Home / Pernikahan / Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan / BAB 69 'Bukan objek pemuas'

Share

BAB 69 'Bukan objek pemuas'

Author: Prisma
last update Last Updated: 2024-02-09 03:00:29

Ayrin merasakan sakit menyeluruh di sekujur tubuhnya, seolah-olah kesakitan itu merayapi setiap serat sarafnya. Air matanya berlinang, menetes ke pipinya yang pucat saat ingatan tentang malam itu terus berputar dalam benaknya, seperti layar film yang tak henti diputar ulang.

“Apa yang kamu lakukan?” desis Ayrin dengan suara gemetar, berusaha menahan emosi yang meluap. Tubuhnya bergetar di bawah cengkeraman kuat tangan Reygan, tetapi setiap upaya untuk melepaskan diri sia-sia. Perbandingan kekuatan mereka membuatnya semakin sulit untuk bergerak.

“Kamu mabuk, Mas. Lebih baik sekarang juga kamu pergi dari sini!” tegas Ayrin dengan suara meninggi, mencoba menemukan kekuatan dalam kata-katanya untuk menyingkirkan Reygan.

“Tolong jangan suruh saya pergi, Rin!” Reygan semakin mendekat, w

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   Bab 70 'Bukan wanita murahan'

    Ayrin merasa napasnya terhenti sejenak, matanya membulat begitu melihat pemuda itu tegak di hadapannya. Sorot matanya yang dulu penuh cinta, kini menyimpan sejuta kekecewaan dan kepedihan yang menyayat hatinya.Secepat kilat, Ayrin bangkit dari tempat tidurnya, merapatkan selimut yang melilit tubuh polosnya. Dengan langkah gemetar, dia mendekati Raymond yang terus memandangnya dengan sorot mata yang penuh dengan kemarahan.“Raymond ini tidak seperti yang—”“Siapa pria itu?” potong Raymond dengan gusar. Matanya membeliak penuh amarah. Belum pernah Ayrin mendengar nada suara Raymond yang terdengar begitu dingin dan tajam seperti itu.“Aku bisa menjelaskan semuanya, Ray. Ini tidak seperti yang kamu lihat,” sergah Ayrin dengan suara yang gemetar, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan situasi yang rumit ini.“Jawab saja siapa pria itu!” desak Raymond dengan tajam, matanya

    Last Updated : 2024-02-09
  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 71 'Jangan Pergi!'

    “Raymond!” desisnya, suaranya penuh dengan keputusasaan dan rasa sesak yang melanda dadanya.Ayrin merasakan detakan jantungnya semakin cepat, seperti lonceng yang berdentang keras di telinganya. Dengan sisa-sisa tenaganya, dia menghambur ke depan. Mencekal pergelangan kaki Raymond dengan erat, menahannya agar tidak pergi.Bahkan, saat selimut yang menutupi tubuh polosnya tersingkap dan terhempas ke lantai, Ayrin tidak peduli. Yang terpenting bagi dia saat ini adalah mencegah Raymond meninggalkannya dengan amarah yang membara seperti itu.Bulir-bulir air matanya semakin meleleh ketika Raymond menyentakkan kakinya dengan gusar. Sekuat tenaga, ia merangkul kaki pemuda itu dan memeluknya dengan tubuh gemetarRaymond menoleh, matanya mencari sesuatu dalam tatapan Ayrin. Sejenak, tampaknya ia terpaku, melihat bagaimana wanita itu menggenggam erat kakinya, memohon dengan tatapan penuh rasa takut dan harapan.Ketika merasakan tungkai pem

    Last Updated : 2024-02-10
  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 72 'Wanita gila'

    Ayrin merasakan dadanya terasa sesak, ketika Raymond memeluknya dengan erat. Segala beban yang dia rasakan seolah-olah sirna saat tubuhnya berada dalam dekapan pemuda itu.“Maafkan aku karena tidak bisa menjagamu dengan baik, Lily,” desah Raymond, suaranya terdengar penuh penyesalan. Dia membiarkan wanita itu menangis sepuasnya di dadanya. “Seharusnya aku tidak membiarkanmu pergi dari kamarku!”Ayrin menggeleng lemah. “Aku ingin kembali, Ray! Aku tidak ingin melihatnya lagi!”“Kita akan pergi, Lily,” sahut Raymond lembut. “Kau tidak akan pernah melihatnya lagi!” Janji itu diucapkan dengan tekad yang bulat, seolah ingin memastikan Ayrin bahwa masa lalu yang kelam tidak akan menghan

    Last Updated : 2024-02-10
  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 73 'Jauhi sumiku!'

    Ketika Ayrin memilih bersembunyi di balik tubuh Raymond, hatinya berdegup kencang. Dia tidak tahan melihat wajah mantan suaminya lagi. Setiap detik yang berlalu terasa seperti siksaan, menyiksa hatinya yang sudah rapuh.“Untuk apa lagi kau datang?” geram Raymond sengit, matanya memancarkan api kemarahan. “Masih belum cukup kau mengganggunya?”Reygan menatap Raymond dengan dingin, tanpa terpengaruh oleh amarahnya. “Itu sama sekali bukan urusanmu.”Raymond melangkah maju, mencengkeram kerah kemeja Reygan dengan kuat. Ayrin langsung memeluknya dari belakang, mencoba menenangkan keadaan. “Sebaiknya kita pergi dari sini, Ray,” bisiknya lemah, mencoba meredakan kemarahan pemuda itu.Dengan berat hati, Raymond melepaskan cengkrama

    Last Updated : 2024-02-11
  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 74 'Menikahlah denganku, Lily'

    Ayrin memandang kosong ke luar jendela, tatapan matanya terlihat menyelam dalam dalam pikirannya sendiri. Sebuah tatapan yang terlalu sering dilihat oleh Raymond dalam beberapa minggu terakhir.“Masih belum bisa melupakannya, Lily?” Raymond bertanya dengan suara lembut, tetapi penuh kekhawatiran. Dia melihat betapa Ayrin tampak terpuruk setelah kembali dari perjalanan ke Indonesia, dan dia tidak tahu apa yang bisa dia lakukan untuk membantu kekasihnya itu.Ayrin menarik nafas dalam-dalam, berusaha menahan gelombang emosinya yang mendesak untuk pecah. “Bagaimana aku bisa melupakannya, Ray? Luka yang dia berikan kali ini jauh lebih dalam,” keluhnya dalam hati, meskipun dia mencoba memaksa senyumnya muncul di bibirnya.Raymond mendekatinya dan dengan lembut memeluk Ayrin. Dia bisa merasakan geta

    Last Updated : 2024-02-11
  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 75 'Permata Hati'

    Sejak Ayrin menerima lamaran Raymond, hidupnya berubah menjadi penuh dengan cinta dan kebahagiaan yang dia tidak pernah bayangkan sebelumnya. Dan dia tidak pernah menyesal. Rasa cintanya kepada pemuda itu semakin bertambah setiap hari, terlebih setelah putri kecil mereka lahir. Usia Ayra memang baru empat bulan, namun kehadirannya telah mengisi rumah tangga mereka dengan cinta yang melimpah. Tiap gerak kecilnya, senyumnya yang polos, semuanya membuat mereka begitu bahagia.Dan meskipun mereka sering merasa lelah karena harus menyeimbangkan waktu antara pekerjaan, studi, dan kehidupan keluarga, kehadiran Ayra selalu menjadi penyemangat bagi mereka berdua.Malam itu, ketika Ayra sudah terlelap di dalam buaian kecilnya, Raymond duduk di samping Ayrin dengan tatapan penuh kasih.“Dia cantik sekali sepertimu, Lily! Aku jadi semakin sayang kepadanya setiap hari,” ucap Raymond dengan suara lembut, matanya terpaku pada wajah mungil Ayra yang sedang tertidur pulas.Ayrin tersenyum bangga, tet

    Last Updated : 2024-02-11
  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 76 'Happy Anniversary'

    Pada awalnya, perjalanan mereka terasa begitu menyenangkan. Penuh dengan aroma romantis. Panorama indah Laut Karibia yang menjamah hati membuat keluarga kecil itu bahagia."Lihatlah, Lily," ucap Raymond sambil memeluk erat Ayrin dari belakang, mengarahkan pandangan istrinya ke keindahan panorama Laut Karibia yang terbentang luas di depan mereka. "Ini adalah hadiah untuk ulang tahun pernikahan kita yang kedua."“Sesaat aku berpikir kalau kita sudah berada di surga, Ray,” sahut Ayrin dengan senyum hangatnya. “Semuanya terasa begitu indah.”Raymond telah merencanakan perjalanan ini sejak lama, sebagai hadiah spesial untuk ulang tahun pernikahan mereka yang kedua. Dia ingin memberikan sesuatu yang istimewa bagi istrinya dan putri kecil mereka. Dan sekarang, mereka semua berada di atas kapal pesia

    Last Updated : 2024-02-12
  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 77 'Ada apa sebenarnya?'

    “Jangan pernah salahkan dirimu sendiri lagi, Lily. Semua yang terjadi adalah atas kehendak-Nya.” Kata-kata itu kembali terngiang ketika Ayrin duduk sendirian di ruang kerjanya yang sunyi. Cahaya remang-remang lampu menyelimuti ruangan, menciptakan suasana yang hening namun terasa menyedihkan baginya. Pandangannya melayang-layang ke seluruh sudut ruangan, memperhatikan setiap detail yang sudah menjadi bagian dari hidupnya sehari-hari.Ruang kerja itu bukan hanya tempat kerja bagi Ayrin, tetapi juga menjadi saksi bisu dari rasa hampa yang terus menyergapnya sejak kepergian Raymond. Di antara rak-rak buku yang tertata rapi, foto pernikahan mereka masih terpampang dengan indahnya, mengingatkannya pada saat-saat bahagia yang kini hanya tinggal kenangan.Ya, di ruangan itulah dia bisa merenung, bekerja, atau sekadar menenangkan diri dari segala kelelahan yang menumpuk setiap harinya. Pagi mengajar. Siang ke rumah sakit. Dan sore membuka praktek pribadi. Namun, saat ini, kesendirian yang m

    Last Updated : 2024-02-12

Latest chapter

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 173 Lembar Penutup

    Ayrin duduk dengan gelisah di sebuah bangku kayu yang menghadap kolam. Hatinya dipenuhi dengan berbagai perasaan, harapan, dan kecemasan. Dia terus memandangi jalan setapak yang mengarah ke taman, menunggu kehadiran Lily. Frans telah berjanji untuk membawa gadis itu ke sana, dan saat itu akhirnya tiba.Ketika Lily muncul di kejauhan, melangkah mendekatinya dengan perlahan, Ayrin merasa ada kehangatan yang tak bisa dijelaskan dalam hatinya. Gadis itu tumbuh menjadi remaja cantik, penuh pesona, namun di mata Ayrin, Lily masih seperti anak kecil yang dulu pernah hilang dari pelukannya.Mereka saling pandang untuk beberapa saat, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Keheningan itu begitu penuh makna, seolah semua yang ingin mereka katakan sudah tercurah dalam tatapan mereka."Lily..." suara Ayrin bergetar saat dia akhirny

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 172 Dia yang hilang (Akhirnya kembali)

    Frans tampak gelisah ketika dia menemui Ayrin di tempat prakteknya. Sejenak mereka hanya saling bertatapan, seolah kata-kata yang ingin diucapkan Frans begitu berat untuk disampaikan."Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan, Rin," kata Frans akhirnya, suaranya terdengar gemetar.Ayrin menatapnya dengan cemas. "Ada apa sih, Frans? Kenapa akhir-akhir ini kamu aneh sekali?" desaknya, penasaran dan khawatir karena tidak biasanya Frans datang ke tempat prakteknya dengan ekspresi seperti ini."Kamu tidak sakit, kan?" tuntutnya lagi dengan nada gemetar, takut kalau-kalau ada sesuatu yang buruk terjadi pada sahabatnya.Frans menggelengkan kepalanya perlahan, tatapannya penuh kebimbangan. Dia menatap Ayrin dengan lekat, seakan mencari keberanian dalam pandangannya sebelum akhirnya

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 171 Seperti putriku yang hilang

    "Selamat datang, silakan duduk," sambut Ayrin dengan senyum tulus, matanya berbinar-binar bahagia.Lily dan Frans duduk di tempat yang telah disiapkan, dan tanpa menunggu lama, mereka mulai menyantap hidangan yang telah tersedia. Suasana terasa nyaman dan akrab, seolah mereka sudah menjadi satu keluarga besar."Wah, masakan Tante memang oke juga," puji Lily dengan jujur setelah mencicipi satu suapan. "Semuanya enak, Tan."Ayrin baru akan menjawab, tetapi Rania dengan cepat menyela. "Iya, dong. Masakan Mama emang yang paling enak," ujarnya penuh kebanggaan. Pujian itu membuat semua orang di meja makan tersenyum."Kalau begitu, aku main ke sini setiap hari deh, biar bisa makan enak terus," goda Lily sambil melirik ke arah Rania.

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 170 Kembali utuh 2

    Setelah semua ketegangan ini mereda, Ayrin dan Reygan kembali ke rumah mereka sambil saling bergandengan tangan, perasaan lega dan bahagia terpancar dari wajah mereka."Hai, Sayang," sapa mereka pada anak-anaknya yang tengah duduk bersama di ruang keluarga. Rian dan Rania, yang sedang asyik dengan aktivitas mereka, segera menoleh bersamaan. Melihat kedua orang tuanya datang bersama dengan senyum bahagia membuat hati mereka meledak oleh kebahagiaan."Mama dan Papa nggak akan berpisah, kan?" tanya Rian dengan hati-hati setelah beberapa saat lamanya mereka duduk bersama. Ada kekhawatiran di balik tatapan matanya yang polos, kekhawatiran akan perpisahan yang mungkin terjadi lagi.Reygan tersenyum sambil menoleh ke arah Ayrin, tatapannya penuh kasih. "Bodoh kalau Papa melepaskan wanita sebaik Mama, Rian," katanya dengan

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 169 Kembali utuh

    Setelah akhirnya pulih, Ayrin memutuskan untuk menemui Lily bersama Reygan.Saat mereka masuk, mata Lily menatap mereka dengan perasaan campur aduk. Tidak ada lagi sorot tajam dan kebencian seperti dulu. Yang terlihat di sana hanyalah penyesalan yang mendalam. Gadis itu menundukkan kepalanya, suaranya gemetar saat berkata, "Maafkan Lily, Tante. Maafkan sikap Lily selama ini."Ayrin merasakan gelombang kesedihan mengalir di hatinya. Dia mendekati Lily dengan langkah pelan dan mendekap tubuh gadis itu dengan lembut. "Maafkan Tante juga, Lily. Maaf karena sikap Tante membuatmu salah paham. Maaf karena membuatmu tidak nyaman selama ini," balasnya dengan suara bergetar.Lily pun menangis, menumpahkan segala penyesalan dan kesedihannya di dada Ayrin. Dalam dekapan hangat itu, semua ketegangan yang selama ini a

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 168 Di ambang hidup dan mati

    Ayrin menatap wajah Lily yang pucat di ranjang rumah sakit sebelum operasi transplantasi ginjal yang sebentar lagi akan dilakukan. Hatinya serasa diremas melihat betapa rapuhnya gadis itu. Di dalam hatinya, ada perasaan yang tak terlukiskan. Entah dari mana datangnya perasaan ini, setiap kali berada di samping gadis ini, dia merasakan ada tali tak kasat mata yang mengikat mereka, seolah-olah Lily adalah bagian dari dirinya sendiri.Dengan lembut, Ayrin membelai kepala Lily, sentuhan yang penuh kasih dan kelembutan, seakan gadis itu adalah anaknya sendiri. "Cepatlah sembuh, Lily. Cepatlah kembali pulih. Izinkan Tante meminta maaf padamu. Izinkan Tante menjelaskan semuanya," bisik Ayrin dengan suara yang hangat namun penuh harap. Matanya berkaca-kaca, berharap agar gadis itu segera membuka mata indahnya lagi.Jika dulu Ayrin sangat tidak menyukai tatapan Lily yan

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 167 Penebusan dosa

    Reygan duduk di sudut ruang tunggu rumah sakit, dengan tatapan kosong yang menatap ke langit-langit putih yang terang. Setiap hari, ia merasa tersiksa oleh pertanyaan tak terjawab dan rasa bersalah yang membelit hatinya. Air mata sering kali tak bisa ia tahan lagi, mengalir deras ketika melihat Rania yang terbaring tak sadarkan diri di ranjang perawatan, dan Lily yang masih berjuang untuk hidupnya."Kalau memang dosa-dosaku lah yang menyebabkan semua ini. Tolong limpahkan semuanya padaku, Tuhan. Jangan pada anak istriku. Mereka tidak bersalah. Akulah yang penuh dosa," gumam Reygan dengan suara gemetar, bibirnya bergetar dalam keputusasaan yang mendalam.Tidak hanya Reygan yang dihantui rasa bersalah yang mendalam, tetapi juga Frans. Setiap hari, pria itu duduk di sisi ranjang Lily, memegang tangannya yang lemah, membelai rambutnya dengan penuh kasih sayang. Kat

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 166 Tak sesuai harapan

    Reygan melangkah masuk ke dalam klub malam yang gemerlap, tempat di mana dia pertama kali bertemu dengan Lily. Lampu berwarna-warni yang berkedip-kedip dan musik yang menghentak keras tidak mampu mengalihkan perhatiannya dari kekhawatiran yang menghimpit hatinya. Dia menelusuri setiap sudut klub, berharap menemukan gadis itu di antara kerumunan orang. Namun, sia-sia. Lily tidak terlihat di mana pun."Di mana kamu, Lily?" bisiknya putus asa pada diri sendiri, suaranya tenggelam di tengah bisingnya musik. Rasa bersalah semakin mencengkeram hatinya dengan setiap detik yang berlalu tanpa menemukan gadis itu.Dia hampir tergoda untuk mengalihkan perasaannya dengan segelas minuman. Namun, saat tangan terulur menuju bar, ponselnya bergetar. Panggilan dari Ayrin menyentak kesadarannya."Lily, Mas. Kami sudah bertemu d

  • Pernikahan Paksa Pengantin Bayangan   BAB 165 Masih belum terlambat

    Ayrin dan Reygan kembali bersama ke rumah sakit. Langkah mereka terayun mantap, seakan sudah menemukan keputusan besar yang akan mengubah segalanya. Ketika Frans melihat mereka, matanya langsung menangkap sinyal yang jelas—Ayrin telah membuat keputusan untuk memaafkan suaminya."Jadi, inikah kejutannya?" kata Frans dengan tenang, matanya yang penuh pengertian menatap dalam ke mata Ayrin. Setelah Reygan pergi ke sudut lain ruangan untuk memberi keduanya privasi, mereka akhirnya mendapatkan kesempatan untuk berbicara."Maafkan aku, Frans," gumam Ayrin sambil menundukkan kepalanya, jemarinya saling meremas dengan gelisah. Dia merasa berat untuk mengucapkan kata-kata itu, tetapi tahu bahwa dia harus melakukannya.Frans mendekat dan memegang kedua pundak Ayrin dengan lembut namun tegas, memaksa wanita itu men

DMCA.com Protection Status