Pernikahan KeduaBelum MemilihBab 30Riri mematung setelah mendengar kalimat ausy, ingatannya langsung tertuju pada kejadian lima tahun yang lalu, disaat Handy membawa istrinya tanpa memikirkan perasaan Riri. Bukannya belum berdamai dengan keadaan, namun tetap saja ada yang mengganjal dihati. Riri terpaku ditempat, masih jelas ingatan itu berputar kembali di memorinya."Tante Lili! Tante lili!"Riri tersentak, tangan mungil Miu menggoyang-goyangkan tangannya. Lekas di tatapnya anak itu. Wajah yang semula tegang itu kini berubah dengan senyuman."Ya, Miu?" tanya Riri menyentuh lembut kepala putri dari pria yang pernah mematahkan hatinya itu. "Miu aus," jawab Miu."Bentar ya!"Riri melangkah menuju nakas, ternyata airnya habis. Riri terpaksa turun kebawah. Di gendongnya Miu menurun anak tangga. Dibawah, Handy segera berdiri menatap tak berkedip pada sosok yang berjalan menuruni anak tangga yang sambil menggoda putrinya. Hati Handy menghangat, senyumnya terukir manis melihat pemand
Pernikahan Kedua Bertemu Handy LagiBab 31"Papa rasa sudah saatnya Kamu memikirkan masa depanmu, Ri. Kami sudah tua, belum tentu bisa lebih lama mendampingimu." Pak Danu mengajak istri dan anak-anaknya bicara.Riri paham betul maksud perkataan Papanya, namun sebagai anak ia tak ingin menyela.Mamanya sibuk menyuapi Sean. Belakangan ini cucunya itu lebih sering datang, karena Nadia sudah sibuk mempersiapkan kelahiran anak keduanya. "Orang tua akan merasa tenang bila putrinya sudah memiliki teman hidup. Untuk itu menikah lah, Nak!"Semua diam menyimak, menunggu apa tanggapan Riri.Tidak salah memang keinginan mereka, tapi Riri sendiri pun belum terpikir untuk menikah dalam waktu dekat, bayang-bayang kegagalan rumah tangganya dulu saja masih melekat kuat dalam ingatannya.Layaknya wanita, Riri ingin pernikahan kedua adalah yang terbaik dan terakhir."Maafkan, Riri, Pa, Ma! Sejujurnya Riri masih takut untuk berumah tangga lagi, tapi kalau Papa dan Mama ingin Riri segera nikah. Riri p
Pernikahan Kedua Lamaran HandyBab 32Riri pergi memenuhi undangan makan malam dari Handy, yang di adakan dirumahnya. Sekaligus ingin bertemu Miu putri pria masalalunya itu. Entah apa yang ada di pikiran Riri, dia sendiri pun bingung dengan hatinya. Antara masih ada kah perasaan yang sama seperti dulu? atau hanya ingin menguji, adakah Handy di dalam hatinya lagi. Riri datang sendiri mengendarai mobilnya. Sepanjang jalan dia mempersiapkan jawaban untuk Handy, jawaban lamaran yang disampaikan kakaknya waktu itu. Dua puluh menit, Riri sampai dirumah Handy, dia disambut hangat oleh Handy. Handy langsung membawa Riri ke taman samping. Sengaja ia buat diluar agar suasana jadi romantis. "Miu, lihat siapa yang datang!" ucap Handy pada Miu yang sedang menonton serial kartun di tabletnya.Gadis itu mendongak. "Tante Lili!""Hai Miu!" balas Riri, kemudian menghampiri Miu yang juga hendak turun dari tempat duduknya.Mereka saling memeluk. Riri mengecup kepala Miu. Hal itu tak luput dari pa
Pernikahan KeduaDisuruh MelamarBab 33"Terimakasih, Gilang! Hari ini Kau banyak membantuku, aku tidak tau kalau tidak ada Kamu," ungkap Riri. Tadi dia sudah cukup pusing melihat file-file yang harus diperiksa. "Hadeh! Papa terlalu buru-buru memberikan tanggung jawab ini. Kalau begini, gimana mau nikah coba, rumah, kerjaan, suami lagi, bisa-bisa mati berdiri aku," monolog Riri, tangannya terus memisahkan dokumen-dokumen yang baru diperiksa, memindahkannya ke lemari di sudut ruangannya. "Memang tugasku. Oh ya sudah jam delapan, sebaiknya kita pulang!" ajak Gilang setelah melihat jam di tangannya.Sebenarnya pekerjaan ini bisa diselesaikan besok, namun Riri memaksa untuk selesai malam ini juga. "Baiklah, letsgo!" Riri meraih tasnya lalu melangkah keluar, diikuti oleh Gilang dari belakang. Lampu sudah di padamkan, memberikan kunci pada satpam yang berjaga malam hari."Hati-hati, Pak!" "Sip!" Gilang mengacungkan jempolnya. Satpam segera menutup pintu pagar. Gilang mengantar Riri
Pernikahan KeduaNasehat Orang TuaBab 34Jam tiga sore Riri sudah sampai dirumah. Entah apa yang di inginkan mamanya sehingga memaksanya segera pulang.Bertambah heran kala melihat gaun berlengan panjang terletak di atas tempat tidurnya.Riri menyentuhnya, gaun berwarna lilac itu memang cantik dan cukup menarik. Riri mem-paskan di tubuhnya. Sepertinya cocok untuknya, tapi milik siapa? Batinnya. "Syukurlah Kamu sudah pulang," ucap mamanya yang baru datang kekamarnya. "Dicoba, Ri!" pinta mamanya."Untuk Riri, Ma?""Iya, coba dulu, pas nggak Dibadan Kamu!" perintahnya lagi. Tanpa bertanya lagi, Riri segera mencobanya.Pas. Sangat pas ditubuhnya. Pilihan mamanya memang tak pernah salah. Riri selalu puas. "Cantik! Nggak salah pilih mama." Mama Anita tersenyum melihat Riri yang berdiri dihadapannya."Tumben, mama beliin baju begini, emang untuk apa?" tanya Riri penuh selidik. Baju ini cocok untuk acara keluarga atau untuk menghadiri acara resmi menurutnya. "Untuk Kamu, nanti malam ada
Pernikahan Kedua Obsesi HandyBab 35Waktu yang ditunggu pun telah tiba. Keluarga Gilang sudah bersiap menuju rumah Pak Danu.Dengan mengendarai mobil Gilang. Adrian yang menjadi sopir mereka malam ini. Hanya mereka bertempat, karena ini hanya acara lamaran sederhana, hanya keluarga inti saja. Tak butuh waktu lama, mereka telah sampai dirumah Pak Danu. Gilang sebenarnya gugup, namun ia berusaha menutupinya. Adrian berjalan di depan lalu disusul Ayah dan ibunya. Gilang di belakang. "Selamat datang!"Pak Danu dan istrinya menyambut keluarga Gilang dengan ramah. Mereka bersalaman, lalu saling berkenalan. "Ayo, silahkan duduk!"Mama Anita mempersilahkan mereka duduk. Dia menyuruh Mbok Darmi menyiapkan minum serta hidangan lainnya. Di sudut lain."Sorry, Han! Sulit membujuk papa, mereka udah sreg sama si Gilang. Kepercayaan papa sangat besar pada Gilang." Akmal sedang bicara di telpon dengan Handy. Memberitahu bahwa ia tak berhasil meyakinkan orang tuanya untuk menjodohkan Riri deng
Pernikahan Kedua Rencana Piknik Tipis-TipisBab 36Wajah ceria tampak diwajah Tama yang baru saja sampai dirumah kontrakan mereka. Mita yang sedang menyetrika turut senyum melihat kedatangan kakaknya. Kalau seperti ini pastilah kabar bahagia. Pikir Mita."Mita, kakak diterima di perusahaan Solmas, walaupun hanya staff biasa," ucap Tama senang lalu duduk di dekat adiknya. Benar tebakan Mita. "Syukurlah, Kak. Tidak apa staff biasa yang penting kakak sudah dapat pekerjaan," jawab Mita. Mereka sudah hidup apa adanya, tidak memaksakan kehendak seperti dulu. Beberapa bulan ini mereka banyak merenung, meminta nasehat dari ustadz.Menyesali dosa masa lalu dan bertekad untuk taubat memperbaiki diri. Dengan apa yang menimpa mereka dulu sudah cukup membuat mereka kapok. "Mita, bagaimana kabar ibu sekarang ya?" Tama teringat dengan ibunya. Sudah beberapa bulan mereka tidak bertemu.Ada rasa ingin bersama lagi, namun memikirkan keegoisan ibunya dan selalu menuntut membuat mereka mengurungkan
Pernikahan KeduaAstaga Handy! Bab 37Hana menatap Adrian seolah bertanya siapa gadis yang ikut bersama mereka. "Calon mantu, Bu!" Adrian seolah tahu maksud Ibunya. Dengan bangganya Adrian mengenalkan Nirmala pada ibu dan bapaknya. Nirmala sedikit malu-malu."Nirmala, Bu!"Nirmala menghampiri ibu Adrian lalu memperkenalkan diri. "Ayu tenan iki, Pak, calon mantu kita cantik-cantik. Bakalan punya cucu ganteng dan cantik kita ini, Pak." Bik Hana berucap senang seraya memuji dua wanita muda yang ada di situ. "Ya jelas lah, Bu, anak ibu juga ganteng," balas Adrian bangga. Semuanya tertawa mendengar kenarsisan Adrian. Mereka berangkat dengan satu mobil, meski duduk pas-pasan, tapi tidak merusak moment bahagia mereka.Para lelaki langsung menuju danau, ikut memancing seperti pengunjung lain. Bibi banyak bercerita tentang masa kecil Gilang dan Adrian. Riri dan Nirmala antusias mendengarkan.Riri merasakan kehangatan, berbeda dengan keluarga Tama dulu, yang kebanyakan meremehkannya. D
Pernikahan Kedua (Ending) Semangat Demi AdeliaBab 150Kondisi Adelia benar-benar drop kali ini. Bahkan bobotnya turun drastis, hal itu sangat membuat kedua oran tuanya sedih, terlebih sang mama."Dok, apakah proses kelahiran anak ketigaku bisa di percepat?" Risti mendatangi dokter kandungan langganannya."Bisa saja, Bu. Tapi tentunya harus cesar. Apa ini terkait dengan kesehatan Adelia?" tanya Dokter Tiara.Risti yang bewajah sedih itu mengangguk disertai buliran bening yang turut meluncur di kedua pipinya. Dia mengusap dengan ujung jarinya."Baiklah, akan saya pastikan kapan waktu yang pas," kata Dokter Tiara. Dia, sangat memahami kondisi pasiennya ini sekarang. Tentu tidak mudah untuknya menghadapi ini. "Di usia kehamilan tiga puluh delapan minggu kita akan lakukan operasinya, saya tinggal mempersiapkan harinya saja," lanjut Dokter Tiara. "Baik, Dok. Saya permisi!" Risti pun pergi kembali keruangan dimana putrinya di rawat. "Aku sudah memutuskannya. Dua minggu lagi aku akan me
Pernikahan Kedua Masa Lalu Yang DatangBab 149"Oh ayolah, ini sudah hampir jam masukmu, Sayang!" Risti sedang memegang seragam sekolah Liu yang akan di pakaikan, namun Liu selalu menghindarinya. Entah sudah keberapa kali bujukan ini keluar dari bibir ibu dari dua anak itu."No, mama! Liu mau pindah sekolah saja." Dia menolak dengan tegas. Dia ternyata tidak main-main dengan ucapannya semalam."Kenapa harus pindah?" Risti bertanya lagi apa alasan putranya itu sebenarnya."Miss Sarah genit, dia mau merebut papa dari mama," katanya tegas.Risti yang sedang berdiri memegang baju sekolah Liu itu pun dibuat tak percaya oleh jawaban anaknya. Bisa-bisanya dia berpikir seperti itu.Liu berdiri di atas sofa menghindari sang mama yang sedang memaksanya memakai baju sekolah. Liu kini hanya memakai cd dan kaos tak berlengan saja.Risti mendesah. Anaknya ini memang susah untuk membujuknya. "Lalu apa yang akan Kau lakukan dirumah seharian ini?" Risti bertanya untuk memancingnya lagi."Aku akan
Pernikahan Kedua Jangan Sentuh Papaku! Bab 148Setelah dari rumah sakit keluarga itu langsung menuju mall, untuk menunaikan janji mereka.Adelia dan Liu boleh memilih apa saja untuk mereka dan bermain apa saja. Mereka begitu riang, terutama Liu yang sangat aktiv. Tony harus extra mengawasinya sedangkan Adelia hanya bermain yang ringan saja karena tidak boleh terlalu lelah."Hai Liu tampan!" O ow, semua menoleh ke asal suara sapaan itu terdengar."Oh, Hai Miss Sarah!" balasnya datar. Dia memang suka dibilang tampan, tapi Liu tidak menunjukkannya, dia bersikap seolah sudah dewasa."Kebetulan sekali kita bertemu disini. Oh iya, apa ini Daddymu?" Miss Sarah tak dapat untuk bertanya kala melihat Tony. Dia memang tahu, hanya basa basi saja karena terpesona dengan Tony yang terlihat matang. Meski sudah berusia empat puluham Tony memang terbilang masih macho, kekuatan uang menambah pesonanya."Bukan, dia papaku." Liu menjawab dengan dingin. Miss Sarah tertawa, dia terlalu gemes dengan a
Pernikahan Kedua Mama Takut Papa Akan LariBab 147Tidak terasa waktu terus bergulir. Risti telah melewati trimester pertamanya dan trimester kedua pun akan segera berakhir. Kini kehamilannya sudah berusia enam bulan. Adelia belum pernah lagi di rawat di rumah sakit. Hanya mengkonsumsi obat di rumah secara rutin dan kontrol rutin kepada dokternya yang datang khusus kerumah.Meski banyak drama setiap kali ingin meminum obatnya. Bayangan rumah sakit selalu menjadi momok menakutkan untuknya dan itu menjadi andalan mereka, Adelia akan takut bila dikatakan akan dibawa ke rumah sakit lalu akan meminum obatnya. Hari ini mereka akan melakukan pemeriksaan sekaligus ingin mengetahui jenis kelamin bayi ketiga mereka.Tony sudah tidak sabar ingin segera mengetahuinya. "Kira-kira apa ya Yang?" tanyanya seraya mempersiapkan diri. Dia baru saja selesai mandi dan tubuhnya hanya dibalut handuk saja. Risti duduk di depan meja rias, untuk mempercantik penampilannya. "Apapun itu, aku tidak terlalu p
Pernikahan Kedua Terlalu PosesifBab 146Tidak mudah memang membuat kedua bocah itu mengerti. Segala apapun yang ditawarkan sepanjang perjalanan pulang, tidak ada yang mengena dihati mereka.Di tawarkan ice cream, mainan serta ke taman hiburan, keduanya kompak menggeleng sambil mengerucutkan bibir.Sang papa sampai mengusap wajahnya berulang kali melihat kedua bocahnya yang tidak bisa menerima bahwa mereka akan punya adik.Risti tidak terlalu ambil pusing dia masih bisa tersenyum dan mengusap lengan suaminya. "Udah nggak usah di pikirin, Yang. Biasa itu terjadi, nanti pelan-pelan kita kasih penjelasan pasti ngerti." kata Risti menenangkan suaminya. "Kamu lihat itu bibir maju semua, heran aku, anak siapa sih mereka? Perasaan aku nggak gitu deh Yang," gerutu Tony."Haha, emang Kamu ingat Yang, Kamu pikir aku gitu? Aku ini anak yang baik budi loh waktu kecil, bahkan sampai dewasa?" tanya Risti tak percaya.Tony menggedikkan kedua bahunya.Kini mereka telah sampai dirumah. Kedua anakn
Pernikahan Kedua Astaga Sayang! Bagaimana Ini? Bab 145Tidak ada cara yang bisa membujuk Liu malam itu. Risti menemaninya di kamar bermain sebentar dan membacakan dongeng sebelum Liu tertidur.Risti bangkit dari tempat tidur setelah merasa Liu sudah terlelap. Dia segera beranjak keluar. Harus melihat kondisi putrinya. "Yah, Ras! Aku pergi dulu, kalau Liu bangun sebisa mungkin bujuk dia ya!" ucap Laras. Dia akan menyetir sendiri malam ini karena suaminya sudah pergi sejak tadi."Hati-hati Ris!" pesan ayahnya sebelum Risti berangkat. Liu benar-benar hanya ingin mamanya, bahkan dengan Tony pun dia tidak mau. Dia seperti anak yang takut di tinggalkan oleh sang mama. Tidak butuh waktu yang lama, Risti telah sampai dirumah sakit, dia langsung menuju kamar rawat Adelia. Disitu sudah ada suaminya yang sedang menatap putrinya dalam diam.Dia langsung menghampiri putrinya. "Bagaimana keadaannya, Sayang?" tanyanya sambil menatap wajah lelap Adelia. "Dia gelisah terus, mau tak mau dokter
Pernikahan Kedua Bisakah Aku Menunda Keberangkatanku? Bab 144Regi menolong Selo untuk bangkit dan hal itu di manfaatkan oleh Selo. Sedangkan Regi hanya karena kasihan."Ini terlalu sakit, Om. Bawa aku ke sofa saja!" pintanya. Regi menganggap ini hal biasa, dia pun melakukannya. Menganggap mungkin Selo sedang khilaf tadi.Regi mengangkat tubuh Selo ke depan tepatnya di sofa, Regi meletakkannya perlahan karena khawatir akan menambah rasa sakit Selo nantinya. Saat itu Selo bergerak cepat dan menarik Regi dalam pelukannya, hingga hal serupa terjadi. Selo menahan kepala Regi dengan kedua tangannya.Sedetik kemudia pikiran buruk merasuki Regi, dia terhanyut dan mengikuti keinginan Selomita. Sisi kelelakiannya muncul. Tidak cukup sampai disitu, Selo menuntut untuk lebih lagi, dia menarik tangan Regi menuju sesuatu yang berharga miliknya. Tiba-tiba Regi berdiri dan hal itu membuat Selomita kecewa. Regi menyadari perbuatannya. Dia segera masuk kedalam kamar dan langsung mengunci diri di
Pernikahan Kedua Lebay Banget Kamu SelBab 143Selomita tidak terlihat keluar dari kamarnya sejak Marco menyuruhnya masuk ke dalam kamar. Dia mengurung diri di dalam, dan ini sudah pukul tujuh malam, bahkan dia tidak turun untuk makan malam. Dia teramat takut papanya tidak menyetujuinya menikah dengan Regi.Ah, seandainya itu terjadi, Selomita harus apa? Dia teramat mencintai Regi. Dia tidak akan sanggup jauh dari pria itu. Di usia hampir dua puluh, baru ini dia merasakan ketertarikan dengan lawan jenis dan sayangnya itu Regi adik dari mama sambungnya sendiri. Selo membuka ponselnya, hari ini dia belum bertemu muka dengan pria yang di cintainya itu. Dia akan menghubungi nomornya setidaknya mendengar suaranya saja. Tidak di angkat, hingga lima kali dan yang keenam nomor itu sudah tidak aktiv lagi. Selomita kesal, dia pun menangis. Dia memang terlalu cengeng bila menyangkut masalah dengan pria itu. Kenapa Regi tidak mengangkat telponnya? Atau papanya sudah mengancam Regi? Selomita
Pernikahan Kedua Kau Wanita Luar Biasa, SayangBab 142Hari ini perasaan setiap orang campur aduk. Kekhawatiran akan kondisi Riri, takut terjadi apa-apa yang tidak diinginkan, namun ada rasa syukur atas kesembuhan Gilang.Yah, pria itu telah berjalan kembali. Setelah cukup melatih kakinya agar tidak kaku lagi. Kini dia duduk bersama kedua mertuanya. "Mama panik sekali saat Harsa menghubungi tadi tentang keadaan kalian. Mama benar-benar takut, Lang," ungkap Mama Anita. Tidak di pungkiri bahkan sampai sekarang dia masih syok."Saat itu tidak ada orang dirumah, Ma. Gilang baru saja keluar dari kamar, niatnya mau kasih makan ikan-ikan diluar, biar nggak bosan, tapi suara terjatuh disusul benda-benda lainnya membuat Gilang berputar ke arah dapur." Gilang pun masih merasa takut sekarang. Takut istrinya tidak bisa melewati persalinan ini.Gilang menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Dia menangis dan terisak. Betapa merasa bersalahnya dia sudah mengabaikan istrinya belakangan in