Carter menatap Madeline sambil tersenyum tipis. “Kau sudah tahu semuanya. Sebenarnya, kau sudah memperhatikan sesuatu dan curiga ada yang salah dengan minumannya, bukan? Kau masih sangat pintar, Eveline, tapi sudah terlambat.”Madeline dengan waspada balas menatap Carter yang wajahnya menampakkan seulas senyum licik. Dia mencoba menggunakan ponselnya untuk menelepon Jeremy secara tidak mencolok, tetapi pengawal di sampingnya tiba-tiba maju dan mengambil ponselnya."Kembalikan ponselku!" Madeline mengulurkan tangannya hendak mengambil benda itu.Namun, Carter tiba-tiba mengambil langkah ke arahnya.Carter tinggi. Meski Madeline juga tidak pendek, tetap ada perbedaan tinggi badan di antara mereka saat dia berdiri di depan pria itu.Sosok Carter mengintimidasi nya.Madeline ingin melarikan diri, tetapi Carter tiba-tiba meraih pergelangan tangannya dan memojokkan Madeline di antara dinding dan dirinya sendiri.Madeline mengerutkan kening. Dia mengangkat sepasang matanya dan menatap mata da
Carter, yang selalu mengagumi keberanian Madeline, melepaskan tangan Madeline.Madeline langsung melepas mantelnya dan mengenakan mantel dan kacamata baru sesuai instruksi Carter.Carter, sangat puas melihat pakaian yang dikenakan Madeline saat ini, lalu menatap pengawalnya lagi.Madeline mengira Carter akan menyuruhnya mengikuti pria itu begitu saja, tetapi detik berikutnya, dia mendengar suara alarm kebakaran.Beberapa saat kemudian, orang-orang yang tinggal di setiap kamar hotel satu demi satu berlari keluar. Karena tidak tahu dari mana api berasal, semua orang berlarian menuju tangga darurat. Pemandangan itu sangat kacau.Carter kemudian tanpa tergesa-gesa tersenyum pada Madeline. “Sudah waktunya untuk pergi.”Madeline melirik Carter. Pria itu sangat licik.Dalam situasi kacau seperti itu, bahkan jika Jeremy meminta rekaman kamera CCTV, mungkin masih sulit untuk menemukannya.Sistem pemantauan di lantai ini mungkin juga sudah dirusak oleh Carter.Setelah memimpin rapat pagi, Jeremy
Coco bergegas membuka pintu dan melihat wajah Jeremy yang dipenuhi ekspresi tergesa-gesa."Mr. Whitman.”"Di mana Linnie?" Jeremy bergegas masuk ke kamar, tetapi setelah melihat ke seluruh ruangan, dia tidak melihat Madeline.“Bukankah Linnie bersamamu? Di mana dia?"Jantung Jeremy mulai berdetak kencang.Coco menatap Jeremy dengan ekspresi bingung dan gugup di wajahnya, lalu menjelaskan.“Tadi, Miss Montgomery mengatakan bahwa ada dokumen yang tertinggal di dalam mobil dan menyuruh saya untuk turun bersama beliau untuk mengambil dokumen itu, tetapi begitu saya sampai di pintu masuk, saya merasa tidak enak badan, dan kemudian saya tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Ketika bangun, saya berada di tempat tidur ... saya pikir Miss Montgomery mungkin yang membawa saya ke tempat tidur... "Jeremy mendengarkan penjelasan Coco tetapi matanya terpaku pada dua gelas berisi limun di atas meja ruang tamu."Apa kau minum ini?" Dia bertanya.Coco mengangguk. "Saya hanya minum beberapa teguk."
Jeremy mengambil tablet dari tangan Ken dan melihat video di layar.Meskipun orang dalam video itu mengenakan kacamata hitam, ciri-ciri Carter masih cukup bisa dikenali.“Dia benar-benar telah kembali ke Glendale.”Perkataan Jeremy mengandung konfirmasi. Dia percaya bahwa Carter telah menyebarkan berita mengenai dirinya yang kembali ke St. Piaf dan kemudian diam-diam kembali ke sini, dan tujuan pria itu melakukan itu adalah untuk bergerak menyerang Madeline.Frustrasi, Jeremy melempar tablet itu dan mengerutkan kening, lalu bangkit dan berjalan ke jendela besar.Dia melihat ke sudut dan celah kota yang ramai di bawah siraman sinar matahari. Namun, hatinya gelap.Dia telah melakukan kesalahan. Dia sudah salah perhitungan.Selama ini, target Carter adalah Madeline, bukan anak-anak mereka.Carter dengan keras kepala percaya bahwa Shirley menyerah mempertahankan anaknya dan kemudian mencoba bunuh diri karena Jeremy telah menyuntik wanita itu dengan AXP69.Karena itulah Carter ingin balas d
“Bukankah sudah jelas apa yang ingin aku lakukan? Aku ingin membiarkanmu mengalami bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang kau cintai, selamanya.”“...”“Carter! Carter!”Tiiit—Ketika hendak menghentikan pria itu, Jeremy mendengar nada sibuk di ujung telepon satunya.Carter menutup telepon, dan pesawat pun lepas landas sepuluh menit kemudian.Jeremy dengan tegas langsung memesan tiket pesawat ke St. Piaf secara online. Ketika hendak pulang untuk mengemasi barang bawaannya, dia tiba-tiba menerima telepon dari guru Jackson.Di ujung telepon yang lain, guru Jackson menangis tersedu-sedu dan berkata pelan, “Mr. Whitman, sekolah baru saja terbakar. Kami begitu tergesa-gesa saat memadamkan api, dan Jackson serta anak-anak lain di kelas menghilang setelah kami berhasil memadamkan api. Kami telah memeriksa rekaman kamera CCTV, dan kami melihat dua laki-laki dengan paksa membawa mereka pergi selama kebakaran terjadi.”Mengetahui hal tersebut, Jeremy langsung pergi ke sekolah untuk melihat
Carter menghentikan apa yang sedang dia kerjakan. Dia mengangkat kepalanya dan menatap pintu masuk ruang kerja dan, terkejut melihat Shirley masuk dengan menggerakkan kursi rodanya sendiri.“Kau benar-benar mengambil tindakan di luar persetujuan wanita itu.”Mengoperasikan kursi rodanya, Shirley masuk makin jauh ke dalam ruangan dan melirik Madeline yang sekarang tidak sadarkan diri.“Lepaskan dia.”“Aku tidak akan membiarkan dia pulang sekarang.” Carter tanpa ragu-ragu memberi Shirley jawaban tegas. “Shirley, kau tidak mempedulikan anak itu, tapi aku peduli. Aku tak akan membiarkan anakku mati begitu saja di tangan Jeremy. Aku ingin membalaskan dendam anakku.”Sambil mengungkapkan tekadnya ke Shirley, kedua mata Carter dipenuhi dengan percikan-percikan kebencian.“Carter, berapa kali aku harus mengulangi kata-kataku agar kau mengerti? Kematian anak itu tidak ada hubungannya dengan Jeremy, begitu juga dengan Eveline.”“Shirley, kaulah yang belum mengerti.” Carter menghampiri Shirley. “
"Eveline, ini aku."Shirley mengangkat tangannya lalu dengan lembut menepuk lengan Madeline.Madeline menoleh dan menatap Shirley, dan keterkejutan pun melintas di matanya. “Shirley?”"Ini aku." Shirley mengangguk. "Madeline, ini St. Piaf," katanya kemudian.“St. Piaf?” Madeline mengerutkan kening, secara bertahap mengingat semua yang telah terjadi sebelum dirinya jatuh pingsan.Sudah jelas baginya sekarang. Dari awal dia telah menjadi target utama Carter dalam rencana balas dendam pria itu.Saat menenangkan dirinya, dia mendengar ucapan Shirley yang mengingatkannya melayang ke telinganya.“Eveline, sulit bagimu untuk meninggalkan tempat ini sekarang, tapi aku yakin Jeremy punya cara untuk menemukanmu. Meskipun aku ingin mengingatkanmu bahwa ini adalah St. Piaf. Status Carter tidak biasa di sini. Dulu, Jeremy bisa menyelinap masuk dengan membawa orang-orangnya, tapi kali ini dia mungkin tidak bisa.”Setelah mendengar apa yang dikatakan Shirley, Madeline mulai merasa khawatir.Dia bukan
Shirley menatap mata Madeline saat dia mulai cemas. Dia khawatir Carter akan tiba-tiba kembali pada saat ini. Jika itu terjadi, dia tidak akan bisa membantu Madeline.Madeline melihat sekeliling ruang kerja dengan waspada. Dia yakin kalau Carter pasti memasang kamera CCTV di ruang kerjanya.Carter bahkan mungkin sedang mengawasi dia dan setiap gerakan Shirley sekarang.Sesuai dugaan Madeline, Carter, dengan ponsel di tangannya, memang sedang mengawasi semua yang terjadi di ruang kerja saat ini.Pada saat ini, dia melihat Madeline bangkit, berjalan ke meja, mengambil selembar kertas dari meja, lalu mengambil bolpoin dan menulis sesuatu di atas kertas.Carter memindahkan arah kamera ke kertas dan memperbesar videonya.Dia bisa melihat apa yang ditulis Madeline di kertas itu. “Jika Carter benar-benar melakukan hipnotis tingkat lanjut padaku, tolong cari cara untuk menyerahkan kertas dariku ini kepada Jeremy.”Carter mengerutkan sepasang alis tajamnya ketika melihat apa yang tertulis di ke
Gina, yang berdiri di pintu, melihat adegan itu dan hendak masuk ketika dia dihentikan oleh suaminya.“Jangan membuat lebih banyak masalah lagi. Apa kau benar-benar ingin putramu menjadi bujangan selama sisa hidupnya?”“Siapa bilang aku akan membuat masalah? Aku akan memberi tahu mereka kalau aku sekarang setuju dengan pernikahan ini, oke?”Suaminya terkejut. "Kamu setuju?"Gina hendak menjawab ketika dari sudut matanya, tiba-tiba dia melihat sekilas cahaya di ruangan itu, disusul dengan sorakan dan tepuk tangan dari dalam.Ava melepaskan diri dari pelukan Daniel. Dia terkejut menemukan Madeline dan Jeremy, kedua orangtuanya, dan bahkan Tom dan Maisie perlahan mendekati mereka sambil tersenyum gembira. Ava menatap kosong ke arah Madeline. Kemudian, dia akhirnya mengerti kalau mereka semua telah bekerja sama untuk mengatur ini.Hanya dia dan kedua orangtua Daniel yang tidak diberi tahu.Daniel sama sekali tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Pria itu hanya menggunakan pendekatan
Setelah mendengar ucapan Ava, Gina perlahan berhenti.Dia tak pernah menyangka kalau di hati Ava masih tersimpan rasa hormat padanya.Ini benar-benar mengejutkannya.Namun, sesaat kemudian dia mendengar Madeline membela Ava. “Ava, kau menghormati mereka, tetapi apakah mereka pernah menghormatimu? Rasa hormat itu harus secara timbal balik.”“Tapi Danny akan selalu menjadi putra mereka. Jika Dan dan aku bersikeras untuk menikah, kedua orangtuanya tidak akan bahagia selama sisa hidup mereka,” kata Ava dengan desahan tak berdaya. "Aku benar-benar tidak ingin Dan terjebak di tengah masalah ini."“Tapi Ava…”“Maddie, jangan bujuk aku. Kau seharusnya sudah tahu pasti bahwa ketika kau benar-benar mencintai seseorang, kau tidak harus tinggal bersama orang itu. Selama orang yang kau cintai aman, sehat, dan bahagia, itu sudah cukup, bukan?”Senyum lega tersungging di wajah Ava seolah-olah dia sudah membuat keputusan akhir di dalam hatinya.Madeline ingin membujuk lagi, tapi sepertinya untuk saat
Kedua orangtua Daniel, yang diam-diam mengamati Ava dari kejauhan, berangsur-angsur menjadi semakin gelisah di dalam mobil.“Hmph, berani-beraninya dia bilang kalau dia punya hubungan yang mendalam dengan Dan? Ini sudah lama sekali dan dia masih tidak tahu ke mana Dan pergi,” keluh Gina sambil memutar kedua bola matanya.Ayah Daniel melirik Gina. “Jangan terlalu jahat. Saat ini, yang terpenting adalah menemukan Dan. Ava bukan orang jahat. Pada awalnya, kau tidak menyukai wanita itu karena dia tidak punya orangtua, uang, dan kekuasaan. Sekarang, kedua orangtuanya masih hidup dan sehat, ibunya kaya raya, dan ayahnya adalah seorang dokter spesialis dan profesor. Apa lagi yang membuatmu tidak puas? Apa kau benar-benar ingin putramu tetap melajang sepanjang hidupnya?”Gina tidak senang ketika suaminya mengeluh tentang dirinya.“Bukankah kamu juga awalnya keberatan? Aku akhirnya menyetujui hubungan mereka, tetapi ayahmu menolak untuk setuju untuk menyelamatkan reputasinya. Mengapa sekarang k
Setelah membaca pesan Daniel, Old Master Graham sangat marah hingga sepasang matanya terbuka lebar.'Dia baru saja keluar dari rumah sakit dan dia kabur demi seorang perempuan?’‘Dia bahkan mengatakan bahwa jika dia tidak bisa menikahi perempuan itu, dia tidak akan menikah dengan siapa pun nanti?’Old Master Graham tidak akan pernah membiarkan hal seperti itu terjadi.Namun, ketika memikirkannya lagi, dia masih merasa sedikit gugup.Jika Daniel benar-benar tidak menikah karena ini, bukankah ini akhir dari Keluarga Graham?‘Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi.’Setelah berlari keluar, Ava pergi mencari Daniel di semua tempat yang bisa dia pikirkan. Namun, setelah menghabiskan sepanjang pagi mencari pria itu, dia masih tidak bisa menemukan Daniel.Dia mencoba menelepon Daniel, dan meskipun panggilan itu tersambung, selalu tidak dijawab.Seiring berjalannya waktu, Ava merasa sangat lelah. Dia duduk di sebuah kursi di pinggir jalan dan memperhatikan jalan di mana orang-orang lalu lalang.
"Aku akan pulang sekarang juga!"Gina buru-buru berlari ke parkiran. Tiba-tiba, dia berbalik dan menghentikan Ava, yang akan mengikutinya.“Jangan ikuti aku! Kau tidak diterima di rumah kami.”Terlepas dari peringatan Gina, Ava tak bisa menahan dirinya untuk tidak mencari Daniel.Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Bagaimana bisa Daniel tiba-tiba memulangkan dirinya sendiri? Pria itu jelas-jelas koma di ranjang rumah sakit dan selama ini tidak sadarkan diri.Dalam perjalanan ke sana, Ava menelepon Daniel, tetapi Daniel tidak menjawab.Ava tidak tahu apakah Daniel membawa ponselnya, tetapi singkatnya, dia tidak bisa menghubungi pria itu.Dia sangat ingin berdiri di depan Daniel sekarang, tapi jalanan yang macet menghambatnya.“Lihat ini dan kau akan tahu apa yang terjadi.” Ayah Daniel terdengar seperti sedang mencela seseorang, lalu pria itu tampak menyerahkan sesuatu kepada Gina.Ava dengan cepat masuk sambil bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Daniel, tetapi begitu dia melangk
Untuk sementara waktu, Ava menatap bangsal yang kosong. Kemudian, dia kembali tersadar dan segera pergi mencari Daniel.Namun, setelah mencari-cari sebentar, Ava tidak bisa menemukan Daniel, dan itu membuatnya merasa sedikit gugup.Pada saat ini, Gina juga masuk.Dia melihat bangsal itu kosong, dan Daniel, yang seharusnya berbaring di ranjang rumah sakit, telah menghilang."Apa yang sedang terjadi? Di mana Dan? Apakah dokter membawa Dan pergi?” Gina menatap Ava dan bertanya dengan ekspresi tidak ramah di wajahnya.Ava sudah terbiasa dengan sikap Gina, jadi dia tidak mau repot-repot berdebat dengan Gina. Sebaliknya, dia menjawab, “Aku juga ingin tahu.”“Bagaimana mungkin kamu tidak tahu? Kau datang sebelum aku.”“Dan sudah tidak ada di bangsal saat aku datang,” kata Ava dan berbalik. "Aku akan pergi ke ruang perawat dan bertanya pada mereka.""Tunggu."Gina meraih tangan Ava, wajahnya gelap.“Ava, dengar aku baik-baik. Dan telah banyak menderita dan beberapa kali terluka karenamu. Karen
Karena berpikir seperti itu, itu menunjukkan bahwa Julie adalah orang yang masuk akal."Lilly." Julie berjalan ke arah Lilian dan berjongkok, menyapanya dengan ramah. “Lilly, aku sangat menyukaimu. Kuharap dirimu bisa berbahagia setiap hari, dan kuharap kau segera bisa bicara.”Lilian adalah anak yang pengertian. Dia menyunggingkan seulas senyum manis dan mengangguk penuh semangat, menunjukkan bahwa dia menerima doa Julie.Julie berdiri dan menghadap Fabian. Saat ini, kekaguman di matanya makin bertambah dan kegigihannya yang sangat kuat sebelumnya telah banyak berkurang.Jika kita menyukai seseorang, kita tidak harus dengan keras kepala memperjuangkannya.Julie tidak mengatakan apa-apa dan hanya tersenyum pada Fabian.Fabian juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia membungkuk dan mengangkat Lilian ke dalam gendongannya. Sebelum berbalik, dia memberi Julie senyum ramah.“Miss Charles, kau masih bisa datang kepadaku jika kau membutuhkan bantuanku di masa yang akan datang. Lagi pula, aku
"Ya," kata Fabian terus terang.Julie mengira dirinya akan merasa malu karena hal ini, tetapi dia tak tahu mengapa dia masih merasa sangat santai. Meski begitu, dia tetap merasa sedikit malu.Agar Julie tidak merasa malu, Fabian tersenyum dan berkata, “Aku ingin membantumu keluar dari situasi itu, Miss Charles, tetapi aku tidak mau melewati batas. Aku juga tidak menyangka seseorang mengambil video dan mengunggahnya ke internet. Lilly dan aku telah membuatmu terlibat dalam banyak kesulitan. Aku benar-benar minta maaf mengenai itu.”Selesai mengatakan itu, Fabian mengambil jeda, lalu dengan lembut melirik Lilian."Tapi Miss Charles, yakinlah, tidak akan ada masalah seperti itu lagi di masa yang akan datang."Julie tertegun sejenak ketika mendengar kata-kata itu, dan entah kenapa dia merasakan rasa kehilangan yang kuat muncul dari lubuk hatinya.Dia menatap Fabian dengan curiga, dan tentu saja, kata-kata yang dia dengar selanjutnya membuatnya merasa menyesal."Miss Charles, aku telah mene
Adegan Mr. Martinez membuat keributan dan Fabian akhirnya datang bersama Lilian untuk menyelamatkan situasi direkam dan diposting di internet.Si pengunggah video masih sedikit berhati-hati dan telah menyensor penampakan Lilian, tetapi sosok dan wajah Fabian terlihat jelas di video.Patty sekilas mengenali orang dalam video itu sebagai Fabian.Setelah melihat komentar-komentar di bawah video, Patty semakin cemas."Julie, kok bisa-bisanya kamu jatuh cinta pada seorang ayah tunggal?"Julie mengerutkan kening. “Ya, aku tidak akan menyangkal. Aku memang naksir Mr. Johnson.”"Apa?"“Ck ck ck … Julie, apa kau benar-benar menyukai ayah tunggal itu?” Sorot mata Mrs. Gill sangat halus. “Seseorang telah menggali semua informasi mengenai pemuda itu, dan ternyata dia adalah adik Yorick. Dulu, Yorick menimbulkan segala macam masalah dan melakukan apa pun yang dia inginkan di Negara F. Kakak perempuannya, Lana, juga terkenal di lingkungan pergaulan kami.”"Apa? Dia adik Yorick dan Lana?” Patty bahka