinya kayak Gus Alfa!""Wahai anak-anak cantik! Kalian kira Gus Alfa juga n
"Kamu apa kabar, Ay? Terakhir kita ketemu pas nikahan Alfa.""Alhamdulillah baik Mas!" jawab Ayesha ketika dia sudah duduk di depan Zein, dia juga sempat tersenyum sekilas pada Ridwan yang duduk di samping Zein. "Iya, aku terakhir ke sini juga pas nikahan Alfa itu!""Kamu kapan sampai Semarang?""Tadi pagi, tidur di hotel sebentar baru kesini.""Berapa hari di sini? Maaf ya aku ganggu kesibukan kamu!""Insyaallah lima harian Mas, besok mulai auditnya sampai tiga hari kedepan terus pengen staycation di sini dua hari. Nggak pengen ngapa-ngapain juga, bener-bener pengen me time mumpung dapat libur, rindu juga sama udara Semarang."Zein tersenyum tipis, ada sesuatu yang tidak nyaman di hatinya. Ayesha wanita yang selalu tidak sungkan menegaskan keinginannya. Mungkin kalau Ridwan yang dengar, tidak ada yang aneh. Tapi bagi Zein yang sudah mengenal betul sifat Ayesha, gadis itu sedang menjelaskan bahwa selama dua hari liburnya dia sama sekali tidak mau diganggu."Nggak ganggu Mas, aku kan y
"Lagi ya?" tanya Alfa yang duduk di samping istrinya.Kinan menatap suaminya dengan wajah memelas. "nanti habis maghrib lagi ya? Bukannya aku nggak suka ngaji Mas, tapi kamu udah baca surat Yusuf tiga kali, terus surat maryam tiga kali juga."Alfa malah tertawa bahagia melihat istrinya mengeluh. Sehabis dzuhur tadi mereka berdua sudah murojaah dua juz secara estafet, setelah selesai Alfa meminta Kinan untuk menyimaknya membaca surat Yusuf dan Maryam. Seminggu terakhir ini Alfa paling rajin membaca dua surah itu."Pegel?" tanya Alfa yang diangguki Kinan. Alfa langsung memindah mushaf dari tangan Kinan ke meja lalu dia berbaring dengan pangkuan Kinan sebagai bantalnya.Kinan melepas peci Alfa dan langsung mengusap lembut rambut sang suami. Sebelah tangan Alfa terulur ke belakang tubuh Kinan untuk memijit pinggang istrinya, sambil dia mencium perut Kinan."Semoga dr. Vivian nggak ada dendam pribadi sama Kak Sean ya!""Hah?""Dulu itu dr. Vivian saingan berat Kak Sean untuk mendapat hati
"Kenapa kamu, Al?"Alfa berjalan pelan mendekati Sang Nenek yang sedang duduk santai di meja dapur bersama sang kakek. Sebelumnya dia mengintip mangkok besar yang ada di tengah meja."Ini yang masak siapa, Nenda?""Apanya? Sop?""Iya, yang kayak dibawa Tante tadi!""Itu yang masak kan Tante Naya, memang kenapa?" tanya Biya dengan ekspresi heran dengan tingkah cucunya."Beneran Tante Naya? Kok dikasih bawang putih banyak?" Alfa masih belum menyerah, dia membayangkan sedang dikerjain oleh keluarganya dan berharap Kinan benar-benar berada di sini, tiba-tiba muncul dengan senyum manisnya. Jika benar begitu dia
"....Allahumma nawwir qulubanaa bi tilawatil Qur'an.."Alfa mengulangi kalimat dalam doa khataman itu sampai tiga kali sambil menangis. Bahkan Alfa menangis hingga akhir doanya. Acara simaan kali benar-benar terasa berbeda dari biasanya. Simaan kali ini dia gunakan sebagai ajang bermunajat pada Allah, memohon keselamatan dunia dan akhirat lewat berkat khatam quran."majelis kali ini benar-benar terasa lebih hikmat dari biasanya, Gus!" ujar Yusron ketika acara sudah ditutup dan jamaah dipersilahkan makan, tapi Alfa memilih tetap di tempat menikmati tehnya."Biasanya juga begini, Yus!""Ya secara rangkaian acara sih sama, tapi aku ngerasa lebih gimana ya, haru gitu aja pokoknya."