‘Buah kasih.’Jeremy mengangkat alisnya, amarahnya yang tertahan mengalahkan rasionalitas dan ketenangannya seperti gelombang pasang yang kuat.Dia bergegas maju ke depan Madeline dan memerangkap wanita itu di depannya tanpa mempedulikan apa pun. “Dia bukan laki-laki yang kau cintai. Aku! Eveline Montgomery, pria yang kau cintai adalah aku! Apa kau lupa bagaimana kau dulu memikirkan aku dan menungguku siang dan malam dulu? Aku tidak akan membiarkanmu jatuh cinta dengan laki-laki lain!"Dia menekankan setiap katanya dengan tegas. Dia benar-benar kehilangan ketenangannya.Kedua matanya yang menawan diliputi oleh kecemburuan, membuatnya kehilangan semua alasan dan ketenangan saat dia memerintahkan wanita itu untuk hanya mencintainya.Jeremy mengangkat wajah cantik Madeline ketika dia melihat wanita itu tidak mengatakan apa-apa. Dia menatap lurus ke arah Madeline dengan mata merah dan mengulanginya.“Kau dengar aku? Eveline Montgomery, kau hanya boleh mencintaiku. Aku tidak akan membiarkan
Madeline merasakan jantungnya mencelos.Apakah Jeremy terjaga sepanjang waktu? Apa pria ini dari tadi berpura-pura tidur?Apa Jeremy mendengar semua yang dia katakan barusan?Madeline tidak tahu bagaimana cara menangani apa yang sedang terjadi saat ini, tapi dia menyadari kalau Jeremy ternyata hanya mengubah posisinya. Pria ini tidak berpura-pura tidur dan tidak mendengar apa yang dia katakan barusan.Ketika dia melihat ini, Madeline merasa kecewa, namun pada saat yang bersamaan, dia juga sedikit takut.“Sebenarnya, aku berharap dirimu mengetahui kebenarannya.”"Tapi aku takut putri kita akan berada dalam bahaya lagi jika kau tahu."Madeline melepaskan diri dari pelukan Jeremy dan menggunakan seluruh kekuatannya untuk menarik pria itu agar berbaring di tempat tidur.Setelah melakukan semua itu, Madeline kelelahan. Karena itu, dia berbaring di samping Jeremy dan tertidur.Menatap wajah lembut Jeremy yang tertidur, Madeline mengangkat tangan pria itu pelan-pelan dan meletakkannya di peru
“Baik.” Ken berjalan tertatih-tatih ke arah Jeremy.Madeline tak punya kesempatan untuk mengatakan apapun sebelum dia diabaikan.Namun, dia tidak makan sarapannya. Sebaliknya, dia berjingkat ke lantai dua.Ketika dia sampai di ujung tangga, dia mendengar suara Jeremy dari kamar tidur. "Kita tidak memiliki cukup bukti sekarang, jadi aku harus pergi ke gudang itu untuk mendapatkan lebih banyak bukti.""Mr. Whitman, itu terlalu berbahaya. Mengapa kita tidak kembali ke Glendale dulu sebelum melakukan sesuatu?”"Apa menurutmu kita bisa kembali ke Glendale sekarang?"Jeremy tahu betul kalau Felipe sudah menandai lokasinya.Bukti paling nyata adalah pria itu menembaki Ken kemarin.Felipe sudah tahu di mana dia berada.Felipe bahkan tahu kalau Madeline ada bersamanya."Mr. Whitman, jadi bagaimana sekarang? Saya tidak bisa membantu Anda sekarang karena saya seperti ini.”“Kau harus tinggal di sini dan memulihkan dirimu. Felipe tidak akan membunuhmu sekarang karena aku adalah target terbesarnya.
Jeremy tak gentar saat melihat seringai yang mencurigakan di wajah Felipe. "Aku sudah menerima hadiah terbaik."Bagi Jeremy, dia sudah merasa puas karena dia bisa mengucapkan selamat tinggal pada wanita yang paling dicintainya sebelum dia datang ke sini."Benarkah?" Ada sedikit ejekan di kedua mata Felipe. "Cintamu untuk Eveline begitu dalam, tapi sayangnya, wanita itu milikku sekarang."Jeremy meradang setelah mendengar kata-kata memprovokasi itu. Dia tak mau menerima kenyataan bahwa Madeline sekarang mencintai Felipe. Dia juga tak ingin melihat wanita itu mengandung anak pria lain dan menderita pada saat yang bersamaan."Ada apa? Kamu marah? Salahkan saja dirimu sendiri karena dulu tidak menghargai Eveline,” kata Felipe sambil mengambil pistol di atas meja tamu. Dengan perlahan dia mengganti magasin pistolnya dan mengisinya dengan peluru baru.“Dulu, kedua orangtuaku dibunuh oleh kakekmu, dan setelah itu, aku menjadi yatim piatu.”“Saat aku berada di titik terendah dalam hidupku dan
“Jeremy, apa menurutmu kau punya kesempatan untuk keluar dari sini hidup-hidup?” Senyum kemenangan Felipe berangsur-angsur menyebar di wajahnya.Jeremy tetap tenang. “Kenapa kita tidak melakukan sedikit kompetisi? Kita lihat siapa yang lebih cepat."Setelah dia mengatakan itu, ekspresi Felipe berubah.Felipe tidak akan bercanda kalau menyangkut nyawanya, dan dia juga tidak akan mengambil risiko ini—tidak ketika dia akan melawan Jeremy.Sementara Felipe ragu-ragu, Jeremy menembak pistol Felipe menjauhi tangan pria itu.Ketika pistol itu jatuh, selangkah lebih cepat dari Felipe, dia mengambilnya lalu mengarahkannya ke jantung Felipe.Situasi berubah begitu cepat membuat seringai di wajah Felipe lenyap."Suruh mereka keluar," perintah Jeremy.Felipe meneriakkan perintahnya dengan dingin. "Keluar."“Mr. Whitman, kami—”“Enyah!” Jeremy mengusir mereka dengan tidak sabar.Para pengawal itu tidak berani melawan perintahnya, jadi mereka keluar sambil mengawasi mereka.Mereka sudah memutuskan j
Tatapan tajam Madeline seperti gelombang es yang membanjiri hatinya. Rasa dingin yang tak ada habisnya membanjiri dirinya dari ujung kepala hingga ujung kaki.Wanita itu rela mempertaruhkan nyawanya demi Felipe.Dia mengerutkan kening dan menatap lurus ke arah Madeline. "Apa kau benar-benar sangat mencintai laki-laki itu?"Madeline menatap mata Jeremy yang terluka dan berkata dengan tegas, “Ya, aku sangat mencintai pria itu. Aku mencintai ayah dari anak yang kukandung sekarang.”Ketika Jeremy mendapat jawaban itu, kemarahan yang tak terbendung muncul di bagian bawah matanya.Dia tiba-tiba menarik pelatuknya.Peluru itu ditembakkan dengan keras dan mengenai jendela di satu sisi ruangan.Saat kaca itu pecah, hati Jeremy juga ikut hancur.Madeline menatap Jeremy yang tiba-tiba menembak, dan jantungnya berdetak tak menentu.Sepasang mata tidak menyenangkan pria itu dipenuhi dengan aura membunuh dan seluruh tubuhnya mengeluarkan rasa dingin yang mengerikan. Seolah-olah pria itu akan melahap
Kata-kata Felipe membuat tubuh Madeline menjadi dingin.Dia berbalik dengan cepat dan bertanya dengan gugup, “Felipe, apa yang kau coba lakukan? Apa yang mau kau lakukan pada Jeremy?”Felipe mengerutkan kening. “Aku tidak akan membiarkan seseorang yang mau menghancurkan organisasiku meninggalkan Negara F hidup-hidup!”Madeline merasakan sakit di hatinya setelah mendengar itu.“Felipe, Jeremy adalah keponakanmu! Apa kau benar-benar ingin membunuh pria itu?""Keponakan?" Felipe mendengus sinis. “Dulu ketika bajingan tua itu membunuh kedua orangtuaku, apa dia juga pernah menganggap ayahku adalah saudaranya?”“Grandpa tidak akan melakukan itu. Pasti ada kesalahpahaman!" Madeline menekankan, tapi jelas Felipe tidak mau mendengarkannya.Dia menatap sepasang mata Madeline yang dipenuhi kekhawatiran dan melengkungkan bibirnya menjadi seringai. "Bahkan jika iya pun, itu tidak akan menghentikan apa yang akan terjadi pada Jeremy selanjutnya.""Felipe, suruh anak buahmu untuk menghentikan ini seka
Madeline berdiri tak bergerak di pintu dan menatap pria yang menodongkan pistol ke arahnya.Hatinya yang tidak menentu perlahan mulai tenang.Jeremy menodongkan pistol ke arahnya, dan masih ada sedikit darah basah di telapak tangannya. Ada juga cipratan darah di jaket kulit coklatnya.Sepasang mata Jeremy sedalam malam dan dipenuhi dengan niat membunuh dan kedengkian. Pada saat ini, kedua mata itu menatap lurus ke arah Madeline dengan panas.Pria itu tampak seperti iblis yang telah melewati sebuah pembantaian. Aura membunuh terpancar dari setiap pori-porinya. Meski begitu, pria itu masih terlihat sangat tampan.Ketika dia melihat bahwa orang yang baru saja masuk adalah Madeline, aura gelap di balik kedua matanya sedikit menghilang. Namun, tatapan sinis mulai muncul di kedua matanya."Apa kau ke sini untuk melihat apakah aku mati?" Dia bertanya sinis dan perlahan berjalan menuju Madeline. “Kau benar-benar istri yang baik buat Felipe. Tidak hanya menyewa begitu banyak pembunuh untuk memb