Namun, Ryan bukannya tidak menggunakan metode brutal sama sekali!Madeline mencoba melepaskan diri dari cengkeraman Ryan, tapi pria itu terlalu kuat dan tulang-tulangnya terasa seperti akan hancur sebentar lagi.Saat dipaksa untuk mengikuti di belakang Ryan, kedua sandalnya terlepas di tengah langkahnya yang kacau.Kemarahan meledak dari diri Ryan. Pria itu bukan lagi orang baik dan sopan yang pernah dia kenal.Ryan menyeret Madeline ke gudang villa tempat segala macam barang ditaruh. Tanpa paparan sinar matahari, ada aroma apek di ruangan itu.Ryan menekan Madeline ke dinding dan menahan kedua bahunya, memaksanya untuk berhadapan dengan ekspresi marahnya. “Kenapa kau begitu keras kepala? Haruskah aku melukaimu? Dengar aku baik-baik, Eveline Montgomery, aku tidak mencintaimu sedalam yang kau pikirkan. Hatiku tidak akan melunak saat harus berurusan denganmu!”Madeline mengerucutkan bibir merah mudanya dan tersenyum sinis. “Siapa yang peduli jika kau mencintaiku atau tidak? Siksa aku jik
Madeline membiarkan Ryan mencekiknya s sementara tatapannya tetap tidak terpengaruh."Bunuh aku. Aku mungkin juga akan mati jika aku tidak pernah bisa melihat Jeremy lagi. Lagi pula tidak ada perbedaan di antara keduanya.”Dia tersenyum pahit. Ryan sudah mengamplas ujung-ujung tajamnya selama beberapa hari terakhir ini, jadi dia tidak lagi memiliki kekuatan untuk melawan.Ryan tidak tahan menerima kata-kata yang datang dari mulut Madeline pada saat seperti ini.“Kenapa kau harus memaksaku, Eveline? Kenapa kau harus memaksaku?” Tatapan penuh amarah hingga tampak menyedihkan dan mengerikan melintasi wajah tampan Ryan.Dia menekan Madeline ke papan lantai yang dingin dan menerkamnya seperti harimau yang tak terkendali, merobek-robek pakaian Madeline dengan brutal."Enyah!" Madeline melawan dengan sekuat tenaga.Namun tangan Madeline menemui jalan buntu dalam cengkeraman Ryan dan salah satu tangannya memaksa kepala Madeline untuk bertemu dengan bibir tipisnya saat dia membungkuk untuk menc
Ryan menatap Madeline dengan kesal selama beberapa detik sebelum tiba-tiba berteriak memanggil seorang pelayan, "Suruh Dokter Brown ke sini, cepat!"Pelayan itu mengangguk, lalu dengan panik mencari Adam yang saat ini berada di laboratorium bawah tanah.Saat memasuki kamar, Adam bertemu dengan Madeline yang tangan dan kakinya berdarah dan wanita itu duduk di sudut tempat tidur. Ada bercak darah besar di kasur. Pemandangan itu sangat menusuk tulang."Perban lukanya." Ryan menekankan tangannya di dahinya dan meninggalkan kamar dengan ekspresi putus asa.Adam segera meraih peralatan medisnya dan mengerutkan kening saat menatap Madeline yang lelah secara mental tetapi juga tegang."Aku sudah menyuruhmu untuk berhenti bertindak gegabah, bukan?" Adam sengaja merendahkan suaranya dan melirik pintu dari sudut matanya. “Kenapa kau dan suamimu tidak bisa berhenti jadi orang yang begitu keras kepala?”Tatapan Madeline bergeser saat melihat ekspresi acuh tak acuh Adam. Dia tidak tahu siapa yang di
Kegelisahan merayap ke dalam hati Jeremy saat melihat senyum jahat Ryan melalui layar ponselnya.Dia tahu bahwa apa pun yang akan dikatakan Ryan melalui panggilan video ini pasti terkait dengan Madeline."Apa yang kau lakukan pada Linnie, Ryan?" Jeremy merasa sulit untuk tetap tenang.Dia bertanya dengan sengit hanya untuk mendapati pria itu menjawab dengan tawa. Ryan kemudian mengarahkan kamera ke lantai."Bicaralah, Ryan!" Jeremy makin frustasi.Ryan memperhatikan reaksi Jeremy dengan puas. Semakin tertekan Jeremy, semakin puas dia merasa.Ryan mengabaikan Jeremy dan berjalan menuju kamar Madeline. Kemudian, dia mengarahkan kamera ponsel ke kasur yang berlumuran darah.Jeremy merasa hatinya tercabik-cabik saat melihat genangan besar berwarna merah darah. Warna iris matanya bagaikan diwarnai dengan warna yang sama sekarang.“Apa kau lihat itu, Jeremy Whitman? Tidakkah menurutmu warna merah cerah di kasur ini terlihat sangat menakjubkan?” Ryan memprovokasi Jeremy. "Itu semua darah wani
Jeremy kembali ke meja kerjanya dan melanjutkan memindai rekaman kamera CCTV, namun mendapati dirinya tak bisa memusatkan pikirannya.Benaknya terus menerus mencekokinya dengan adegan-adegan Madeline dipojokkan dan melawan Ryan dengan kekuatan yang dia punya. Wanita itu selalu berakhir dengan menderita luka-luka dan basah kuyup oleh darah sebelum Ryan mau melepaskannya.“Linnie.”Jeremy mondar-mandir di depan jendela besar dengan gelisah sambil menghentakkan kakinya ke lantai di bawahnya karena frustrasinya yang menjengkelkan.Dia meninggalkan rumah dan menghentikan mobilnya di mana rekaman kamera CCTV menunjukkan lokasi terakhir Ryan yang diketahui.Dia hendak mensurvei daerah itu ketika tiba-tiba menerima teks anonim dengan kalimat sederhana: [Yakinlah, dia baik-baik saja untuk saat ini.]Tidak diragukan lagi bahwa 'dia' dalam teks itu merujuk pada Madeline.Detak jantungnya yang panik perlahan mereda.Namun, dia bingung memikirkan siapa yang mengirim pesan itu. Apakah itu orang yang
Mendengar suara yang diimpikannya setiap saat, setiap hari, Madeline mendongak dan menatap ponsel di tangan Ryan. Matanya membelalak kaget saat mencoba mencari sumber suara Jeremy.Namun, Ryan telah membalik ponselnya dan dia pun disambut dengan bagian belakang ponsel.'Apakah itu kamu, Jeremy?’‘Apakah ini suaramu?’Madeline bangkit dan berjalan mendekat, hendak memeriksa, tapi Ryan mencengkram pergelangan tangannya sebelum dia bisa melangkah lebih jauh. Pria itu menariknya ke arahnya.Ryan membalikkan tubuh Madeline sehingga punggungnya menempel di dadanya. Kemudian, dia meraih rahang Madeline untuk memaksanya menatap layar ponsel.Madeline berjuang mati-matian untuk melepaskan diri dari dekapan Ryan, tapi sosok Jeremy tiba-tiba memasuki garis pandangnya.“Jeremy…”"Linnie!" Suara Jeremy bergema jelas di telinganya.Madeline menatap pria yang panik dan gelisah itu. Dia merasakan kedua sudut matanya mulai memanas.Dia tahu mengapa Jeremy tampak beberapa saat lagi akan jadi gila. Dia b
Madeline mengumpulkan semua kekuatannya untuk menghindar, tapi tetap tidak bisa karena dia belum makan apapun seharian ini. Ditambah lagi, dia mengalami segala macam siksaan dari Ryan."Enyah kau, keparat!"Madeline meraung, tapi Ryan mencengkram bagian belakang kepalanya untuk mencegahnya melarikan diri. Pada akhirnya, Ryan berhasil menempelkan bibirnya di pipi Madeline.Tindakan itu menusukkan seribu anak panah ke jantung Jeremy dan seketika itu juga mematahkannya.Helaian rambut pendek Madeline akhirnya menutupi wajahnya di tengah perjuangannya, namun itu tidak menghentikan Jeremy untuk menyaksikan kekasihnya menangis."Sakit ya, Jeremy? Jika kau tidak ingin Eveline menderita lagi, maka pindahkan semua saham Whitman Corporation atas namaku dan umumkan secara terbuka bahwa Whitman Corporation telah bangkrut.”Mata Ryan dipenuhi dengan agresivitas saat menyampaikan tuntutannya.Wajah Madeline yang basah dan berlinang air mata tersentak, tatapannya tampak tegas. “Jangan dengarkan dia,
Jeremy merasakan tubuhnya menjadi dingin mendengar kata-kata Madeline.Dia melihat melalui kamera yang bergoyang saat Madeline menekankan ujung penjepit yang tajam kuat-kuat ke pergelangan tangannya.Penjepit itu bukanlah senjata yang mematikan, tapi Madeline menggunakan seluruh kekuatannya.Garis merah langsung tertoreh di pergelangan tangan kirinya saat warna merah cerah mulai menetes dari luka dengan menakutkan."Linnie!"Jeremy berteriak menyayat hati saat rasa sakit seolah-olah dia dikuliti hidup-hidup menyebar ke setiap inci tubuhnya.Dia tahu bahwa Madeline pasti telah disiksa sampai putus asa atau wanita itu tidak akan pernah melakukan hal seperti itu.Ryan terkejut melihat tindakan Madeline. Dia menatap bingung pada Madeline saat wanita itu mulai limbung. Hatinya sakit, tetapi pada saat yang bersamaan, kemarahan berdarah di matanya."Kenapa? Apa aku begitu tidak ada artinya dibandingkan dengan Jeremy?”Bagaikan boneka kain, Madeline terlihat menyedihkan dengan rambut dan pakai
Gina, yang berdiri di pintu, melihat adegan itu dan hendak masuk ketika dia dihentikan oleh suaminya.“Jangan membuat lebih banyak masalah lagi. Apa kau benar-benar ingin putramu menjadi bujangan selama sisa hidupnya?”“Siapa bilang aku akan membuat masalah? Aku akan memberi tahu mereka kalau aku sekarang setuju dengan pernikahan ini, oke?”Suaminya terkejut. "Kamu setuju?"Gina hendak menjawab ketika dari sudut matanya, tiba-tiba dia melihat sekilas cahaya di ruangan itu, disusul dengan sorakan dan tepuk tangan dari dalam.Ava melepaskan diri dari pelukan Daniel. Dia terkejut menemukan Madeline dan Jeremy, kedua orangtuanya, dan bahkan Tom dan Maisie perlahan mendekati mereka sambil tersenyum gembira. Ava menatap kosong ke arah Madeline. Kemudian, dia akhirnya mengerti kalau mereka semua telah bekerja sama untuk mengatur ini.Hanya dia dan kedua orangtua Daniel yang tidak diberi tahu.Daniel sama sekali tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Pria itu hanya menggunakan pendekatan
Setelah mendengar ucapan Ava, Gina perlahan berhenti.Dia tak pernah menyangka kalau di hati Ava masih tersimpan rasa hormat padanya.Ini benar-benar mengejutkannya.Namun, sesaat kemudian dia mendengar Madeline membela Ava. “Ava, kau menghormati mereka, tetapi apakah mereka pernah menghormatimu? Rasa hormat itu harus secara timbal balik.”“Tapi Danny akan selalu menjadi putra mereka. Jika Dan dan aku bersikeras untuk menikah, kedua orangtuanya tidak akan bahagia selama sisa hidup mereka,” kata Ava dengan desahan tak berdaya. "Aku benar-benar tidak ingin Dan terjebak di tengah masalah ini."“Tapi Ava…”“Maddie, jangan bujuk aku. Kau seharusnya sudah tahu pasti bahwa ketika kau benar-benar mencintai seseorang, kau tidak harus tinggal bersama orang itu. Selama orang yang kau cintai aman, sehat, dan bahagia, itu sudah cukup, bukan?”Senyum lega tersungging di wajah Ava seolah-olah dia sudah membuat keputusan akhir di dalam hatinya.Madeline ingin membujuk lagi, tapi sepertinya untuk saat
Kedua orangtua Daniel, yang diam-diam mengamati Ava dari kejauhan, berangsur-angsur menjadi semakin gelisah di dalam mobil.“Hmph, berani-beraninya dia bilang kalau dia punya hubungan yang mendalam dengan Dan? Ini sudah lama sekali dan dia masih tidak tahu ke mana Dan pergi,” keluh Gina sambil memutar kedua bola matanya.Ayah Daniel melirik Gina. “Jangan terlalu jahat. Saat ini, yang terpenting adalah menemukan Dan. Ava bukan orang jahat. Pada awalnya, kau tidak menyukai wanita itu karena dia tidak punya orangtua, uang, dan kekuasaan. Sekarang, kedua orangtuanya masih hidup dan sehat, ibunya kaya raya, dan ayahnya adalah seorang dokter spesialis dan profesor. Apa lagi yang membuatmu tidak puas? Apa kau benar-benar ingin putramu tetap melajang sepanjang hidupnya?”Gina tidak senang ketika suaminya mengeluh tentang dirinya.“Bukankah kamu juga awalnya keberatan? Aku akhirnya menyetujui hubungan mereka, tetapi ayahmu menolak untuk setuju untuk menyelamatkan reputasinya. Mengapa sekarang k
Setelah membaca pesan Daniel, Old Master Graham sangat marah hingga sepasang matanya terbuka lebar.'Dia baru saja keluar dari rumah sakit dan dia kabur demi seorang perempuan?’‘Dia bahkan mengatakan bahwa jika dia tidak bisa menikahi perempuan itu, dia tidak akan menikah dengan siapa pun nanti?’Old Master Graham tidak akan pernah membiarkan hal seperti itu terjadi.Namun, ketika memikirkannya lagi, dia masih merasa sedikit gugup.Jika Daniel benar-benar tidak menikah karena ini, bukankah ini akhir dari Keluarga Graham?‘Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi.’Setelah berlari keluar, Ava pergi mencari Daniel di semua tempat yang bisa dia pikirkan. Namun, setelah menghabiskan sepanjang pagi mencari pria itu, dia masih tidak bisa menemukan Daniel.Dia mencoba menelepon Daniel, dan meskipun panggilan itu tersambung, selalu tidak dijawab.Seiring berjalannya waktu, Ava merasa sangat lelah. Dia duduk di sebuah kursi di pinggir jalan dan memperhatikan jalan di mana orang-orang lalu lalang.
"Aku akan pulang sekarang juga!"Gina buru-buru berlari ke parkiran. Tiba-tiba, dia berbalik dan menghentikan Ava, yang akan mengikutinya.“Jangan ikuti aku! Kau tidak diterima di rumah kami.”Terlepas dari peringatan Gina, Ava tak bisa menahan dirinya untuk tidak mencari Daniel.Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Bagaimana bisa Daniel tiba-tiba memulangkan dirinya sendiri? Pria itu jelas-jelas koma di ranjang rumah sakit dan selama ini tidak sadarkan diri.Dalam perjalanan ke sana, Ava menelepon Daniel, tetapi Daniel tidak menjawab.Ava tidak tahu apakah Daniel membawa ponselnya, tetapi singkatnya, dia tidak bisa menghubungi pria itu.Dia sangat ingin berdiri di depan Daniel sekarang, tapi jalanan yang macet menghambatnya.“Lihat ini dan kau akan tahu apa yang terjadi.” Ayah Daniel terdengar seperti sedang mencela seseorang, lalu pria itu tampak menyerahkan sesuatu kepada Gina.Ava dengan cepat masuk sambil bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Daniel, tetapi begitu dia melangk
Untuk sementara waktu, Ava menatap bangsal yang kosong. Kemudian, dia kembali tersadar dan segera pergi mencari Daniel.Namun, setelah mencari-cari sebentar, Ava tidak bisa menemukan Daniel, dan itu membuatnya merasa sedikit gugup.Pada saat ini, Gina juga masuk.Dia melihat bangsal itu kosong, dan Daniel, yang seharusnya berbaring di ranjang rumah sakit, telah menghilang."Apa yang sedang terjadi? Di mana Dan? Apakah dokter membawa Dan pergi?” Gina menatap Ava dan bertanya dengan ekspresi tidak ramah di wajahnya.Ava sudah terbiasa dengan sikap Gina, jadi dia tidak mau repot-repot berdebat dengan Gina. Sebaliknya, dia menjawab, “Aku juga ingin tahu.”“Bagaimana mungkin kamu tidak tahu? Kau datang sebelum aku.”“Dan sudah tidak ada di bangsal saat aku datang,” kata Ava dan berbalik. "Aku akan pergi ke ruang perawat dan bertanya pada mereka.""Tunggu."Gina meraih tangan Ava, wajahnya gelap.“Ava, dengar aku baik-baik. Dan telah banyak menderita dan beberapa kali terluka karenamu. Karen
Karena berpikir seperti itu, itu menunjukkan bahwa Julie adalah orang yang masuk akal."Lilly." Julie berjalan ke arah Lilian dan berjongkok, menyapanya dengan ramah. “Lilly, aku sangat menyukaimu. Kuharap dirimu bisa berbahagia setiap hari, dan kuharap kau segera bisa bicara.”Lilian adalah anak yang pengertian. Dia menyunggingkan seulas senyum manis dan mengangguk penuh semangat, menunjukkan bahwa dia menerima doa Julie.Julie berdiri dan menghadap Fabian. Saat ini, kekaguman di matanya makin bertambah dan kegigihannya yang sangat kuat sebelumnya telah banyak berkurang.Jika kita menyukai seseorang, kita tidak harus dengan keras kepala memperjuangkannya.Julie tidak mengatakan apa-apa dan hanya tersenyum pada Fabian.Fabian juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia membungkuk dan mengangkat Lilian ke dalam gendongannya. Sebelum berbalik, dia memberi Julie senyum ramah.“Miss Charles, kau masih bisa datang kepadaku jika kau membutuhkan bantuanku di masa yang akan datang. Lagi pula, aku
"Ya," kata Fabian terus terang.Julie mengira dirinya akan merasa malu karena hal ini, tetapi dia tak tahu mengapa dia masih merasa sangat santai. Meski begitu, dia tetap merasa sedikit malu.Agar Julie tidak merasa malu, Fabian tersenyum dan berkata, “Aku ingin membantumu keluar dari situasi itu, Miss Charles, tetapi aku tidak mau melewati batas. Aku juga tidak menyangka seseorang mengambil video dan mengunggahnya ke internet. Lilly dan aku telah membuatmu terlibat dalam banyak kesulitan. Aku benar-benar minta maaf mengenai itu.”Selesai mengatakan itu, Fabian mengambil jeda, lalu dengan lembut melirik Lilian."Tapi Miss Charles, yakinlah, tidak akan ada masalah seperti itu lagi di masa yang akan datang."Julie tertegun sejenak ketika mendengar kata-kata itu, dan entah kenapa dia merasakan rasa kehilangan yang kuat muncul dari lubuk hatinya.Dia menatap Fabian dengan curiga, dan tentu saja, kata-kata yang dia dengar selanjutnya membuatnya merasa menyesal."Miss Charles, aku telah mene
Adegan Mr. Martinez membuat keributan dan Fabian akhirnya datang bersama Lilian untuk menyelamatkan situasi direkam dan diposting di internet.Si pengunggah video masih sedikit berhati-hati dan telah menyensor penampakan Lilian, tetapi sosok dan wajah Fabian terlihat jelas di video.Patty sekilas mengenali orang dalam video itu sebagai Fabian.Setelah melihat komentar-komentar di bawah video, Patty semakin cemas."Julie, kok bisa-bisanya kamu jatuh cinta pada seorang ayah tunggal?"Julie mengerutkan kening. “Ya, aku tidak akan menyangkal. Aku memang naksir Mr. Johnson.”"Apa?"“Ck ck ck … Julie, apa kau benar-benar menyukai ayah tunggal itu?” Sorot mata Mrs. Gill sangat halus. “Seseorang telah menggali semua informasi mengenai pemuda itu, dan ternyata dia adalah adik Yorick. Dulu, Yorick menimbulkan segala macam masalah dan melakukan apa pun yang dia inginkan di Negara F. Kakak perempuannya, Lana, juga terkenal di lingkungan pergaulan kami.”"Apa? Dia adik Yorick dan Lana?” Patty bahka